Anda di halaman 1dari 62

LABORATORIUM DASAR

HEMATOLOGI
GAMBARAN UMUM
Darah merupakan bagian dari tubuh yang berperan
penting dalam mempertahankan kehidupan. Darah dalam
bentuk cair sehingga dapat didistribusikan keseluruh tubuh
melalui pembulu darah. Volume dalam tubuh bervariasi,
pada orang dewasa volume darah sekitar 7-8 % dari
berat badan.

Sel darah dibagi menjadi eritrosit (sel darah merah,


normalnya 5000 per mm3 darah) dan leukosit (sel darah
putih, normalnya 5000-10000 per mm3 darah). ada juga
fragmen-fragmen sel tak berinti yang disebut trombosit
(normalnya 150.000 -450.000 per mm3 darah)
DARAH
• Mengandung plasma darah dan sel darah

1. Plasma → 55% komponen darah:


 Air :91%
 Protein :3% (albumin, globulin, protombin,
dan fibrinogen)
 Mineral :0,9%(natrium klorida, natrium
bikarbonat, garam posfat, mg, Ca, Fe)
 Bahan organic :0,1%(glukosa, lemak,
asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asa amino)

2. Sel → 45% komponen darah:


1. Sel darah merah (eritrosit)
2. Sel darah putih (leukosit)
3. Platelet (trombosit)

3. Volume darah total sekitar 4,5 - 5 liter pd orang dewasa.


SEL DARAH MERAH (ERITROSIT)

• Mengangkut oksigen dari paru-paru → seluruh sel-sel tubuh


• Mengangkut karbon dioksida dari sel-sel tubuh → paru-paru → eksresi
• Membutuhkan vitamin B12, asam folat dan zat besi → metabolisme

Sel darah merah normal berbentuk cakram bikonkaf, konfigurasinya mirip


dengan bola lunak yana dipijat diantara dua jari. Diameternya sekitar 8
µm, namun sangat fleksibel sehingga mampu melewati kapiler yang yang
diameternya 4 µm. volume sel darah merah sekitar 90 m3.

Fungsi utama sel darah merah adalah membawa oksigen dari paru ke
jaringan. Eritrosit mempunyai kemampuan khusus melakukan fungsi ini
karena kandungan hemoglobinnya tinggi. Apabila tidak ada hemoglobin,
kapasitas pembawa oksigen darah dapat berkurang sampai 99% dan
tentunya tidak mencukupi kebutuhan metabolisme tubuh. Fungsi penting
hemoglobin adalah kemampuannya mengikat oksigen dengan longgar da
fleksibel.
HITUNG SEL DARAH MERAH
• menentukan jumlah sel darah
merah per sentimeter kubik
(cm3) darah

• MENGANDUNG Hb
(Haemoglobin) dan Hct
(Haematocrit)
Dewasa SI Unit
Pria 4.6 – 6.2 x 1012/L
Wanita 4.2 – 5.4 x 1012/L
Osman, Malik Mohammed. 2013 Al Neelain Medical Journal. vol.3
No. 8 ISSN 1858-627 p.100-109
HEMOGLOBIN
• Heme = darah & globin = protein
• Protein kompleks → pengangkut-oksigen dalam
darah
Kadar Hb tergantung dari umur pasien :
 Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl
 Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
 Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl
 Anak anak : 11-13 gram/dl
 Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl
 Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl
 Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
 Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl
HEMATOKRIT
• “Memisahkan darah”
• Mengukur persentase
kandungan sel darah merah
dalam darah seseorang

Dewasa SI Unit
Pria 40% – 54%
Wanita 38% – 47%

Osman, Malik Mohammed. 2013 Al Neelain Medical Journal. vol.3


No. 8 ISSN 1858-627 p.100-109
FAKTOR DIET ESENSIAL UNTUK PRODUKSI
ERITROSIT
a. Zat besi (Fe)
b. Tembaga diperlukan untuk
mengubah besi feri (Fe 3+)
menjadi besi fero (Fe2+)
c. Vitamin tertentu seperti asam
folat, vitamin C dan vitamin B12
berperan penting dlm
pertumbuhan normal dan
pematangan eritrosit.
leukosit
Leukosit dibagi dalam dua kategori,
granulosit dan sel mononuclear
(agranulosit). Dalam darah normal,
jumlah total leukosit adalah 5.000-
10.000 sel per mm3. sekitar 60%
diantaranya adalah granulosit dan 40%
sel mononuclear. Leukosit dengan mudah
dapat dibedakan dari eritrosit dengan
adanya inti, ukurannya yang besar dan
perbedaan kemampuan mengikat warna.
SEL DARAH PUTIH
• Tipe sel darah putih:
• Granulosit:
• Agranulosit:
– Basofil
– Eosinofil
– Lymphocyte
– Neutrofil
– Monocyte
 Bands
 Segmented

Dewasa SI Unit

Pria (4.0 – 6.2) × 10³/µL

Wanita (4.2 – 6.4) × 10³/µL


Fungsi leukosit
Fungsi leukosit adalah
melindungi tubuh terhadap invasi
bakteri atau benda asing lainnya.
Fungsi utama netrofilik PMN adalah
memakan benda asing(fagositosis).

fungsi lainnya sebagai


pengangkut yang mengangkut
/membawa zat lemak dari dinding
usus melalui limpa terus ke
pembuluh darah.
PLATELET/ TROMBOSIT
• Sel terkecil yang ditemukan di
darah berdiameter 2-4µm,

• Berperan pada proses pembekuan darah


(mengontrol perdarahan → coagulation
factor

• Platelet menyumbat endothelium yang rusak (plug)


