Anda di halaman 1dari 52

PENILAIAN STATUS GIZI

Karina Dwi Handini

Mata Kuliah Ilmu Gizi Dasar


Program Studi DIII Gizi – Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang
Tahun 2022
1. PSG
Antropometri
Pendahuluan
 Antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi
 Antropometri sangat umum digunakan untuk

mengukur status gizi dari berbagai


ketidakseimbangan antara asupan protein
dan energi
Syarat penggunaan antropometri
 Alat mudah didapat dan digunakan.
 Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang

dengan mudah dan objektif.


 Pengukuran tidak selalu harus oleh tenaga

khusus profesional, dapat oleh tenaga lain


setelah mendapatpelatihan.
 Biaya relatif murah.
 Hasilnya mudah disimpulkan, memiliki cutt of

point dan buku rujukan yang sudah pasti.


 Secara ilmiah diakui kebenarannya
Keunggulan
 Prosedur sederhana, aman dan dapat
dilakukan dalam jumlah sampel cukup besar.
 Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli.
 Alat murah, mudah dibawa, tahan lama,

dapat dipesan dandibuat didaerah setempat.


 Metode ini tepat dan akurat, karena dapat

dibakukan.
 Dapat mendeteksi atau menggambarkan

riwayat gizi dimasa lampau


Keunggulan
 Umumnya dapat mengidentifikasi status
buruk, kurang danbaik, karena sudah ada
ambang batas yang jelas.
 Dapat mengevaluasi perubahan status gizi

pada periode tertentu, atau dari satu generasi


ke generasi berikutnya.
 Dapat digunakan untuk penapisan kelompok

yang rawan terhadap gizi


Kelemahan
 Tidak sensitif: tidak dapat mendeteksi status
gizi dalamwaktu singkat, tidak dapat
membedakan kekurangan zat gizi tertentu
 Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan

penurunan penggunaan energi) dapat


menurunkan spesifikasi dansensitivitas
pengukuran antropometri
 Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran

dapatmempengaruhi presisi, akurasi, dan


validitas pengukuran
Kelemahan
 Kesalahan terjadi karena: pengukuran,
perubahan hasilpengukuran (fisik dan
komposisi jaringan), analisis dan asumsi yang
keliru
 Sumber kesalahan biasanya berhubungan

dengan latihan petugas yang tidak cukup,


kesalahan alat, kesulitan pengukuran
Parameter
 Umur
 Berat badan (BB)
 Tinggi badan (TB)
 Lingkar lengan atas (LLA)
 Lingkar kepala
 Lingkar dada
 Lingkar lutut
 Jaringan lemak
Umur
 Kesalahan penentuan umur dapat
mengakibatkan interpretasi status gizi salah
 Tahun umur penuh (completed year)

Contoh: 6 tahun 2 bulan, dihitung 6 tahun


5 tahun 11 bulan, dihitung 5 tahun
 Bulan usia penuh (completed month) untuk

anak umur 0-2 tahun


Contoh: 3 bulan 7 hari, dihitung 3 bulan
2 bulan 26 hari, dihitung 2 bulan
BB (Berat Badan)
 Pengukuran BB dapat dilakukan dengan
menggunakan alat yaitu timbangan Berat
Badan, namun ada kekhususan dalam
mengukur BB bayi,yaitu dapat dilakukan:
BB (Berat Badan)
 Digunakan untuk mendiagnosa bayi normal
atau BBLR.
 Pada masa bayi-balita berat badan dapat

dipergunakan untuk melihat laju


pertumbuhan fisik maupun status gizi,
kecuali terdapat kelainan klinis (dehidrasi,
asites, edema, atau adanya tumor).
 Dapat digunakan sebagai dasar perhitungan

dosis obat dan makanan.


 Parameter yang paling baik, mudah terlihat
perubahan dalam waktu singkat karena
perubahan konsumsi makanan dan
kesehatan.
 Memberikan gambaran status gizi sekarang,

jika dilakukan periodik memberikan


gambaran pertumbuhan.
 Umum dan luas dipakai di Indonesia.
 Ketelitian pengukuran tidak banyak

dipengaruhi oleh keterampilan pengukur


 Digunakan dalam KMS
 BB/TB merupakan indeks yang tidak

tergantung umur
 Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan

dengan ketelitian tinggi


TB (Tinggi Badan)
 Menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal
 Alat ukur Tinggi Badan meliputi:

a. Alat pengukur panjang badan bayi: untuk


bayi atau anak yang belum dapat berdiri.
b. Microtoise: untuk anak yang sudah dapat
berdiri.
Lingkaran Lengan Atas (LLA)
 Ukuran lingkaran lengan atas (LLA)
menentukan massa otot dan jaringan
subkutan.
 Lingkar lengan atas mencerminkan cadangan

energi, sehingga dapat mencerminkan:


a. Status KEP pada balita
b. KEK pada ibu hamil: risiko bayi BBLR
Lingkaran Lengan Atas (LLA)
 Kelemahan menggunakan LLA:
a. Baku LLA yang sekarang digunakan belum
mendapat pengujian yang memadai untuk
digunakan di Indonesia.
b. Kesalahan pengukuran relatif lebih besar
dibandingkan pada TB.
c. Sensitif untuk suatu golongan tertentu,
misalnya pada anak prasekolah tetapi kurang
sensitif untuk golongan dewasa
Lingkaran Lengan Atas (LLA)
 Ambang batas (Cut of Points):
a. LLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia <
23.5 cm
b. Pada bayi 0-30 hari : ≥9.5 cm
c. Balita dengan KEP <12.5 cm
Lingkar Kepala
 Pengukuran lingkar kepala dapat dilakukan
seperti pada gambar dibawah ini
Jaringan lunak
 Otot dan lemak merupakan jaringan lunak
yang bervariasi.
 Antropometri dapat dilakukan pada jaringan

tersebut untuk menilai status gizi di


masyarakat.
Indeks Antropometri
 Indeks Antropometri adalah pengukuran dari
beberapa parameter.
 Indeks antropometri merupakan rasio dari

suatu pengukuran terhadap satu atau lebih


pengukuran.
BB/U
 Kelebihan
a. Lebih mudah dan cepat dimengerti oleh
masyarakat
b. Baik untuk mengukur status gizi akut dan
kronis
c. Indikator status gizi kurang saat sekarang
d. Growth monitoring
TB/U
 Kelebihan
a. Baik untuk menilai status gizi masa lampau
b. Alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah
dibawa
c. Indikator kesejahteraan dan kemakmuran
suatu bangsa
BMI (Body Mass Index)
 Body Mass Index (BMI) atau dalam bahasa
Indonesia disebut Index Masa Tubuh (IMT)
adalah sebuah ukuran “berat terhadap tinggi”
badan yang umum digunakan untuk
menggolongkan orang dewasa ke dalam
kategori Underweight (kekurangan berat
badan), Overweight (kelebihanberat badan)
dan Obesitas (kegemukan)
 Rumus atau cara menghitungBMI yaitu

 Keterbatasan BMI adalah tidak dapat


digunakan bagi:
a. Wanita hamil
b. Orang yang sangat berotot, contohnya atlet
Klasifikasi BMI
BBR (Berat Badan Relatif)

 Berat badan relative merupakan alternative


lain untuk menentukan status gizi seseorang.

 BBR = BB (kg) x 100 % =……. %


(TB (cm) – 100)

 Namun, pengukuran BBR kini jarang


dilakukan di rumahsaakit karena peranannya
untuk menentukan status gizi seseorang
sudah banyak diganti oleh IMT
 Penilaian berdasarkan berat badan relatif :
 •kurus (underweight) bila < 90%

•normal (ideal) bila 90 - 110%


•gemuk (overweight) bila > 110%
•obesitas bila > 120%
 -obesitas ringan bila 120 - 130%
 obesitas sedang bila 130 - 140%

-obesitas berat bila 140 - 200%


-obesitas Morbid bila > 200%
Rasio Pinggang Panggul
 Rasio pi-pa diukur mula-mula mengukur
lingkaran pinggang (perut) pada lingkaran
terkecil diatas umbilikus.
 Kemudian, lingkaran panggul diukur lewat

tonjolan gluteus yang paling maksimal


 Hasil kedua pengukurankemudian digambar
pada nomogram dan dengan meletakkan
hasil pengukuran lingkaran pinggangpada
sklala di sebelah kiri, sementara hasil
pengukuran lingkaran panggulpada skala di
sebelah kanan.
 Hubungkan kedua hasil pada skala

tersebutdengan garis lurus yg akan


memotong garis AGR/WHR (abdominal-
gluteal ratioatau waist hip-ratio) yg terletak
antara kedua skala
 Rasio pi-pa (WHR) sebesar 1,0 atau kurang bagi
laki-laki dan 0,8 atau kurang bagi wanita
merupakan nilai yang normal. (Hartono, Andry.
2006)
 Perlu ditekankan bahwa resiko penyaki tyang
berhubungan dengan lingkar pinggang adalah
bervariasi pada populasi dan kelompok etnik yang
berbeda. Sebagai contoh, lemak di sekitar perut
pada wanita kulit hitam kurang menunjukan
hubungan yang kuat dengan resiko penyakit
jantung dan diabetes dibandingkandengan wanita
kulit putih.
 Oleh karena itu,diperlukan nilai maksimum (cut-off
points) yang lebih spesifikberdasarkan seks dan
populasi
Pria Wanita
Resiko Resiko Resiko Resiko
Pengukuran Meningkat Sangat Meningkat Sangat
Meningkat Meningkat
Lingkar  94 cm  102 cm  80 cm  88 cm
Pinggang

