Anda di halaman 1dari 34

Pembimbing:

Djoni Kusuma Pohan, dr., Sp.An, M.Kes


Blokade rangsang nyeri

Blokade memori atau


kesadaran

Blokade otot-otot lurik


Kemajuan dalam bidang mikroelektronik
dan bioengineering menungkinkan kita
memonitor lebih efektif dan dapat
mengetahui peringatan awal dari kelainan
organ vital yang dapat menyebabkan
kematian, sehingga kita dapat cepat
melakukan tindakan untuk mengembalikan
fungsi organ vital sefisiologis mungkin.
untuk mengetahui
apakah tujuan
anestesi tercapai
dengan baik

Diperlukan
tindakan
MONITORING
Untuk
meniadakan atau
mengurangi efek
samping dari
obat atau
tindakan
anestesia
• membantu anestetis mendapatkan
informasi fungsi organvital selama
perianestesia agar dapat bekerja
dengan aman
Monitoring selama anestesi dibagi
menjadi tiga tahap :
1. Sebelum operasi
2. Selama operasi
3. Sesudah operasi.
Meliputi :
• Anamnesis
Identitas, riwayat penyakit, riwayat obat-obatan,
riwayat operasi dan anestesi, kebiasaan sehari-hari
seperti merokok dan alkohol.
• Pemeriksaan fisik dan laboratorium
Pem. Fisik Berat badan, tinggi badan, tanda vital,
keadaan umum, kondisi psikis, gizi, penyakit
kardiovaskular, respirasi dll.
Pem. Lab Hb, Ht, cloting time, bleeding time, ureum
kreatinin dan lain-lain.
•Anamnesis
• Identitas pasien
• Riwayat penyakit yang pernah atau sedang dialami yang
dapat menjadi penyulit dalam anestesi
• Riwayat obat obatan yang sedang atau telah digunakan dan
mungkin menimbulkan interaksi dengan obat-obatan anestesi.
• Riwayat operasi dan anestesi yang pernah dialami
• Kebiasaan buruk sehari-hari seperti merokok dan alkohol
• Inform consent
• Persiapan Fisik
• a. Status kesehatan fisik secara umum
• Pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas
klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain
status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan,
fungsi ginjal dan hepatik, dan lain-lain. Selain itu pasien harus
istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang
cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih
rileks.
• b. Status nutrisi
• Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan
mengukur tinggi badan dan berat badan.

• c. Keseimbangan cairan dan elektrolit


• Balance cairan perlu diperhatikan dalam
kaitannya dengan input dan output cairan.
Persiapan/ Pemeriksaan Penunjang
• pemeriksaan radiologi, laboratorium
maupun pemeriksaan lain, seperti:
pemeriksaan masa perdarahan (bledding
time) dan masa pembekuan (clotting time)
darah pasien, elektrolit serum,
hemoglobin, protein darah, dan hasil
pemeriksaan radiologi berupa foto
thoraks, EKG dan ECG.
Penilaian tingkat dalamnya suatu anesthesia
terlihat dari:
• Respon rangsang pembedahan
• Perfusi jaringan
• MAC
• Pemeriksaan elektroensefalografi
Dapat meraba a. temporalis, a. radialis, a.
femoralis, a.carotis

• Nadi yang tidak cepat, kuat, & teratur  normovolemia


• Nadi yang cepat dan kesil  hipovolemia
• Nadi yang tidak teratur  gangguan jantung
• Tidak ditemukannya pulsasi dari arteri  resusitasi
segera.
Dapat pula dilakukan dengan monitor nadi,
manfaat:
• Anak-anak dan bayi dimana pulsasi nadi
sedikit lemah
• Selama pernafasan kontrol dimana monitoring
nafas tidak dapat dikerjakan
• Observasi adanya ritme ektopik selama
anestesi
• Sebagai indeks penurunan tekanan darah
selama anestesi halotan.
1. Bradikardi, disebabkan oleh:
• Obat-obatan anestesi
• Stimulasi vagal
• Aliran darah yang terhambat
 Tindakan yang perlu dilakukan adalah pemberian
Glycopironium (0,2-0,4 mg IV) atau atropine 0,6 mg IV harus
cepat diberikan.
2. Takikardi, disebabkan oleh:
• Rasa sakit
• Kegelisahan
• Obat anestesi
• Hiperkarbi
• Demam
• Neuromuscular reversal yang tidak adekuat
• Faktor yang mempengaruhi:
• Ventilasi
• Posisi
• Usia

Tekanan darah darah dapat diukur secara


langsung maupun tidak langsung
Indikasi EKG selama anestesi:

Mendiagnosa Diagnosis Memberikan Observasi


adanya Mencari iskemik gambaran fungsi
cardiac arrest arittmia miokard perubahan pacemaker
elektrolit
Inspeksi langsung
Tanpa alat spontan atau
kendali

respirometer
Monitoring
respirasi

Stetoskop

Dengan alat

Pulse oxymetri

Kapnometri
Produksi urin dipengaruhi oleh obat anestesi,
tekanan arah, volume darah, hidrasi pasien dan
faal ginjal.
Jumlah urin normal kira-kira 0,5-1 ml/KgBB/jam.
Bila urin ditampung dengan kateter perlu dijaga
sterilitasnya agar tidak terinfeksi
• Mengawasi warna perdarahan, apakah merah tua
atau merah muda.
• Jumlah perdarahan dihitung botol penghisap kasa
operasi yang mengandung darah. kasa yang di
timbang, 1 gr darah sama dengan 1 ml darah, dengan
kesalahan 25%.
• Metode kalorimeter :
Jumlah perdarah (ml)= Kalorimeter terbaca X Volume
pelarut ( ml ).
• Warna kulit yang kemerahan pada wajah,
ekstremitas jarang dalam keadaan hipovolemi
• Warna kulit yang pucat pada wajah maupun
ekstremitas merupakan tanda hipovolemi.
• Hipotermia berhubungan dengan metabolisme
obat yang terlambat, peningkatan kadar
glukosa darah, vasokonstriksi, gangguan
koagulasi, dan gangguan resistensi terhadap
infeksi pembedahan.
• Hipertermia, memiliki efek yang mengganggu
pada saat operatif, yang mengakibatkan
takikardia, vasodilatasi, dan cedera neurologis
• Dikarenakan pasien memiliki sensitivitas berbeda
terhadap obat-obatan pemblokade neuromuskular,
fungsi neuromuskular pada setiap pasien yang
mendapatkan obat tersebut harus dimonitor.
• Kegunaan lain: melokalisasi saraf yang akan di blok
dengan anestesi regional.
• Sebuah stimulus elektrik diberikan pada motor saraf
perifer yang mudah diakses (misalnya saraf wajah
ataupun ulnar) dan respon dari kelompok otot yang
tepat dapat dinilai.
Pada pasien sehat sadar, oksigenasi pada
otaknya adekuat kalau orientasi terhadap personal,
waktu, dan tempat baik. Pada saat pasien dalam
keadaan tidak sadar, monitoring, terhadap SSP
dikerjakan dengan memeriksa respon pupil terhadap
cahaya, respon terhadap trauma pembedahan, respon
terhadap otot apakah relaksasi cukup atau tidak.
• Disebabkan lidah yang jatuh ke belakang,
jalan nafas terganggu sekret, darah, muntahan,
gigi patah serta gigi palsu yang terlepas.
• Bersihkan jalan nafas  Caranya dengan
memiringkan pasien kemudian diberi O2 2-
3L/menit.
• Karena kesakitan atau setelah pembiusan
dengan ketamin, pasien telah sadar namun
masih tetap terpasang ganjal lidah/airway.
• Perhatikan  hipotermia, asidosis respiratori
atau asidosis metabolik, distensi kandung kemih,
atau komplikasi lainnya.
• Tindakan penanganan dapat dilakukan dengan
O2, analgetik, ganjal dilepas, atau kadang
perlu bantal.
• Kedinginan (suhu kamar operasi yang rendah),
kesakitan atau alergi.
• Faktor lain yang jadi pertimbangan ialah
kemungkinan waktu anestesi aliran gas
diberikan terlalu tinggi sehingga pengeluaran
panas tubuh melalui ventilasi meningkat.
• Penanganan : O2, diselimuti, pethidin 12-25 mg
i.v.
Etiologi muntah dan regurgitasi antara lain:
1. Masih ada sisa makanan dalam lambung dan
esofagus
2. Pengosongan lambung terlambat
Tindakan pengobatan yang dapat diberikan bila
terjadi muntah dan regurgitasi adalah:
• Jika diketahui terjadi aspirasi, pengobatannya adalah
sebagai berikut:
• Posisi miring, kepala atau seluruh badan
• Posisi trendelenberg
• Intubasi segera dilakukan pengisapan melalui pipa
endotrakeal
• Berikan O2 100%
• Suntikkan hidrokortison 500-1000mg i.v
• Antibiotika
• Jika perlu dilakukan bronchoskopi
Pencegahan muntah pasca bedah diantaranya
dapat digunakan beberapa obat yang dapat
digunakan untuk mencegah terjadinya muntah
pasca bedah, yaitu:
• Obat antikolinergik, seperti atropin 0,5-1mg
• Antihistamin, seperti prometazine 50mg
• Golongan fenotiazine, seperti klorpromazine
25mg
• Golongan buterofenon, seperti
dehidrobenzoperidol 5-10mg

Anda mungkin juga menyukai