HEMATOLOGI
GAMBARAN UMUM
Darah merupakan bagian dari tubuh yang berperan
penting dalam mempertahankan kehidupan. Darah dalam
bentuk cair sehingga dapat didistribusikan keseluruh tubuh
melalui pembulu darah. Volume dalam tubuh bervariasi,
pada orang dewasa volume darah sekitar 7-8 % dari
berat badan.
Fungsi utama sel darah merah adalah membawa oksigen dari paru ke
jaringan. Eritrosit mempunyai kemampuan khusus melakukan fungsi ini
karena kandungan hemoglobinnya tinggi. Apabila tidak ada hemoglobin,
kapasitas pembawa oksigen darah dapat berkurang sampai 99% dan
tentunya tidak mencukupi kebutuhan metabolisme tubuh. Fungsi penting
hemoglobin adalah kemampuannya mengikat oksigen dengan longgar da
fleksibel.
HITUNG SEL DARAH MERAH
• menentukan jumlah sel darah
merah per sentimeter kubik
(cm3) darah
• MENGANDUNG Hb
(Haemoglobin) dan Hct
(Haematocrit)
Dewasa SI Unit
Pria 4.6 – 6.2 x 1012/L
Wanita 4.2 – 5.4 x 1012/L
Osman, Malik Mohammed. 2013 Al Neelain Medical Journal. vol.3
No. 8 ISSN 1858-627 p.100-109
HEMOGLOBIN
• Heme = darah & globin = protein
• Protein kompleks → pengangkut-oksigen dalam
darah
Kadar Hb tergantung dari umur pasien :
Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl
Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl
Anak anak : 11-13 gram/dl
Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl
Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl
Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl
HEMATOKRIT
• “Memisahkan darah”
• Mengukur persentase
kandungan sel darah merah
dalam darah seseorang
Dewasa SI Unit
Pria 40% – 54%
Wanita 38% – 47%
Dewasa SI Unit
Khusus :
• Untuk mengembalikan volume darah cairan darah yang
hilang setelah perdarahan hebat
• memperbaiki kemampuan pengangkutan oksigen
• Memperbaiki faal bekuan darah
• Meperbaiki kemampuan fagosistosis dan menambah
sejumlah protein darah
TIPE TRANSFUSI DARAH
Indikasi :
- Penderita dengan perdarahan karena trombositopenia
- Sebagai profilaksis pada penderita leukemia atau neoplasma yang mendapat
kemoterapi sehingga jumlah trombositnya menurun
- Sebagai profilaksis pada penderita yang akan dioperasi, tapi jumlah trombositnya
kurang (resiko perdarahan yang besar).
LANJUTAN …….
REKOMENDASI ASA :
1. Profilaksis trombosit tdk efektif & jarang diidentifikasikan jika
trombositopenia disebabkan oleh destruksi trombosit (mis ITP)
2. Pasien bedah & obstetrik dgn perdarahan mikrovaskuler jika
trombosit < 50.000/mm3 perlu transfusi trombosit
3. Persalinan pervaginam dan operasi yang ringan dgn trombosit <
50.000/mm3 tdk perlu transfusi
4. Indikasi transfusi trombosit jika terbukti jumlah trombosit cukup
tapi terdapat disfungsi trobosit dan perdarahan mikrovaskuler
Indikasi :
- Hemophilia A (defisiensi faktor VIII)
- Von Willebrand”s disease
- Hypofibrinogenemia
- Acquired Defisiensi faktor VIII (DIC dan dilution in massive
transfusion),
- Defisiensi faktor XIII.
LANJUTAN …….
Indikasi :
- Penderita yang mengalami perdarahan dengan defisiensi faktor-faktor
pembekuan misalnya penyakit hati dengan hematemesis dan melena
- Hemofilia
- Defisiensi prothrombin kompleks Defisiensi faktor V
LANJUTAN …….
6. Transfusi Plasma
Komponen ini dibuat dari pemisahan Packed Red Cells dari darah lengkap melalui
metode pemutaran atau sedimentasi. Berdasarkan umur dari darah lengkap yang
dipisahkan untuk pembuatan plasma dan isi plasma maka komponen plasma dibedakan :
1) Plasma Biasa Didapat dari darah lengkap yang telah mengalami penyimpanan,
mengandung faktor-faktor pem-bekuan labil, tapi masih mengandung faktor stabil
fibrinogen, albumin dan globulin
2) Plasma Segar Didapat dari darah lengkap yang kurang dari 6 jam dalam penyimpanan,
faktor pembekuan masih utuh dan belum rusak serta stabil faktor masih lengkap.
Indikasi :
- Untuk mengatasi keadaan shock (sebelum darah datang)
- Memperbaiki volume sirkulasi darah
- Mengganti protein plasma yang hilang pada luka bakar yang luas
- Mengganti dan menambah jumlah faktor-faktor tertentu yang hilang misalnya fibrinogen albumin
dan globulin
Dosis pemberian tergantung keadaan klinik umumnya diberikan 10 – 15 ml/kg BB/hari. Hati-
hati pada orang tua, karena kemungkinan terjadinya payah jantung atau overload circulation.
Kerugian : Resiko hepatitis Post Transfusi besar Reaksi transfusi seperti urtikaria, menggigil dan febris
Keuntungan : Tersedia dengan cepat dan dapat diberikan tanpa dilakukan compabilitas test.
LANJUTAN …….
Kapan saat yang tepat untuk pemberian transfusi granulosit masih belum pasti.
Umumnya pada klinis menganjurkan pemberian transfusi granulosit pada penderita neutropenia
dengan panas yang tinggi dan gagal diobati dengan antibiotik yang adekuat lebih dari 48 jam.
Efek pemberian transfusi granulosit tampak dari penurunan suhu badan penderita dan bukan dari
hitung leukosit penderita, penurunan suhu badan penderita terjadi pada 1 – 2 jam setelah transfusi.
CARA MENAKSIR PERDARAHAN
Dengan menimbang kasa yang digunakan untuk menghapus perda-rahan.
Jumlah perdarahan sesuai dengan selisih berat kasa bekas dengan kasa
kering sebelum digunakan 1 ml kira-kira beratnya 1 gram, dan kasa harus
segera ditimbang pada keadaan masih basah dan jangan menunggu kering
dan jangan bercampur pula dengan NaCl.
Dengan kalorimetri : kasa-kasa bekas darah dicuci dengan air dan amoniak
yang jumlahnya sudah standar. Hb dihitung dengan kalori meter dan dengan
menggunakan grafik dari standar dapat dihitung jumlah perdarahan.
Taksiran secara visual : Hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah
berpengalaman dan dengan latihan-latihan, karena bekuan sebesar tinju
misalnya berasal dari darah setengah liter.
Mengukur darah yang tertampung dalam suction apparatus sering
dipersukar karena tercampur cairan lain atau kadang-kadang alat penghisap
dibilas air.
Dengan melihat keadaan klinis penderita.
KOMPLIKASI TRANSFUSI
Berdasarkan Cepat Lambanya
a. Reaksi Akut
Reaksi akut adalah reaksi yang terjadi selama transfusi atau dalam 24 jam setelah
transfusi. Reaksi akut dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu ringan, sedang-berat dan
reaksi yang membahayakan nyawa.
- Reaksi ringan ditandai dengan timbulnya pruritus, urtikaria dan rash. Reaksi ringan ini
disebabkan oleh hipersensitivitas ringan. Reaksi ringan diatasi dengan pemberian
antipiretik, antihistamin atau kortikosteroid, dan pemberian transfusi dengan tetesan
diperlambat.
- Reaksi sedang-berat ditandai dengan adanya gejala gelisah, lemah, pruritus, palpitasi,
dispnea ringan, nyeri kepala, warna kemerahan di
kulit, urtikaria, demam, takikardia, kaku otot. Reaksi sedang-berat biasanya
disebabkan oleh hipersensitivitas sedang-berat, demam akibat reaksi transfusi non-
hemolitik (antibodi terhadap leukosit, protein, trombosit), kontaminasi pirogen
dan/atau bakteri.
- Reaksi yang membahayakan nyawa ditemukan gejala gelisah, nyeri dada, nyeri
di sekitar tempat masuknya infus, napas pendek, nyeri punggung, nyeri kepala, dan
dispnea. Terdapat pula tanda-tanda kaku otot, demam, lemah, hipotensi (turun ≥20%
tekanan darah sistolik), takikardia (naik ≥20%), hemoglobinuria dan perdarahan yang
tidak jelas. Reaksi ini disebabkan oleh hemolisis intravaskular akut, kontaminasi bakteri,
syok septik, kelebihan cairan, anafilaksis dan gagal paru akut akibat transfusi.
LANJUTAN …
NOTE :
• Reaksi transfusi hemolitik akut (RTHA) terjadi hampir selalu
karena ketidakcocokan golongan darah ABO (antibodi jenis IgM
yang beredar) dan sekitar 90%-nya terjadi karena kesalahan dalam
mencatat identifikasi pasien atau unit darah yang akan diberikan.
• Gejala dan tanda yang dapat timbul pada RTHA adalah demam
dengan atau tanpa menggigil, mual, sakit punggung atau dada,
sesak napas, urine berkurang, hemoglobinuria, dan hipotensi. Pada
keadaan yang lebih berat dapat terjadi renjatan (shock), koagulasi
intravaskuler diseminata (KID), dan/atau gagal ginjal akut yang
dapat berakibat kematian. Untuk mengatasi hal tersebut perlu
dilakukan tindakan meningkatkan perfusi ginjal, mempertahankan
volume intravaskuler, mencegah timbulnya DIC.
LANJUTAN …
b. Reaksi Lambat
SYARAT DONOR :
1. Umur 17 - 60 tahun ( Pada usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila
mendapat ijin tertulis dari orangtua. Sampai usia tahun donor masih dapat
menyumbangkan darahnya dengan jarak penyumbangan 3 bulan atas
pertimbangan dokter )
2. BB minimal 45- 50 kg
3. Temperatur tubuh : 36,6 - 37,5o C (oral)
4. Denyut nadi reguler, (Jantung normal, frek. 50-100 X/menit )
5. Tekanan darah baik , yaitu: Sistole = 110 - 160 mm Hg dan Diastole = 70 -
100 mm Hg
6. Hemoglobin : Wanita minimal = 12 gr % dan Pria minimal = 12,5 gr %
7. Frekuensi pendonoran 2-3 kali setahun dengan jarak penyumbangan
sekurang-kurangnya 3 bulan. Keadaan ini harus sesuai dengan keadaan
umum donor
ORANG YANG TIDAK BOLEH MENJADI PENDONOR
1. Pernah menderita hepatitis B.
2. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah kontak erat dengan penderita hepatitis.
3. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah transfusi.
4. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah tattoo/tindik telinga.
5. Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi.
6. Dalam jangka wktu 6 bulan sesudah operasi kecil.
7. Dalam jangka waktu 12 bulan sesudah operasi besar.
8. Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, cholera, tetanus dipteria atau profilaksis.
9. Dalam jangka waktu 2 minggu sesudah vaksinasi virus hidup parotitis epidemica, measles, tetanus toxin.
10. Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah injeksi terakhir imunisasi rabies therapeutic.
11. Dalam jangka waktu 1 minggu sesudah gejala alergi menghilang.
12. Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah transpalantasi kulit.
13. Sedang hamil dan dalam jangka waktu 6 bulan sesudah persalinan.
14. Sedang menyusui.
15. Ketergantungan obat, Alkoholisme akut dan kronik.
16. Sifilis., Menderita tuberkulosa secara klinis., epilepsi dan sering kejang.
17. Menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh balik) yang akan ditusuk.
18. Mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya, defisiensi G6PD, thalasemia,
polibetemiavera.
19. Seseorang yang termasuk kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi untuk mendapatkan
HIV/AIDS (homoseks, morfinis, berganti-ganti pasangan seks, pemakai jarum suntik tidak steril).
20. Pengidap HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan pada saat donor darah.
MANFAAT DONOR DARAH
1. Bagi Pendonor
– Dapat memeriksakan kesehatan secara berkala 3 bulan sekali seperti tensi, Lab Uji Saring (HIV, Hepatitis B,
C, Sifilis dan Malaria).
– Mendapatkan piagam penghargaan sesuai dengan jumlah menyumbang darahnya antara lain 10, 25, 50,
75, 100 kali.
– Donor darah 100 kali mendapat penghargaan Satya Lencana Kebaktian Sosial dari Pemerintah.
– Merupakan bagian dari ibadah.
– Sarana amal kemanusiaan bagi yang sakit, kecelakaan, operasi dll (setetes darah merupakan nyawa bagi
mereka)
– Pendonor yang secara teratur Mendonorkan Darah (setiap 3 Bulan) akan menurunkan Resiko Terkena
penyakit Jantung sebesar 30 % (British Journal Heart) seperti serangan jantung Koroner dan Stroke.
– Pemeriksaan ringan secara triwulanan meliputi Tensi darah, kebugaran (Hb), gangguan kesehatan
(hepatitis, gangguan dalam darah dll)
– Mencegah stroke (Pria lebih rentan terkena stroke dibanding wanita karena wanita keluar darah rutin lewat
menstruasi kalau pria sarana terbaik lewat donor darah aktif)
2. Bagi Resipen
– Sekantong darah yang didonorkan seringkali dapat menyelamatkan nyawa seseorang. Darah adalah
komponen tubuh yang berperan membawa nutrisi dan oksigen ke semua organ tubuh, termasuk organ-
organ vital seperti otak, jantung, paru-paru, ginjal, dan hati. Jika darah yang beredar di dalam tubuh sangat
sedikit oleh karena berbagai hal, maka organ-organ tersebut akan kekurangan nutrisi dan oksigen.
– Akibatnya, dalam waktu singkat terjadi kerusakan jaringan dan kegagalan fungsi organ, yang berujung pada
kematian. Untuk mencegah hal itu, dibutuhkan pasokan darah dari luar tubuh. Jika darah dalam tubuh
jumlahnya sudah memadai, maka kematian dapat dihindari.
Prinsip-prinsip transfuse darah, meliputi :
• Perlu diperhatikan jenis aglutinogen dari darah donor dalam eritrositnya, sedangkan
pada resipien perlu diperhatikan macam aglutinin di dalam plasma darahnya. Hukum
Landsteiner menyatakan bahwa bila aglutinogen bertemu dengan zat antinya
(aglutinin), maka akan terjadi aglutinasi atau penggumpalan darah.
• Perhatikan kemungkinan terjadinya transfusi darah masing-masing golongan darah
dan berbagai macam golongan darah.
KETERANGAN :
• Golongan darah A hanya bisa mendonorkan darah kepada golongan darah A dan AB
dan menerima darah dari golongan darah A dan O.
• Golongan darah B hanya bisa mendonorkan darah kepada golongan darah B dan AB
dan menerima darah dari golongan darah B dan O.
• Golongan darah AB hanya bisa mendonorkan darah kepada golongan darah AB saja
dan menerima darah dari semua golongan darah (A, B, AB dan O) maka dari itu
golongan darah AB disebut sebagai resipien universal.
• Golongan darah O bisa mendonorkan darah kepada semua golongan darah (A, B,
AB,dan O) dan menerima darah dari golongan darah O saja, maka dari itu golongan
darah O disebut sebagai donor universal.
PENGUJIAN DARAH :
Contoh darah vena :
• Sebaiknya diambil dari sisi yg tidak sedang diinfus (Mengganggu reaksi serologik)
• 5 cc pertama dibuang lalu diambil 5 cc tanpa Diberi antikoagulans
• Diambil dari vena yg mudah dipunksi dgn jarum #21 atau #22 dihisap dgn pelan untuk mengurangi hemolisis
Uji Silang :
• Uji silang mayor antara serum resipien dengan eritrosit donor
• Uji silang minor antara serum donor dengan eritrosit resipien
• Dikerjakan dalam 3 fase yaitu : medium NaCl 0,9 %, albumin, dan Coombs
• Seluruhnya memerlukan waktu 2 jam
Anti Koagulan :
• Pilihan : CPDA-1 (Citrate Phosphate Dextrose with Adenine)
• Dapat disimpan sampai 35 hari dgn suhu 1-60 °C
• Citrat : mengikat calcium , hambat koagulasi
• Phosphate : sebagai buffer , pelihara kadar 2,3 DPG
• Produksi ATP : meningkatkan viabilitas eritrosit
• Dekstrose : sumber energi
• Adenin eksogen : membentuk ATP
PENYIMPANAN DARAH :
Contoh kasus :
Maka :
Total Blood Volume secara sederhana dapat
diketahui berdasarkan berat badan penderita:
Untuk penderita laki-laki rata-rata TBV = 70 cc/kg BB
sedangkan wanita 60 cc/kg BB.
Jadi misalnya :
Seorang laki-laki dengan berat badan 50 kg maka TBV
dapat dihitung : 70 x 50 = 3500 ml.
RUMUS UNTUK MEMPERKIRAKAN VOL PRC YG
HARUS DIBERIKAN PADA PERDARAHAN
Contoh kasus :
Anak BB 10 kg, HCT turun hingga 23%,HCT yg diinginkan 35%,HCT RBC
70%
Maka :
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH
ALAT DAN BAHAN
• Standar infus • Kassa Steril
• Set transfusi/Transfusi Set (Selang Y • Betadine
atau Tunggal) • Handscoon steril
• Larutan NaCl 0,9 % • Tensi Meter
• Stetoskop
• Produk Darah Yang Benar Sesuai
• Termometer
Program Medis (sesuai Kebutuhan
• Buku panduan, buku
pasien)
catatan dan pulpen
• Kateter IV/Abochat Sesuai ukuran • Format informed
(18-19G / sesuai kebutuhan) concent/persetujuan
• Pengalas/Perlak tindakan
• Torniquet
• Kapas Alkohol 70% dalam com
tertutup
• Plester
• Gunting
PEROSEDUR TINDAKAN
TAHAP PRA INTERAKSI :
1. Melakukan verifikasi data
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat
TAHAP ORIENTASI :
1. Memberikan salam sebagai penedekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien
3. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya
4. Menanyakan kesiapan klien sebelum keagiatan dilakukan
PEROSEDUR TINDAKAN
TAHAP KERJA :
1. Beritahu dan jelaskan prosedur kepada klien
2. Bawa Alat ke dekat klien
3. Cuci Tangan dan atur posisi klien senyaman mungkin
4. Pertahankan tekhnik aseptik Lakukan pemasangan infus dengan cairan NaCl yang
tersedia
5. Hubungkan dan gantungkan cairan NaCl 0,9% disinfeksi tutup botol cairan
dengan alkohol swab antiseptik
6. Lepaskan selang transfusi set dari wadah dan tarik keluar
7. Geser klem selang disepnjang selang sampai berada tepat dibawah bilik tetes
untuk memfasilitasi aksesnya
8. Tutup klem selang transfusi set
9. Biarkan ujung selang tetap tertutup plastik sampai transfusi set dipasang
(pertahankan kesterilan selang)
10. Lepaskan tutup botol/kantung cairang infus dan tusukkan selang transfusi set ke
botol/kantung cairan infus
11. Isi Cairan NaCl 0,9% dan transfusi set dengan menekan bagian ruang tetesan
(chamber) isi 1/3-1/2 bagian buka penutup hingga selang terisi dan udaranya
keluarkan, kemudia klem kembali cairan infus dan selang/jarum ditutup kembali
Lanjutan ……
12. Memberikan label pada botol cairan infus NACl 0,9%
13. Pasang pengalas
14. Lakukan pembendungan dengan torniquet
15. Disinfeksi daerah yang akan ditusuk lalu lakukan penusukan dengan lubang
jarum menghadap keatas dengan sudut 15-30 derajat
16. Lakukan pengecekan apakah sudah mengenai vena, ciri darah keluar dari jarum
inus/abocat menandakan masuk vena.
17. Tarik jarum dan hubungkan dengan selang transfusi,
18. Buka torniquet
19. Lakukan disinfeksi dengan antiseptik seperti betadine lalu tutup dengan kassa
steril
20. Beri tanggal dan jam pelaksanaan tindakan dengan plester
21. Setelah NaCl 0,9% masuk, kurang lebih 15 menit (50-100ml) ganti dengan
darah yang sudah di siapkan
22. Lakukan pengecekan kembali sebelum memasukkan darah, cek warna darah,
identitas klien, jenis golongan darah, dan tanggal kadaluarsanya,
Lanjutan ……