→ clotting factors membentuk fibrin strands →
untuk mempertahankan sumbatan platelet
• Jumlah selalu berubah antara : 140.000 –
450.000/ mm3, tergantung jumlah yg dihasilkan &
bagaimana digunakan.
FUNGSI DARAH
1. Membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh
2. Membawa karbondioksida dari jaringan ke paru-paru
3. Mentranspor bahan nutrisi dari organ pencernaan ke
dalam sel
4. Mentransport hormon dan enzim ke sel
5. Mentranspor sisa-sisa produksi dari sel ke ginjal, paru-
paru dan kelenjar keringat
6. Mengatur pH tubuh dan temperatur tubuh
7. Mengatur kadar air dlm sel
8. Mencegah kehilangan cairan tubuh
9. Melindungi tubuh dari toxin dan bahan infeksius
Kelainan sel darah merah
Kelainan produksi sel darah merah tergantung pada keadaan
jumlah SDMnya. Jika jumlah SDM nya berkurang maka akan timbul
Anemia. Sebaliknya, keadaan yang jumlah SDM nya terlalu banyak
disebut polisitemia.
Kelainan sel darah putih
Leukemia adalah penyakit Neoplastik yang
ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel
induk hematopoietic yang secara maligna
melakukan transformasi, yang menyebabkan
penekanan dan penggantian unsur sumsum
yang normal.
Kelainan trombosit
Kelainan trambosit
tergantung pada keadaan
jumlah SDMnya. Jika jumlah
trombositnya berkurang maka
akan timbul Trombositopenia.
Sebaliknya, keadaan yang
jumlah tombositnya terlalu
banyak disebut Trombositosis.
TRANSFUSI DARAH
PENGERTIAN
• Transfusi darah adalah proses transfer darah
atau produk dengan bahan dasar darah dari
satu orang ke dalam sistem sirkulasi yang lain.
• Transfusi darah adalah upaya untuk
memasukkan darah dari seorang donor
kedalam ke dalam pembuluh darah (sistem
kardiovaskuler) resipien, yang dinilai sebagai
bentuk terapi, bahkan sebagai upaya untuk
menyelamatkan kehidupan.
TUJUAN
Umum :
Untuk memenuhi kebutuhan sel darah : eritrosit, leukosit,
granulosit, trombosit, plasma atau protein tubuh dan faktor
pembekuan.

Khusus :
• Untuk mengembalikan volume darah cairan darah yang
hilang setelah perdarahan hebat
• memperbaiki kemampuan pengangkutan oksigen
• Memperbaiki faal bekuan darah
• Meperbaiki kemampuan fagosistosis dan menambah
sejumlah protein darah
TIPE TRANSFUSI DARAH

• Transfusi homolog, yaitu transfusi


yang menggunakan darah orang lain.
• Transfusi autolog, yaitu transfusi yang
menggunakan simpanan darah
sendiri.
INDIKASI DAN JENIS TRANSFUSI
1. Transfusi darah lengkap (Whole Blood)
Banyaknya volume darah yang diberikan sesuai dengan banyaknya darah
yang hilang. Diberikan apabila terjadi kehilangan darah 15 – 20% TBV (Ex : Syok
Hipovolemik) pada anak/orang dewasa. Pada bayi transfusi harus sudah diberikan
bila kehilangan 10% TBV.
Darah lengkap diberikan untuk memperbaiki kemampuan transportasi zat
asam oleh eritrosit (seperti anemia) dan memperbaiki jumlah darah yang beredar
seperti perdarahan hebat.

Darah lengkap ada 3 macam, yaitu :


a. Darah Segar Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam sesudah pengambilan.
Keuntungan Pemakaian darah segar yaitu faktor pembekuannya lengkap termasuk faktor labil (V, VIII)
dan fungsi eritrosit relaitif masih baik. Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu tepat dan penularan
penyakit relatif banyak.
b. Darah Baru Yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah diambil dari donor. Faktor
pembekuan disini sudah hampir habis dan juga dapat meningkat kadar kalium, amonia, asam laktat.
c. Darah Simpan yaitu darah yang disimpan lebih 6 hari. Keuntungan penggunaannya mudah (setiap
saat tersedia), bahaya penularan lues cytomegalovirus hilang, sedangkan kerugiannya yaitu faktor
pembekuan terutama faktor V dan VIII sudah hampir habis. Kemampuan transportasi O2 oleh eritrosit
berubah (afinitas Hb terhadap O2 tinggi), sedangkan O2 sukar dilepas di jaringan karena penurunan
kadar 2,3 DPG. Kadar kalium, amonia, asam laktat tinggi.
LANJUTAN …….

2. Packed Red Cells (Sel Darah Merah)


Didapat dari darah lengkap yang diambil/dipisahkan sebagian
plasmanya melalui metode pemutaran atau sedimentasi/pengendapan.
Dengan Packed Red Cell ini, kita mendapatkan : Hematokrit 70 –
80%, volume plasma 15 – 25 ml, volume antikoagulan 10 – 15 ml.
Secara umum pemakaian SDM ini yaitu pada keadaan anemia
hemolitik, anemia hipoplastik kronik, leukemia akut, leukemia kronik,
penyakit keganasan, talasemia, anemia akibat defisiensi vitamin B12 dan Fe.

Keuntungan pemakaian Packed Red Cells :


- Kemungkinan overload circulation menjadi minimal
- Reaksi transfusi akibat plasma komponen menjadi minimal
- Efek samping karena volume antikoagulan yang berlebihan menjadi
minimal
- Meningkatnya daya guna dari pemakaian darah karena sisa plasma dapat
dibuat komponen-komponen yang lain.
LANJUTAN …….
3. Platelet Concentrated (Suspensi Trombosit)
Komponen ini didapat dari darah segar dengan metode pemutaran dengan waktu
tertentu, sehingga akhirnya didapat Platelet Concentration yang volumenya 25 – 40 ml/unit
yang berisi minimal 5,5 x 1010 platelet dan beberapa sel darah merah tercampur di
dalamnya bersama plasma untuk mempertahankan pH di atas 6 selama waktu
penyimpanan.
Dengan 1 unit Platelet Concentration biasanya akan menaikkan jumlah platelet
sebesar 9.000 – 11.000 ml/M2 luas badan (± 7.000 / ml pada orang dewasa dengan berat
badan 70 kg) sehingga untuk keadaan trombositopenia yang berat dibutuhkan sampai 8 –
10 unit.

Indikasi :
- Penderita dengan perdarahan karena trombositopenia
- Sebagai profilaksis pada penderita leukemia atau neoplasma yang mendapat
kemoterapi sehingga jumlah trombositnya menurun
- Sebagai profilaksis pada penderita yang akan dioperasi, tapi jumlah trombositnya
kurang (resiko perdarahan yang besar).
LANJUTAN …….

REKOMENDASI ASA :
1. Profilaksis trombosit tdk efektif & jarang diidentifikasikan jika
trombositopenia disebabkan oleh destruksi trombosit (mis ITP)
2. Pasien bedah & obstetrik dgn perdarahan mikrovaskuler jika
trombosit < 50.000/mm3 perlu transfusi trombosit
3. Persalinan pervaginam dan operasi yang ringan dgn trombosit <
50.000/mm3 tdk perlu transfusi
4. Indikasi transfusi trombosit jika terbukti jumlah trombosit cukup
tapi terdapat disfungsi trobosit dan perdarahan mikrovaskuler

• Trombosit harus ditransfusi dlm waktu 2 jam


• Diberikan sampai perdarahan berhenti atau Bleeding
• Time pd 2 X nilai kontrol normal
• Kemungkinan komplikasi : menggigil, demam, alergi
• Dapat menyebabkan allo imunisasi pada pasien
• Refrakter thd transfusi berikutnya
LANJUTAN …….

4. Cryprecipitate = AHF Concentrate


Komponen ini didapat dari pemisahan plasma segar
atau fresh frozen plasma yang dicairkan pada temperatur 4°C
melalui metode pemutaran yang tertentu sehingga akhirnya
didapat supernatannya yang volumenya hanya 30 – 40 ml.
Setiap unit Cryrecipitate mengandung : Faktor VIII kira-kira
100 – 150 UI, fibrinogen 80 mg, plasma protein dan Faktor
XIII.

Indikasi :
- Hemophilia A (defisiensi faktor VIII)
- Von Willebrand”s disease
- Hypofibrinogenemia
- Acquired Defisiensi faktor VIII (DIC dan dilution in massive
transfusion),
- Defisiensi faktor XIII.
LANJUTAN …….

5. Fresh Frozen Plasma


Didapat dari pemisahan darah segar (darah donor kurang dari 6 jam)
dengan metode pemutaran, kemudian dibekukan dan disimpan pada
temperatur -30°C. Karena dibuat dari darah segar maka hampir semua faktor-
faktor pembekuan (labil faktor) masih utuh, selama penyimpanan pada
temperatur -30°C. Tapi bila disimpan pada temperatur 4°C maka semua faktor
pembekuan yang labil itu akan rusak menjadi plasma biasa.

Indikasi :
- Penderita yang mengalami perdarahan dengan defisiensi faktor-faktor
pembekuan misalnya penyakit hati dengan hematemesis dan melena
- Hemofilia
- Defisiensi prothrombin kompleks Defisiensi faktor V
LANJUTAN …….
6. Transfusi Plasma
Komponen ini dibuat dari pemisahan Packed Red Cells dari darah lengkap melalui
metode pemutaran atau sedimentasi. Berdasarkan umur dari darah lengkap yang
dipisahkan untuk pembuatan plasma dan isi plasma maka komponen plasma dibedakan :
1) Plasma Biasa Didapat dari darah lengkap yang telah mengalami penyimpanan,
mengandung faktor-faktor pem-bekuan labil, tapi masih mengandung faktor stabil
fibrinogen, albumin dan globulin
2) Plasma Segar Didapat dari darah lengkap yang kurang dari 6 jam dalam penyimpanan,
faktor pembekuan masih utuh dan belum rusak serta stabil faktor masih lengkap.

Indikasi :
- Untuk mengatasi keadaan shock (sebelum darah datang)
- Memperbaiki volume sirkulasi darah
- Mengganti protein plasma yang hilang pada luka bakar yang luas
- Mengganti dan menambah jumlah faktor-faktor tertentu yang hilang misalnya fibrinogen albumin
dan globulin

Dosis pemberian tergantung keadaan klinik umumnya diberikan 10 – 15 ml/kg BB/hari. Hati-
hati pada orang tua, karena kemungkinan terjadinya payah jantung atau overload circulation.
Kerugian : Resiko hepatitis Post Transfusi besar Reaksi transfusi seperti urtikaria, menggigil dan febris
Keuntungan : Tersedia dengan cepat dan dapat diberikan tanpa dilakukan compabilitas test.
LANJUTAN …….

7. Leucocyte Concentrate = Granulocyte Concentrate


Komponen ini dibuat dari seorang donor dengan metode pemutaran melalui
Hemonetic-30. Dengan alat ini darah dari donor dilakukan pemutaran terus-menerus dan
putus , memisahkan dan mengumpulkan Buffy Coat yang banyak mengandung granulosit
limfosit, dan platelet kemudian dicampur dengan larutan sitras sebagai antikoagulan yang
akhirnya dilarutkan dalam plasma.
Jumlah granulosit yang dihasilkan adalah 0,9 – 0,3 x 1010 dalam 400 ml plasma
dengan beberapa sel darah merah, limfosit dan platelet yang tercampur di dalamnya.

Indikasi transfusi konsentrat leukosit/granulosit :


- Penderita neutropenia dengan febris tinggi yang gagal dengan antibiotik
- Aplastik anemia dengan leukosit kurang dari 2000 / ml
- Penyakit-penyakit keganasan lainnya

Kapan saat yang tepat untuk pemberian transfusi granulosit masih belum pasti.
Umumnya pada klinis menganjurkan pemberian transfusi granulosit pada penderita neutropenia
dengan panas yang tinggi dan gagal diobati dengan antibiotik yang adekuat lebih dari 48 jam.

Efek pemberian transfusi granulosit tampak dari penurunan suhu badan penderita dan bukan dari
hitung leukosit penderita, penurunan suhu badan penderita terjadi pada 1 – 2 jam setelah transfusi.
CARA MENAKSIR PERDARAHAN
 Dengan menimbang kasa yang digunakan untuk menghapus perda-rahan.
Jumlah perdarahan sesuai dengan selisih berat kasa bekas dengan kasa
kering sebelum digunakan 1 ml kira-kira beratnya 1 gram, dan kasa harus
segera ditimbang pada keadaan masih basah dan jangan menunggu kering
dan jangan bercampur pula dengan NaCl.
 Dengan kalorimetri : kasa-kasa bekas darah dicuci dengan air dan amoniak
yang jumlahnya sudah standar. Hb dihitung dengan kalori meter dan dengan
menggunakan grafik dari standar dapat dihitung jumlah perdarahan.
 Taksiran secara visual : Hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah
berpengalaman dan dengan latihan-latihan, karena bekuan sebesar tinju
misalnya berasal dari darah setengah liter.
 Mengukur darah yang tertampung dalam suction apparatus sering
dipersukar karena tercampur cairan lain atau kadang-kadang alat penghisap
dibilas air.
 Dengan melihat keadaan klinis penderita.
KOMPLIKASI TRANSFUSI
Berdasarkan Cepat Lambanya
a. Reaksi Akut
Reaksi akut adalah reaksi yang terjadi selama transfusi atau dalam 24 jam setelah
transfusi. Reaksi akut dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu ringan, sedang-berat dan
reaksi yang membahayakan nyawa.
- Reaksi ringan ditandai dengan timbulnya pruritus, urtikaria dan rash. Reaksi ringan ini
disebabkan oleh hipersensitivitas ringan. Reaksi ringan diatasi dengan pemberian
antipiretik, antihistamin atau kortikosteroid, dan pemberian transfusi dengan tetesan
diperlambat.
- Reaksi sedang-berat ditandai dengan adanya gejala gelisah, lemah, pruritus, palpitasi,
dispnea ringan, nyeri kepala, warna kemerahan di
kulit, urtikaria, demam, takikardia, kaku otot. Reaksi sedang-berat biasanya
disebabkan oleh hipersensitivitas sedang-berat, demam akibat reaksi transfusi non-
hemolitik (antibodi terhadap leukosit, protein, trombosit), kontaminasi pirogen
dan/atau bakteri.
- Reaksi yang membahayakan nyawa ditemukan gejala gelisah, nyeri dada, nyeri
di sekitar tempat masuknya infus, napas pendek, nyeri punggung, nyeri kepala, dan
dispnea. Terdapat pula tanda-tanda kaku otot, demam, lemah, hipotensi (turun ≥20%
tekanan darah sistolik), takikardia (naik ≥20%), hemoglobinuria dan perdarahan yang
tidak jelas. Reaksi ini disebabkan oleh hemolisis intravaskular akut, kontaminasi bakteri,
syok septik, kelebihan cairan, anafilaksis dan gagal paru akut akibat transfusi.
LANJUTAN …

NOTE :
• Reaksi transfusi hemolitik akut (RTHA) terjadi hampir selalu
karena ketidakcocokan golongan darah ABO (antibodi jenis IgM
yang beredar) dan sekitar 90%-nya terjadi karena kesalahan dalam
mencatat identifikasi pasien atau unit darah yang akan diberikan.

• Gejala dan tanda yang dapat timbul pada RTHA adalah demam
dengan atau tanpa menggigil, mual, sakit punggung atau dada,
sesak napas, urine berkurang, hemoglobinuria, dan hipotensi. Pada
keadaan yang lebih berat dapat terjadi renjatan (shock), koagulasi
intravaskuler diseminata (KID), dan/atau gagal ginjal akut yang
dapat berakibat kematian. Untuk mengatasi hal tersebut perlu
dilakukan tindakan meningkatkan perfusi ginjal, mempertahankan
volume intravaskuler, mencegah timbulnya DIC.
LANJUTAN …

b. Reaksi Lambat

Reaksi transfusi hemolitik lambat (RTHL) biasanya disebabkan


oleh adanya antibodi yang beredar yang tidak dapat dideteksi sebelum
transfusi dilakukan karena titernya rendah. Reaksi yang lambat
menunjukkan adanya selang waktu untuk meningkatkan produksi
antibodi tersebut. Hemolisis yang terjadi biasanya ekstravaskuler.
Gejala dan tanda yang dapat timbul pada RTHL adalah demam,
pucat, ikterus, dan kadang-kadang hemoglobinuria. Biasanya tidak
terjadi hal yang perlu dikuatirkan karena hemolisis berjalan lambat dan
terjadi ekstravaskuler, tetapi dapat pula terjadi seperti pada RTHA.
Apabila gejalanya ringan, biasanya tanpa pengobatan. Bila terjadi
hipotensi, renjatan, dan gagal ginjal, penatalaksanaannya sama seperti
pada RTHA.
LANJUTAN …
Berdasarkan Faktor Penyebab
Berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi dua yaitu :
1. komplikasi imunologis
a. Aloimunisasi : antigen eritrosit, antigen HLA
- Antigen trombosit
- Atigen netrofil
- Protein plasma
b. Reaksi transfusi hemolitik : segera tertunda (delayed)
c. Reaksi febris transfusi
d. Kerusakan paru akut
e. Alergi
f. Purpura pasca transfusi
g. Imunosupresi
2. non imunologis
a. Transfusi masif (pemberian darah sebanyak 1,5 kali volume darah
penderita/pemberian 0,5 dari jumlah darah penderita dalam waktu kurang dari 1 jam)
yang memberi efek hipotermi, hiperkalemia dan hipokalesemia, koagulopati, gang.
Asam basa, mikroembuli paru
b. Infeksi : Hepatitis A,B,C, delta, HIV, Kontaminasi Bakteri seperti sifilis,parasit : malaria dan
organisme lainnya.
c. Reaksi lainnya : Demam, Urtikaria, anafilaksis, asidosis dll
TRANSFUSI DARAH MASIF
Transfusi darah masif adalah pemberian darah sebanyak 1,5 kali volume darah penderita atau
pemberian 0,5 dari jumlah darah penderita dalam waktu kurang dari 1 jam.

Hal-hal yang mungkin terjadi pada transfusi darah masif :


1. Hipotermi. Transfusi sebanyak 5 unit darah, simpan dalam waktu 30 menit dapat
menurunkan suhu tubuh sampai 4°C. Pada suhu 33°C, hipotermi menghasilkan asidosis
metabolik dan depresi curah jantung. Perubahan posisi tubuh akan menyebabkan henti
jantung. Oleh sebab itu darah harus dihangatkan lebih dahulu apabila akan diberikan sangat
cepat dalam jumlah besar.
2. Hiperkalemia dan Hipokalsemia. Hiperkalemia disebabkan karena difusi dari ekstra ke intra
selluler yang disebabkan oleh asidosis atau suhu yang rendah. Pembebasan kalium hati
karena stimulasi berbagai faktor seperti anoksia, hiperkapnia, pembebasan adrenalin dari
kelenjar adrenal sebagai respon perdarahan.
3. Gangguan Keseimbangan Asam Basa.Sitrat akan dimetabolisme menjadi bikarbonat dan
sebagai akibat penumpukan bikarbonat dapat terjadi alkalosis metabolik.
4. Koagulopati.Perdarahan dan perembesan darah dapt terjadi setelah transfusi darah ACD
secara masif. Penyebab terpenting adalah trombositopeni dilusi atau DIC.
5. Mikroemboli paru.Akibat penumpukan sisa-sisa sel darah yang rusak yang tidak tersaring di
dalam paru dapat terjadi mikro emboli paru. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian darah
sesegar mungkin atau dengan penggunaan selaput penyaring darah diameter lubang 20 – 40
mikron.
Tindakan yang dilakukan jika terjadi reaksi
transfuse adalah sebagai berikut:
1. Stop transfusi
2. Naikkan tekanan darah dengan koloid, kristaloid,atau
Bila perlu tambahan inotropik
3. Beri oksigen 100% Jika terjadi kondisi hipoksia
4. Manitol 50 mg atau furosemid 10-20 mg
5. Antihistamin dan epinefrin
6. Steroid dosis tinggi
7. Jika perlu exchange transfusion
8. Tetap infus dengan NaCl 0,9% atau kristaoid,
9. Pemberian dopamin dan kortikosteroid perlu
dipertimbangkan.
Penanganan khusus pada reaksi transfusi :
1. Reaksi alergi : Hipersensitivitas terhadap protein plasma donor. Gejala Klinis adalah urtikaria,
dan pada kasus berat dapat terjadi dispnea. udema fasial dan kaku. Pengobatan segera dengan
memberikan anti histamin dan hidrokortison. Pilihan terakhir adalah adrenalin. Bila yang
dibutuhkan komponen sel darah merah transfusi dapat dilanjutkan dengan WRC.
2. Reaksi febris : Terjadi karena set infus atau labu darah yang tidak bebas bahan pirogen sehingga
menimbulkan reaksi anti bodi terhadap leukosit dan trombosit. Gejala klinis febris dapat disertai
menggigil, sakit kepala, nyeri seluruh tubuh, dan gelisah. Transfusi dihentikan dan dapat diberi
antipiretik. Bila yang dibutuhkan komponen sel darah merah transfusi dapat dilanjutkan
dengan WRC.
3. Kontaminasi Bakteri : Kontaminasi bakteri dapat terjadi waktu pengambilan darah donor,
karena darah terlalu lama dalam suhu kamar atau tusukan kedalam labu darah. Gejala berupa
panas tinggi, nyeri kepala, menggigil, muntah, sakit perut, diare sampai syok yang terjadi pada
waktu transfusi atau beberapa saat setelahnya. Tindakan yang dilakukan adalah menghentikan
transfusi darah, atasi syok, kompres es, dan pemberian antibiotika dosis tinggi.
4. Kelebihan beban sirkulasi : Dapat terjadi udem paru dan gejala rasa penuh dalam kepala dan
batuk kering. Bila tidak ditangani segera dapat terjadi payah jantung. Reaksi ini dapat dicegah
dengan pemberian transfusi lambat komponen darah yang dibutuhkan. Tindakan yang dapat
dilakukan adalah menghentikan transfusi darah, memberikan oksigen, tidur dengan posisi
setengah duduk, pemberian obat-abatan misalnya diuretik, digitalis dan aminofilin. Untuk
pencegahan timbulnya peningkatan beban sirkulasi dapat dilakukan penetesan yang lambat
yaitu 6-8 tetes permenit, dan atau penggunaan kcmponen darah.
DONOR DARAH
TUJUAN SELEKSI DONOR :
• Melindungi kesehatan donor
• Melindungi resipien dari resiko peny. Menular & efek merugikan lainnya.

SYARAT DONOR :
1. Umur 17 - 60 tahun ( Pada usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila
mendapat ijin tertulis dari orangtua. Sampai usia tahun donor masih dapat
menyumbangkan darahnya dengan jarak penyumbangan 3 bulan atas
pertimbangan dokter )
2. BB minimal 45- 50 kg
3. Temperatur tubuh : 36,6 - 37,5o C (oral)
4. Denyut nadi reguler, (Jantung normal, frek. 50-100 X/menit )
5. Tekanan darah baik , yaitu: Sistole = 110 - 160 mm Hg dan Diastole = 70 -
100 mm Hg
6. Hemoglobin : Wanita minimal = 12 gr % dan Pria minimal = 12,5 gr %
7. Frekuensi pendonoran 2-3 kali setahun dengan jarak penyumbangan
sekurang-kurangnya 3 bulan. Keadaan ini harus sesuai dengan keadaan
umum donor
ORANG YANG TIDAK BOLEH MENJADI PENDONOR
1. Pernah menderita hepatitis B.
2. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah kontak erat dengan penderita hepatitis.
3. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah transfusi.
4. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah tattoo/tindik telinga.
5. Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi.
6. Dalam jangka wktu 6 bulan sesudah operasi kecil.
7. Dalam jangka waktu 12 bulan sesudah operasi besar.
8. Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, cholera, tetanus dipteria atau profilaksis.
9. Dalam jangka waktu 2 minggu sesudah vaksinasi virus hidup parotitis epidemica, measles, tetanus toxin.
10. Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah injeksi terakhir imunisasi rabies therapeutic.
11. Dalam jangka waktu 1 minggu sesudah gejala alergi menghilang.
12. Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah transpalantasi kulit.
13. Sedang hamil dan dalam jangka waktu 6 bulan sesudah persalinan.
14. Sedang menyusui.
15. Ketergantungan obat, Alkoholisme akut dan kronik.
16. Sifilis., Menderita tuberkulosa secara klinis., epilepsi dan sering kejang.
17. Menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh balik) yang akan ditusuk.
18. Mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya, defisiensi G6PD, thalasemia,
polibetemiavera.
19. Seseorang yang termasuk kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi untuk mendapatkan
HIV/AIDS (homoseks, morfinis, berganti-ganti pasangan seks, pemakai jarum suntik tidak steril).
20. Pengidap HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan pada saat donor darah.
MANFAAT DONOR DARAH
1. Bagi Pendonor
– Dapat memeriksakan kesehatan secara berkala 3 bulan sekali seperti tensi, Lab Uji Saring (HIV, Hepatitis B,
C, Sifilis dan Malaria).
– Mendapatkan piagam penghargaan sesuai dengan jumlah menyumbang darahnya antara lain 10, 25, 50,
75, 100 kali.
– Donor darah 100 kali mendapat penghargaan Satya Lencana Kebaktian Sosial dari Pemerintah.
– Merupakan bagian dari ibadah.
– Sarana amal kemanusiaan bagi yang sakit, kecelakaan, operasi dll (setetes darah merupakan nyawa bagi
mereka)
– Pendonor yang secara teratur Mendonorkan Darah (setiap 3 Bulan) akan menurunkan Resiko Terkena
penyakit Jantung sebesar 30 % (British Journal Heart) seperti serangan jantung Koroner dan Stroke.
– Pemeriksaan ringan secara triwulanan meliputi Tensi darah, kebugaran (Hb), gangguan kesehatan
(hepatitis, gangguan dalam darah dll)
– Mencegah stroke (Pria lebih rentan terkena stroke dibanding wanita karena wanita keluar darah rutin lewat
menstruasi kalau pria sarana terbaik lewat donor darah aktif)
2. Bagi Resipen
– Sekantong darah yang didonorkan seringkali dapat menyelamatkan nyawa seseorang. Darah adalah
komponen tubuh yang berperan membawa nutrisi dan oksigen ke semua organ tubuh, termasuk organ-
organ vital seperti otak, jantung, paru-paru, ginjal, dan hati. Jika darah yang beredar di dalam tubuh sangat
sedikit oleh karena berbagai hal, maka organ-organ tersebut akan kekurangan nutrisi dan oksigen.
– Akibatnya, dalam waktu singkat terjadi kerusakan jaringan dan kegagalan fungsi organ, yang berujung pada
kematian. Untuk mencegah hal itu, dibutuhkan pasokan darah dari luar tubuh. Jika darah dalam tubuh
jumlahnya sudah memadai, maka kematian dapat dihindari.
Prinsip-prinsip transfuse darah, meliputi :
• Perlu diperhatikan jenis aglutinogen dari darah donor dalam eritrositnya, sedangkan
pada resipien perlu diperhatikan macam aglutinin di dalam plasma darahnya. Hukum
Landsteiner menyatakan bahwa bila aglutinogen bertemu dengan zat antinya
(aglutinin), maka akan terjadi aglutinasi atau penggumpalan darah.
• Perhatikan kemungkinan terjadinya transfusi darah masing-masing golongan darah
dan berbagai macam golongan darah.

KETERANGAN :
• Golongan darah A hanya bisa mendonorkan darah kepada golongan darah A dan AB
dan menerima darah dari golongan darah A dan O.
• Golongan darah B hanya bisa mendonorkan darah kepada golongan darah B dan AB
dan menerima darah dari golongan darah B dan O.
• Golongan darah AB hanya bisa mendonorkan darah kepada golongan darah AB saja
dan menerima darah dari semua golongan darah (A, B, AB dan O) maka dari itu
golongan darah AB disebut sebagai resipien universal.
• Golongan darah O bisa mendonorkan darah kepada semua golongan darah (A, B,
AB,dan O) dan menerima darah dari golongan darah O saja, maka dari itu golongan
darah O disebut sebagai donor universal.
PENGUJIAN DARAH :
Contoh darah vena :
• Sebaiknya diambil dari sisi yg tidak sedang diinfus (Mengganggu reaksi serologik)
• 5 cc pertama dibuang lalu diambil 5 cc tanpa Diberi antikoagulans
• Diambil dari vena yg mudah dipunksi dgn jarum #21 atau #22 dihisap dgn pelan untuk mengurangi hemolisis

Tes Golongan Darah sistem ABO :


• Eritrosit dites thd antigennya dgn antisera Anti-A dan Anti-B (Slid tes)
• Tes dikerjakan pd suhu kamar atau lbih dingin (20-22 °C).
• Pada suhu 37 °C reaksi menjadi lemah

Uji Silang :
• Uji silang mayor antara serum resipien dengan eritrosit donor
• Uji silang minor antara serum donor dengan eritrosit resipien
• Dikerjakan dalam 3 fase yaitu : medium NaCl 0,9 %, albumin, dan Coombs
• Seluruhnya memerlukan waktu 2 jam

Anti Koagulan :
• Pilihan : CPDA-1 (Citrate Phosphate Dextrose with Adenine)
• Dapat disimpan sampai 35 hari dgn suhu 1-60 °C
• Citrat : mengikat calcium , hambat koagulasi
• Phosphate : sebagai buffer , pelihara kadar 2,3 DPG
• Produksi ATP : meningkatkan viabilitas eritrosit
• Dekstrose : sumber energi
• Adenin eksogen : membentuk ATP
PENYIMPANAN DARAH :

- Disimpan Pada suhu 1-6 °C


- Tidak boleh beku : menyebabkan hemolisis
- Reaksi transfusi hebat
- Selama penyimpanan alami proses ‘storage
lesion’ :
- Perubahan biokimia dan struktural
- Proses glikosis laktat : pH turun , ATP turun
- 2,3 DPG turun : afinitas Hb terhadap oksigen
meningkat, oksigenasi jaringan menurun
TEKHNIK DAN PRINSIP TRANSFUSI DARAH
1. Sebelum ditransfusikan, periksa sekali lagi sifat dan jenis darah serta kecocokan antara darah
donor dan penderita.
2. Penderita dipersiapkan dengan pemasangan infus dengan jarum besar (16-18). Jarum yang terlalu
kecil (23-25) dapat menyebabkan hemolisis.
3. Transfusi dilakukan dengan transfusi set yang memiliki saringan untuk menghalangi bekuan fibrin
dan partikel debris lainnya. Transfusi set baku memiliki saringan dan ukuran pori-pori 170 mikron.
Pada keadaan normal, sebuah transfusi set dapat digunakan untuk 2 sampai 4 unit darah.
4. Vena terbaik untuk kanulasi darah adalah vena pada bagian dorsal tangan dan pada lengan atas.
Dalam keadaan darurat dapat dilakukan venaseksi untuk menjamin kelancaran dan kecepatan
transfusi.
5. Waktu mengambil darah dari lemari es, perhatikan plasmanya. Jika ada tanda-tanda hemolisis
(warna coklat hitam, keruh) jangan diberikan. Darah yang belum akan ditransfusikan harus tetap
di dalam lemari es. Setelah darah sudah dikeluarkan dari lemari es harus didiamkan selama 30
menit,dan baru langsung ditransfuskan.
6. Sebelum transfusi, diberikan terlebih dahulu 50-100 ml NaCl fisiologik 0,9%. Dengan tetesan
hidrasi NaCl 20 tetes/menit. Jangan menggunakan larutan lain karena dapat merugikan. Larutan
dekstrose dan larutan garam hipotonik dapat menyebabkan hemolisis. Ringer laktat atau larutan
lain yang mengandung kalsium akan menyebabkan koagulasi. Jangan menambahkan obat apapun
ke dalam darah yang ditransfusikan. Obat-obatan memiliki pH yang berbeda sehingga dapat
menyebabkan hemolisis, lagipula bila terjadi reaksi transfusi akan sulit untuk menentukan apakah
hal itu terjadi akibat obat atau akibat darah yang ditransfusikan.
TEKHNIK DAN PRINSIP TRANSFUSI DARAH
7. Jika sejumlah besar darah akan ditransfusikan dalam waktu yang singkat, maka
dibutuhkan darah hangat, karena darah yang dingin akan mengakibatkan aritmia
ventrikel bahkan kematian.
8. Menghangatkan darah dengan air hangat hendaknya pada suhu 37-38 derajat C. Karena
bila lebih 39 derajat C, eritrosit akan rusak. Pada 100 ml pertama pemberian darah
lengkap hendaknya diteliti dengan hati-hati dan diberikan perlahan-lahan untuk
kemungkinan deteksi dini reaksi transfusi.
9. Transfusi set mengalirkan darah 1 ml dalam 20 tetes. Laju tercepat yang bisa tercapai
adalah 60 ml permenit. Laju transfusi tergantung pada status kardiopulmoner resipien.
Jika status kardiopulmoner normal, maka dapat diberikan 10-15 ml/kgBB dalam waktu 2-
4 jam. Jika tidak ada hemovolemia maka batas aman transfusi adalah 1 ml/kgBB/jam (1
unit kurang lebih 3 jam) atau 1000 ml dalam 24 jam. Tetapi jika terdapat gagal jantung
yang mengancam maka tidak boleh ditransfusikan melebihi 2 ml/kgBB/jam. Karena
darah adalah medium kultur yang ideal untuk bakteri, sebaiknya transfusi satu unit
darah tidak boleh melewati 5 jam karena meningkatnya resiko proliferasi bakteri.
10. Kasus-kasus dengan perdarahan yang hebat kadang-kadang dibutuhkan transfusi yang
cepat sampai 6-7 bag dalam setengah jam. Setelah sirkulasi tampak membaik dikurangi
hingga 1 bag tiap 15 menit.
PEMILIHAN VENA UNTUK TRANSFUSI
PEMILIHAN VENA:
• Gunakan vena distal lengan untuk pilihan pertama
• Jika memungkinkan pilih lengan non dominan
• Pilih vena-vena di atas area fleksi
• Gunakan vena kaki jika vena lengan tidak dapat diakses
• Pilih vena yang mudah diraba, vena yang besar dan yang memungkinkan aliran cairan adequat
• Pastikan bahwa lokasi yang dipilih tidak akan mengganggu aktivitas sehari-hari pasien
• Pilih lokasi yang tidak mempengaruhi pembedahan atau prosedur-prosedur yang direncanakan.

CARA MEMUNCULKAN VENA:


• Massase ekstremitas dari distal ke proksimal di bawah tempat pungsi vena yang dituju
• Minta klien menggenggam dan membuka genggaman secara bergantian
• Ketuk ringan di atas vena
• Gunakan torniket sedikitnya 5-15 cm di atas tempat yang akan diinsersi, kencangkan torniket
• Berikan kompres hangat pada ekstremitas selama beberapa menit (misal dengan waslap hangat)

HINDARI MENGGUNAKAN VENA BERIKUT:


• Vena pada area fleksi (misal:fossa ante cubiti)
• Vena yang rusak karena insersi sebelumnya (misal karena flebitis, infiltrasi atau sklerosis)
• Vena yang nyeri palpasi
• Vena yang tidak stabil, mudah bergerak ketika jarum dimasukkan
• Vena yang mudah pecah, Vena yang berbelok-belok
• Vena dorsal yang rapuh pada klien lansia dan pembuluh darah pada ekstremitas dengan gangguan sirkulasi
(misal pada mastektomi, graft dialysis atau paralysis).
KECEPATAN TRANSFUSI
- Pada 100 ml pertama hati-hati dan perlahan-lahan,deteksi dini
reaksi transfusi
- Transfusi set 1 ml = 16-20 tetes, laju tercepat 60 ml/menit
- Laju transfusi Tergantung status kardiopulmoner
- Status kardiopulmoner normal : 10-15 ml/kgBB dlm 2-4 jam
- Jika tidak ada hemovolemis : batas aman 1 ml/kg/jam. 1 unit + 3
jam atau 1000 ml dalam 24 jam
- Jika terdapat gagal jantung, tidak boleh lebih dari 2 ml/kgBB/jam
- Transfusi 1 unit darah tidak boleh > 5 jam karena risiko proliferasi
bakteri meningkat.
- Pemberian secara rutin antihistamin, antipirektika, diuretika
- Sebelum Transfusi untuk mencegah reaksi tdk boleh diberikan
obat preventif
- Reaksi panas adalah salah satu tanda reaksi transfusi Diuretika
diberi hanya pada anemia kronis yg perlu transfusi sampai 20
ml/kgBB/24 jam
CARA MENINGKATKAN KECEPATAN TRANSFUSI
Kasus-kasus dengan perdarahan yang hebat kadang-kadang
dibutuhkan transfusi yang cepat sampai 6 – 7 bag dalam ½ jam.
Setelah sirkulasi tampak membaik dikurangi hingga 1 bag tiap 15
menit.

Cara-cara meningkatkan kecepatan transfusi :


1. Letakkan botol/kantung darah setinggi mungkin. Peningkatan 2
kali menyebabkan kecepatan transfusi meningkat 2 kali lipat.
2. Pergunakan jarum atau kanula sebesar mungkin
3. Dengan memompakan darah meningkatkan tekanan udara
dalam botol/kantung.
4. Dengan memompakan darah yang berasa di dalam kateter
bawah
RUMUS UNTUK MEMPERKIRAKAN
KEHILANGAN DARAH MAKSIMUM
VOL.DARAH YG BISA DITOLELIR OL TUBUH (MKDT) :

*HCT min yang ditolerir tubuh = 25%

Contoh kasus :

Seorang Anak BB 10 kg, EBV = 10x70 ml = 700 ml.HCT pasien 42%

Maka :
Total Blood Volume secara sederhana dapat
diketahui berdasarkan berat badan penderita:
Untuk penderita laki-laki rata-rata TBV = 70 cc/kg BB
sedangkan wanita 60 cc/kg BB.
Jadi misalnya :
Seorang laki-laki dengan berat badan 50 kg maka TBV
dapat dihitung : 70 x 50 = 3500 ml.
RUMUS UNTUK MEMPERKIRAKAN VOL PRC YG
HARUS DIBERIKAN PADA PERDARAHAN

Contoh kasus :
Anak BB 10 kg, HCT turun hingga 23%,HCT yg diinginkan 35%,HCT RBC
70%

Maka :
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH
ALAT DAN BAHAN
• Standar infus • Kassa Steril
• Set transfusi/Transfusi Set (Selang Y • Betadine
atau Tunggal) • Handscoon steril
• Larutan NaCl 0,9 % • Tensi Meter
• Stetoskop
• Produk Darah Yang Benar Sesuai
• Termometer
Program Medis (sesuai Kebutuhan
• Buku panduan, buku
pasien)
catatan dan pulpen
• Kateter IV/Abochat Sesuai ukuran • Format informed
(18-19G / sesuai kebutuhan) concent/persetujuan
• Pengalas/Perlak tindakan
• Torniquet
• Kapas Alkohol 70% dalam com
tertutup
• Plester
• Gunting
PEROSEDUR TINDAKAN
TAHAP PRA INTERAKSI :
1. Melakukan verifikasi data
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat

TAHAP ORIENTASI :
1. Memberikan salam sebagai penedekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien
3. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya
4. Menanyakan kesiapan klien sebelum keagiatan dilakukan
PEROSEDUR TINDAKAN
TAHAP KERJA :
1. Beritahu dan jelaskan prosedur kepada klien
2. Bawa Alat ke dekat klien
3. Cuci Tangan dan atur posisi klien senyaman mungkin
4. Pertahankan tekhnik aseptik Lakukan pemasangan infus dengan cairan NaCl yang
tersedia
5. Hubungkan dan gantungkan cairan NaCl 0,9% disinfeksi tutup botol cairan
dengan alkohol swab antiseptik
6. Lepaskan selang transfusi set dari wadah dan tarik keluar
7. Geser klem selang disepnjang selang sampai berada tepat dibawah bilik tetes
untuk memfasilitasi aksesnya
8. Tutup klem selang transfusi set
9. Biarkan ujung selang tetap tertutup plastik sampai transfusi set dipasang
(pertahankan kesterilan selang)
10. Lepaskan tutup botol/kantung cairang infus dan tusukkan selang transfusi set ke
botol/kantung cairan infus
11. Isi Cairan NaCl 0,9% dan transfusi set dengan menekan bagian ruang tetesan
(chamber) isi 1/3-1/2 bagian buka penutup hingga selang terisi dan udaranya
keluarkan, kemudia klem kembali cairan infus dan selang/jarum ditutup kembali
Lanjutan ……
12. Memberikan label pada botol cairan infus NACl 0,9%
13. Pasang pengalas
14. Lakukan pembendungan dengan torniquet
15. Disinfeksi daerah yang akan ditusuk lalu lakukan penusukan dengan lubang
jarum menghadap keatas dengan sudut 15-30 derajat
16. Lakukan pengecekan apakah sudah mengenai vena, ciri darah keluar dari jarum
inus/abocat menandakan masuk vena.
17. Tarik jarum dan hubungkan dengan selang transfusi,
18. Buka torniquet
19. Lakukan disinfeksi dengan antiseptik seperti betadine lalu tutup dengan kassa
steril
20. Beri tanggal dan jam pelaksanaan tindakan dengan plester
21. Setelah NaCl 0,9% masuk, kurang lebih 15 menit (50-100ml) ganti dengan
darah yang sudah di siapkan
22. Lakukan pengecekan kembali sebelum memasukkan darah, cek warna darah,
identitas klien, jenis golongan darah, dan tanggal kadaluarsanya,
Lanjutan ……

23. Dapatkan komponen darah yang tepat untuk klien : Sebelum


Memasukan darah, lebih dulu cek warna darah, identitas
pasien, golongan darah, dan tanggal kadaluarsa
24. Sambungkan kantong darah dengan set transfusi dan
sebelumnya kantong darah dibalik-balik agar sel darah
tercampur, namun tdk berlebihan .
25. Atur tetesan darah permenit sesuai dengan program
26. Lakukan observasi TTV selama pemberian transfusi, setiap 5
menit dalam waktu 15 menit pertama dan setiap 15 menit
selama 1 jam berikutnya.
27. Catat respon pasien
28. Setelah transfusi selesai sambungkan kembali dengan larutan
NaCl 0,9% untuk membersihkan kembali set transfusi
29. Lepaskan Sarung Tangan dan Cuci Tangan
PROSEDUR TINDAKAN
TAHAP TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Bereskan alat
4. Cuci tangan
5. Dokumentasi
PERHATIAN
• Perhatikan apakah Suhu dalam Botol/kantung Sesuai dengan suhu dalam
tubuh normal dengan cara meraba bagian luarnya
• Sebelum pemberian darah dilakukan, dicocokan dengan teliti label/etiket
botol darah dengan status klien yang bersangkutan
• Lihat keadaan darah tersebut apak masih baik. Bila kelihatan ada gumpalan
(stolsels), darah tidak boleh diberikan
• Bila pemberian akan dilakukan, darah harus bercampur rata (secara
homogen) terlebih dahulu, membalikkan perlahan botol sampai tercampur
rata
• Tidak boleh dikocok atau dipanaskan
• Awasi klien utamanya 15 menit pertama, apakah ada reaksi misalnya
menggigil, sesak napas, urtikari, suhu tinggi, nyeri pinggang, sakit sepanjang
vena, dan lain-lain. Bila terjadi hal yang demikian, slang (pipa saluran)
infus/transfusi segera diklem dan beritahu dokter
• Catatat tanggal pemberian, jam, banyak darah yg diberikan, nomor seri pada
botol, reaksi klien, dll.
• Sediakan obat anti alergi lengkap dengan sempritnya

Anda mungkin juga menyukai