Perbandingan 0,9 1,0 0,8 0,9


Lingkar/Lingkar
Pinggul
Lingkaran Perut
 Pengukuran lingkaran perut (waist
circumference) kini menjadi metode paling
populer kedua (sesudah IMT) untuk
menentukan status gizi.
 Cara pengukuran lingkaran perut ini dapat

membedakan obesitas menjadi jenis perifer


(obesitas tipe gynoid), abdominal (obesitas
tipe android), danobesitas tipe ovid
(DivisionXenical, 2007)
a.Gynoid (Bentuk Peer)
 Lemak disimpan di sekitar pinggul
danbokong Tipe ini cenderung dimiliki
wanita.Resiko terhadap penyakit pada tipe
gynoidumumnya kecil, kecuali resiko
terhadappenyakit arthritis dan varises vena
(varicoseveins).
b.Apple Shape (Android)

 Biasanya terdapat pada pria. dimanalemak


tertumpuk di sekitar perut. Resikokesehatan pada
tipe ini lebih tinggidibandingkan dengan tipe
Gynoid, karena sel-sel lemak di sekitar perut
lebih siap melepaskan lemaknya ke dalam
pembuluh darah dibandingkan dengan sel-
sellemak di tempat lain.
 Lemak yang masuk ke dalam pembuluh darah
dapat menyebabkan penyempitan arteri
(hipertensi), diabetes, penyakitgallbladder, stroke,
dan jenis kanker tertentu (payudara
danendometrium).
 dapat disimpulkan bahwa seorang pria kurus
dengan perut gendut lebih beresiko
dibandingkan denganpria yang lebih gemuk
dengan perut lebih kecil.
 Untuk diagnosis obesitas abdominal (tipe

Android), lingkaranperut bagi wanita Asia


adalah ≥ 80 cm dan bagi pria Asia adalah≥
90cm (bagi wanita Kaukasian≥ 35 inci dan
pria Kaukasian≥ 40 inci).
Ovid (Bentuk Kotak Buah)
 Ciri dari tipe ini adalah "besar diseluruh
bagian badan". Tipe Ovid umumnyaterdapat
pada orang-orang yang gemuksecara
genetic.
Lipatan Triseps, LLA, dan LOLA
 Lipatan Triseps
 Pengukuran lipatan triseps dimaksudkan

untuk menentukanstatus lemak tubuh,


sementara LLA dan LOLA untuk
mengetahuistatus protein otot. Kurang lebih
separuh jaringan adipose tubuhterdapat
dalam jaringan bawah kulit (subkutan)
sehingga pengukuranstatus lemak tubuh
dapat dilakukan pada lipatan kulit
triseps,subskapuler, abdominal, panggul,
serta paha.
 Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa
penilaian lemaksubkutan lewat pengukuran
lipatan kulit merupakan cara yang
cukupakurat. Pengukuran lipatan triseps
dilakukan dengna menggunakan caliper.
 Cara pengukurannya adalah lengan yang lipatan
triseps akan diukur dibiarkan digantung bebas
disisi tubuh. Peganglah lipatan kulit tersebut
seperti menjepitnya dengan ibu jari dan telunjuk
tangansedikit di atas titik tengah lengan atas yang
sudah ditandai.
 Gunakankaliper untuk mengukur tebalnya, tunggu
2 hingga 3 detik, kemudianbacalah hasil
pengukuran tersebut pada 1,0 mm yang terdekat.
 Ulangi prosedur pengukuran hingga 3 kali hitung
rata-rata dari hasil pengukuran.
 Nilai Normal bagi penduduk Indonesia belum
ada sampai saatini. Bagi orang Kaukasian
(kulit putih), nilai normalnya: 90% standar=
11,3 mm untuk laki-laki, 14,9 mm untuk
wanita.
LLA
 Cara pengukuran adalah dengan menggunakan pita
pengukuryang tidak mulur (sebaiknya pita pengukur
produksi RossLaboratories, Columbus, OH untuk
memudahkan pembacaannya)
 lingkarkan pita tersebut pada titik tengah lengan atas
yang non-dominan (lengan kiri) di antara puncak
prosesus akromialis scapuladan prosesus olekranon os
ulna, sementara lengan bawah difleksikan90o.
 Dengan lengan dalam posisi bergantung bebas,
kencangkan pitapengukur yang telah dipasang
melingkari titik tengah lengan atastanpa menimbulkan
penekanan pada jaringan lunak. Lakukanpembacaan
pada sentimeter terdekat. (Hartono, Andry. 2006)
Lingkaran Otot Lengan Atas (LOLA)
 Ukuran lingkaran otot lengan atas (LOLA)
yang dihitungberdasarkan tebal triseps dan
ukuran LLA akan menghasilkan indeksmassa
otot (simpanan protein tubuh).
Pengukurannya dilakukan dalamsentimeter
dengan rumus:
 LOLA (cm) = LLA cm – (0,314 x tebal kulit

triseps (mm))
Cont…
 Nilai Normal bagi penduduk Indonesia belum
ada sampai saat ini. Bagi orang Kaukasian
(kulit putih), nilai normalnya: 90% standar=
22,8 cm untuk laki-laki, 20,9 cm untuk
wanita. (Hartono, Andry. 2006)
Sekian,
Semoga Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai