Anda di halaman 1dari 12

Nama : Maylien E.

Hasan

Nim : 841417168

Kelas : D/Semester 6

Tugas : Kepemimpinan

Jawaban :

1. Beberapa pemimpin Dunia, Nasional, dan Lokal :

a. Pemimpin Dunia

1. Barack Obama
2. Vladimir Putin
3. Bashar Al-Assad
4. Joko Widodo
5. Benjamin Natanyahu
6. David Cameron
7. Kim Jong Un
8. Hasaan Rouhani

b. Pemimpin Nasional

1. Soekarno Hatta
2. Soeharto
3. Bj. Habibie
4. Abdurahman Wahid
5. Megawati Soekarno Putri
6. Susilo Bambang Yudhoyono

c. Pemimpin Lokal Area


1. Ruslie Habibie
2. Nelson Pomalingo
3. Marten Taha

2. Essay Pentingnya Kecerdasan Intelektual Dalam Kepemimpinan :

Kelangsungan hidup dan pertumbuhan dari suatu perusahaan tidakhanya dapat


ditentukan dan di nilai darikeberhasilan dalam pengelolaan keuangan, pemasaran
serta produknya,tetapi juga dapat ditentukan dari pengelolaan sumber daya manusia.
Agar dapat bersaing dalam persaingan bisnis,Sumber daya terpenting bagi suatu
perusahaan atau organisasi adalah sumberdaya manusia yaitu orang yang telah
memberikan tenaga, bakat, kreativitas dan usaha mereka pada organisasi
(Handoko,2001 : 133).

Kita bisa menggunakankecerdasan intelektual yang menonjolkankemampuan


logika berpikir untukmenemukan fakta obyektif, akurat, dan untuk memprediksi
resiko, melihat konsekuensi dari setiap keputusan yang ada. Banyak penelitian yang
membahas dan menjawab persoalan mengenai kecerdasan emosi tersebut di dalam
lingkungan organisasi Goleman (2002:56) mengatakan bahwa kecerdasan emosional
adalah kemampuan lebih yang dimilliki individu dalam memotivasi diri,ketahanan
dalam menghadapi kegagalan,mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta
mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional, individu dapat menempatkan
emosinya pada porsiyang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.
Individu yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dapat menanggulangi
emosi mereka sendiri dengan baik, dan memperhatikan kondisi emosinya, serta
merespon dengan benar emosinya untuk orang lain.lingkungan kerja harus baik dan
kondusi fkarena lingkungan kerja yang baik dan kondusif menjadikan karyawan
merasa betah berada di ruangan dan merasa senang serta bersemangat

3. Urgensi Soft Skill pemimpin pendidikan dan kesehatan berbasis kecerdasan


intelektual :
Dunia perkuliahan adalah sebuah lingkungan yang segala sesuatunya
berhubungan dengan aktivitas perkuliahan. Dunia perkuliahan disini dapat meliputi
lingkungan kampus di perguruan tinggi, kegiatan perkuliahan, interaksi antar peserta
didik, dan lain sebagainya.
Di dalam perkuliahan tentunya terdapat beragam aktivitas dan interaksi antar
manusia, baik aktivitas akademik yang terjadi di dalam kelas saat perkuliahan,
aktivitas di organisasi / UKM, maupun beragam aktivitas lain di luar itu yang
dilakukan oleh para mahasiswadan masyarakat kampus lainnya. Dalam perkuliahan,
mahasiswa dituntut untuk menguasai materi – materi akademik yang disampaikan
oleh dosen saat berada di kelas, mengerjakan tugas dengan sebaik – baik nya, dan
diasah potensi akademik nya. Selain itu, mahasiswa juga dilatih untuk dapat
berkomunikasi di depan umum agar mampu menyampaikan ide dan gagasan yang
diilikinya kepada public.
Lulusan perguruan tinggi dituntut untuk memiliki empat hal, yaitu : (1)
academic knowledge, (2) skill of thinking, (3) management skill, dan (4)
commucation skill. Untuk itu mahasiswa harus memiliki keempat hal di atas agar
dapat menjadi lulusan yang bermutu, dan keempat hal itu pula lah yang harus kita
cari, asah, dan kembangkan di dunia perkuliahan.
SOFT SKILL DI DALAM DUNIA PERKULIAHAN
Di perguruan tinggi atau di dunia perkuliahan, soft skill ini memiliki peranan
yang sangat penting khususnya bagi peserta didik atau mahasiswa. Pasalnya,
mahasiswa memiliki peran sebagai agen perubahan ( agent of change), yaitu untuk
membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi kehidupan masyarakat. Untuk itu
mahasiswa dituntut untuk dapat memiliki kemampuan atau keahlian dalam bidang
yang ditekuninya dan harus memiliki kemampuan intra dan interpersonal yang bagus
agar dapat menerapkan ilmunya dengan baik dimasyarakat. Namun kenyataannya soft
skill di dunia pendidikan saat ini kurang mendapatkan perhatian dari berbagai pihak
sehingga sebagian besar peserta didik memiliki prestasi akademik namun belum
mampu menerapkan nya dalam kehidpan bermasyarakat .
Secara sederhana, mahasiswa diharapkan dapat memenuhi empat kriteria
lulusan berkualitas yang telah disebutkan pada bahasan sebelumnya yaitu
(1) academic knowledge, (2) skill of thinking, (3) management skill, dan (4)
commucation skill. Jika tidak memiliki keempatnya maka tujuan pendidikan di
perguruan tinggi belum dapat tercapai dengan sempurna.
Dari uraian yang telah dipaparkan tadi, dapat kita tarik kesimpulan bahwa
urgensi soft skill di dunia perkuliahan adalah diharapkan terbentuk mahasiswa –
mahasiswa yang berkualitas baik dalam hal akademik maupun dalam inteaksinya
dengan lingkungan social, yaitu mahasiswa yang memiliki (1) academic knowledge,
(2) skill of thinking, (3) management skill, dan (4) commucation skill agar mahasiswa
dapat menjalankan peranannya dengan baik sebagai agent of change ( agen perubahan
) dan lulusan dari perguruan tinggi mampu menjadi orang – orang yang berkualitas
serta dapat membawa perubahan yang lebih baik dalam kehidupan bermasyarakat
khususnya dalam bidang yang mereka tekuni. Maka dari itu, pengembangan soft skill
di dalam dunia perkuliahan harus lebih ditingkatkan lagi. Diharapkan pihak – pihak
yang memiliki peranan dalam meningkatkan mutu lulusan perguruan tinggi lebih
menaruh perhatian lagi terhadap pengembangan soft skill peserta didik dalam dunia
perkuliahan.
4. Kesimpulan dari hasil kelompok yang mengkaji tentang kecerdasan
intelektual :

Kecerdasan intelektual adalah istilah bahasa Indonesia untuk menunjukkan


intelegensi. Dalam istilah psikologi dikenal dengan sebutan Intelegensi Question
(IQ). Sebagian ahli psikologi menyatakan bahwa keberhasilan dan kegagalan

individu di masa depan ditentukan oleh faktor ini (Goleman, 1998). Namun,
umumnya orang berasumsi bahwa kecerdasan intelektual sebagai penentu
keberhasilan pada masa depan (Manulang, 1999). Kecerdasan intelektual (IQ)
merupakan pengkualifikasian kecerdasan manusia yang didominasi oleh kemampuan
daya pikir rasional dan logika. Lebih kurang 80%, IQ diturunkan dari orang tua,
sedangkan selebihnya dibangun pada usia sangat dini yaitu 0-2 tahun kehidupan
manusia yang pertama. Sifatnya relatif digunakan sebagai prediktor keberhasilan
individu di masa depan. Implikasinya, sejumlah riset untuk menemukan alat (tes IQ)
dirancang sebagai tiket untuk memasuki dunia pendidikan sekaligus dunia kerja
(Amram, 2009). Kecerdasan intelektual sebagai suatu kemampuan yang terdiri dari
tiga ciri yaitu:

1. Kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan

2. Kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah dilakukan

Kecerdasan intelektual merupakan kemampuan mahasiswa dalam membaca,


memahami dan menginterpretasikan setiap informasi khususnya yang berkaitan
dengan pelajaran yang diterimanya (Isabela, 2011). Menurut Galton kecerdasan
dalam arti umum adalah suatu kemampuan umum yang membedakan kualitas orang
yang satu dengan orang yang lain, kecerdasan intelektual lazim disebut dengan
inteligensi. Inteligensi adalah kemampuan kognitif yang dimiliki organisme untuk
menyesuaikan diri secara efektif pada lingkungan yang kompleks dan selalu berubah
serta dipengaruhi oleh faktor genetik. Raven memberikan pengertian yang lain. Ia
mendefinisikan inteligensi sebagai kapasitas umum individu yang nampak dalam
kemampuan individu untuk menghadapi tuntutan kehidupan secara rasional.
Inteligensi lebih difokuskan kepada kemampuannya dalam berfikir, Wechsler
mengemukakan bahwa inteligensi adalah kemampuan global yang dimiliki oleh
individu agar bisa bertindak secara terarah dan berpikir secara bermakna serta bisa
berinteraksi dengan lingkungan secara efisien (Choiriah, 2013).

Indikator kecerdasan intelektual yang dikemukakan oleh Stenberg (Dwijayanti A. P.,


2009) yaitu:
1. Kemampuan memecahkan masalah yaitu mampu menunjukkan pengetahuan
mengenai masalah yang dihadapi, mengambil keputusan tepat, menyelesaikan
masalah secara optimal, menunjukkan fikiran jernih.
2. Intelegensi verbal yaitu kosa kata baik, membaca dengan penuh pemahaman,
ingin tahu secara intelektual, menunjukkan keingintahuan.
3. Intelegensi praktis yaitu situasi, tahu cara mencapai tujuan, sadar terhadap
dunia sekeliling, menunjukkan minat terhadap dunia luar.
Kondisi-kondisi yang mempengaruhi kapasitas intelektual adalah (Rivale, 2011):
a. Kondisi fisik, misalnya sangat dipengaruhi oleh rendahnya energi karena
kurang gizi sering sakit-sakitan berpengaruh terhadap intelegensi anak.
Sedangkan penggunaan kapasitas intelektual sangat tergantung pada
kesempatan yang ada, misalnya anak dari keluarga kaya akan memiliki
kesempatan lebih banyak bagi perkembangan intelektual daripada keluarga
yang kurang mampu.

b. Pendidikan, tentu saja memberikan pengalaman intelektual yang lebih luas


sehingga tingkat pendidikan terkait dengan tingkat intelektual akan
memungkinkan orang beradaptasi dengan berbagai kondisi kehidupan.

c. Motivasi, pada setiap orang pada tingkat usia yang berbeda akan
melahirkan motivasi yang berbeda pula. Misalnya anak-anak lebih
termotivasi untuk mendapatkan perhatian dari orang tua atau orang dewasa,
semantara remaja akan termotivasi untuk meraih prestasi di sekolah.

d. Penggunaan kapasitas intelektual. Perkembangan intelektual sangat terkait


dengan berbagai pengalaman belajar anak. Seorang anak yang
mendapatkan pengalaman yang berbeda baik ketika di lingkungan
keluarga, maupun di sekolah dan masyarakat.

e. Pengalaman awal dalam keluarga. Pengalaman intelektual yang didapatkan


oleh anak di rumah adalah disiplin dan iklim emosi. Disiplin berpengaruh
terhadap prestasi anak sebab anak dari keluarga yang disiplin akan lebih
berprestasi. Sedangkan iklim keluarga yang baik akan meningkatkan
kemampuan IQ.

f. Tingkat emosi dapat menyebabkan orang gagal untuk menggunakan


intelektual secara maksimal.

g. Pola kepribadian. Dipengaruhi oleh kemampuan untuk belajar.


Karakteristik kepribadian seperti kegirangan, sikap negatif, kaku dan lain-
lain dapat menjadikan orang sulit beradaptasi dengan situasi yang baru.
Kecakapan yang harus dimiliki untuk membuat keputusan
Dalam perjalanan praktik dan pembelajaran VVC saja tidak cukup. Ada
fondasi lain yang diperlukan: competence (kompetensi), strong dan nature character.
Fondasi competence (kompetensi), adalah kecakapan yang sesuai untuk
melaksanakan tugasnya. Tugas pemimpin adalah mengambil keputusan secara efektif
(termasuk di dalamnya efisien). Untuk bisa mencapai keputusan yang menghasilkan
profit maka ia harus memiliki kecakapan yang cukup sebagai pendukung keputusan
yang dibuat. Tiga jenis kecakapan di antaranya sebagai berikut (Moeljono D., 2013):
1. Kecakapan teknis akademis atau knowledge
Kecakapan ini adalah kecakapan-kecakapan yang dapat diajarkan dan
dipelajari dalam teori-teori kepemimpinan, mulai dari proses pembuatan
keputusan dari identifikasi masalah ke pengumpulan informasi, kemudian
seleksi alternatif keputusan, dan akhirnya pembuatan keputusan, hingga
teknik-teknik kepemimpinan lainnya.
2. Kecakapan kemanusiaan atau skill
Kecakapan untuk mentransfer pengetahuan menjadi praktik dan
bersifat plikatif, contohnya kemampuan untuk melaksanakan praktik
kepemimpinan, mengembangkan wawasan, dan membangun jaringan kerja
sama yang luas dalam rangka tugas kepemimpinannya.
3. Kecakapan spiritual
IQ dan EW (termasuk EI) baru bersentuhan dengan akuntabilitas
dengan manusia, yaitu dari akuntabilitas hierarki terdasar, dengan pribadi,
hingga jenjang kelima, dengan stakeholders-nya. Ketika akuntabilitas harus
dibawa ke jenjang tertinggi, dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, maka manusia
memerlukan Spiritual Intelegensi (SI).
Adapun karakter kepemimpinan utuh sebagai berikut (Moeljono, 2017):
1. Kepemimpinan Pikiran
a. Mampu berpikir ulang.
b. Memahami kompleksitas global.
c. Berfikir strategis tanpa mengabaikan tujuan jangka pendek.
d. Mampu mencari gagasan baru dari mana pun juga.
e. Mampu mengembangkan berbagai sudut pandang.
2. Kepemimpinan Hati
a. Menyeimbangkan kebutuhan bisnis dan manusia.
b. Menciptakan kepercayaan.
c. Mengembangkan simpati.
d. Membangun lingkungan yang kondusif.
e. Mengetahui apa yang penting.
f. Mampu mengatasi hambatan personal.
3. Kepemimpinan Nyali
a. Berani dan cakap mengembangkan risiko membuat keputusan dalam
kondisi data dan informasi yang tidak cukup
b. Mampu menyeimbangkan risiko dan hasil
c. Bertindak dengan integritas yang kuat
Dengan adanya Leadership dalam diri seseorang menimbulkan kecerdasan
intelektual yang bisa membuat keputusan yang terbaik dengan memiliki
kemampuan kecakapan yang baik dan membuat karakter kepemimpinan
yang utuh.

Anda mungkin juga menyukai