Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu kelompok


penyakit tidak menular yang menjadi masalah di bidang kesehatan baik di Indonesia
maupun di dunia. PPOK adalah penyakit inflamasi kronik pada saluran napas dan
paru yang ditandai oleh adanya hambatan aliran udara yang bersifat persisten dan
progresif sebagai respon terhadap partikel atau gas berbahaya. Karakteristik
hambatan aliran udara PPOK biasanya disebabkan oleh obstruksi saluran nafas kecil
(bronkiolitis) dan kerusakan saluran parenkim (emfisema) yang bervariasi antara
setiap individu (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2011). Pada umumnya penyakit
ini dapat dicegah dan diobati (Suyanto, et al. 2015).

( sumber : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik


Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Rumah sakit PKU Muhammadiyah
gombong situs NISA%20AGUSTIN%20NIM.%20A01401932.pdf )

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang ditandai


dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa PPOK adalah penyakit ireversibel sulit
diperbaiki terutama pada jalan nafas, dibuktikan dengan teknik nafas dalam tidak
terbukti secara signifikan meningkatkan APE (KEMENKES, Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1022/menkes/sk/xi/2008 tentang pedoman
pengendalian penyakit paru obstruktif kronik , 2008). Penelitian Dewi Natalia nafas
dalam meningkatkan APE pada penerita ashma bronchial hal ini dapat dipengaruhi
dari perbedaan etiologi penyakit PPOK dan ashma yang berbeda dimana kita ketahui
bahwa untuk PPOK penyebabnya banyak dari infeksi dan alergi (Natalia, 2007)
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari PPOK ?


2. Apa etiologi dari PPOK ?
3. Apa patofisiologi dari PPOK ?
4. Apa itu manifestasi klinis dari PPOK ?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari PPOK ?
6. Tuliskan prognosis dari PPOK ?

1.3 TUJUAN

1. Menjelaskan definisi dari PPOK


2. Menjelaskan etilogi dari PPOK
3. Menjelaskan patofisiologi dari PPOK
4. Menjelaskan manifestasi klinis dari PPOK
5. Menuliskan cara penatalaksanaan dari PPOK
6. Menjelaskan prognosis dari PPOK
BAB II

PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK

( PPOK )

A. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
Penyakit paru obstuksi kronis ( PPOK ) merupakan penyakit yang
dikarenakan hambatan pada saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel.
Hambatan ini bersifat progresif serta berhubungan dengan respon inflamasi paru
terhadap partikel atau gas beracun dan berbahaya. Tahun 2020 World Health
Organization ( WHO ) memperkirakan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian terbanyak nomor tiga ialah PPOK setelah penyakit jantung coroner dan
stroke. ( Sumber : Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronis pada Pasien
Laki-Laki Usia 66 Tahun Riwayat Perokok Aktif dengan Pendekatan Kedokteran
Keluarga diKecamatan Tanjung Sari Natar Fitria Saftarina, Dian Isti Anggraini,
Muhammad Ridho Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung situs
JAgromedUnila_Vol4_No1_juni2017.pdf )
2. ETIOLOGI
Berbeda dengan asma, penyakit PPOK menyebabkan obstruksi saluran
pernapasan yang bersifa ireversibel. Gejala yang ditimbulkan pada PPOK
biasanya terjadi bersama-sama dengan gejala prime dari penyebab penyakit ini.
Terdapat beberapa faktor-faktor yang dapat memicu terjadi PPOK ini, yaitu:

1) Kebiasaan merokok
Pada perokok berat kemungkinan untuk mendapatkan PPOK menjadi lebih
tinggi (Amin, 1996 ). WHO menyatakan hampir 75% kasus bronkitis kronik
dan emfisema diakibatkan oleh rokok ( The Tobacco Atlas, 2002 ). Dilaporkan
perokok adalah 45% lebih beresiko untuk terkena PPOK dibanding yang bukan
perokok ( WHO, 2010 ).
Menurut Guyton ( 2006 ), secara umum telah diketahui bahwa merokok
dapat menyebabkan gangguan pernapasan. Terdapat beberapa alasan yang
mendasari pernyataan ini. Pertama, salah satu efek dari penggunaan nikotin
akan menyebabkan konstriksi bronkiolus terminal paru, yang meningkatkan
resistensi aliran udara ke dalam dan keluar paru. Kedua, efek iritasi asap rokok
menyebabkan peningkatan sekresi cairan ke dalam cabang-cabang bronkus
serta pembengkakan lapisan epitel. Ketiga, nikotin dapat melumpuhkan silia
pada permukaan sel epitel pernapasan yang secara normal terus bergerak untuk
memindahkan kelebihan cairan dan partikel asing dari saluran pernapasan.
Akibatnya lebih banyak debris berakumulasi dalam jalan napas dan kesukaran
bernapas menjadi semakin bertambah. Hasilnya, semua perokok baik berat
maupun ringan akan merasakan adanya tahanan pernapasan dan kualitas hidup
berkurang.
2) Polusi udara
Polutan adalah bahan-bahan yang ada di udara yang dapat membahayakan
kehidupan manusia. Polutan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu senyawa-
senyawa di dalam udara murni ( pure air ) yang kadarnya dia atas normal,
molekul-molekul ( gas-gas ) selain yang terkandung dalam udara murni tanpa
memperhitungkan kadarnya dan partikel ( Amin, 1996 ).
3. PATOFISIOLOGI
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-
komponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus
bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau
disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil
mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan
penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran
napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab
infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan
edema jaringan. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul
hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat
mukus yang kental dan adanya peradangan ( GOLD, 2009 ).

Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan


kronik pada paru.Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak
struktur-struktur penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan
kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama
pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan ( recoil ) paru
secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif,
maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps ( GOLD,
2009 ).

Asap rokok menginduksi makrofag untuk melepaskan Neutrophil


Chemotactic Factors dan elastase, yang tidak diimbangi dengan antiprotease,
sehingga terjadi kerusakan jaringan ( Kamangar, 2010 ). Selama eksaserbasi akut,
terjadi perburukan pertukaran gas dengan adanya ketidakseimbangan ventilasi
perfusi. Kelainan ventilasi berhubungan dengan adanya inflamasi jalan napas,
edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi mukus.Kelainan perfusi berhubungan
dengan konstriksi hipoksik pada arteriol ( Chojnowski, 2003 ).

4. MANIFESTASI KLINIS
Batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada pasien
PPOK. Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul lalu kemudian
berlangsung lama dan sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputum
yang pada awalnya sedikit dan mukoid kemudian berubah menjadi banyak dan
purulen seiring dengan semakin bertambahnya parahnya batuk penderita.
Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama,
sepanjang hari, tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama sekali,
hal ini menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas yang menetap. Keluhan sesak
inilah yang biasanya membawa penderita PPOK berobat ke rumah sakit. Sesak
dirasakan memberat saat melakukan aktifitas dan pada saat mengalami
eksaserbasi akut.
Tanda dan gejalanya adalah :
1.      kelemahan badan
2.      batuk
3.      sesak nafas
4.      whezing
5.      ekspirasi memanjang
6.      produksi sputum yang bertambah

5. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada PPOK dapat dilakukan dengan dua cara yaitu terapi
non-farmakologis dan terapi farmakologis. Tujuan terapi tersebut adalah
mengurangi gejala, mencegah progresivitas penyakit, mencegah dan mengatasi
ekserbasasi dan komplikasi, menaikkan keadaan fisik dan psikologis pasien,
meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi angka kematian.
Terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan cara menghentikan kebiasaan
merokok, meningkatkan toleransi paru dengan olahraga dan latihan pernapasan
serta memperbaiki nutrisi. Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan
jangkan panjang pada PPOK stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi
pada asma. Karena PPOK adalah penyakit kronik yang bersifat irreversible dan
progresif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktivitas dan
mencegah kecepatan perburukan penyakit.
Pada terapi farmakologis, obat-obatan yang paling sering digunakan dan
merupakan pilihan utama adalah bronchodilator. Penggunaan obat lain seperti
kortikoteroid, antibiotic dan antiinflamasi diberikan pada beberapa kondisi
tertentu. Bronkodilator diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis
bronkodilator dan disesuaikan denganklasifikasi derajat berat penyakit.Pemilihan
bentuk obat diutamakan inhalasi,nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan
jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat
( slow release ) atau obat berefek panjang ( long acting ).
( sumber : FATHIA_KHAIRANI_G2A009079_BAB_2_KTI.pdf )
6. PROGNOSIS
Prognosis dari PPOK cukup buruk, karena PPOK tidak dapat disembuhkan
secara permanen, 30% penderita dengan sumbatan yang berat akan meninggal
dalam waktu satu tahun, 95% meninggal dalam waktu 10 tahun. Ini terjadi oleh
karena kegagalan napas, pneumonia ( Tomas, 2008 ).

Anda mungkin juga menyukai