Anda di halaman 1dari 25

TRANSFUSI DARAH

1. Definisi dan Tujuan Transfusi Darah

Transfusi darah adalah pemasukan darah lengkap atau komponen darah

secara langsung ke dalam aliran darah. Transfusi sering digunakan untuk

mengobati anemia atau untuk memberi resipien beberapa unsur lain dari darah

disamping sel darah merah.

Tujuan transfusi darah adalah untuk mengembalikan dan mempertahankan

volume yang normal peredaran darah, mengganti kekurangan komponen seluler

atau kimia darah, meningkatkan oksigenasi jaringan, memperbaiki fungsi

homeostasis dan tindakan terapi khusus.

2. Komponen darah dan Fungsinya

Darah adalah jaringan terspesialisasi yang mencakup cairan kekuningan atau

plasma darah yang didalam nya terkandung sel-sel darah.Sel-sel darah terdiri dari

eritrosit, leukosit dan trombosit.Komposisi plasma dalam darah sekitar 55%,

sedangkan sel-sel darah dan trombosit sekitar 45%.Sel dan keping darah lebih

berat dibandingkan plasma sehingga dapat di pisahkan melalui prosedur yang di

sebut sentrifugasi. Adapun fungsi darah yaitu sebagai berikut:

- Mengangkut oksigen ke jaringan di seluruh tubuh.

- Mengangkut sari-sari makanan keseluruh tubuh.

- Mengangkut karbon dioksida.

- Mengedarkan hormon dari kelenjar hormon ketempat yang membutuhkan.

1
a. Plasma darah

Pada manusia, plasma darah mengandung sekitar 92 % air, 8 % protein,dan

senyawa organik lainnya.selain itu juga garam anorganik, terutama Nacl.

Plasma darah berguna dalam pengaturan tekanan osmosis darah sehingga dengan

sendirinya jumlah nya dalam tubuh akan diatur.

b. Sel darah

Sel-sel darah adalah sel-sel yang hidup.Sel-sel darah tidak terbelah,

melainkan langsung di ganti oleh sel-sel baru dari sumsum tulang belakang. Ada

tiga macam sel-sel darah yaitu :

- Eritrosit / Sel darah merah

Eritrosit berbentuk pipih dengan garis tengah 7,5cm, eritrosit cekung

dibagian tengahnya (bikonkaf) dan tidak berinti.Warna eritrosit tergantung

pada hemoglobin. Hemoglobin berfungsi mengikat O2, jika hemoglobin

mengikat O2, maka eritrosit akan berwarna merah, jika O2 telah di lepaskan

maka warnanya menjadi merah kebiruan. Jumlah Eritrosit bervariasi,

tergantung jenis kelamin, usia dan ketinggian tempat tinggal seseorang.

Konsentrasi eritrosit pada laki-laki normal adalah 5,1 - 5,8 juta permililiter

kubik darah, dan pada wanita normal 4,3 - 5,2 juta permililieter kubik darah.

Dalam minggu-minggu pertama kehidupan embrio, eritrosit primitif yang

berinti diproduksi dalam yolk sac. Pertengahan trimester masa gestasi, hati

dianggap sebagai organ utama untuk memproduksi eritrosit. Walaupun

terdapat juga eritrosit dalam jumlah cukup banyak yang diproduksi dalam
3

limpa dan limfodus. Selama bulan terakhir kehamilan dan sesudah lahir,

eritrosit hanya diproduksi oleh sumsum tulang.

Sumsum tulang dari semua tulang memproduksi eritrosit sampai seseorang

berusia 5 tahun; tetapi sumsum dari tulang panjang, kecuali bagian

proksimal humerus dan tibia, menjadi sangat berlemak dan tidak

memproduksi eritrosit setelah kurang lebih 20 tahun. Setelah usia ini,

kebanyakan eritrosit diproduksi dalam sumsum tulang membranosa, seperti

vertebra, sternum, iga, dan ilium.

Pembentukan eritrosit dimulai dari proeritroblas lalu menjadi basofil

eritroblas sebagai generasi pertama lalu menjadi polikromatofil eritroblas

setelah itu menjadi ortokromatik eritroblas, lalu menjadi retikulosit dan

akirnya akan menjadi eritrosit.

- Leukosit / Sel darah Putih

Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh.

Leukosit ini sebagian dibentuk di sumsum tulang (granulosit dan monosit

serta sedikit limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-

sel plasma). Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju

berbagai bagian tubuh untuk digunakan. Manfaat sesungguhnya dari

leukosit ialah menyediakan pertahanan yang kuat dan cepat terhadap setiap

bahan infeksius yang mungkin ada.

Netrofil dan makrofag yang terutama menyerang dan menghancurkan

bakteri, virus, dan bahan-bahan merugikan lain yang menyerbu masuk ke

dalam tubuh. Metrofil adalah sel-sel matang yang dapat menyerang dan
menghancurkan bakteri dan virus bahkan dalam darah sirkulasi. Sebaliknya,

makrofag mulai hidup sebagai monosit darah yang merupakan sel imatur

dan dengan sedikit kemampuan untuk melawan bahan-bahan infeksius. Sel-

sel inidisebut juga makrofag yang memiliki kemampuan hebat untuk

memberantas agen-agen penyakit. Fungsi yang terpenting dari netrofil dan

makrofag adalah fagositosis, yang berarti pencernaan selular terhadap bahan

yang mengganggu.

Terdapat enam jenis leukosit dalam darah yaitu neutrofil, eosinofil, basofil

monosit, limfosit dan sel plasma.Netrofil, eosinofil, dan basofil memiliki

granula-granula sehingga sering disebut granulosit.Sedangkan limfosit dan

monosit di sebut agranulasit. Orang dewasa memiliki sekitar 4.800 - 10.800

leukosit permililiter kubik darah, terdiri dari 62% neutrofil, 2.3% eosinofil,

0,4% basofil, 5,3% monosit, dan 30% limfosit. Masa hidup leukosit

berbeda-beda, granulosit sekitar 12 jam, monosit sulit dinilai karena selalu

mengembara, tetapi diduga selama beberapa minggu atau bulan, limsofit

umumnya bertahun selama 100-300 hari.

- Trombosit / keping-keping darah

Trombosit berguna untuk menggumpalkan darah. Keping darah berbentuk

cakram dan tidak berinti Masa hidup trombosit sekitar 8-10 hari, setelah itu

keping darah akan dihancurkan. Jumlah keping darah adalah 150 ribu - 400

ribu per darah.


5

c. Mekanisme penggumpalan darah

Pembekuan darah terjadi dalam tiga tahap yaitu : 1. Jaringan luka papar ke

darah, trombosit akan menempel ke kologen jaringan dan mengeluarkan zat-zat

yang membuat trombosit saling berdekatan dan menempel. 2. Trombosit akan

membentuk sumbat yang memberi perlindungan darurat sehingga terjadi

kehilangan darah. 3. Pembentukan benang-benang fibrin. Faktor penggumpalan

darah dari trombosit bercampur dengan faktor penggumpalan darah dari plasma

darah. Tronmbin akan mengkatalisis perubahan nibrinogan menjadi benang-

benang fibrin.

3. Cara Penyimpanan Darah

Bila spesimen darah yang telah diambil dan telah diproses tidak langsung

dikirimkan, maka specimen perlu disimpan sementara sebagai berikut :

1) Siapkan bahan bahan yang akan disimpan ; serum, darah EDTA, FTA, slide,

clot, from hasil pemeriksaan.

2) Kertas filter FTA setelah kering dari masing-masing responden dimasukan ke

dalam plastic klip kecil dan diberi slica gel. Satukan semua filter tersebut ke

dalam plastik klip besar.

3) Slide dimasukan kedalam kotak slide, diganjal dengan tissue, kemudian kotak

slide diberi lakban serta ditulis rekap nomor specimen pada kertas label yang

ditempel di kotak

4) FTA dan slide disimpan dalam temperature kamar

5) Darah EDTA dimasukan ke dalam lemari es suhu 2-8ºC


6) Clot, serum cryovial (disusun dalam kotak cryovial), dimasukan kedalam

lemari es suhu 2-8ºC (hanya tahan <2hari)

Darah disimpan dalam lemari es khusus (Blood Bank Refrigerator) disertai

dengan monitor suhu/alarm. Penyimpanan tidak boleh bersamaan dengan

penyimpanan makanan/minuman.

4. Transfusi Darah Dalam Klinik

Keputusan melakukan transfusi harus selalu berdasarkan penilaian yang

tepat dari segi klinis penyakit dan hasil pemeriksaan laboratorium. Transfusi dapat

mengakibatkan penyulit akut atau lambat dan membawa risiko transmisi infeksi

antara lain HIV, hepatitis, sifilis dan risiko supresi sistem imun tubuh. Transfusi

darah diperlukan dalam merawat banyak masalah medis seperti kanker dan
7

kelainan darah, prosedur operasi yang besa, atau keadaan dimana kehilangan

darah dalam jumlah yang besar.

Faktor keamanan dan keefektifan transfusi bergantung pada 2 hal yaitu

tersedianya darah dan komponen darah yang aman, mudah didapat, harga

terjangkau, dan jumlahnya cukup memenuhi kebutuhan nasional serta indikasi

transfusi darah dan komponen darah yang tepat.

Kebutuhan transfusi dapat diminimalkan dengan pencegahan proses

penyebab anemia, penatalaksanaan anemia dan penggunaan teknik anestesia serta

operasi yang baik.

Transfusi darah atas indikasi yang tidak tepat tidak akan memberi

keuntungan bagi pasien, bahkan memberi risiko yang tidak perlu. Misalnya,

transfusi yang diberikan dengan tujuan menaikkan kadar hemoglobin sebelum

operasi atau mempercepat pulangnya pasien dari rumah sakit. Transfusi darah atau

plasma untuk perdarahan akut masih sering dilakukan padahal terapi dengan infus

NaCl 0.9% atau cairan pengganti lainnya sama efektifnya bahkan lebih aman dan

murah.

5. Indikasi Transfusi Darah

a. Transfusi Sel Darah Merah

1. Transfusi sel darah merah hampir selalu diindikasikan pada kadar

Hemoglobin (Hb) <7 g/dl, terutama pada anemia akut. Transfusi dapat

ditunda jika pasien asimptomatik dan/atau penyakitnya memiliki terapi

spesifik lain, maka batas kadar Hb yang lebih rendah dapat diterima.
2. Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada kadar Hb 7-10 g/dl apabila

ditemukan hipoksia atau hipoksemia yang bermakna secara klinis dan

laboratorium.

3. Transfusi tidak dilakukan bila kadar Hb ≥10 g/dl, kecuali bila ada indikasi

tertentu, misalnya penyakit yang membutuhkan kapasitas transport

oksigen lebih tinggi (contoh: penyakit paru obstruktif kronik berat dan

penyakit jantung iskemik berat).

4. Transfusi pada neonatus dengan gejala hipoksia dilakukan pada kadar Hb

≤11 g/dL; bila tidak ada gejala batas ini dapat diturunkan hingga 7 g/dL

(seperti pada anemia bayi prematur). Jika terdapat penyakit jantung atau

paru atau yang sedang membutuhkan suplementasi oksigen batas untuk

memberi transfusi adalah Hb ≤13 g/dL.

b. Transfusi Trombosit

1. Mengatasi perdarahan pada pasien dengan trombositopenia bila hitung

trombosit <50.000/uL, bila terdapat perdarahan mikrovaskular difus

batasnya menjadi <100.000/uL. Pada kasus DHF dan DIC supaya

merujuk pada penatalaksanaan masing-masing.

2. Profilaksis dilakukan bila hitung trombosit <50.000/uL pada pasien

yang akan menjalani operasi, prosedur invasif lainnya atau sesudah

transfusi masif.

3. Pasien dengan kelainan fungsi trombosit yang mengalami perdarahan.


9

6. Macam – macam Transfusi Darah

Selama transfusi tubuh akan menerima “whole blood” atau komponen darah

seperti sel darah merah, platelet dan plasma. Berikut adalah macam-macam

transfusi darah:

a. Darah Lengkap atau Whole Blood (WB)

Diberikan pada penderita yang mengalami perdarahan akut, syok

hipovolemik, bedah mayor dengan perdarahan >1500 ml. Darah lengkap ada 3

macam, yaitu:

 Darah segar

Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai <48 jam sesudah

pengambilan.Keuntungan pemakaian darah segar ialah faktor

pembekuannya masih lengkap termasuk faktor labil (V dan VIII) dan fungsi

eritrosit masih relatif baik. Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu yang

tepat karena untuk pemeriksaan golongan, reaksi silang dan transportasi

diperlukan waktu lebih dari 4 jam dan resiko penularan penyakit relatif

banyak.

 Darah Baru

Yaitu darah yang disimpan < 6 hari sesudah diambil dari donor. Faktor

pembekuan disini sudah hampir habis, dan juga dapat terjadi peningkatan

kadar kalium, amonia, dan asam laktat.

 Darah Simpan

Darah yang disimpan antara 6-35 hari.Keuntungannya mudah tersedia setiap

saat, bahaya penularan lues dan sitomegalovirus hilang.Sedang


kerugiaannya ialah faktor pembekuan terutama faktor V dan VIII sudah

habis.Kemampuan transportasi oksigen oleh eritrosit menurun yang

disebabkan karena afinitas Hb terhadap oksigen yang tinggi, sehingga

oksigen sukar dilepas ke jaringan. Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar

2,3 DPG. Kadar kalium, amonia, dan asam laktat tinggi.

b. Packed Red Cell

PRC berasal dari darah lengkap yang disedimentasikan selama

penyimpanan, atau dengan sentrifugasi putaran tinggi. Sebagian besar (2/3) dari

plasma dibuang. Satu unit PRC dari 500 ml darah lengkap volumenya 200-250 ml

dengan kadar hematokrit 70-80%, volume plasma 15-25 ml, dan volume

antikoagulan 10-15 ml. Mempunyai daya pembawa oksigen dua kali lebih besar

dari satu unit darah lengkap. Waktu penyimpanan sama dengan darah lengkap.

Secara umum pemakaian PRC ini dipakai pada pasien anemia yang tidak

disertai penurunan volume darah, misalnya pasien dengan anemia hemolitik,

anemia hipoplastik kronik, leukemia akut, leukemia kronik, penyakit keganasan,

talasemia, gagal ginjal kronis, dan perdarahan-perdarahan kronis yang ada tanda

“oksigen need” (rasa sesak, mata berkunang, palpitasi, pusing, dan gelisah). PRC

diberikan sampai tanda oksigen need hilang. Biasanya pada Hb 8-10 gr/dl.

Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4 ml/kgBB

atau 1 unit dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5 %.Keuntungan transfusi PRC

dibanding darah lengkap:

 Kemungkinan overload sirkulasi menjadi minimal

 Reaksi transfusi akibat komponen plasma menjadi minimal.


11

 Reaksi transfusi akibat antibodi donor menjadi minimal.

 Efek samping akibat volume antikoagulan yang berlebihan menjadi minimal.

 Meningkatnya daya guna pemakaian darah karena sisa plasma dapat

dibuatmenjadi komponen-komponen yang lain.

Kerugian PRC adalah masih cukup banyak plasma, lekosit, dan trombosit

yang tertinggal sehingga masih bisa terjadi sensitisasi yang dapat memicu

timbulnya pembentukan antibodi terhadap darah donor. Untuk mengurangi efek

samping komponen non eritrosit maka dibuat PRC yang dicuci (washed PRC).

Dibuat dari darah utuh yang dicuci dengan normal saline sebanyak tiga kali untuk

menghilangkan antibodi. Washed PRC hanya dapat disimpan selama 4 jam pada

suhu 4oC, karena itu harus segera diberikan.

c. Leukosit/Granulosit konsentrat

Diberikan pada penderita yang jumlah leukositnya turun berat, infeksi yang

tidak membaik/ berat yang tidak sembuh dengan pemberian antibiotik, kualitas

Leukosit menurun. Komponen ini dibuat dari seorang donor dengan metode

pemutaran melalui hemonetic –30. Dengan alat ini darah dari donor dilakukan

pemutaran terus-menerus, memisahkan dan mengumpulkan buffy coat yang

banyak mengandung granulosit limfosit dan platelet kemudian dicampur dengan

larutan sitrat sebagai antikoagulan yang akhirnya dilarutkan dalam

plasma.Indikasi :

 Penderita neutropenia dengan febris yang tinggi yang gagal dengan antibiotik

 Anemia aplastik dengan lekosit kurang dari 2000/ml

 Penyakit-penyakit keganasan lainnya.


Kapan saat yang tepat untuk pemberian transfusi granulosit, masih belum

pasti. Umumnya para klinisi menganjurkan pemberian transfusi granulosit pada

penderita neutropenia dengan panas yang tinggi dan gagal diobati dengan

antibiotik yang adekuat lebih dari 48 jam. Efek pemberian transfusi granulosit

tampak dari penurunan suhu badan penderita terjadi pada 1-2 jam setelah

transfusi.

d. Trombosit

Diberikan pada penderita yang mengalami gangguan jumlah atau fungsi

trombosit. Komponen ini didapat dari darah segar dengan metode pemutaran

dengan waktu tertentu, sehingga akhirnya didapat konsentrat platelet yang

volumenya 25-40 ml/unit yang berisi minimal 5,5×1010 platelet dan beberapa sel

darah merah yang tercampur di dalamnya bersama plasma untuk mempertahankan

pH di atas 6 selama waktu penyimpanan. Dengan satu unit konsentrat platelet

biasanya akan menaikkan jumlah platelet sebesar 9.000-11.000 /m3 luas badan.

Sehingga untuk keadaan trombositopenia yang berat dibutuhkan sampai 8-10 unit.

e. Plasma biasa dan Plasma Segar Beku

Dari 250 ml darah utuh diperoleh 125 ml plasma. Plasma banyak digunakan

untuk mengatasi gangguan koagulasi yang tidak disebabkan oleh trombositopenia,

mengganti plasma yang hilang, defisiensi imunoglobulin dan overdosis obat

antikoagulans (warfarin,dsb).Plasma tersedia dalam berbagai bentuk sediaan

sebagai berikut:

 Plasma segar (Fresh Plasma)


13

Dari darah utuh segar (<6 jam). Berisi semua faktor pembekuan (juga faktor

labil) dan trombosit. Harus diberikan dalam 6 jam.

 Plasma Segar Beku (Fresh Frozen Plasma)

Didapat dari pemisahan darah segar (darah donor < 6 jam) dengan metode

pemutaran, kemudian dibekukan dan disimpan pada temperatur –30oC.

Karena dibuat dari darah segar, maka hampir semua faktor-faktor pembekuan

masih utuh selama penyimpanan –30oC kecuali trombosit. Tapi bila disimpan

pada temperatur 4oC, maka semua faktor pembekuan yang labil itu akan rusak

menjadi plasma biasa.Kriteria pemberian Fresh Frozen Plasma:

- Perdarahan menyeluruh yang tidak dapat dikendalikan dengan jahitan

bedahatau kauter.

- Peningkatan PT atau PTT minimal 1,5 kali dari normal.

- Hitung trombosit lebih besar dari 70.000/mm3 (untuk menjamin bahwa

trombositopenia bukan merupakan penyebab perdarahan).

ASA merekomendasikan pemberian FFP dengan mengikuti petunjuk berikut:

- Segera setelah terapi warfarin

- Untuk koreksi defisiensi faktor koagulasi yang mana untuk faktor yang

spesifik tidak tersedia.

- Untuk koreksi perdarahan mikrovaskuler sewaktu terjadi peningkatan >1,5

kali nilai normal PT atau PTT

- Untuk koreksi perdarahan sekunder mikrovaskuler yang meningkat

akibatdefisiensi faktor koagulasi pada pasien yang ditransfusi lebih dari


satu unitvolume darah dan jika PT dan PTT tidak dapat diperoleh saat

dibutuhkan.

- FFP sebaiknya diberikan dalam dosis yang diperhitungkan mencapai

suatukonsentrasi plasma minimum 30% (biasanya tercapai dengan

pemberian 10-15ml/kg), kecuali setelah pemberian warfarin yang mana

biasanya cukup antara5-8 ml/kg.

- FFP dikontraindikasikan untuk peningkatan volume plasma atau

konsentrasialbumin.

 Plasma biasa (Plasma Simpan)

Mengandung faktor stabil fibrinogen, albumin, dan globulin. Didapat dari

dari darah lengkap yang telah mengalami penyimpanan. Dari 250 cc darah

lengkap diperoleh 125 cc plasma. Dapat bertahan selama 2 bulan pada suhu

4oC. Indikasi:

- Untuk mengatasi keadaan shok (sebelum darah datang).

- Memperbaiki volume sirkulasi darah.

- Mengganti protein plasma yang hilang pada luka bakar yang luas.

- Mengganti dan menambah jumlah faktor-faktor tertentu yang hilang

misalnya fibrinogen, albumin, dan globulin.

Plasma diberikan pada kehilangan plasma misalnya dengue hemoragik fever,

atau luka bakar yang luas.Dosis pemberian tergantung keadaan

klinis.Umumnya diberikan 10-15 ml/kgBB/hari.Hati-hati pada orang tua,

karena kemungkinan terjadinya payah jantung atau overload sirkulasi.Indikasi


15

ini sekarang tidak dianjurkan lagi karena lebih aman menggunakan terapi

larutan koloid atau albumin yang bebas resiko transmisi penyakit.

7. Teknik Transfusi darah

Sebelum ditransfusikan, periksa sekali lagi sifat dan jenis darah serta

kecocokan antara darah donor dan penderita. Penderita dipersiapkan dengan

pemasangan infus dengan jarum besar (16-18). Jarum yang terlalu kecil (23-25)

dapat menyebabkan hemolisis.

Transfusi dilakukan dengan transfusi set yang memiliki saringan untuk

menghalangi bekuan fibrin dan partikel debris lainnya. Transfusi set baku

memiliki saringan dan ukuran pori-pori 170 mikron. Pada keadaan normal, sebuah

transfusi set dapat digunakan untuk 2 sampai 4 unit darah. Vena terbaik untuk

kanulasi darah adalah vena pada bagian dorsal tangan dan pada lengan atas.

Dalam keadaan darurat dapat dilakukan venaseksi untuk menjamin kelancaran dan

kecepatan transfusi.

Waktu mengambil darah dari lemari es, perhatikan plasmanya. Jika ada

tanda-tanda hemolisis (warna coklat hitam, keruh) jangan diberikan. Darah yang

belum akan ditransfusikan harus tetap di dalam lemari es.

Sebelum transfusi, diberikan terlebih dahulu 50-100 ml NaCl fisiologik.

Jangan menggunakan larutan lain karena dapat merugikan. Larutan dekstrose dan

larutan garam hipotonik dapat menyebabkan hemolisis. Ringer laktat atau larutan

lain yang mengandung kalsium akan menyebabkan koagulasi. Jangan


menambahkan obat apapun ke dalam darah yang ditransfusikan. Obat-obatan

memiliki pH yang berbeda sehingga dapat menyebabkan hemolisis, lagipula bila

terjadi reaksi transfusi akan sulit untuk menentukan apakah hal itu terjadi akibat

obat atau akibat darah yang ditransfusikan.

Jika sejumlah besar darah akan ditransfusikan dalam waktu yang singkat,

maka dibutuhkan darah hangat, karena darah yang dingin akan mengakibatkan

aritmia ventrikel bahkan kematian. Menghangatkan darah dengan air hangat

hendaknya pada suhu 37-39oC. Karena bila lebih 40oC, eritrosit akan rusak. Pada

100 ml pertama pemberian darah lengkap hendaknya diteliti dengan hati-hati dan

diberikan perlahan-lahan untuk kemungkinan deteksi dini reaksi transfusi.

Transfusi set mengalirkan darah 1 ml dalam 20 tetes. Laju tercepat yang

bisa tercapai adalah 60 ml permenit. Laju transfusi tergantung pada status

kardiopulmoner resipien. Jika status kardiopulmoner normal, maka dapat

diberikan 10-15 ml/kgBB dalam waktu 2-4 jam. Jika tidak ada hemovolemia

maka batas aman transfusi adalah 1 ml/kgBB/jam (1 unit kurang lebih 3 jam) atau

1000 ml dalam 24 jam. Tetapi jika terdapat gagal jantung yang mengancam maka

tidak boleh ditransfusikan melebihi 2 ml/kgBB/jam. Karena darah adalah medium

kultur yang ideal untuk bakteri, sebaiknya transfusi satu unit darah tidak boleh

melewati 5 jam karena meningkatnya resiko proliferasi bakteri.

Kasus-kasus dengan perdarahan yang hebat kadang-kadang dibutuhkan

transfusi yang cepat sampai 6-7 bag dalam setengah jam. Setelah sirkulasi tampak

membaik dikurangi hingga 1 bag tiap 15 menit.


17

Tidak dianjurkan memberi obat antihistamin , antipiretika, atau diuretika

secara rutin sebelum transfusi untuk mencegah reaksi. Reaksi panas pada dasarnya

adalah tanda bahaya bahwa sedang terjadi reaksi transfusi. Diuretika hanya

diperlukan pada pasien anemia kronis yang perlu transfusi sampai 20 ml/kgBB

dalam 24 jam.

Cara-cara Meningkatkan Kecepatan Transfusi :

1. Letakkan botol darah setinggi mungkin. Peningkatan 2 kali menyebabkan

kecepatan transfusi meningkat 2 kali pula.

2. Pergunakan jarum atau kanula sebesar mungkin.

3. Dengan memompakan darah meningkatkan tekanan darah dalam botol

4. Dengan memompakan darah-darah yang berada didalam kateter bawah.

8. Komplikasi Transfusi darah

Transfusi darah dengan tujuan memperbaiki oksigenasi jaringan memiliki

beberapa komplikasi. Berikut ini adalah komplikasi yang dapat disebabkan oleh

transfusi darah yaitu:

a. Komplikasi Imunologi

Komplikasi imunologi biasanya terjadi pada pasien yang telah menerima donor

darah sel darah merah, sel darah putih, platelet, dan protein plasma. Komplikasi

yang dapat terjadi adalah reaksi transfusi hemolitik dan reaksi transfusi imun non

hemolitik.
 Reaksi Transfusi Hemolitik

Reaksi hemolitik seringkali terjadi akibat adanya destruksi dari sel darah merah

oleh antigen eritrosit dari resipien. Reaksi ini dibagi menjadi reaksi hemolitik

yang akut (intravaskuler) dan lambat (ekstravaskuler).

- Reaksi Hemolitik Akut

Reaksi hemolitik akut adalah reaksi yang disebabkan oleh inkompatibilitas

sel darah merah dan dilaporkan dengan angka kejadian 1 : 6000

transfusi.Hal ini biasanya terjadi akibat kesalahan dalam permintaan darah,

pengambilan contoh darah dari pasien ke tabung yang diberikan label,

kesalahan pemberian label pada tabung dan ketidaktelitian memeriksa

identitas pasien sebelum transfusi.

Pada pasien yang sadar, gejala yang dapat ditunjukkan adalah menggigil,

demam, mual, muntah, nyeri dada, dan nyeri pinggang. Pada pasien yang

dianestesi biasanya terjadi peningkatan suhu, takikardi yang tidak dapat

dijelaskan, hipotensi dan hemoglobinuria. DIC, syok, dan penurunan fungsi

ginjal dapat terjadi secara cepat. Apabila darah yang diberikan kurang dari

5% dari total volume darah maka reaksi yang terjadi tidak akan sampai

menunjukkan gejala yang berat.

Penatalaksanaan untuk reaksi hemolitik yaitu sebagai berikut:

1. Ketika reaksi hemolitik terjadi, segera hentikan transfusi

2. Melakukan administrasi ulang yaitu dengan mengecek identitas pasien

3. Melakukan tes kompatibilitas ulang


19

4. Pasang kateter urin dan periksa adakah hemoglobinuria

5. Berikan mannitol

6. Berikan dopamine dosis rendah

7. Berikan platetet dan FFP jika diperlukan

- Reaksi Hemolitik Lambat

Reaksi hemolitik lambat sering disebut juga sebagai reaksi hemolisis

ekstravaskuler. Umumnya, reaksi ini disebabkan karena sistem RH atau alel

asing seperti adanya Kell, Duffy, atau Kidd antigen. Reaksi hemolitik

lambat terjadi 2-21 hari setelah transfusi. Gejala yang dapat ditimbulkan

antara lain malaise, jaundice, dan demam. Selain itu dapat juga

menyebabkan peningkatan hematokrit dan serum bilirubin yang tidak

terkonjugasi. Diagnosis dari reaksi hemolisis ditegakkan dengan

pemeriksaan direk coomb test untuk mendeteksi antibodi yang berada pada

membran sel darah merah.

 Reaksi Transfusi Non-Hemolitik

Reaksi ini terjadi pada pasien yang menerima transfusi sel darah putih,

trombosit, dan protein plasma.

- Reaksi Febris

Reaksi febris biasanya terjadi pada pasien yang menerima transfusi sel darah

putih atau trombosit. Gambaran khasnya berupa menggigil lalu diikuti

panas, terjadi umumnya dalam waktu beberapa jam sesudah transfusi.

Pusing, mual, dan muntah juga dapat terjadi. Reaksi ini disebabkan oleh

aloimunisasi terhadap antigen leukosit dan trombosit. Sebab lain yaitu


transfusi sitokin, yang berkembang didalam trombosit asal darah segar

(whole blood) yang disimpan pada suhu kamar. Kemungkinan adanya

kontaminasi bakteri pada reaksi ini harus dipertimbangkan. Pencegahan,

sebaiknya diberikan darah dengan pengurangan jumlah leukosit.

- Reaksi Urtikaria

Reaksi urtikaria biasanya ditandai dengan adanya bercak eritema yang

gatal tanpa disertai dengan febris. Reaksi ini terjadi pada 1% pasien yang

diberikan transfusi. Biasa terjadi pada pasien yang mendapatkan transfusi

protein plasma. Transfusi dengan menggunakan PRC dapat mengurangi

terjadinya reaksi urtikaria. Urtikaria dapat diobati dengan menggunakan

obat-obat antihistamin.

- Reaksi Anafilaktik

Reaksi anafilaktik diperkirakan terjadi pada 1 : 150.000 pada pasien yang

ditransfusi. Reaksi anafilaksis merupakan reaksi pasca transfusi yang

berat. Reaksi ini dapat muncul walau hanya memberikan beberapa mililiter

darah. Gejala-gejala reaksi anafilaksis ditandai dengan kesulitan bernapas,

batuk, mual dan muntah, hipotensi, spasme bronkus, penurunan kesadaran,

dan syok.

- Nonkardiogenik

Reaksi transfusi non hemolitik pada non kardiogenik dapat berupa edema

paru, penyakit graft vs host, dan purpura post transfusi, serta imuno

supresi.Acute respiratory distress syndrome (ARDS) merupakan

komplikasi yang jarang terjadi pada pasien yang telah ditranfusi darah.
21

ARDS merupakan akibat dari adanya interaksi antara antibodi anti HLA

dengan antibodi resipien yang kemudian membentuk suatu agregat yang

akhirnya masuk ke dalam sirkulasi pulmonal dan mengakibatkan

kerusakan pada membran pembuluh darah alveoli.

Penyakit graft vs host terjadi karena sel T donor yang imunokompeten

mampu menimbulkan respon imun yang melawan antigen dari resipien.

Sel T donor mampu memulai reaksi respon imun langsung pada jaringan

host. Reaksi terjadi pasien yang imunokomprimis berat. Reaksi terjadi

biasanya terjadi 3-30 hari pasca transfusi. Manifestasi klinis yang sering

terjadi adalah adanya demam tinggi dan ruam kemerahan pada kulit.

Temuan lain adalah adanya aplasia dan sumsum tulang dan pansitopeni.

Organ yang sering diserang adalah hepar, dan gastrointestinal. Pencegahan

dari komplikasi ini adalah dengan iradiasi produk darah menggunakan

sinar gamma dengan dosis radiasi 15-30Gy selama 1-5 menit unit untuk

menghancurkan ploriferasi limfosit.

Trombositopenia jarang terjadi pada pasien yang ditransfusi darah dan hal

ini disebabkan aloantibodi platelet. Jumlah trombosit biasanya turun

drastis 1 minggu setelah transfusi.

b. Komplikasi transmisi penyakit infeksius

 Infeksi virus

Hepatitis yang dapat ditularkan melalui transfusi adalah hepatitis B dan C.

Sebanyak 90% dari semua kasus menyebabkan hepatitis C. Angka kejadian

hepatitis post transfusi yaitu kurang dari 1% (antara 1:150 sampai 1:5000
transfusi), dengan gejala dan tanda sebanyak 75% anikterik, kurang dari 50% bisa

menjadi penyakit hepatitis kronis dan sekitar 10-20% berkembang menjadi sirosis

hepatis.Virus bisa ditransmisikan melalui transfusi darah selain virus hepatitis

adalah virus type 1 (HIV-1) yang dapat mengakibatkan penyakit defisiensi imun

seperti Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Selain itu dapat juga

berupa cytomegalovirus (CMV), virus Epstein-Barr.

 Infeksi parasit

Infeksi oleh parasit yang diakibatkan oleh transfusi meliputi malaria,

toxoplasmosis, dan penyakit Chagas’. Akan tetapi kasus ini sangat jarang terjadi.

 Infeksi bakteri

Kontaminasi bakteri mempengaruhi 0,4% konsentrat sel darah merah dan 1-2%

konsentrat trombosit.Kontaminasi bakteri pada darah donor dapat timbul sebagai

hasil paparan terhadap bakteri kulit pada saat pengambilan darah, kontaminasi alat

dan manipulasi darah oleh staf bank darah atau staf rumah sakit pada saat

pelaksanaan transfusi atau bakteremia pada donor saat pengambilan darah yang

tidak diketahui. Jumlah kontaminasi bakteri meningkat seiring dengan lamanya

penyimpanan sel darah merah atau plasma sebelum transfusi.

c. Bahaya spesifik dari transfusi darah yang massif

Perdarahan massif adalah perdarahan lebih dari sepertiga volume darah

dalam waktu kurang dari 30 menit. Transfusi masif adalah transfusi sejumlah

darah yang telah disimpan, dengan volume darah yang lebih besar daripada

volume darah resipien dalam waktu 24 jam. Berikut adalah bahaya spesifik dari

transfusi darah yang massif yaitu koagulopati, hipotermia


23

KASUS

1.1.Identitas
Nama : Tn. T
Usia : 39 tahun
No RM : 285-98-42
Tanggal masuk IGD : 8 Februari 2013

1.2.Keluhan Utama
Muntah darah delapan jam sebelum masuk rumah sakit.

1.3.Riwayat Penyakit Sekarang


Riwayat muntah darah 8 jam SMRS. Kemudian, pasien dibawa ke IGD RSCM
dan muntah darah berwarna kehitaman sebanyak 4x, masing-masing sebanyak ±
200 cc. Keluhan disertai dengan nyeri ulu hati dan badan lemas. Buang air besar
campur darah sebanyak dua kali, jumlah tidak tahu. Riwayat buang air kecil
berwarna seperti teh dan mata kuning disangkal. Riwayat minum jamu dan
alkohol disangkal.

1.4.Riwayat Penyakit Dahulu


Hipertensi, DM, alergi, penyakit kuning disangkal.
Riwayat operasi perlengketan usus tahun 2005.

1.5.Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat hipertensi, DM, asma, dan alergi di dalam keluarga disangkal.

1.6.Pemeriksaan Fisik
Berat badan: 71 kg Tinggi badan: 168 cm
Keadaan Umum : kompos mentis, tampak sakit sedang
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Frekuensi nadi : 100x/menit
Frekuensi pernapasan : 18x/menit
Kulit : sawo matang
Kepala : normosefal
Rambut : hitam, persebaran merata, tidak mudah tercabut
Mata : konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-
Telinga, hidung, tenggorokan : dalam batas normal
Gigi dan mulut : oral hygiene cukup
Leher : JVP 5-2 cmH2O
Paru : vesikuler +/+, ronkhi -, wheezing –
Perut : buncit, lemas, hati dan limpa tidak teraba, bising
usus normal
Alat kelamin : tidak diperiksa
Anus : feses hitam
Ekstremitas : akral hangat, edema -/-
KGB : tidak teraba

1.7.Pemeriksaan Penunjang
Radiologi: tidak tampak kelainan radiologis pada cor dan pulmo saat ini.

Hematologi rutin 8 Feb 2013 pukul Nilai rujukan


22.29 WIB
Hemoglobin 6,93 13,0-16,0
Hematokrit 19,6 40-48
Leukosit 12600 5000-10000
Trombosit 112000 150000-400000
MCV/ VER 79,5 82-92
MCH/ HER 28,0 27-31
MCHC/ KHER 35,3 32-36
Hemostasis
PT 14,9 11-14
APTT 44,7 27,3-41
25

Elektrolit
Natrium 143 135-145
Kalium 4 3,5-5,5
Klorida 111
Kimia darah
Ureum 21,7
Kreatinin 0,88
SGOT 30
SGPT 19
GDS 120

Protein total 5,12 ↓; Albumin 2,70 ↓; Globulin 2,42 ; Bilirubin total 0,90;
Bilirubin direk 0,32 ↑; Bilirubin indirek 0,54

1.8.Diagnosis Kerja
Hematemesis melena suspek PVO dd/ stress ulcer

1.9.Rencana Terapi
1.O2 2 lpm
2.IVFD (intravenous Fluid Drops) NS/ 8 jam, omeprazole 8 mg/jam (2 ampul/10
jam), somatostatin 1 ampul/12 jam
3.Nat  alirkan
4.Vit. K 3x10 mg IV
5.Transamin 3x1 ampul
6.Sucralfat 4 CI
7.Cefotaxim 3x1 mg
8.Transfusi darah PRC Hb<8 g/dL, target Hb 9 g/dL

Anda mungkin juga menyukai