Anda di halaman 1dari 30

STABILISASI PASCA RESUSITASI

dr.Sitti Aizah Lawang, SpA(K)

Emergency dan Rawat Intensive Anak RS.Wahidin Sudirohusodo-FK UNHAS


PENDAHULUAN

TUJUAN :

mengoptimalkan ventilasi dan sirkulasi

memperbaiki fungsi organ/jaringan

mempertahankan kadar glukosa darah

mendiagnosis dan menangani kausa penyakit.


• mencegah berulangnya cardiopulmonary arrest (CPA)

• memperbaiki perfusi dan oksigenasi,

• mengevaluasi dan memonitor fungsi neurologis

• memperbaiki kondisi yang menyebabkan CPA


MENCEGAH BERULANGNYA CPA

Resiko berulangnya CPA:

• Hipoksemia, gagal napas, aritmia, renjatan, tamponade

jantung, hipotermia, gangguan elektrolit/toksin aritmia

dan masalah hemodinamik


PENYEBAB CPA DI LUAR RS

• Hampir tenggelam
• Trauma berat,
• Gagal napas,
• Sudden death infant syndrome,
• Sepsis
• Aritmia.
TUJUAN UTAMA

• Dukungan ventilasi dan oksigenasi sampai napas spontan


normal

• Saluran napas harus terbuka dengan maneuver yang tepat

• Ventilasi & oksigenasi harus di monitor, usahakan saturasi O2


yang > 90% dengan pulse oxymetri.
• Evaluasi sirkulasi  palpasi nadi sentral & perifer,
nadi dan ritme jantung pada monitor, pengukuran TD
non invasive
• CPA berlanjut perlu akses vaskuler utk cairan dan
obat
• Infus epinefrin setelah asistol atau pulseless electric
activity (PEA)
• Fibrilasi Ventrikel  siapkan defibrilator

• Kontrol suhu utk cegah hipotermia dan cek gula darah dengan

GDS strip

• Tim transport yang baik  perawat & dokter terlatih, dilengkapi

pulse oximetry, monitor EKG & peralatan dengan berbagai ukuran.

• Aspek penting lain pre-hospital Triase  memilah apakah

pasien memerlukan pembedahan atau tidak.


PERAWATAN DI RUMAH SAKIT

• Penanganan Post resuscitation  evaluasi & support A


(airway), B (breathing), C (circulation) dan D
(disabilities atau cerebral resuscitation)
A. Intubasi endotrakeal diperlukan untuk
mempertahankan airway
B. Anak yang mengalami CPA  berikan oksigen 100%.
Stabil  Fi02 diturunkan perlahan.
• gagal napas, hemodinamik tdk stabil atau pe↓
kesadaran ventilator mekanik.
• Target ventilator mekanik  sat oksigen >90%, FiO2 <
60% dan PH > 7,35.
C. Evaluasi kardiovaskuler setelah CPA :
• Observasi klinis (nadi sentral dan perifer, CRT, derajat
kesadaran, diuresis)
• Monitoring ( TD, suhu sentral/perifer, EKG, pulse
oxymetri dan CVP).
• Periksa AGD, calcium ion, glukosa, elektrolit dan laktat
• .Ekokardiografi utk evaluasi fgs jantung & penyesuaian
inotropik/vasodilator.
Target terapi  mencapai oksigen delivery yang adekuat
• mengoptimalkan kadar Hb (>10g/L),
• saturasi oksigen (>90%)
• cardiac output normal.
• Kontrol suhu & membatasi aktivitas otot menurunkan
konsumsi O2
• Obat inotropik yang paling sering digunakan : dopamine dan
epinefrin.
• Bila resusitasi berhasil  asidosis laktat menghilang
perlahan-lahan, infus bikarbonat akan memperburuk
kondisi pasien.
• Obati ggn elektrolit hipokalemia, hiperkalemia atau
hipokalsemia.
• Hipotermi berat harus diatasi dengan warmer.
D. Kerusakan neurologis dapat dicegah & ditangani
• Pencegahan neurologis tergantung pada CPR yang cepat
dan efektif.
• Studi terbaru, hipotermi seluruh tubuh yang moderate
(320C-340C) dan hipotermia yang terlokalisir di otak telah
diteliti memiliki efek neuroprotektif.
Rekomendasi 2015 PALS

• Untuk yg masih koma setelah OHCA (out-of-hospital cardiac


arrest), pertahankan 5 hari normotermia kontinyu (360C-
37,50C) atau pertahankan 2 hari awal hipotermia kontinyu
(320C-340C) diikuti 3 hari normotermia kontinyu (Clas IIa)

• Bila tetap koma setelah IHCA (in-hospital cardiac arrest),


belum ada bukti cukup utk terapi hipotermi dibandingkan
normotermia
• Pengukuran suhu terus menerus selama periode ini
direkomendasikan (Class I)

