Abstract
To maintain homeostasis and megontrol growth and development of cells, the
cells must work in a coordinated pattern in order to achieve a certain goal is to
maintain viability. The ability of cells to communicate is very important in the work
patterns of cells that terkoordinasi.1 There are two main regulatory system that ensures
the coordinated responses that maintain the viability of the system is the nervous system
and hormonal (endocrine). The main thing in the nervous system which has an
important role in maintaining the viability is nerve communication. While the main
thing in the hormone system has an important role in maintaining the viability of the
hormone is communication. If the communication nerve and hormonal communication
impaired the body system will not work properly so that it can cause disease. If the
nerve cell communication impaired membrane then any potential related to the
distribution of sodium (Na +), potassium (K +) and differential permeability of the
plasma membrane of the ions would be impaired and the result would be an electrolyte
mempertahankan
homeostasis
dan
megontrol
pertumbuhan
serta
perkembangan sel, sel harus berkerja dalam pola terkoordinasi demi tercapainya suatu
tujuan tertentu yaitu menjaga kelangsungan hidup. Kemampuan sel untuk
berkomunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam pola kerja sel yang
terkoordinasi.1 Terdapat dua sistem pengaturan utama yang memastikan terjadinya
respon-respon terkoordinasi yang menjaga kelangsungan hidup yaitu sistem saraf dan
sistem hormon (endokrin). Hal utama dalam sistem saraf yang memiliki peran penting
dalam menjaga kelangsungan hidup adalah komunikasi saraf. Sedangkan hal utama
dalam sistem hormon yang memiliki peran penting dalam menjaga kelangsungan hidup
adalah komunikasi hormon. Jika komunikasi saraf dan komunikasi hormon mengalami
gangguan maka sistem tubuh tidak akan bekerja dengan baik sehingga dapat
menimbulkan penyakit. Jika komunikasi sel saraf mengalami gangguan maka pontensial
membran yang berkaitan dengan distribusi natrium (Na+), Kalium (K+) dan
permeabilitas diferensial membran plasma terhadap ion-ion pun akan mengalami
gangguan dan akibatnya akan terjadi gangguan eletrolit. Salah satu penyakit yang
ditimbulkan akibat terjadinya gangguan eletrolit tersebut adalah Periodik Paralisis
Hipokalemia.
Kata kunci : Komunikasi saraf, Natrium, Kalium, Paralisis Hipokalemia
Pendahuluan
Untuk
mempertahankan
homeostasis
dan
megontrol
pertumbuhan
serta
perkembangan sel, sel harus berkerja dalam pola terkoordinasi demi tercapainya suatu
tujuan tertentu yaitu menjaga kelangsungan hidup. Kemampuan sel untuk
berkomunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam pola kerja sel yang
terkoordinasi.1 Terdapat dua sistem pengaturan utama yang memastikan terjadinya
respon-respon terkoordinasi yang menjaga kelangsungan hidup yaitu sistem saraf dan
sistem hormon (endokrin). Hal utama dalam sistem saraf yang memiliki peran penting
dalam menjaga kelangsungan hidup adalah komunikasi saraf. Komunikasi saraf
berlangsung dengan perantara sel saraf atau yang biasa disebut neuron. Neuron
berfungsi
ion-ion pun akan mengalami gangguan dan akibatnya akan terjadi gangguan eletrolit.
Salah satu penyakit yang ditimbulkan akibat terjadinya gangguan eletrolit tersebut
adalah Periodik Paralisis Hipokalemia. .3
Sistem Saraf
Sistem saraf merupakan salah satu dari dua sistem regulatorik utama tubuh.
Sistem saraf merupakan sistem yang mengontrol dan mengoordinasikan aktivitas tubuh
yang memerlukan respon cepat. Sistem saraf sangat penting dalam mendeteksi dan
memulai respon terhadap perubahan eksternal. Sistem saraf juga bertanggungjawab
untuk fungsi-fungsi yang lebih tinggi yang tidak seluruhnya ditunjukkan untuk
mempertahankan homeostasis contohnya adalah kesadaran, daya ingat, dan kreativitas. 1
Pada dasarnya sistem saraf terdiri dari sel-sel spesifik yang berfungsi menerima
stimulus sensorik dan meneruskannya ke organ-organ efektor baik muskular ataupun
glandular.4
Sistem saraf dibedakan menjadi dua bagian utama yaitu sistem saraf pusat (SSP)
dan sistem saraf tepi (SST). Pada susunan saraf pusat, otak dan medula spinalis
merupakan pusat utama terjadinya korelasi dan integrasi informasi saraf. Susunan
sistem saraf pusat terdiri dari sejumlah besar sel-sel saraf yang disebut neuron dan
disokong oleh serabut saraf yang disebut akson.5
Sistem saraf mempunyai tiga fungsi yang saling tumpang tindih yaitu input
sensoris, integrasi, dan output motorik. Input sensoris adalah penghantaran atau
konduksi sinyal dari reseptor sensoris. Integrasi adalah proses penerjemahan informasi
yang berasal dari stimulasi reseptor sensoris oleh lingkungan yang kemudian
dihubungkan dengan respon tubuh yang sesuai. Intergasi, sebagian besar dilakukan di
sistem saraf pusat yaitu di otak dan di sumsum tulang belakang. Output motorik adalah
penghantaran sinyal dari pusat integrasi yaitu dari sistem saraf pusat (SSP) ke sel-sel
efektor. Kemudian sel-sel efektor tersebut yang akan mengaktualisasikan respon tubuh
terhadap stimulus yang diberikan.6
Neuron atau Sel Saraf
Neuron atau sel saraf merupakan sel yang dapat dirangsang, khususnya untuk
menerima stimulus dan hantaran impuls saraf.5 Neuron adalah unit fungsional sistem
saraf yang dikhususkan untuk menghantarkan dan mengirimkan sinyal di dalam tubuh
makhluk hidup.6 Bentuk dan ukuran neuron bervariasi tergantung pada lokasi dan
fungsi neuron tersebut, namun setiap sel saraf atau neuron biasanya memiliki ciri yang
sama yaitu memiliki badan sel, dendrit dan akson.1
Badan sel merupakan struktur utama dari sel saraf yang kaya akan sitoplasma dan
di bagian tengahnya terdapat inti sel saraf. Badan sel berfungsi sebagai tempat
metabolisme sel saraf. Neuron juga memiliki dendrit yang berfungsi meningkatkan luas
permukaan yang tersedia untuk menerima sinyal dari neuron lain dan untuk
mengirimkan sinyal dari ujungnya ke seluruh bagian lain neuron. Sedangkan akson
yang terdapat di neuron berfungsi untuk menghantrakan pesan ke ujung neuron.6
Neuron Bipolar7
Neuron tipe ini memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan
neuron multipolar dan neuron unipolar. Neuron ini berfungsi menyiarkan ulang
informasi tentang penglihatan, penciuman, dan pendengaran dari sel-sel yang peka
saraf tepi merupakan neuron unipolar dan sinaps neuron ini berakhir di sistem
Neuron Sensorik8
Neuron tipe ini adalah neuron yang berfungsi untuk membawa rangsang
dari daerah tepi yaitu perifer tubuh ke pusat saraf yaotu otak dan susmsum tulang
belakang.
Neuron Motorik8
Neuron tipe ini adalah neuron yang berfungsi meembawa rangsang dari
pusat saraf ke daerah tepi.
Interneuron atau Neuron Penghubung8
Neuron tipe ini adalah neuron yang berfungsi sebagai penguhung antara
neuron sensorik dan neuron motorik.
Sirkuit Divergen9
Pada sirkuit divergen penghantaran informasi berasal dari sebuah neuron
atau sebuah kelompok neuron ke sejumlah besar neuron yang tersebar di beberapa
tempat. Contoh dari sirkuit divergen adalah sekelompok sel saraf pembentuk zat
kimia noradrenalin yang ada di batang otak (locus coeruleus) yang mengirimkan
10
Kanal berpintu dibedakan menjadi empat yang didasarkan pada faktor yang
menyebabkan kanal berubah bentuk. Empat jenis kanal berpintu tersebut yaitu :2
Kanal berpintu kimiawi, adalah kanal yang dapat membuka atau menutup akibat
dari respon atas terikatnya zat kimia perantara ekstrasel yang spesifik ke sebuah
aksi. Potensial berjenjang berfungsi sebagai sinyal jarak dekat. Sedangkan potensial aksi
berfungsi sebagai sinyal jarak jauh.1
Potensial Berjenjang
Potensial berjenjang adalah perubahan lokal potensial membran yang terjadi
dalam berbagai derajat atau tingkat besaran dan kekuatan. Potensial berjenjang biasanya
dihasilkan oleh kejadian pemicu spesifik yang menyebabkan kanal ion berpintu
membuka di bagian tertentu pada membran sel peka rangsang.2 Pada sebagian besar
kasus, saluran ini adalah saluran berpintu kimia atau berpintu mekanis. Pada kasus yang
biasanya terjadi adalah terbukanya saluran berpintu Na + yang menyebabkan masuknya
Na+ ke dalam sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi dan listriknya.1 Potensial
berjenjang ini terbatas hanya di bagian tertentu saja dari keseluruhan membran plasma.2
Besar potensial berjenjang inisial atau perbedaan antara pontesial baru dan
potensial istirahat berkitan dengan kekuatan dari kejadian pemicu. Dengan kata lain
semakin kuat kejadian pemicu maka akan semakin besar pula potensial berjenjang
yang dihasilkan.2
11
12
dengan makin jauhnya potensial dari daerah aktif semula. Perubahan potensial makin
lama makin berkurang seiring menyebarnya potensial tersebut di sepanjang membran
dan terus menurun seraya makin jauhnya potensial dari daerah aktif semula hingga tidak
lagi terdapat perubahan potensial.1
Meskipun jangkauan sinyalnya terbatas, potensial berjenjang penting bagi fungsi
tubuh. Berikut adalah contoh dari potensial berjenjang, yaitu :2
Potensial pascasinaps
Potensial reseptor
Potensial end-plate
Potensial pemacu (pacemaker)
Potensial gelombang lambat
Kebanyak dari sel peka rangsang menghasilkan salah satu dari potensial
berjenjang sebagai respon terhadap sebuah kejadian pemicu. Potensial berjenjang dapat
memicu potensial aksi di sebuah sel peka rangsang.2
Potensial Aksi
Potensial aksi adalah perubahan singkat,cepat, dan besar pada potensial membran
saat potensial sesungguhnya berbalik sehingga bagian dalam sel peka rangsang sepintas
menjadi lebih positif ketimbang di bagian luar.1 Potensial aksi menyebar secara cepat di
sepanjang membran serat saraf.10 Potensial aksi mejalar ke seluruh bagian membran
secara nondecremental yaitu tidak berkurangnya kekuatan potensial aksi tersebut seiring
penyebarannya dari tempat asal ke bagian membran lainnya. Karena itulah potensial
aksi dapat berfungsi sebagai sinyal jarak jauh.2 Untuk menghantarkan sinyal saraf,
potensial aksi bergerak di sepanjang serat saraf sampai tiba di ujung saraf. Potensial aksi
tidak bergantung pada kekuatan stimulus pendepolarisasi. Semakin besar diameter
akson semakin cepat penghantaran potensial aksi, karena tahanan arus listrik
berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar arus tersebut.10
Pada potensial aksi dimulai dengan tahap istirahat, di mana membran berada pada
fase istirahat sebelum terjadinya potensial aksi. Biasanya tahap ini disebut juga sebagai
tahap polarisasi, karena nilai potensial membran pada saat istirahat adalah -70mV. 10
13
Lalu tahap selanjutnya adalah tahap depolarisasi, pada tahap ini membran tiba-tiba
permeabel terhadap ion Na+ sehingga sejumlah besar Na+ berdifusi masuk ke dalam
membran sel. Keadaan polarisasi awal dari membran sel normal sebesar -70mV segera
dinetralisasi oleh ion Na+ yang lebih positif yang mengalir masuk ke dalam membran
sel sehingga menimbulkan potensial membran meningkat dengan cepat ke arah positif.10
Tahap selanjutnya adalah Repolarisasi. Dalam waktu seperbeberapa puluh ribu
detik sesudah membran menjadi sangat permeabel terhadap ion Na +, kanal ion Na+
menjadi tertutup dan kanal ion K+ lebih terbuka dari biasanya. Selanjutnya difusi ion K+
yang berlangsung cepat ke bagian luar membran akan membentuk mengembalikan
keadaan awal membran sebelum terjadinya depolarisasi.10
Tahap selanjutnya membran akan mengalami hiperpolarisasi sementara yang
diakibatkan karena pengeluarann ion K+ tersebut. Namun, setelah sepersekian detik
keadaan membran sel akan kembali normal seperti pada fase istiraha yaitu -70mV.10
Pelaku utama yang menyebabkan membran sel dalam keadaan depolarisasi dan
repolarisasi membran plasma selama potensial aksi adalah kanal ion Na + berpintu listrik.
Kanal ion K+ juga berperan penting dalam meningkatkan kecepatan repolarisasi
membran.10
Penjalaran Potensial Aksi
Potensial aksi dihantarkan di sepanjang akson dari mulai axon hillock sampai ke
baigian ujung yang biasanya bercabang-cabang di terminal akson. Terminal akson ini
melepaskan zat kimia perantara yang mempengaruhi sekaligus banyak sel yang
berhubungan erat dengan akson ini. Karen itu secara fungsional akson adalah zona
penghantar neuron, dan terminal akson yang akan membentuk outputnya.
Potensial aksi hanya dapat dicetuskan dibagian-bagian membran yang memiliki
banyak kanal natrium berpintu listrik yang dapat meembuka saat terpicu oleh kejadian
pendepolarisasi. Biasanya bagian-bagian sel peka rangsang tempat terjadinya potensial
berjenjang tidak mengalami potensia aksi, meskipun tempat tersebut dapat mengalami
14
15
Sinaps berasal dari bahasa Yunani synapsis yang artinya penyatuan. Sinaps adalah
tempat saling berkontaknya neuron dengan neuron atau tempat saling berkontaknya
neuron dengan sel efektor lainnya misalnya sel otot dan sel kelenjar.2 Sinaps sangat
berperan pada penghantaran satu arah dari implus saraf. Hampir semua sinaps
menghantarkan implus lewat pelepasan neurotransmitter pada terminal akson berupa
substansi kimiawi yang menginduksi perpindahan implus saraf ke neuron lainnya atau
ke sebelah sel efektor.Sinaps dibentuk oleh suatu terminal akson atau terminal prasinaps
yang menghantarkan implus, bagian lain tempat impuls baru dibentuk atau terminal
pascasinaps dan suatu celah sempit intraseluler yang disebut celah sinaps.10
Cara utama suatu neuron berinteraksi langsung dengan neuron lain adalah melalui
suatu sinaps. Sinapsis ditemukan antara dua neuron, antara reseptor sensoris dan neuron
sensoris, antara neuron motoris dan sel otot yang dikontrolnya, serta antara neuron
dengan sel kelenjar. Sebuah potensial aksi di neuron prasinaps mencetuskan
pengeluaran suatu neurotransmiter yang berikatan dengan reseptor di neuron
pascasinaps. Pengikatan ini mengubah sel pascasinaps melalui dua cara, yaitu :6
a. Respons paling khas adalah terbukanya saluran-saluran gerbang perantara kimia.
Apabila saluran Na+ dan K+ terbuka maka fluks-fluks ion yang terjadi akan
menyebabkan EPSP yaitu suatu depolarisasi kecil yang membawa sel
pascasinaps mendekati ambang. Di pihak lain, kemungkinan bahwa neuron
pascasinaps akan mencapai ambang lenyap apabila timbul IPSP yaitu suatu
hiperpolarisasi kecil sebagai akibat dari terbukanya saluran K + atau Cl-, atau
keduanya.
b. Pada mekanisme sinaps alternatif yaitu suatu sistem perantara kedua sel.
Misalnya AMP siklik yang diaktifkan oleh pengikatan neurotransmiter dengan
16
17
18
ini adalah cara lain untuk dapat memodifikasi sinyal listrik anatar neuron dengan
seksama. 2
Penurunan Genetika Mendel
Abbot Gregor Johan Mendel merupakan seorang biarawan otodidak dari
Agustine (1822-1884) yang membuat hukum dasar herditas. Hukum Mendel
memberikan dasar untuk ilmu genetik modern. Metodenya masih menganalisis
transmisi sifat keturunan. Dalam teorinya Mendel memiliki dua hukum yang manjadi
acuan, yaitu : 6
tahap anaphase I
Hukum Mendel 2 atau Hukum Penggolongan Bebas
Mendel menyatakan bahwa gen pada berbagai lokus akan bersegrregasi
dengan bebas satu sama lain. Jika dua pasang gen atau lebih saling berhadapan
maka setiap pasangan akan berpisah dan bergerak ke dalam gamet dengan bebas
asalkan gen tersebut tidak berada dalam kromosom yang sama. Hukum Mendel 2
memiliki beberapa ketentuan yaitu :6
Jika gen berada dalam kromosom yang sama, maka gen tersebut tidak
sepenuhnya dapat bebas bergerak, tetapi akan diturunkan secara
berkelompok dan dikatakan terikat, terutama jika gen tersebut terletak
sangat berdekatan.
19
Kelompok alel yang terikat dapat diuraikan dan dikombinasi ulang dengan
berbagai cara melalui pertukaran silang antar kromosom homolong saat
pembelahan meiosis.
Penambahan ini akan memperbesar variasi di antara keturunannya.
Pewarisan Sifat
Hereditas adalah materi yang menyimpan sifat atau informasi yang diturunkan.
Materi hereditas pada makhluk hidup adalah molekul DNA (deoxyribose nucleic acid
atau asam deoksiribosa nukleat). Molekul DNA disusun oleh banyak molekul
nukleotida yang membentuk rantai polinukleotida. Setiap nukleotida terdiri atas
komponen gula ribosa,fosfat,dan basa nitrogen. Struktur DNA berbnetuk rantai ganda
yang terpilin (double helix). Unit-unit pencetak sifat yang terdapat pada DNA disebut
gen. Jadi gen adalah unit hereditas. Gen terletak dalam kromosom. Kromosom
merupakan struktur yang terletak di dalam inti sel (nukleus) yang terdiri atas DNA dan
protein. Pada organisme yang berkembangbiak secara seksual terjadi pengaturan jumlah
kromosom, yaitu jumlah kromosom pada gamet (sel kelamin) adalah setengah jumlah
kromosom pada sel-sel tubuh. Dalam setiap sel tubuh manusia terdapat 23 pasang
kromosom, berarti terdapat total 46 kromosom. Pasangan kromosomnya ini dikenal
dengan kromosom homolog. Oleh karena itu, sel tubuh bersifat diploid (2n). Karena
kromosom pada sel-sel tubuh berpasangan, maka gen-gen pun akan berpasangan. Gen
yang terletak pada lokus yang sana akan bertanggung jawab atas sifat.13
Pewaridan sifat dari orang tua kepada anaknya dapat berupa pewarisan autosim
dan pewarisan Gonosom. Pewarisan autosom tersebut dibagi menjadi dua, yaitu :
20
Jika hanya salah satu anggota dari pasangan gen yang menentukan fenotipe,
gen tersebut dianggap dominan. Pembawa suatu gen yang menyebabkan penyakit
dominan autosom memiliki kemungkinan 50% mewariskan gen tersebut pada
setiap kali konsepsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi fenotipe akhir pada
individu yang negidap penyakit dominan autosom adalah penetrasi,ekpresivitas,
dan anitsipasi.
21
Daftar Pustaka
1. Sherwood, L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed.6. Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2012:h.13, 95, 104
2. Sherwood, L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed.8. Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2014:h.98,99
3. Arvin, B K. Nelson ilmu kesehtan anak. Vol. 1. Ed. 15. Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2000:h. 242-44
4. Snell, R S. Neuroanatomi klinik. Ed 5. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2007:h. 2.
5. Snell, R S. Neuroanatomi klinik. Ed 7. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2013:h. 2.
6. Neil , A. Champbell. Jane, B. Reece. Lawrence, G. Mitchell. Biologi Champbell,
Reece, Mitchelle. Jilis 3. Ed.5. Jakarta: Penerbit Erlangga;2004:h.201,209, 210
7. Muttaqin, A. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
persarafan. Jakarta:Salemba Medika;2008:h.4,5.
8. Isnaeni, W. Fisiologi hewan. Cet.5.Yogyakarta:Penerbit Kanisius;2010:h.63.
9. Pasiak, T. Unlimited potency of brain : kenali dan manfaatkan sepenuhnya potensi
otak anda yang tak terbatas. Bandung: PT Mizan Pustaka;2009:h.126, 127
10. Hall, J E. Guyton, C A. Guyton dan Hall buku ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.12.
Singapura:Saunders Elsevier;2011:h.63-5
11. Anonim. Siklus Hodgkin. Edisi 23 Maret 2012. Diunduh dari
https://medhypapz.wordpress.com/2012/03/23/modul-2-triger-1-fk-uncen/, 30
Januari 2014.
12. Hall, J E. Guyton, C A. Guyton dan Hall buku ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.11.
Singapura:Saunders Elsevier;2011:h.221-4
13. Leveno K. Obstetri wiliams. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2009:.h.85,
86
14. Setiowati T, Deswaty F. Biologi interaktif. Jakarta: Azka Press;2007:h.47
15. Patrick, D. At a glance medicine. Jakarta : Erlangga;2005:h.236, 237
23
24