Anda di halaman 1dari 55

PRINSIP DASAR &

TEKNIK ANESTESI
LABORATORIUM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
Aditia Nugraha 4151131432
Teguh Tri Sutarno 4151131452
Kartika Puspa Sari 4151131465
Genika Nuralifa Sa’adah 4151131479
Nikita Bilqist Kaspia 4151131511
PENDAHULUAN
◦ Kemajuan ilmu kedokteran khususnya bidang pembedahan tidak
terlepas dari peran dan dukungan kemajuan bidang anestesiologi
◦ Dokter Spesialis Bedah sehari-hari dapat melakukan pembedahan
yang luas dan rumit dengan berbagai kelainan yang berat, yang
berlangsung selama berjam-jam tanpa pasien merasa sakit adalah
berkat dukungan tindakan anestesia yang semakin canggih
◦ William Thomas Greene Morton pada tahun 1846, di Boston Amerika
mendemosntrasikan:
- Menghirup dietil eter rasa nyeri dapat dihilangkan secara sempurna
sehingga operasi dapat dilakukan dengan baik tanpa tergesa-gesa.
Keadaan tanpa rasa sakit yang ditimbulkan oleh eter kemudian diberi
nama anestesi.
◦ Hampir tidak ada tindakan bedah yang dilakukan tanpa anestesi
◦ Anestesi dapat mengurangi rasa sakit saat tindakan, mengurangi biaya
dan waktu, serta pemulihan lebih cepat, sehingga tindakan bedah
dapat dilakukan dengan tenang dan memberikan hasil baik.
DEFINISI
◦ Suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang dapat menimbulkan
rasa sakit pada tubuh termasuk hilangnya segala sensasi perasaan
panas, dingin, rabaan, kedudukan tubuh, dan sensasi nyeri yang
bersifat reversibel
PRINSIP DASAR ANESTESI
1. Memberikan pelayanan anestesi, analgesi dan sedasi yang aman, efektif, manusiawi dan
memuaskan bagi pasien yang menjalani pembedahan
2. Menunjang fungsi vital tubuh terutama jalan nafas, pernafasan, perdaran darah, dan kesadaran
pasien yang mengalami gangguan atau ancaman jiwa
3. Melakukan reanimasi dan resusitasi jantung, paru, otak pada kegawatan mengancam jiwa
dimanapun pasien berada (ruang gawat darurat, kamar bedah, ruang pulih sadar, ruang
intensif/ICU)
Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa, dan metabolisme
4.
tubuh pasien yang mengalami gangguan atau ancaman jiwa
5. Mengatasi masalah nyeri akut di rumah sakit (nyeri akibat
pembedahan, trauma maupun nyeri persalinan)
6. Menanggulangi masalah nyeri kronik dan nyeri membandel (nyeri
kanker dan penyakit kronik).
7. Memberikan bantuan terapi pernafasan
TRIAS ANESTESI
Hipnosis
◦ Suntikan intravena, meliputi:
- Short acting barbiturate, misalnya pentothal atau methohexitone,
propanidid, diazepam (valium), gamma OH, dan kombinasi obat-obat
tersebut
◦ Inhalasi gas:

- Open drop method: Untuk anestesi yang menguap, peralatan sangat


sederhana dan tidak mahal.
- Semi open drop method hampir sama dengan open drop, hanya untuk
mengurangi terbuangnya zat anestesi digunakan masker.
- Semi close method: Udara yang dihisap diberikan bersama oksigen murni
yang dapat ditentukan kadarnya, kemudian dilewatkan pada vaponizer
sehingga kadar zat anestetik dapat ditentukan.
- Closemethod: Hampir sama seperti semi close method hanya udara ekspirasi
dialirkan melalui NaOH yang dapat mengikat CO2, sehingga udara
yang mengandung anestesik dapat digunakan lagi.
Analgesi

◦ Dapat diberikan O2 atau N2O yang dapat ditambah dengan


siklopropane, triklorotilene, etner, halothane, methosiflurane,
atau ethrane
◦ Obat yang sering digunakan: golongan narkotika analgetik seperti
pethidin, morfin, fentanyl, dan lain-lain secara intravena
◦ Pemilihan obat tergantung pada keadaan penderita dan kebiasaan
anestesis
Relaksasi Otot
◦ Relaksasi otot yang sempurna mutlak diperlakukan agar pembedahan dapat berlangsung dengan lancar
◦ Obat-obat yang sering dipakai saat ini: succinylcholine, atracurium, vecoronium, rocuronium, pancuronium
◦ Anestesi yang dalam dapat menimbulkan efek samping diantaranya: gangguan metabolisme karbohidrat,
depresi fungsi ginjal dan hepar, depresi pada miokard dan sirkulasi serta gangguan homeostasis dan depresi
pernapasan
Anestesi Umum
Intravena
Klasifikasi sebagai obat anestesi IV sering kali diberikan --> induksi anestesi yang cepat atau

memberikan sedasi pada monitor anesthesia care (MAC).

Dikombinasikan dengan anestesi inhalasi, obat-obat ini dapat digunakan untuk rumatan

anestesi dengan intermitten atau continous infusion. Paling banyak dikerjakan dan digemari,

apalagi setelah terpasang jalur vena. Obat induksi bolus disuntikkan dengan kecepatan antara

30-60 detik
◦ Tiopental
◦ Propofol
◦ Ketamin
Intramuskular
Ketamin yang dapat diberikan secara

intramuskular dengan dosis 5-7 mg/kgBB dan

setelah 3-5 menit pasien tidur.


Inhalasi
Anestesi inhalasi merupakan anestesi dengan (gas atau cairan) yang mudah

menguap (volatile agent) sebagai zat anestetik melalui udara pernapasan. Zat

anestetik yang digunakan berupa campuran gas oksigen dan konsentrasi zat

anestetik tersebut tergantung pada tekanan parsialnya. Cara induksi ini

dilakukan pada bayi atau anak yang belum terpasang jalur intravena atau pada

dewasa yang takut untuk disuntik. Anestesi inhalasi yang umum digunakan untuk

praktik klinik adalah N2O, halotan, enfluran, isofluran, desfluran, dan sevofluran.
Perektal
Cara ini hanya untuk anak atau bayi menggunakan tiopental atau midazolam.

Obat diserap melalui mukosa rektum kedalam darah dan selanjutnya sampai ke

otak. Dipergunakan untuk anestesi basal yaitu penderita tidur cukup dalam tetapi

tidak cukup untuk dilakukan tindakan operasi, biasanya digunakan untuk tindakan

diagnostik (kateterisasi jantung, rontgen foto, pemeriksaan mata, telinga,

esofagoscopi, penyinaran dan sebagainya).


Stadium Anestesi
Stadium I Stadium III

Stadium II Plana I

Plana II

Plana III

Stadium IV
Anestesi Lokal
◦ Obat yang menghasilkan blokade konduksi atau blokade
Na Channel pada dinding saraf secara sementara
◦ Gabungan dari garam larut dalam air dan alkaloid larut
dalam lemak
◦ Bagian lipofilik  cincin aromatik (benzene ring) tak jenuh
◦ Bagian hidrofilik  golongan amio tersier (dietil-amin)
Mekanisme Kerja
◦ Bekerja pada reseptor spesisfik pada saluran natrium (sodium channel), mencegah
peningkatan permeabilitas sel saraf terhadap ion natrium dan kalium sehingga
terjadi depolarisasi pada selaput saraf dan hasilnya tak terjadi konduksi saraf
Awal kerja anestesi lokal dipengaruhi oleh:
◦ pKa mendekati pH fisiologis sehingga konsentrasi bagian tak terionisasi meningkat dan dapat
menembus membran sel saraf sehingga menghasilkan mula kerja cepat
◦ Alkalinisasi anestesi lokal membuat mula kerja cepat
◦ Konsentrasi obat anestesi lokal
Lama kerja obat anestesi
◦ Ikatan dengan protein plasma karena reseptor anestesi lokal adalah protein
◦ Kecepatan absorpsi
◦ Banyaknya pembuluh darah perifer di daerah pemberian
Anestesi lokal yang ideal:
◦ Poten dan bersifat sementara
◦ Tak menimbulkan reaksi lokal, sistemik, atau alergi
◦ Mula kerja cepat dengan durasi memuaskan
◦ Stabil, dapat disterilkan
◦ Murah
Anestesi Regional
◦ Anestesi spinal
◦ Anestesi epidural
◦ Anestesi kaudal
Anatomi vertebra
◦ 7 servikal
◦ 12 torakal
◦ 5 lumbal
◦ 5 sakral pada dewasa
◦ 4-5 vertebra koksigeal yang menyatu pada dewasa
Medula Spinalis
◦ Terletak di dalam kanalis spinalis dikelilingi oleh cairan serebrospinalis dan
dibungkus meningen
◦ Dewasa: berakhir setinggi L1
◦ Anak: berakhir setinggi L2
◦ Bayi: berakhir setinggi L3
◦ Vaskularisasi: a. spinalis anterior dan a. spinalis posterior
Medula Spinalis (cont.)
Lapisan yang ditembus jarum untuk mencapai LCS:
◦ Kulit
◦ Subkutis
◦ Ligamentum supraspinosum
◦ Ligamentum intraspinosum
◦ Ligamentum flavum
◦ Ruang epidural
◦ Durameter
◦ Ruang subarachnoid
Persiapan
◦ Informed Consent
◦ Pemeriksaan fisik (tidak boleh terdapat kelainan fisik seperti kelainan tulang
punggung)
◦ Pemeriksaan laboratorium (hemoglobin, hematokrit, PT, dan PTT)
Peralatan
◦ peralatan monitor (tekanan darah, nadi, pulse oximeter, EKG)
◦ Peralatan resusitasi/ anestesi umum
◦ Jarum spinal
Anestesi Spinal
Indikasi:
◦ Bedah ekstremitas bawah
◦ Bedah panggul
◦ Tindakan sekitar rektum-perineum
◦ Bedah obestetri ginekologi
◦ Bedah abdomen bawah
◦ Lumbal
Kontraindikasi
Absolut Relatif
◦ Pasien menolak ◦ Infeksi sistemik
◦ Infeksi kulit di sekitar tempat penyuntikan ◦ Neuropati perifer
◦ Bakteriemi ◦ Psikosis atau demensia
◦ Hipovolemi berat (syok) ◦ Demielinisasi sistem saraf pusat
◦ Koagulopati ◦ Certain cardiac lesions (idiopathic hyperthropic
subaortic stenosis dan aortic stenosis)
◦ TTIK
◦ Pasien tidak kooperatif (emotionally unstable)
◦ Fasilitas resusitasi minim
◦ Nyeri punggung kronis
◦ Sepsis
◦ Pasien dengan terapi antikoagulan
Persiapan
◦ Informed consent
◦ Pemeriksaan fisik
◦ Pemeriksaan laboratorium rutin
◦ Premedikasi  pasien merasa ketakutan akan terbangun, mendengar sesuatu, dan merasa tidak nyaman
dengan tindakan anestesi spinal (benzodiazepine oral atau IM)
Anestesi Spinal
Komplikasi
Tindakan Pasca tindakan
◦ Hipotensi berat ◦ Nyeri tempat suntikan
◦ Bradikardi ◦ Nyeri punggung
◦ Hipoventilasi ◦ Nyeri kepala
◦ Trauma pembuluh darah ◦ Retensio urin
◦ Trauma saraf ◦ Meningitis
◦ Mual
◦ Muntah
◦ Gangguan pendengaran
Anestesi epidural
◦ Ruang epidural di antara ligamentum flavum dan
duramater.
◦ anterior  ligamentum longitudinal posterior
◦ posterior  arkus vertebrae & ligamentum
flavum
◦ lateral  pedikel & foramen intervertebralis
◦ ruang epidural berisi : jaringan ikat, jaringan
lemak, 31 pasang akar serabur saraf spinalis
dengan dural cuff yang menuju ke foramen
intervertebralis, pembuluh darah vena &
pembuluh darah limfe
◦ Jarak dari kulit ke ligamentum flavum 4-5 cm
◦ kulit sampai ke dura 4-6 cm
◦ ligamentum flavum sampai dura 3-6 mm.
◦ Ruang epidural mempunyai tekanan negatif dan dapat diperbesar dengan posisi
duduk, dimana tekanan ruang epidural pada bagian lumbal bawah adalah 0,5
cmH2O, lumbal atas 1,0 cmH2O, daerah thorakal 1-3 cmH2O (rata-rata 2
cmH2O). Identifikasi ruang epidural dapat dilakukan dengan 2 teknik yaitu
dengan teknik hanging drop dan loss of resistance
◦ Tahapan blokade konduksi pada saraf perifer oleh obat anestesi lokal adalah (1) Difusi dari
bentuk basa melalui lapisan saraf dan membran masuk ke dalam axoplasma. (2) Re-equilibrasi
antara basa dan kation pada axoplasma. (3) Penetrasi kation masuk ke dalam channel Na dan
melekat pada reseptor. (4) Blokade dari channel Na. (5) Hambatan dari konduksi Na. (6)
Penurunan kecepatan dan derajad fase depolarisasi dari aksi potensial. (7) Kegagalan mencapai
potensial ambang. (8) Penurunan aksi potensial (9) Terjadi blokade konduksi.

◦ Obat anestesi lokal mencegah proses depolarisasi membran saraf dengan memblok
aliran ion Na. Akibatnya akan terjadi hambatan transmisi impuls saraf (blokade
konduksi) dengan mencegah permeabilitas membran saraf terhadap ion Na
Penyebaran obat anestesi epidural melalui 3 tahap, yaitu:
(1)Obat akan berdifusi melintas duramater masuk ke dalam ruang subarachnoid
dan kemudian bekerja dengan melakukan blokade pada akar saraf spinal atau
dorsal root ganglion.
(2)Obat berdifusi dari rongga epidural masuk ke foramen intervertebral dan akan
menyebabkan blokade paravertebral pada kedua sisinya.
(3)Obat berdifusi melintasi dural cuff mengelilingi akar saraf spinal masuk ke
dalam ruang subperineural dan kemudian ke ruang subpial. Secara bersamaan
obat juga berdifusi melintasi vili pia arachnoid masuk ke ruang subdural
kemudian ke subarachnoid dan ruang subpial. Akibatnya blokade pada akar
spinal dan traktus perifer spinal cord.
◦ Penyebaran obat dipengaruhi  volume dan konsentrasi obat yang dimasukkan, kecepatan dan
kekuatan penyuntikan, posisi pasien, interspace tempat penyuntikan obat, usia, panjangnya
kolumna vertebralis, gravitasi, bentuk tubuh pasien serta kehamilan atau tumor di dalam abdomen.
◦ Setelah obat diinjeksikan, yang pertama kali terblok saraf dengan diameter terkecil (preganglionic
sympathethic fibers c) yang mempunyai efek kardiovaskuler. Kemudian blokade serabut saraf
sensorik yang bertanggung jawab pada sensasi suhu, nyeri, raba dan tekan. Yang terakhir terblok
serabut saraf paling besar (motorik dan propioseptif). Dengan mengatur dosis obat kita dapat
melakukan blok hanya sensorik saja (epidural analgetik) atau blok sensorik dan motorik (anestesi
epidural)
◦ Sebelum penyuntikan obat lokal anestesi ke dalam ruang epidural harus dilakukan test dose
memakai 1 ml lignocaine hiperbarik dengan adrenalin atau 2 ml bupivakain dengan adrenalin.
◦ Bila dalam 5 menit (-) tanda blok subarachnoid misalnya kaki tidak bisa digerakkan atau takikardi
yang memungkinkan adrenalin masuk ke dalam vena maka bisa diteruskan penyuntikan obat lokal
anestesi yang dipilih.
◦ Dari penelitian Schoenwalk et al, 1995) test dose dengan lidokain 45 mg + epinefrin 15
mikrogram  meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung (3 menit setelah penyuntikan).
◦ Collins, 1976 merekomendasikan volume yang diberikan per segmen pada daerah servikal 1.5 ml,
thorakal 2.0 ml dan lumbal 2.5 ml. Volume untuk single shot berkisar 15-20 ml. Pada penderita
dengan resiko tinggi, keadaan umum lemah, diberikan dosis setengahnya
Teknik tekanan negative
1. Teknik Hanging Drop
jarum diinsersikan perlahan sampai terasa ada
peningkatan tahanan, pangkal jarum diisi dengan
sedikit Saline atau anestesi local.
Kemudian perlahan-lahan jarum dimasukkan,
apabila ujung jarum telah berada pada ruang
epidural maka cairan di pangkal jarum akan
terisap masuk ke dalam ruang epidural.
2. Capability Method
Menggunakan pipa kapiler yang diisi Saline dengan satu atau lebih gelembung udara. Bila ujung jarum telah
berada di ruang epidural, cairan akan tertarik dan gelembung udara terlihat bergerak masuk ke ruang epidural.
3. Teknik Manometer dilakukan dengan pipa yang berbentuk U dari kaca setinggi 3-4 cm yang digunakan
sebagai manometer air. Setelah jarum mencapai ligamentum interspinosum alat ini dihubungkan dengan
pangkal jarum. Pada waktu ujung jarum masuk ke dalam ruang epidural cairan akan bergerak sesuai dengan
besarnya tekanan negatif.
Teknik loss of resistance teknik yang sering dipakai.
Teknik yang paling sederhana adalah dengan
menekan alat suntik yang berisi saline atau udara,
sedikit demi sedikit melalui ligamentum sampai
terjadi loss of resistance. Fungsi saline atau udara di
sini adalah sebagai alat bantu untuk mencapai
ruang epidural. Saline atau udara tersebut akan
mudah sekali ditekan masuk ke dalam ruang
epidural tanpa ada suatu tahanan
◦ Terdapat indikasi dilakukan tindakan anestesi epidural, ◦ Teknik Anestetik Epidural: Pengenalan ruang
diantanya : epidural lebih sulit dibanding dengan ruang
subarakhnoid.
1. Pembedahan dan penanggulangan nyeri pasca bedah
1. Posisi pasien saat tusukan seperti pada analgesia
2. Tatalaksana nyeri saat persalinan
spinal.
3. Penurunan tekanan darah saat pembedahan supaya tidak
2. Tusukan jarum epidural biasanya dilakukan pada
banyak perdarahan
ketinggian L3-4.

◦ Indikasi spesifik untuk anestesi epidural adalah:


1. Pembedahan panggul dan lutut
2. Revaskularisasi ekstremitas bawah
3. Proses persalinan
4. Manajemen postoperasi
Jarum yang digunakan ada 2 macam, yaitu:
◦ a) jarum ujung tajam (Crawford)
◦ b) jarum ujung khusus (Touhy)
◦ Obat anestesi lokal konsentrasi tinggi dapat memblok channel Sodium di jantung.
◦ Pada dosis yang lebih tinggi, dimana konsentrasi di dalam darah mendekati toksik, efek stimulasi /
vasokontriksi yang tadinya timbul akan menghilang, bahkan akan menyebabkan efek inhibisi
vasodilatasi.
◦ Obat dari golongan amino ester sering menimbulkan reaksi ini, oleh karena merupakan derivat
dari paraaminobenzoic acid (PABA), yang dikenal sebagai zat alergen
◦ Komplikasi yang dapat ditimbulkan pada anestesi kaudal, diantarnya :
1. Blok tidak merata/gagal dapat terjadi pada 5-20%, terkadang penggunaan USG membantu untuk
meningkatkan tingkat keberhasilan.
2. Depresi kardiovaskular (hipotensi)
3. Hipoventilasi (hati-hati keracunan obat)
4. Mual-muntah.
Anestesi kaudal
◦ Obat yang digunakan caudal blok:
a. 0,5-1 ml/kg 0,125-0,25 % bupivakain dengan atau tanpa epinephrine.
b. 15-20 ml dari lidokain 1,5-2% dengan atau tanpa epinephrine.
1. 0,5 ml / kg untuk blok lumbosakral
2. 1ml/kg untuk blok torakolumbalis
3. 1,5 ml / kg untuk blok toraks mid
4. Maksimum 20ml, 1% untuk analgesia dan 2% untuk motor blok
c. Dapat ditambahkan dengan morfin 50-70 µg/kg atau fentanyl 50-100 µg.
Analgesia regional intravena (Bier Block)
Dikerjakan untuk bedah singkat sekitar 45 menit pada lengan atau tungkai
Suntikkan lidokain atau prilokain 0,5% 0,6 ml/kg (bupivakain tidak dianjurkan, karena toksisitasnya
lebih besar) melalui kateter dipunggung tangan dan kalau untuk tungkai lewat vena punggung kaki
dosis 1-1.2 ml/kg. Analgesia tercapai dalam waktu 5-15 menit dan pembedahan dapat dimulai.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai