Anda di halaman 1dari 4

5.

Bagaimana penanganan kegawatdaruratan kasus stroke prahospital dan hospital


JAWAB:
Penanganan Stroke Prahospital
1. Deteksi
Pengenalan cepat dan reaksi terhadap tanda-tanda stroke dan TIA.
Beberapa gejala atau tanda yang mengarah kepada diagnosis stroke
antara lain: hemiparesis, gangguan sensoris satu sisi tubuh, hemiapnopia
atau kebutaan mendadak, diplopia, vertigo, afasia, disfagia, disatria,
ataksia, kejang atau penurunan kesadaran yang kesemuanya terjadi
secara mendadak.
2. Pengiriman pasien
Segera panggil ambulans gawat darurat.
3. Transportasi atau ambulans
Fasilitas ideal yang harus ada dalam ambulan:
Personil terlatih
Mesin EKG
Peralatan dan obat-obatan reusitasi dan gawat darurat
Telemedisin
Pemeriksaan glukosa (glucometer), kadar saturasi O 2 (pulse oximetry)
Personil pada ambulans gawat darurat yang terlatih mampu mengerjakan:
Memeriksa dan menilai TTV
Tindakan stabilisasi dan resusitasi (Airway, Breathing,
Circulation/ABC). Intubasi perlu dipertimbangkan pada pasien dengan
koma yang dalam, hipoventilasi, dan aspirasi.
Bila kardiopulmoner stabil, pasien diposisikan setengah duduk
Memeriksa dan menilai gejala dan tanda stroke
Pemasangan kateter intravena, memantau TTV dan keadaan jantung
Berikan oksigen untuk menjamin saturasi >95%
Memeriksa kadar gula darah
Menghubungi unit gawat darurat secepatnya (stroke is emergency)
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh petugas pelayanan ambulans:
Jangan terlambat membawa ke rumah sakit yang tepat
Jangan memberikan cairan berlebihan kecuali pada pasien syok dan
hipoglikemia
Jangan menurunkan tekanan darah, kecuali pada kondisi khusus.
Hindari hipotensi, hipoventilasi, atau anoksia.
Catat waktu onset serangan
Memanfaatkan jaringan pelayanan stroke komprehensif yaitu unit
gawat darurat, stroke unit atau ICU sebagai tempat tujuan penanganan
definitive pasien stroke.

Penatalaksanaan di Ruang Gawat Darurat


1. Evaluasi Cepat dan Diagnosis
Anamnesis, mengenai gejala awal, waktu awitan, aktivitas penderita
saat serangan, gejala yang dialami
Pemeriksaan Fisik, menilai respirasi, sirkulasi, oximetry, dan suhu
tubuh. Pemeriksaan kepala dan leher (misalnya cedera kepala akibat
jatuh saat kejang, bruit karotis, dan tanda-tanda distensi vena jugular
pada gagal jantung kongestif). Pemeriksaan thorax (jantung, dan paru),
abdomen, kulit dan ekstremitas.
Pemeriksaan neurologis dan skala stroke. Terutama saraf kranialis,
rangsang selaput otak, system otak, system motoric, sikap dan cara
jalan reflex, koordinasi, sensorik dan fungsi kognitif.
2. Terapi Umum
a. Stabilisasi Jalan Napas dan Pernapasan
- Pemantauan seacar terus menerus terhadap status neurologis,
nadi, tekanan darah, suhu tubuh, dan saturasi oksigen dianjurkan
dalam 72 jam pada pasien dengan deficit neurologis yang nyata
- Pemberian oksigen dianjurkan pada keadaan dengan saturasi
oksigen >95%
- Perbaiki jalan nafas termasuk pemasangan pipa orofaring pada
pasien yang tidak sadar.
- Terapi oksigen diberikan pada pasien hipoksia
- Pasien stroke iskemik akut yang nonhipoksia tidak memerlukan
terapi oksigen
- Intubasi ETT atau LMA diperlukan pada pasien dengan (pO2
<60mmHg atau pCO2 >50mmHg), atau syok, atau syok, atau pada
pasien yang bersiko untuk terjadi aspirasi
- Pipa endotrakeal diusahakan terpasang tidak lebih dari 2 minggu.
Jika lebih dari 2 minggu, maka dianjurkan dilakukan trakeostomi
b. Stabilisasi Hemodinamik
- Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena (hindari pemberian
cairan hipotonik seperti glukosa)
- Dianjurkan pemasangan CVC (Central Venous Catheter), dengan
tujuan untuk memantau kecukupan cairan dan sebagai sarana
untuk memasukkan cairan dan nutrisi
- Usahakan CVC 5-12 mmHg
- Optimalisasikan tekanan darah
- Bila tekanan darah sistolik <120mmHg dan cairan sudah
mencukupi, maka obat-obat vasopressor dapat diberikan secara
titrasi seperti dopamine dosis sedang atau tinggi, norepinefrin atau
epinefrin dengan target tekanan darah sistolik berkisar 140 mmHg
- Pemantuan jantung (cardiac monitoring) harus dilakukan selama
24 jam pertama setelah serangan stroke iskemik
- Bila terdapat adanya penyakit stroke kongestif, segera atasi
(konsultasi Kardiologi)
- Hipotensi arterial harus dihindari dan dicari penyebabnya.
Hipovolemia harus dikoreksi dengan larutan satin normal dan
aritmia jantung yang mengakibatkan penurunan curah jantung
sekuncup harus dikoreksi
c. Pemeriksaan Awal Fisik Umum
- Tekanan darah
- Pemeriksaan jantung
- Pemeriksaan neurologi umum awal: (i) derajat kesadaran,
pemeriksaan pupil dan oculomotor, keparahan hemiparesis

d. Pengendalian Peninggian Tekanan Intrakranial (TIK)


- Pemantauan ketat terhadap penderita dengan resiko edema
serebral harus dilakukan dengan memperhatikan perburukkan
gejala dan tanda neurologis pada hari hari pertama setelah
serangan stroke
- Monitor TIK harus dipasang pada pasien dengan GCS <9 dan
penderita yang mengalami penurunan kesadaran karena kenaikan
TIK
- Sasaran terapi adalah TIK kurang dari 20mmHg dan CPP
>70mmHg
- Penatalaksanaan penderita dengan peningkatan TIK meliputi:
*Tinggikan posisi kepala 20-30 derajat
*Posisi pasien hendaklah menghindari tekanan vena jugular
*Hindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik
*Hindari hipertermia
*Jaga normovolemia
*Osmoterapy atas indikasi
- Manitol 0.25 0.50 gr/kgBB, selama >20 menit, diulangi
setiap 4-6 jam dengan target <310 mOsm/L. Osmolaritas sebaiknya
diperiksa 2 kali dalam sehari selama pemberian osmoterapi
- Kalau perlu, berikan furosemide dengan dosis inisial 1
mg/kgBB
*Intubasi untuk menjaga normoventilasi
*Paralisis neuromuscular yang dikombinasi dengan sedasi yang
adekuar dapat mengurangi TIK dengan cara mengurangi naiknya
tekanan intraorakal dan tekanan vena akibat batuk, suction,
bucking ventilator. Agen nondepolarized seperti vencuronium atau
pancuronium digunakan yang sedikit berefek pada histamine dan
blok pada ganglion lebih baik dignakan. Pasien dengan kenaikan
kritis TIK sebaikanya diberikan relaksan otot sebelum suctioning
atau lidokain sebagai alternative.

Anda mungkin juga menyukai