• Demam (suhu 38°C atau lebih tinggi) harus ditangani


secara aggresif setelah ROSC (return of
spontaneous circulation) (Clas I)
• Faktor resiko kerusakan serebri  hipertermia,
hiperglikemia dan hipotensi.
• Hiperventilasi tidak dianjurkan  memperburuk
vasokonstriksi dan kerusakan akibat iskemia.
• Tidak adanya pe↑ tingkat kesadaran dalam 72 jam 
prognosis outcome neurologis buruk.
E. Disfungsi Multiorgan
• MODS  gagal napas (acute respiratory distress
syndrome), gagal ginjal (acute tubular necrosis), gagal hati
& gangguan koagulasi.
• Penurunan urin output (<1 ml/kg/jam untuk bayi/anak atau
<30 ml/jam utk remaja)  Hindari obat nefrotoksik dan
sesuaikan dosis obat
ALGORITME POST-RESUSCITATION CARE

SISTEM RESPIRASI
• Foto thoraks untuk melihat posisi ETT
• AGD dan koreksi gangguan asam/basa
• Nadi dan ritme (monitor kontinyu)
• Pulse oximetry (monitor kontinyu)
• End-tidal CO2 (jika pasien terintubasi)
• Pertahankan oxygenasi yg adekuat (sat O2 94% - 99%)
• Pertahankan ventilasi adekuat PCO2 35 – 45 mm Hg
Intubasi jika:
• Oxygen dan intervensi lain tidak bisa mencapai
oksigenasi yang adekuat
• Mempertahankan patensi saluran napas psn dgn
penurunan kesadaran
• Ventilasi tdk memungkinkan dgn alat non invasive
seperti CPAP
• Kontrol nyeri analgesik & rasa cemas  sedative
SISTEM KARDIOVASKULAR
• Hb & Ht (transfusi atau support lain yang dibutuhkan)
• Nadi dan irama ( monitor kontinyu)
• Tekanan darah (monitor kontinyu)
• Central venous pressure (CVP)
• Urine output
• Foto toraks
• EKG 12 lead
• Pertimbangkan ekokardiografi
• Pertahankan volume intravaskuler yang adekuat
• Obati hipotensi (gunakan vasopressor jika dibutuhkan)
SISTEM NEUROLOGI
• Tinggikan kepala tempat tidur jika TD mampu menopang
perfusi serebri
• Suhu : Cegah hipertermia & tangani demam dgn agresif
• Jangan melakukan re-warm pada pasien cardiac arrest
yang hipotermi, kecuali hipoterminya mempengaruhi
fungsi kardiovaskuler
• Tangani komplikasi hipotermi bila ada
• Tangani hipo/hiperglikemia (hipoglikemia GDS <=
60 mg/dL)
• Monitor dan tangani kejang
• Pertahankan cardiac output dan perfusi otak
• Normoventilation kecuali udem intrakranial
• Pemeriksaan neurologis yang frekuen
• Pertimbangkan CT dan/atau EEG
• Pupil dilatasi yang tidak berespon, hipertensi,
bradikardi, napas irregular atau apnue hernia serebri
SISTEM GINJAL
• Monitor output urin
• Bayi dan anak kecil : > 1 mL/kg/jam
• Anak besar : > 30 ml/jam
• Urin output yang sangat berlebihan kelainan
neurologis atau gangguan ginjal (diabetes insipidus)
• Kimia darah rutin
• Analisis gas darah dan koreksi gangguan asam basa
• Urinalisis
• Pertahankan cardiac output dan perfusi ginjal
• Pertimbangkan efek obat ke ginjal (nefrotoksik)
• Pertimbangkan output urin menyangkut resusitasi
cairan
• Toksin kadang bisa dieliminasi dengan
hemodialisis jika antidot gagal/tidak ada
SISTEM GASTROINTESTINAL
• Monitor (NGT)/orogastric (OGT) untuk patensi dan residu
• Lakukan pemeriksaan abdomen
• Abdomen yg keras  perforasi usus atau perdarahan
• Pertimbangkan usg abdomen atau CT scan
• Kimia darah rutin termasuk fungsi hati
• Waspada terhadap perdarahan saluran cerna, terutama
setelah syok hemoragik
SISTEM HEMATOLOGI
• Monitor darah lengkap & pem. koagulasi darah
• Transfusi (bila diperlukan)
• Koreksi trombositopenia
• FFP untuk mengisi kembali faktor pembekuan
• Pertimbangkan calcium chloride atau gluconate jika
transfusi massif diperlukan
• Koreksi gangguan metabolik (kimia darah), terutama
setelah transfusi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai