Anda di halaman 1dari 35

BIB 5

ENDOSKOPI
--'1 lrt

i[dttrosondgrofi
Endoskopik 402

' i.';';":

'l::
'1:
#!l:+
trlii:i
/:*P:":ii.;:::i .
.
r.1.;iil::i:::
r',ti5,:..

i' .,

,,";-

r'f'.'
'l: ':. '

:.,.:'t,'
ii.,i I.l
:; l:::" 1

lF-
7-'. -
G

llilU Ptllmilfi IAIAIII Edisi vt2014


45
ES O EAGO GASTRO DUO D EN O SKO PI
Ari Fahrial Syam

PENDAHULUAN sejak saat itu berbagai penelitian melaporkan efektivitas


penggunaan endoskopi melalui transnasal tersebut.
Pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi (EGD) Berbagai kelemahan dari skup yang kecil ini diupayakan
merupakan pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk untuk diperbaiki terutama mengenai kemampuan untuk
mengevaluasi saluran cerna atas. Dengan pemeriksaan melakukan biopsi dengan skup yang diameternya lebih
EGD kita dapat melihat secara detail struktur mukosa kecil. Sampai pada akhirnya alat EGD yang saat ini ada
saluran cerna khususnya saluran cerna atas. dipasaran mempunyai kualitas lebih baik dan mampu
Berbagai kelainan yang dapat ditemukan pada mengambil hasil biopsi walaupun menggunakan skup
pemeriksaan EGD antara lain adanya mukosa yang yang kecil dengan cukup adekuat.2
hiperemis, erosi, ulserasi; dan berbagai bentuk tumor dari
polip kecil, polip sesil, polip bertangkai sampai kanker.
Besar kecilnya varises dapat dinilai baik pada esofagus TEKNIK MELAKUKAN EGD
dan gaster. Adanya perubahan anatomi berupa stenosis
atau penyempitan juga dapat dinilai. Tujuan pemeriksaan EGD adalah untuk melihat lumen
Tindakan esofagogastroduodenoskopi (EGD) saluran cerna atas dan daerah sekitarnya melalui skup
merupakan tindakan yang aman walaupun pernah endoskopi. Pemeriksa harus melihat dengan jelas dan
dilaporkan komplikasi serius pada tindakan tersebut mengetahui arah dari skup tersebut. posisi pasien pada
antara lain aspirasi pada saat terjadinya perdarahan waktu dilakukan endoskopi adalah pada posisi miring
saluran cerna atas, perforasi pada esofagus, gaster serta sudah terpasang mouthpiece dan penyangga gigi
atau duodenum pada endoskopi terapeutik. Selain itu sehingga skup tidak tergesek dengan gigi saat masuk.
cerlu juga menjadi perhatian adanya efek samping Pada saat sudah melalui lidah dan menuju hipofaring
3enggunaan sedasi berupa gangguan kardiovaskuler posisi ujung skup tetap berada di tengah menuju sfingter
)e ama tindakan EGD.1 krikofaringeal. Kemudian pasien diminta untuk menelan
Saat ini ada 2 macam pendekatan pemeriksaan dan diharapkan ujung skup akan meluncur ke esofagus
:5D yaitu melalui transnasal atau melalui transoral. proksimal. Biasanya para endoskopis akan memilih untuk
::'bedaan mendasar dari kedua pemeriksaan ini adalah
mengontrol endoskopi (antara lain tombol udara, air
::nreriksaan EGD pada teknik transoral skup masuk dan penghisap) dalam satu tangan yaitu tangan kiri.
*e alui rongga mulut sedangkan pada teknik
transnasal Sedangkan tangan kanan akan mengarahkan masuknya
;. -c masuk melalui lubang hidung. Oleh karena itu skup dan mengendalikan arah skup ke kanan dan ke kiri
-:<a skup untuk transnasal mempunyai diameter jauh atau ke atas dan ke bawah. 3
=: - <ecil dibandingkan skup yang dari mulut. Dengan Setelah skup melewati esofagus (biasanya esofagus
: :-.::er yang lebih kecil maka skup transnasal ini lebih berada 20-40 cm dari gigi insisivus) selanjutnya skup
- =-.' dibandingkan skup yang biasanya digunakan menuju gaster. Pada saat masuk gaste; udara diinsuflamasi
- -'=:). ke dalam gaster sehingga struktur dapat terlihat dengan
::- ::katan pemeriksaan endoskopi melalui transnasal jelas. Skup kemudian diarahkan menuju korpus, antrum
::-:-: <a i diperkenalkan oleh Shaker tahun 1994, dan kita dapat mengamati pilorus. pilorus diperhatikan

371
372 ENDOSKOPI

apakah membuka dan menutup atau tetap terbuka KONTRAINDIKASI ESOFAGOGASTRO DUO-
{pyLoric aopping). Setelah itu skup diarahkan menuju DENOSKOPI
duodenum, bulbus, post bulber dan duodenum pors
desendens. Kemudian skup ditarik kembali menuju gaster Kontraindikasi tindakan EGD antara lain infark miokard
dan dilakukan posisi U turn yaitu ujung skup diputar akut, serangan asma bronkial akut, gagaljantung kongestif
180 derajat. Posisi retrofleksi ini bertujuan untuk melihat berat serta keadaan hemodinamik tidak stabil.
fundus dan kardia gaster. Salah satu kelebihan dari Secara umum kontraindikasi pemeriksaan EGD
endoskopi adalah kita bisa melakukan biopsi, dimana transnasal lebih sedikit. Pasien dengan gagal jantung
forsep biopsi akan masuk melalui channelbiopsi. relatif dapat dilakukan EGD transnasal. Pasien juga
tidak terlalu traumatik saat dilakukan pemeriksaan EGD
tra nsnasal.
I NDI KASI ESOFAGOGASTRODUODENOSKOPI Esofagogastroduodenoskopi transnasal tidak diindikasi
untuk evaluasi perdarahan saluran cerna atas. Seperti yang
Beberapa indikasi pemeriksaan EGD yaitu dispepsia (baik telah disebutkan di atas karena diameteryang kecil maka
berupa nyeri ulu hati maupun gejala mual dan muntah), otomatis saluran untuk penghisap (suction) juga kecil
disfagia, refluks esofagus/GERD, evaluasi adanya tumor sehingga tidak dapat digunakan untuk evakuasi darah.
baik yang ditemukan saat pemeriksaan fisik maupun
:,1. . r ., .l .,i i i
berdasarkan hasil evaluasi radiologi, evaluasi drug Tabet l, rnditisi.Eiof#* hoi iii I:: '
E

induced injury, evaluasi benda asing, evaluasi ulkus -l


Dispepsia atau refluks esofagus yang tidak respons dengan
c

peptikum serta evaluasi hematemesis melena. (lihat obat


tabel 1)a Mual dan muntah yang persisten.
o

Selain untuk pemeriksaan diagnostik, EGD Disfagia dan odinofagia.


juga dapat digunakan untuk tindakan terapeutik; Hematemesis atau melena. E

antara lain ligasi varises esofagus, sklerosing varises Cepat kenyang atau anoreksia dengan penurunan berat S(

esofagus/fundus/kardia. Dengan EGD kita juga dapat badan. ir


Nyeri dada tanpa kelainanjantung.
melakukan penyuntikan adrenalin, kllping, koagulasi b
Defisiensi besi dengan hasil kolonoskopi normal.
baik dengan heot probe maupun dengan argon plasma, d
Riwayat Menelan zat kaustik.
esofagogastroduodenoskopi juga dapat digunakan untuk Curiga malabsorbsi (untuk biopsi usus halus).
m
melakukan tindakan bedah minimal seperti polipektomi, Gagal terjadinya penurunan berat badan atau kenaikan berat tir
endoscopic mucosol resection (EMR) dan juga endoscopic badan kembali setelah operasi obesitas. bi
submucosal disection (ESD). Selain itu EGD juga dapat Evaluasi abnormalitas dari pemeriksaan barium meal. se
digunakan untuk melakukan dilatasi esofagus (baik Lesi berbentuk massa. da
dengan balon maupun dengan businasi), dilatasi stenosis Fold atau lekukan yang abnormal.
pilorus dan juga pemasangan sfenf baik pada esofagus Ulkus besar pada esofagus dan gaster. 12
Deformitas atau jaringan parut pada pasien yang 63
maupun duodenum.
bergejala.
Berbeda dengan pemeriksaan EGD transoral, EGD
Skrining kanker.
transnasal mempunyai indikasi yang lebih terbatas. Hal Barrett's Esofagus.
ini disebabkan karena skup yang digunakan lebih kecil Poliposis familial.
sehingga terdapat keterbatasan untuk melakukan evakuasi Tindak lanjut polip gaster adenomatosus.
darah atau sisa makanan. Akalasia yang tidak diobati dengan adekuat.
Beberapa indikasi pemeriksaan endoskopi transnasal Endoskopi terapeutik.
yaitu dispepsia (baik berupa nyeri ulu hati maupun Kontrol perdarahan. :=:
Ligasi / s k le rosinq va rises.
gejala mual dan muntah), disfagia, refluks esofagus/
Dilatasi striktur atau stoma yang menyempit.
GERD evaluasi adanya tumor baik yang ditemukan saat
Gastrostomi perendoskopi.
pemeriksaan fisik maupun berdasarkan hasil evaluasi Polipektomi.
radiologi. Sfenf tumor esofagus.
Selain untuk pemeriksaan diagnostik, endoskopi Laser atau kauterisasi tumor.
transnasal ini dapat digunakan untuk pemasangan noso Mengeluarkan benda asing.
gostric fube (NGT) melalul endoskopi dengan diameter Penempatan tube feeding di duodenum.
skup yang lebih kecil. Adanya stenosis atau penyempitan Tindak lanjut endoskopi.
lumen yang tidak dapat dilalui oleh skup dengan diameter Evaluasi ulkus esofagus dan gaster.
Evaluasi sklerosis varises.
10 mm yang biasa terdapat pada EGD transoral dapat
Evaluasi laser atau kauterisasi tumor. :rt
dr..langkau dengan skup transnasal.
Memindahkan gastrostomi.
)5KOPl
E5O FAGOGASTRODUODENOSKOPI 373

-ika dipaksakan tentu akan terjadi penyumbatan. Efek samping yang dapat terjadi melalui pemeriksaan
)uo- Adanya masalah pada rongga hidung seperti polip transnasal ini adalah timbulnya epistaksis walaupun efek
yang besar atau mukosa hidung yang rapuh dan mudah samping yang teryadi ini ringan. Dengan mengistirahatkan
berdarah merupakan hal yang tidak memungkinkan pasien maka epistaksis dapat berhenti spontan.
riokard
untuk dilakukan tindakan endoskopi melalui transnasal
ngestif
ini. Kegagalan yang sering terjadi dalam melakukan
pemeriksaan endoskopi transnasal ini antara lain kesulitan PENUTUP
n EGD
r ntu ng
saat skup ini melalui rongga hidung karena adanya
n juga
perubahan anatomi dari rongga hidung tersebut. Pemeriksaan endoskopi saluran cerna atas
(esofagogastroduodenoskopi/EGD) merupakan
rn EGD
pemeriksaan utama untuk mengevaluasi adanya kelainan
PENGALAMAN TEKN I K TRANSNASAL pada mukosa saluran cerna atas. Selain untuk tujuan
indikasi
rti yang
diagnostik, EGD dapat digunakan juga untuk terapeutik
:il maka
Saat ini alat EGD sudah tersedia di beberapa RS di Jakarta. dan tindak lanjut pengobatan.
Sampai saat ini sudah puluhan kasus saluran cerna atas
7a kecil
darah. kami evaluasi dengan pemeriksaan transnasal.
Dibandingkan dengan EGD transoral, pemeriksaan REFERENST
EGD transnasal ini tetap dapat mengevaluasi mukosa
dan struktur saluran cerna atas, serta mengidentifikasi 1. Thompson AM, Wright DJ, Murray W, Ritchie GL, Burton
dengan HD, Stonebridge PA: Analysis of 153 deaths after upper
varises esofagus, erosi, hiperemis dan ulkus peptikum
gastrointestinal endoscopv: room for improvement? Surg
dengan jelas. Endosc. 2004;18:22-5
Kelebihan EGD transoral dibandingkan dengan 2. Shaker R. Unsedatecl transnasal pharhl'ng-
ooesophagogastroduodenoscop"v (T-ECD): technique.
EGD transnasal, pasien biasanya merasa lebih nyaman
Castrintest Endosc. 1994;40:346-8.
n berat selama dilakukanya pemeriksaan. Bahkan karena skup 3. Tytgat GJ. Upper Gastrointestinal Endoscopy. In: Yamada
ini melalui lubang hidung, pasien dapat berbicara dan T, Alpers DH, Kaplowitz N, et a1., eds. Textbook of
berkomunikasi dengan pemeriksa selama tindakan Castroenterology. 4th ed. Philadelphia, PA: Lippincott
Williams and Wilkins; 2003
dilakukan. Hal ini tidak mungkin dilakukan jika kita 4. Morrissey JF, Reichelderfen M. Gastrointestinal endoscopy.
menggunakan EGD transoral. Selama tindakan pasien juga N Engl J Med. 1991;325:1143.
tidak memerlukan sedasi sehingga efek samping yang 5. Al-Kararvi NzLA,SanaiFM, A-l-Madani A, Kfou4,H, Yasanv MI,
an berat Sandokii A. Comparison of peroral versus ulftatlrrn uansnasal
bisa timbul akibat penggunaan sedasi tidak terjadi karena
endoscopy in the diagnosis of upper gastrointestinal pathologr'.
meal. selama pemeriksaan endoskopi transnasal ini pasien tetap Arurals S Medicine. 2000;20:328-30.
dalam keadaan sadar. 6. Murata A, Akahoshi K Sumida Y, Yamamoto H. Nakamura K,
Penelitian yang dilakukan oleh Murata dkk, melibatkan Nau'ata H. Prospecrive randomized trial of transnasal versus
peroral endoscopy using an ultrathin vitleoendoscope in
124 pasien dimana 64 pasien dilakukan EGD transoral dan unsedated patients. J Gastroenterol Hepatol. 2007 ;24482-5.
)n yang 60 pasien sisanya dilakukan EGD transnasal membuktikan 7. Campo R, Monsterrat A, Brullet E. Transnasal gasftoscopy
bahwa pasien yang menjalani teknik transnasal merasa compared to conventional gastroscopy: a randomized studv of
feasibiliqv, safeS, and tolerance. Endoscopv. 1998;30:1148-52.
lebih nyaman dibandingkan dengan teknik transoral. 6
Kelebihan lain EGD transnasal selain kenyamanan bagi
pasien, risiko tersedak dan kerusakan alat akibat tergigit
juga dapat dihindari.T
Biopsi merupakan hal penting yang perlu dilakukan
selama tindakan EGD jika memang ada indikasi. Tindakan
biopsi terutama ditujukan untuk mengambil sampel
biopsi untuk pemeriksaan kuman H.pylori. Sampai sejauh
ini sampel yang diambil melalui saluran (chonnel) biopsi
pada skup EGD transnasal cukup adekuat untuk dlnilai oleh
ahli patologi. Hal inijuga dibuktikan oleh penelitian yang
dilakukan oleh AI Karawi dkk, yang membandingkan hasil
bropsi pasien yang dilakukan melalui transnasal dengan
melalui oral. Ternyata pemeriksaan dengan EGD transnasal
:apat dilakukan secara sukses baik untuk pemeriksaan
Jiagnostik maupun untuk pengambilan sampel untuk
uasi histopatologi.
:,.,a I
46
PEMERIKSAAN ENDOSKOPI
SALURAN CERNA
Marcellus Simadibrata K

PENDAHULUAN DEFINISI S

5(
Pemeriksaan endoskopi pada awalnya merupakan Endoskop yaitu suatu alat yang digunakan untuk c
pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis memeriksa organ di dalam tubuh manusia visual dengan dr.
kelainan-kelainan organ di dalam tubuh. Bidang ilmu cara mengintip melalui alat tersebut (rigid/fiber-scope)
gastroenterologi dan hepatologi berkembang sangat atau langsung melihat pada layar monitor (skop Evis),
pesat dengan ditemukannya alat endoskopi, terlebih sehingga kelainan yang ada pada organ tersebut dapat p(
dengan ditemukannya alat endoskop lentur (flexibLe dilihat dengan jelas. t,-

endoscope/fiberscope) dan video endoscope (skop Evis). Pemeriksaan endokopi adalah pemeriksaan penunjang u:
Dengan ditemukannya skop lentur pandang samping yang memakai alat endoskop untuk mendiagnosis
(side view) dapat dilakukan pemeriksaan endoscopic kelainan-kelainan organ di dalam tubuh antara lain saluran Se
retrogrode cholongioponcreotogrophy (ERCP) untuk cerna, saluran kemih, rongga mulut, rongga abdomen, Pe
mendiagnosis kelainan bilier, dan pankreas. Untuk dan lain-lain. de
mendiagnosis kelainan hati, peritoneum, dan rongga Esofagoskopi yaitu pemeriksaan endoskopi ;^
abdomen dikembangkan pemeriksaan peritoneoskopi. untuk mendiagnosis kelainan di esofagus. Gastroskopi
Perkembangan mutakhir terbaru, untuk memeriksa yaitu pemeriksaan endoskopi untuk mendiagnosis
kelainan di usus halus telah ditemukan dan dikembangkan kelainan di gaster/lambung. Duodenoskopi yaitu
pemeriksan endoskopi yang tidak r4enggunakan selang pemeriksaan endoskopi untuk mendiagnosis kelainan
endoskop tetapi dengan kapsul, sehingga disebut di duodenum. Enteroskopi yaitu pemeriksaan endoskopi
endoskopi kapsul. untuk mendiagnosis kelainan di usus halus. Kolonoskopi
Dengan pemeriksaan endoskopi ini kelainan-kelainan yaitu pemeriksaan endoskopi untuk mendiagnosis
di saluran antara lain esofagus, gaster, duodenum, kelainan di kolon/usus besar. Endoskopi kapsul yaitu
jejunum, ileum, kolon, saluran bilier, pankreas, dan pemeriksaan endoskopi menggunakan endoskop
hati dapat dideteksi lebih mudah dan tepat. Dalam berbentuk kapsul untuk mendiagnosis kelainan di usus
perkembangannya, selain digunakan untuk diagnostik, halus.
alat endoskop juga dipakai untuk tindakan terapeutik
antara lain skleroterapi/ ligasi varises, hemostatik
perendoskopik pada perdarahan akut, terapi laser, JENIS ENDOSKOPI
polipektomi perendoskopik pada perdarahan akut,
skleroterapi atau ligasi hemoroid, sfingterotomi papila . Endoskopi kaku ( rigid scope)
vateri, ekstraksi batu bilier perendoskopik waktu ERCP, . Endoskopi lentur (fiber cope)
pemasangan stent bilierlpankreas waktu ERCP, dilatasi . Video endoscope (Evis scope)
stenosis saluran cerna dan lain sebagainya. . Endoskop kapsul (copsule endoscope)

374
PEMERIKSAAN ENDOSKOPI SALURAN CERNA
375

SEJARAH ILMU ENDOSKOPI SALURAN CERNA diagnostik dan terapeutik dilaporkan pertama kali oleh
Lesmana L dkk. Terapi Laser parendoskopi dikembangkan
Sejarah di Luar Negeri pertama kali oleh Daldiyono H. Ligasi varises esofagus
. Periode l, yaitu periode endoskop kaku atau straight dilaporkan oleh Hermono H dan dan Rani AA. Ligasi
rigid tubes, antara tahun 1795-1932. ganda varises esofagus dilaporkan oleh Hermono H
. Periode ll, yaitu periode setengah lentur atau dan Simadibrata M. Tindakan Percutaneus Endoscopic
semifLexible tube endoscopy, antara tahun 932- ,1
Gastrostomy (PEG) dilakukan oleh Hermono H dan
1 958. Chudahman Manan.
. Periode lll , yaitu periode endoskop lentur atau ftexibte Pemeriksaan usus halus proksimal dan ileum terminal
endoscope, yang diawali pada tahun 195g. Sejak itu dengan kolonoskop pediatrik yang dimodifikasi dan
perkembangan endoskopi maupun gastroenterologi kolonoskopi panjang dikembangkan Simadibrata M sejak
terasa sekali sangat pesat. tahun I997.
Sejak ditemukannya endoskop serat optik, diproduksi Sesudah itu pemeriksaan entero skopi (push
juga enteroskop serat optik yang panjang yang dapat enteroscopy) untuk pemeriksaan usus halus secara lengkap
memeriksa kelainan-kelainan di usus halus. Beberapa mulai dilakukan dan dikembangkan Bambang Handana
senter di Jepang mengawali pemeriksaan p ush enteroscopy dkk di Jakarta.
menggunakan enteroskop tersebut untuk memeriksa usus Endoskopi kapsu) mulai diperkenalkan dan dilakukan
halus, yang lalu diikuti oleh beberapa negara maju lainnya. di Jakarta lndonesia sejak tahun 2004, yang digunakan
Setelah era video endoskopi, enteroskopi diproduksi untuk memeriksa kelainan-kelainan di usus halus.
sesuai sistem video endoskopi. Akhir-akhir ini di Jepang
r untuk dibuat lagi enteroskop memakai balon yang disebut
dengan double balloon enteroscope untuk memeriksa kelainan JENIS PEMERIKSAAN ENDOSKOPI SALURAN
'r-scope) usus halus. CERNA BAGIAN ATAS
cp Evis), Sejak tahun 2000 ditemukan dan dikembangkan
ut dapat pemeriksaan endoskopi kapsul tanpa selang dan tanpa Diagnostik
kabel, menggunakan kapsul endoskop yang digunakan . Esofagogastrosduodenoskopi dan biopsi.
rn u njang untuk memeriksa kelainan usus halus. . Jejunoskopi dan biopsi
ag nosis . Enteroskopi dan biopsi
r saluran Sejarah di Dalam Negeri . Endoskopi kapsul
rdomen, Perkembangan endoskop di lndonesia hampir mirip
dengan perkembangan di luar negeri, yaitu juga diawali Terapeutik
ioskopi dengan endoskop kaku. . skleroterapi dan ligasi varises esofagus
iroskopi Endoskop kaku yang pernah dipakai yaitu . skleroterapi histroakril varises lambung
agnosis rektosigmoidoskop yang semula banyak dipakai di bidang . hemostatik endoskopik perdarahan non vanses:
pi yaitu bedah. Pang pada tahun 1958 memelopori penggunaan adrenalin + etoksisklerol, berryplost, koagulasi elektrik
kelainan laparaskop kaku di lndonesia. Endoskop setengah lentur bipolar probe, endosclips dan lain-lain.
rdoskopi pertama kali pada tahun 1967 digunakan di lndonesia oleh . polipektomipolipesofagus-gaster-duodenum
>noskopi Simadibrata. Selanjutnya dilaporkan hasil pemeriksaan . endoscopic mucosoL resecfion (EMR)
ag nosis gastroskop lentur (Olympus GTFA) oleh Supandiman d . terapi laser untuk tumor, perdarahan dan lain-lain.
;ul yaitu Bandung (tahun 197'l). Sejak itu makin banyak laporan . dilatasi esofagus: dengan busi Hursf atau Savory-
rdoskop hasil pemakaian endoskop lentur di lndonesia, apalagi Guillord
r di usus setelah didirikan Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal . pemasangan stent esofagus
lndonesia (PEGI) pada tahun 1974 yang diketuai oleh . pemasangan percutaneus endoscopic gastrostomy
Pang. (PEG)
Kolonoskopi lentur digunakan pertama kali sejak . pemasangan selang makanan/NGT -flocore per_
Oktober 1973 oleh Hilmy dkk. Tindakan polipektomi endoskopik
endoskopk juga dilaporkan Hilmy dkk tahun 1978.
Skleroterapi endoskopik juga sudah dikembangkan di
ndonesia dilaporkan pertama kali oleh Hilmy dkk (1994). JENIS PEMERIKSAAN ENDOSKOPI SALURAN
remasangan prostesis esofagus pertama
kali dilaporkan CERNA BAGIAN BAWAH
S madibrata R. Tindakan dilatasi esofagus dengan Savary
:i aporkan oleh Rani AA dan Chudahman Manan dkk. Diagnostik
:-' 1 o scop ic Retrog rode Cholon gio po
ncreotog ro phy (ERCp) . Enteroskopi dan biopsi
376 ENDOSKOPI

. Kapsul endoskopi . Pasien dengan gejala menetap (disfagia, nyeri


. lleo-kolonoskopi & biopsi epigastrium, muntah-muntah) yang pada pemeriksaan
. Rektosigmoidoskopi & biopsi radiologis tidak didapatkan kelainan.
. Anoskopi . Bila pemeriksaan radiologis mencurigai suatu kelainan
misalnya tukak, keganasan atau obstruksi pada
Terapeutik esofagus; indikasi endoskopi untuk memastikan
. skleroterapi dan ligasi hemoroid lebih lanjut lesi tersebut dan membuat pemeriksaan
. hemostatik endoskopik perdarahan non varises: fotografi, biopsi, atau sitologi.
adrenalin + oethoxyscerol, berryplast, electric . Perdarahan akut saluran cerna bagian atas memerlukan
coogulation, bipolar probe, endosclips dll. pemeriksaan endoskopi secepatnya dalam waktu 24
. polipektomi polip kolon jam untuk mendapatkan diagnosis sumber perdarahan
. endoscopic mucosal resectron (EMR) yang paling tepat.
. terapi laser untuk tumor, perdarahan dll. . Pemeriksaan endoskopi yang berulang-ulang
. dilatasi striktur/ stenosis kolon diperlukan juga untuk memantau penyembuhan tukak
. pemasangan sfent kolon yangjinak dan pada pasien-pasien dengan tukak yang
dicurigai kemungkinan adanya keganasan (deteksi dini
karsinoma lambung)
ENDOSCOPIC RETROGRADE CHOLANGIO . Pada pasien pascagastrektomi dengan gejala/keluhan
PAN CR EATOG RAP H Y (ERC P) saluran cerna bagian atas diperlukan pemeriksaan
endoskopi karena interpretasi radiologis biasanya
Diagnostik sulit; iregularitas dari lambung dapat dievaluasi paling
Melihat duktus bilier, sistikus, kandung empedu dan baik dengan visualisasi langsung melalui endoskopi. ca.'
duktus pankreatikus . Pasien sindrom dispepsia dengan usia lebih dari 45
tahun atau di bawah 45 tahun dengan "tanda bahaya,,,
Terapeutik pemakaian obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS)
. pemasangan stent bilier dan sfenf pankreas dan riwayat kanker pada keluarga. yang dimaksud
. sfingterotomi atau papilotomi endoskopik dengan tanda bahaya yaitu muntah-muntah hebat,
. ekstraksi batu atau cacing dari saluran empedu. demam, hematemesis, anemia, ikterus dan penurunan
. pemasangan nosol biliary droinoqe (NBD) berat badan.
. Prosedur terapeutik seperti polipektomi, pemasangan
selang makanan (nasogostric tube), dilatasi pada .l
PERITONEOSKOPI stenosis esofagus atau akalasia, dan sebagainya.
I

Kontraindikasi pemeriksaan endoskopi SCBA: .t


Diagnostik 1. Kontraindikasi absolut : c
. melihat kelainan peritoneum dan hati - pasien tidak kooperatif atau menolak prosedur .K
pemeriksaan tersebut setelah indikasinya .s
Terapeutik dijelaskan secara penuh. p
. untuk mengambil batu kandung empedu dan - Renjatan berat karena perdarahan dan sebab p
kolesisektomi dikembangkan tindakan laparaskopik lain. .P
kolesisektomi yang memakai peralatan peritoneoskopi - Oklusi koroner akut b
tersebut. - Gagal jantung berat .p(
- Koma ar
- Em{isema dan penyakit paru obstruktif berat p(

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI ENDOSKOPI


. Pada keadaan-keadaan tersebut, pemeriksaan
SALURAN CERNA endoskopi harus ditunda dulu sampai keadaan
penyakitnya membaik.
lndikasi pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian 2. Kontraindikasi relatif :
atas (5CBA): - Luka korosif akut pada esofagus, aneurisma aorta,
. Untuk melihat langsung abnormalitas yang didapatkan aritmia jantung berat.
pada pemeriksaan radiologis yang meragukan atau - Kifoskoliosis berat, divertikulum Zenker, osteofit
tidak jelas, atau untuk menentukan dengan lebih bear pada tulang servikal, struma besar. pada
pasti/ tepat kelainan radiologis yang didapatkan pada keadaan tersebut, pemeriksaan endoskopi harus
esofagus, lambung atau duodenum dilakukan dengan hati-hati dan "halus".
)sKoPl PEMERIKSAAN ENDOSKOPI SALURAN CERNA
5tt

nyeri - Pasien gagaljantung . Kehamilan trisemester pertama, penyakit peradangan


'i ksaa n - Penyakit infeksi akut (misal pneumonia, peritonitis, panggul.
kolesistitis). . Penyakit anal atau perianal akut.
:lainan - Pasien anemia berat misal karena perdarahan, . Dugaan perforasi kolon atau belum lama menjalani
pa da harus diberi transfusi darah terlebih dulu sampai operasi kolon.
Lstikan Hb sedikitnya 10 g/al . Aneurisma aorta abdominal atau aneurisma iliakal.
-iksaa n
- Toksemia pada kehamilan terutama bila disertai . Nyeri perut, demam, distensi perut dan adanya
hipertensi berat atau kejang-kejang. penurunan tekanan darah sewaktu pembersihan
:rlukan - Pasien pascabedah abdomen yang baru. kolon.
rktu 24 - Gangguan kesadaran.
lndikasi pemeriksaan ERCP :
arahan - Tumor mediastinum.
. lkterus dengan penyebab tidakjelas,
.ulang lndikasi pemeriksaan endoskopi kapsul: . Batu saluran empedu.
tukak
. Perdarahan salqran cerna atas dan bawah yang . Keganasan pada sistem hepatobilier dan pankreas.
n
ik yang
disebabkan kelainan usus halus . Pankreatitis kronik.
rksi dini
. Diare kronik yang disebabkan kelainan usus halus . Tumor pankreas, termasuk kista.
Kontra indikasi pemeriksaan endoskopi kapsul:
. Diabetes mellitus, dengan nyeri perut atau berat
leluhan . Obstruksi saluran cerna badan menurun, untuk menyingkirkan pankreatitis
ri ksaan . Stenosis/ striktur saluran cerna atau karsinoma.
a sa nya . Divertikel duodenum sekitar papil.
i paling lndikasi pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian . Metastasis tumor ke sistem bilier atau pankreas.
oskopi. bawah (SCBB): . Nyeri perut bagian atas, tanpa kelainan pada pankreas,
dari 45
. Mengevaluasi kelainan yang didapat pada hasil lambung, duodenum dan hati.
ra haya", pemeriksaan enema barium misal striktur, gangguan . GoLlstone ponkreotitis.
oArNs) pengisian (filling d efect) menetap.
raksud . Perdarahan rektum yang tidak dapat diterangkan Kontraindikasi pemeriksaan ERCp :

r hebat, penyebabnya. Selain itu bila darah samar positif atau


. Sesuai dengan kontraindikasi pemeriksaan endoskopi

perdarahan nyata, indikasi mutlak kolonoskopi. SCBA.


ru runan
. Penyakit radang usus besar (Crohn, kolitis ulserosa,
. Keadaan umum lemah atau buruk.
rsangan kolitis mikroskopik)
. Alergi kontras yodium.
si pada . Keganasan dan polip dalam kolon (ditegakkan dengan I ndikasi pemeriksaan laparaskopi/ peritoneoskopi:
1ya. biopsi histopatologi) . Memeriksa hati dan melakukan biopsi terpimpin pada
. Evaluasi diagnosis keganasan rektum atau kolon yang penyakit yang diduga setempat atau difus, termasuk
ditegakkan sebelumnya. evaluasi filling defect pada pemeriksaan pencitraan
rosedu r
. Kolonoskopipascabedah;evaluasianastomosis. hati dan limpa.
(asinya
. Surveilens, pada kelompok resiko tinggi (misal . Memeriksa kandung empedu untuk kemungkinan
pada kolitis ulseratif) dan pemantauan sesudah penyakit atau pembesaran yang disebabkan oleh
pembuangan polip atau kanker.
r sebab penyumbatan pada duktus koledokus.
. Prosedurterapeutikseperti polipektomi, pengambilan . Menetapkan etiologi tumor abdomen.
benda asing, dan lain-lain . Menilai kemungkinan operasi pasien tumor ganas dan
. Penelitian evaluasi penyakit kolon pada pasien dengan menentukan adanya metastasis.
anemia yang tidak dapat diterangkan penyebabnya, . Menetapkan etiologi asites, terutama yang resisten
penurunan berat badan, adenokarsinoma metastatik terhadap pengobatan.
)erat
ri ksaan
dengan lesi primer yang kecil. . Evaluasi nyeri abdomen yang gambaran klinisnya tidak
leadaan Kontraindikasi pemeriksaan endoskopi SCBB: jelas, termasuk nyeri daerah pelvis yang mungkin
. Setiap proses peradangan akut dan berat seperti disebabkan radang. Atau penyakit lain atau adhesi
kolitis ulseratif, penyakit Crohn atau kolitis iskemik, dengan peritoneum atau organ lain.
na aorta, kolitis radiasi. Pada keadaan akut dan berat dapat
. Evaluasi organ dalam pelvis.
timbul perforasi.
. Menentukan stadium penyakit Hodgkin dan limfoma
', osteofit . Divertikulitis akut dengan gejala-gejala sistemik. Nyeri lain.
a r. Pada hebat pada abdomen, peritonitis (bahaya perforasi). Kontraindikasi pemeriksaan peritoneoskopi:
rpi harus . lnfark.jantung baru dan gangguan kardiopulmoner . Kelainan pembekuan darah
berat. . Pasien tidak kooperatif
378 ENDOSKOPI ,Eh

. ,enyakit kardiopulmoner berat HASIL PEMERIKSAAN ENDOSKOPI SALURAN


. Asrtes yang. amat besar CERNA DI RSUPN-C!PTO MANGUNKUSUMO
. Hernia diafragmatika atau dinding abdomen
. Obstruksi usus Dari kasus-kasus dispepsia yang dilakukan pemeriksaan
. Keadaan obesitas berat endoskopi SCBA didapatkan kelainan yang sering yaitu
. Pemeriksa yang belum memiliki pengalaman gastritis diikuti gastritis erosif, duodenitis. Dari kasus-
kasus perdarahan SCBA yang dilakukan pemeriksaan EGD
Penyulit Komplikasi didapatkan penyebab yang sering yaitu pecah varises
esofagus diikuti kombinasi kelainan SCBA, gastritis erosif,
1. Pemeriksaan endoskopi SCBA; gastropati hipertensi portal.
- Reaksi terhadap obat-obatan: koma karena Kelainan yang sering ditemukan pada pemeriksaan
diazepam, gangguan pernapasan. kolonoskopi yaitu hemoroid diikuti, polip, kolorektal, kolitis
- Pneumonia aspirasi infektil kanker kolorektal.
- Perforasi Hasil perneriksaan endoskopi tersebut dapat dilihat
=-
- Perdarahan pada tabel '1, 2, dan 3. .::
-vl

- Gangguankardiopulmoner
- Penularan infeksi Tabel 1. Jenis dan Prevalensi Penyakit Saluran Cerna
- lnstrumentolimpoction. Bagian Atas (SCBA) Kasus Dispepsia pada Tahun 1994
Divisi Gastroenterologi Bagian llmu Penyakit Dalam
2. Pemeriksaan endoskopi SCBB: FKUI/RSUPNCM
I <l:
- Gangguan kardiovaskuler dan pernapasan
Jenis Penyakit Persentase(%)
- Perforasi kolon
Normal 28
- Perdarahan
Gastritis 29
KESI 1

- Reaksi vasovagal
Gastritis erosive 15,67 Peme
- Distensipascakolonoskopi Duodenitis 7,67
Denun
Flebitis Esofagitis 5,83
penyal
I nfeksi Gastritis refluks empedu 4,5
Tukak duodenum endosl
Volvulus 3,s
Efek samping biopsi : perforasi, perdarahan, Tukak lambung )) kedokt
Gastropati hipertensi portal 1)
infeksidll.
Tumor gaster 1

3. Pemeriksaan ERCP : Sliding hernia 0,66 REFER


- perdarahan Kandidiasis esofagus 0,5
- perforasi Tumor esofagus 1 .{dler Di
pembentukan kista submukosa duodenum Atrofi gaster 1 of c;
Dikutip dari Daldiyono H GIT
infeksi : kolangitis supuratif akut, kista pankreas 200.
terinfeksi, sepsis, pankreatitis akut. Tabel 2. Jenis dan Prevalensi Penyebab Perdarahan Om.(
- Sepsis dan kematian. . dengan Endoskopi SCBA Divisi Gastroenterologi Tahun
ChongAJ
P. C;
996-1 998
4. Laparaskopi/peritoneoskopi :
1
SUSD

- Yang berhubungan dengan pneumoperitoneum Jenis Penyakit Persentase (%) Endr


scrip
(emfisema subkutan-mediastinum, perdarahan Pecah varises esofagus 27,2 laldir.on,
tempat sayatan, pneumotoraks, renjatan, henti Kombinasi kelainan-kelainan 22,1 gastr
jantung, tertusuknya organ dalam abdomen, Gastritis erosif 19,0 peng
Gastropati hipertensi portal 11,7 dalat
emboli udara, nyeri abdomen dan bahu, hernia Jakar
Ulkus duodenum 5,7
diafragmatika atau dinding abdomen). qq
Ulkus gaster
- Yang berhubungan dengan laparaskopi (nyeri Pecah varises lambung 1,8 ,:::t i. S
waktu menggerakkan trokar, nyeri waktu skup Karsinoma duodenum 1,1
mengenai peritoneum parietal, perdarahan organ Karsinoma gaster 0,9 -:.,..\i
atau tumor yang terkena skup, perforasi usus, Esofagitis erosive 0,7
emboli udara, merembesnya cairan asites dari Ulkus esofagus 0,4 l:.ion
Duodenitis erosif 0,2
sayatan dinding abdomen).
Polip gaster
- Yang berhubungan dengan tindakan biopsi
Angiodisplasia/hemangioma
0,2
0,2
"-:*..
(perdarahan, nyeri, peritonitis empedu). )a
Tak ditemukan kelainan _-:l /:

Dikutip dari Simadibrata M, Rani AA :--. I


PEMERIKSAAN ENDOSKOPI SATURAN CERNA
!DosKOPl 379

\LURAN hepatologi. Perhimpunar-r endoskopi gastrointestinal


Tabel 3. Jenis dan Prevalensi Penyakit Saluran Cerna
;UMO Indonesia. Jakarta. Balai Penerbit FKUL 1987.p. 243-55.
Bagian Bawah (SCBB) Hasil Kolonoskopi Tahun 1996 Nurman A. Persiapan dan perawatan pasien sebelum rlan
Jenis penyakit Persentase(%) sesudah endoskopi. Dalam: Hadi S, Thahir C, Dalclryono,
neriksaan
Rani A, Akbar N eds. Endoskopi dalam bidang gastroentero-
ring Yaitu Normal 12,70 hepatologi. Perhimpunan endoskopi gastrointestinal
ari kasus- Hemoroid 25,75 Indonesia. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 7987 .p. 29 - 45.
<saan EGD Polip kolorektal 11,70 Rani AA, Manan C, Djojoningrat D, Simadibrata M. Sindrom
Kolitis infektif 10,70 dispepsia- Diagnosis dan penatalaksanaan dalam praktek
ah varises sehari-hari(buku panduan diskusi). Pusat lnJormasi dan
Kanker kolorektal 9,03
ritis erosil Penerbitan Bagian Iln'ru Penyakit Dalam FKUI/RSUPNCM.
Kolitis ulseratif 6,02
April 1999.
Kolitis nonspesifik 5,68
,meriksaan Rani AA. Kolangio-pankreatografi retrograd endoskopik
Divertikel kolon 4,68 (KPRE=ERCP). Dalam Hadi S, Thahir C, Daldivono, Rani
)ktal, kolitis Trikuriasis 3,67 A, Akbar N eds. Endoskopi dalam bidang gastroentero-
lleitis infektif 2,67 hepatologi. Perhimpuan Endoskopi Gastrointestrnal
rpat dilihat Tuberculosis kolon 2 h.rdonesia. Jakarta. Balai Penerbit FKUI 7987 .p. 769 -77
Kolitis iskemik 1,67
Rastogi A, Schoen RE, Slivka A. Diagnostik f ield and clinical
outcomes of capsul endoscopv(Abstract). Gastrointes Endosc
Penyakit Crohn 1,33
200a; 60(6). http: / / www2.us.elsevierhealth.com/scripts/
ran Cerna Kolitis amebic l,JJ
om.dll/ serve?action=searchDB& searchDB t or : 7-2.
rhun 1994 Kolitis radiasi 1
Sears DM, Avots-Avotins A, Culp K, Gavin MW. Frequency and
kit Dalam Dikutip dari Daldiyono Clinical outcome o{ capsule retention during capsule endoscopv
for CI bleeding of obscure origin(Abstract). Gastrointes
Endosc 2004; 60(5). http: / / www2.us.elsevierhealth.com/
tase(%) scripts/om.d11/serve?action= searchDB&serachDB for: 1-2
l8 KESIMPUTAN Simadibrata M, Rani AA. Upper gastrointestinal bleeding. Abstracts
l9 for the 11'r' Asian Pacific Congress of Gastroer.rteroiogv and
Pemeriksaan endoskopi merupakan pemeriksaan the 8t" Asian Pacific Congress of Digestive Endoscopl'.
"67 Hongkong-China. March 10-14, 2000.p. 864(A212).
67 penunjang yang penting dalam menegakkan diagnosis
a2
penyakit gastrointestinal, bilier dan hati. Pemeriksaan
t5 endoskopi harus selalu dipandang sebagai cabang ilmu
)(
kedokteran yang akan berkembang terus.
))
1,2
1

)66 REFERENSI
NE

1 Adler DG, Knipschield M, Gostout C. A Prospective comparison


1
of capsule endoscopy and push enteroscopy in patients with
GI bleeding of obscure origin(Abstract). Gastrointes Endosc
200a; 59 $). http: / / www1.us.elsevierhealth.com/ scripts/
om.dll/ serve?action=searchDB& searchDB f or: l-2.
Perdarahan ChongAKH, TaylorA" Ir4illerA, HennessyO, Connell W, Desmond
'ologi Tahun P. Capsule endoscopv vs push enteroscopy and enteroclysis in
suspected small-bowe1 Crohn's disease(Abstract). Gastrointes
Endosc 2005; 61 (2). http / / www3.us.elsevierhealth.com/
:
ntase (%) scripts/ om.d11/serve?action= searchDB&searchDB for: 1-2.
27,2 Daldiyono H. Apiikasi dan teknologi endoskopi dalam bidang
1) 1 gastroenterologi ilmu penyakit dalam. Pidato pada upacara
1on pengukuhan sebagai guru besar tetap dalam ilmu penyakit
daiam pada fakultas kedokteran universitas Indonesia.
11,7
Jakarta. 20 September 1997.
5,7 Geng F, Swain P, Mills T. Wireless endoscopv. Gastrointest Endosc
5,5 2000;51,:725-9.
1,8 Hadi S. Sejarah perkembangan endoskopi di luar negeri dan
1,1 di Indonesia. Dalam: Hadi S, Thahir G, Daldiyono, Rani
0,9 A, Akbara N eds. Endoskopi dalam bidan gastroentero-
hepatoogi. Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal
0,7
Indonesia.Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 7987.p. l-7.
0,4 .ldan G, Meron C, glukhovsky A et.al. Wireless capsule
i)
endoscopy. Nature 2000; 25 405-77.
02 (asugai T. Endoscopic diagnosis in gashoenterology. 1't edition.
0,2 Tokyo-NewYork. Igaku Shoin . 1982.p. 7-2.
l,.oer HMS. Laparoskopi. Dalam: Hadi A, Thahir G, Daldiyono,
Rani A, Akbar N eds. Endoskopi dalam bidang gastroentero-
Eil

47
EKOKARDIOGRAFI TRANS ESOFAGEAL (ETE)
Lukman H. Makmun

PENDAHULUAN TEKNIK PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Ekokardiografi Trans Esofageal (ETE) Persiapan Alat


merupakan pemeriksaan lanjutan Ekokardiografi Trans Alat transduser Trans Esofageal (probe) sebelumnya *31
Torakal (ETT). Letak perbedaan antara kedua cara dibersihkan lebih dahulu dengan air kemudian disterilkan
pemeriksaan ini adalah pada ETE transduser diletakkan dalam cairan kimia (misal:Cidex) selama 20 menit.
di belakang organ.jantung dengan cara memasukkannya Seterusnya dibilas dengan air (biasanya dengan cairan
-45
melalui esofagus seperti melakukan pemeriksaan infus dekstrosa) dan dikeringkan.
esofagogastroduodenoskopi. Hasil yang didapat adalah Disiapkan Jelly xylocoin dan dengan kain kasa -uar
gambaran (imaging) struktur jantung yang lebih jelas dioleskan pada probe mulai dari ujung sampai sepanjang
dibandingkan dengan hasil ekokardiografi trans torakal 30-40 cm, Atau kalau memungkinkan dibuatkan sarung dap
dengan transduser berukuran 5 MHz. karet (seperti kondom panjang) untuk menyarungi probe; ie rf
Transduser terletak pada ujung pipa fiber yang dapat jeLly dimasukkan ke dalam ujung sarung karet supaya
l

diputar-putar dengan modus biplane alau multiplane. terdapat kontak yang baik antara transduser dengan saml
BipLone berarti transduser hanya dapat digerakkan untuk sarung karet dan pada bagian luar sarung karet diolesi d ipu
mendapatkan hcrizontal dan vertikal view sa)a yang juga jelly tadi untuk memudahkan masuknya probe ke
efek
berbeda 90". Sedangka n pada muLtiplone dapat digerakkan dalam esofagus.
secara bebas dalam perubahan setiap derajat sehingga Elektroda EKG dipasang untuk melihat EKG di monitor
didapat gambaran yang diinginkan oleh pemeriksa artinya mesin eko. Probe dihubungkan dengan mesin eko dan di I
'a
dapat melihat yiew semua arah. i set untuk pemeriksaan ETE.
Dengan ETE ini sesuai dengan standar pemeriksaan
ekokardiografi, dapat dilakukan Eko color dan Dopler untuk Persiapan Pasien:
melihat dan mengukur flow. . Dilakukan pemeriksaan HBsAg bila alat TEE hanya
ada satu, karena takut bahaya penularan. Kalau *
memungkinkan untuk pasien H BsAg digunakan H
sarung karet untuk probe.
. Pasien dipuasakan terlebih dahulu selama 6 jam
supaya tidak muntah.

Gar
Cara Kerja
Pasien dibaringkan dengan posisi mirlng ke kiri, bagian rndik
atas badan agak tinggi, tanpa bantal dan leher diganjal
dengan pengganjal. Gigi palsu dilepas dahulu. Faring .,.
disemprot dengan Xylocoin spraybeberapa kali. Bila pasien
agak takut dapat disuntikkan midazolam (DormicumR)
0.07 - 0.1 mg/kgBB iv. Hati-hati pada pasien usia lanjut
karena dapat terjadi depresi napas.

380
E KO KARD IOG RAF I T FA N S ESO FAGU S 381

Pasien diminta rnenggigit Mouth piece disuruh gigit. . Foramen ovaLe persistent
3adan pasien bagian distal agak melengkung ke dalam . Mitrol valve prolops (MVP)
dan kepala agak menekuk sehingga dapat melihat kakinya . Gambaran vegetasi pada katup.
sendiri. . Fungsi protese katup
Probe diatur sehingga ujungnya agak fleksi (melekuk . Kelainan katup mitral, aorta, trikuspid
ke dalam) sesurai dengan bentuk faring dan ditahan. . Penonjolan foramen ovale pada strok non hemoragik
Gerakan menyamping probe supaya dikunci. . Kelainan pada aorta torakalis, misal plak atau
Probe dimasukkan secara perlahan ke dalam aneu risma.
mulut, lidah pasien di dalam dan kalau perlu ditekan.
r) Sesampainya probe di faring, kondisi fleksi probe yang
Pada pasien obesitas, emfisema paru dan deformitas
dada kadang-kadang sulit untuk mendapatl<an gambaran
tadi ditahan dengan tangan supaya dilepaskan sehingga
strukturjantung dengan TTE biasa, karena itu diperlukan
probe tadi bebas dan menyesuaikan diri dengan bentuk
pemeriksaan dengan ETE ini untuk mendapatkan
keadaan esofagus. Pasien disuruh mengambil napas
gambaran yang lebih jelas.
dalam supaya tenang dan disuruh menelan. Sambil pasien
menelan, probe didorongkan perlahan dengan lembut
Kontraindikasi:
ke dalam. Bila ada tahanan jangan dipaksakan, tetapi
Kontraindikasi pemeriksaan ETE ini adalah sebagai
cabut sedikit, kemudian arah disesuaikan lagi. Biasanya
berikut:
kalau sudah melewati laring, probe dengan mudah dapat . kelainan esofagus
didorongkan ke distal esofagus. Kemudian dilihat melalui . aritmia berat
relumnYa monitor posisi transduser. .
j isteri lkan
trombo tes yang sangat rendah, takut bahaya
Biasanya setelah melewati 30 cm, transduser sudah
perdarahan
I0 menit. berada di belakang jantung. Bila lebih dalam lagi akan
lan cairan masuk ke dalam lambung dan akan terlihat ventrikel kanan
" hipertensi maligna.

dan kiri. l(emudian probe dilarrk lagi sampai terlihat semua


kain kasa ruang jantung.
sepanjang Dengan memanipulasi tombol pengarah, pemeriksa
ian sarung dapat mengamati bagian-bagian strul<tur jantung
ngi probe; iermasuk LAA (Left Atriol Appendage).
ret suPaYa Setelah selesai pemeriksaan, probe ditarik pelan-pelan
er dengan sambil melihat kembali struktur aorta. Kemudian pasien
rret diolesi dipuasakan tidak makan dan minum selama 3 jam, karena
a probe ke efek xylocoin sproy ladi.

idi monitor
eko dan di
Gambar 3. Gambaran ETE dengan struktur jantung yang
normal, di mana dimensi ruang-ruang jantungnya normal.

TEE hanYa
lran. Kalau
digunakan

lama 6 Jam

Gambar 2. Cara memasukkan alat probe

r kiri, bagtan lndikasi:


:her diganjal -rikasi pemeriksaan ini adalah untuk melihat struktur
ETE
hulu. Faring jelas, yaitu:
_,-tung dengan lebih
Bila pasien
r1i.
' dugaan trombus di LAA misal pada kasus strok non Gambar 4. Gambaran trombus di LAA, di mana di lokasi
DormicumR) hemoragik
ini tidak bisa di deteksi dengan pemeriksaan TTE biasa.
rn usia lanjut , dugaan trornbus di ventrikel. l(eadaan patologis ini merupakan penyebab utama strok non
. ,ASD dan VSD dengan melihat aliran shunt. hemoragik,
382 ENDOSKOPI

Gambar 8. Tampak vegetasi pada daun katup trikuspid dan


Gannban 5. Gambaran septum inter atrial, tampak intak dengan
septum ventrikel.
tidak ada defel<.

Perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya refleks


vagal, sehingga perlu disiapkan juga sulfas atropin s
ampul.
Pemeriksaan ETE ini kurang nyaman bagi pasien
karena harus menelan probe, meskipun sudah diberikan
anestesi lokal. J
ri!
t,-

R.EFERENSI 'l

H;rtle L, Angelsen B.Doppler Ultrasou.nd in Cardiology.


Philaclelphia : Lea & Fablger. 2nd ed.1985. 5e
Oka Y., Konstadt SN.Clinical Transesophageal Ekokardiografi pa
carelio graplry. Philadelphia Lippincott-Rar.en, 199b. Re
Siglow V.,Schofer i, Mathey D. Transoesophageale pa
Ekocardiographie. Tl-rieme Verlag Stuttgart.1993.
da
-_L
Ganrbar 6. VSD. Tampak celah pada septum ventrikel. Kondisi
seperti ini saat ini dapat dilakukan penutupan dengan teknik
kateierisasi. De
3 r-c

<€

-t_
=l

'.:\'P :.MLtro! voLve proLops) Di sini terlihat dengan


-:': :'da< menutup dengan rapat.
DOSKOPI

4B
BRONKOSKOPI
Bambang Sigit Riyanto, Ika Trisnawati M

Jspid dan

PENDAHULUAN INDI KASI DAN KONTRA-I NDI KASI BRON KOSKOPI


i a refleks (DIAG NOSTI K DAN TERAPEUTI K)1,',3
s atroPin Sejarah Bronkoskopi
Bronkoskopi pertama kali dilakukan pada tahun 867 '1
lndikasi bronkoskopi diagnostik adalah sebagai
g pasien oleh seorang dokter berkebangsaan Jerman, Gustav berikutl,a:
lberikan Killian. Jenis bronkoskopi yang dilakukan oleh 1. Riwayat penyakit pasien. Gejala-gejala penyakit
dr Killian pada saat itu adalah tipe bronkoskopi yang dialami pasien dengan riwayat penyakit pasien
rigid/ kaku. Bronkoskopi serat optik fleksibel pertama sangatlah penting. Seorang dokter harus siap
kali dilakukan oleh Profesor lkeda pada tahun untuk memutuskan melakukan bronkoskopi hanya
i960. Selama beberapa tahun setelahnya, berbagai berdasarkan riwayat anamnesis pasien saja.

..,r-diologY.
teknologi baru telah dikembangkan dan diperkenalkan, 2. Hemoptisis yang sering atau berulang-ulang (namun
seperti kamera video berwarna oleh lkeda dan Ono sedikit) dengan atau tanpa tanda-tanda fisik atau
r,iardiogra{t pada tahun 1971, bronchooLveolar lovoge (BAL) oleh penemuan radiologis yang abnormal.
.
r96. ieynolds pada tahun 1974, endoskopi video oleh lkeda 3. Batuk yang baru dialami, tidak dapat dijelaskan
rphageale cada tahun 1987, stent oleh Dumon pada tahun 1989 penyebabnya dan persisten, dengan atau tanpa
7an Endobronchiol Ultrosound (EBUS) oleh Becker pada dahak. Yang jarang dikenali, namun penting, adalah
:ahun 1999.1 perubahan dalam kebiasaan batuk yang sering tidak
terlewatkan pada bronkitis kronis, dengan riwayat
Definisi Bronkoskopi pasien sudah lama mengalami batuk dan berdahak.
3ronkoskopi adalah teknik visualisasi untuk melihat Karsinoma bronkial sering ditemukan dalam bentuk
:agian dalam saluran napas untuk tujuan diagnostik semacam ini.
ran terapeutik. Sebuah alat (bronkoskop) dimasukkan 4. Bersin yang onsetnya baru saja terjadi dan terus-menerus,
.:e dalam saluran napas, biasanya melalui hidung atau secara khusus, yaitu adanya mengi unilateral yang tidak
-ulut, atau kadang-kadang melalui trakeostomi. Hal ini hilang dengan batuk atau, jika hilang, selalu muncul
-emungkinkan praktisi medis untuk memerlksa dan atau kembali di tempat yang sama.
*elakukan terapi untuk berbagai kelainan pada
saluran 5. Dispneu
-:pas pasien seperti masuknya benda asing, perdarahan, 6. Aspirasi. Kemungkinan teryadinya aspirasi benda asing,
:-^1or, atau peradangan. Spesimen dapat diambil dari muntahan atau darah, terutama pada anak, tidak boleh
:: am paru-paru. Konstruksi bronkoskop beragam dilupakan saat melakukan anamnesis.
:a- tabung logam yang kaku hingga jenis perangkat 7. Adanya perubahan radiologis.
::^ cahayaan melekat pada instrumen fleksibel serat optik - Pneumonia persisten atau berulang
::^gan peralatan video untuk melihat langsung ke dalam - Kolaps pulmoner
i: -'an napas pada saat yang sama (real time). Area kerja - Pembesaran bayangan hilus yang khas
-::'ang bronkoskopis meliputi daerah saluran pernapasan - Lebih banyak bayangan periferal, terutama jika
: ::.vah pita suara.1,2 terus-menerus, dan mengalami pembesaran.

383
3il ENDOSKOPI ImEl'

- 3zr'1ak informasi tentang segmen atau bronkus Toilet pulmoner


ang terlibat dapat diperoleh tanpa pemandangan
_. Membersihkan saluran bronkial dari sekresi yang
angsung tumor itu sendiri. disebut dengan toileting, merupakan aplikasi yang
: l:'macam-macam indikasi lainnya paling sering dari bronkoskopi terapeutik. Bronkoskop
- Efusi pleura (untuk mengetahui penyebabnya) yang digunakan adalah yang memiliki pengisap
- Pleuritik nyeri tanpa efusi berukuran besar, dan biasanya hal ini diperlukan di
- Bonkiektasis Unit Perawatan lntensif (lntensive Care Unit/ ICU).
- Trauma dada berat B ro n c hoo Lve o Lo r lova g e (B AL) :
- Menemukan sel ganas pada dahak, bahkan Lavage seluruh paru pada pasien yang menderita :
dalam ketiadaan gejala, tanda-tanda fisik atau Pulmonory ALveoLar Protelnosrs (PAP) memiliki peranan
perubahan radiologis. diagnostik maupun terapeutik. .-
9. lndikasi ekstra toraks. 5. Kolaps lobus
Jika terdapat manifestasi ekstra toraks yang tidakjelas 6. I ntu basi
.: :
penyebabnya, bronkoskopi harus dilakukan. lndikasi- 7. Pemeliharaan jalan napas
indikasi tersebut diantaranya : B. Tatalaksana jaringan endobronkial yang jinak maupun ;
- Limfadenopati pada leher atau ketiak ga nas t-i
- Eritema nodosum yang tidak dapat di.jelaskan - Kauter elektrik (eLectrocoutery) dan koagulasi sl
- Obstruksi vena kava superior plasma argon n
- Osteoartropati paru hipertrofik dan/ atau lari-1ari Kauter elektrik dapat digunakan melalui saluran d
tabuh bronkoskop dalam mode kontak maupun p
- Berbagaineuromiopati non-kontak. Tindakan ini memiliki kelebihan yi
- Ganggguan endokrin dibandingkan laser karena waktu yang diperlukan m
- Ginekomastia untuk melakukan prosedur ini lebih singkat dan at
- Perubahan suara karena keterlibatan nervus biayanya lebih murah. lndikasi untuk kauter p.
laringeus kiri berulang akibat adanya penyakit elektrik meliputi terapi lesi jinak dan ganas, di
i ntrato ra ka l. debulking tumor dan pengambilan jaringan de
10. Trauma inhalasi granulasi, tatalaksana hemoptisis, kontrol m
hemostatik segera, dan koagulasi. na
Beberapa indikasi bronkoskopi terapeutik:1,4,5,tr - Fotoreseksi dengan laser 14. Di
'1
. Aspirasi dan pengambilan benda asing Teknik fotoreseksi dengan laser digunakan Te
Bronkoskopi memainkan peranan yang sangat pada lesi-lesi endobronkial obstruktif yang na
penting dalam pengambilan benda asing. Biasanya, memungkinkan patensi jalan napas dan dLt
bronkoskopi rigid menjadi instrumen pilihan untuk selanjutnya memungkinkan venti lasi ter.ladi pada sal
pengambilan benda asing, namun kini penggunaan paru bagian distal serta untuk drainase pada 15. Per
bronkoskopi serat optik fleksibel juga meningkat. pneumonia pasca-obstruksi. Lesi lainnya yang lde
Bronksokopi fleksibel memungkinkan akses yang lebih ditatalaksana dengan fotoreseksi laser meliputi m€
besar ke perifer dan dapat digunakan dengan mudah granuloma trakeal, stenosis trakeal, amiloidosis dit
pada pasien dengan ventilator mekanik dan mereka endobronkial dan trocheopathio osteopLostica. okl
yang lehernya tidak stabil. Berbagai instrumen yang - Terapi fotodinamik Ber
digunakan untuk mengambil benda asing meliputi P hotose nsitizers digu naka n u ntuk menimbulka n ta11
snores (semacam jerat operatif), kateter balon, nekrosis jaringan. lndikasi untuk tatalaksana ini kric
keranjang pengambilan, dan forsep penggenggam. meliputi tatalaksana kanker paru tahap awal atau me
2. Kontrol perdarahan paliatif dari karsinoma bronkogenik yang tidak daF
Bronkoskopi berguna baik untuk diagnosis maupun dapat dioperasi yang menyebabkan obstruksi sela
tatalaksana gawat darurat pada hemoptisis. Diperlukan tra keo bro n kia l. kon
suatu instrumen dengan suatu saluran yang Iebih besar; - Cryotheropy Brachytheropy
penggunaan bronkoskopi rigid lebih direkomendasikan. Cryotheropy merupakan salah satu modalitas yang Kontra
Beberapa perasat seperti penggunaan larutan salin es digunakan untuk tatalaksana Iesi-lesi maligna
Kontrait
dan epinefrin, dapat dicoba. Kateter untuk tamponade di endobronkial. Prinsip tatalaksana ini yaitu . Keti
pada tempat perdarahan, termasuk kateter balon menciptakan pendinginan secepat mungkin pada
pros
Fogarty dapat dicoba. Visualisasi sumber perdarahan jaringan target untuk memprovokasi terjadinya
dan penggunaan fotokoagulasi laser juga dapat pembekuan intraselular. Agen pembekuan yang - Keti,
b ila
diusahakan. digunakan adalah nitrogen cair, nitrous oksida
NDOSKOPI
BROKOSKOPI 385

dan karbondioksida. 3. Status kardiovaskuler yang tidak stabil

resr yang 3. Penempatan katup endobronkial 4. Asma berat akut


kasi yang Reduksi volume paru dengan bronkoskopi 5. Hipoksemia berat
'onkoskoP menggunakan katup endobronkial untuk pasien- 6. Bronkoskopis atau tim bronkoskopis yang tidak cukup
pengisaP pasien dengan paru yang mengalami hiperinflasi terl ati h

erlukan di pada emfisema heterogenik telah dicoba. Penggunaan lnstrumen yang tidak memadai untuk melakukan
Irl rcu). katup endobronkial untuk tatalaksana kebocoran prosedur
pulmoner persisten telah menunjukkan hasil yang Aritmia yang mengancam jiwa yang tidak dapat
menderita efektif dan merupakan prosedur invasif minimal. diobati
i ki peranan 10. Termoplasti bronkial 9. Ketidakmampuan untuk memberikan oksigenasi pada
I 1. Trauma dada pasien secara memadai selama prosedur dilakukan
:2. Pneumotoraks 10. Kegagalan pernapasan akut dengan hiperkapnia
1 3. Pemasangan stent (kecuali pasien diintubasi dan dipasang ventilator)
Stenf dipasang melalui bronkoskopi untuk melegakan
Kontraindikasi relatif meliputi:1'as'e
obstruksi endoluminal. Baik bronkoskop fleksibel
ak maupun .
'1
Batuk yang tidak terkontrol selama prosedur
maupun rigi.d dapat digunakan untuk penempatan
2. Diatesis perdarahan yang tidak ditatalaksana
koagulasi stent. Pasien dengan tumor saluran napas primer dapat
3. Gagal ginjal tahap lanjut
memperoleh manfaat dari tatalaksana endoluminal
4. Hipoksemia yang signifikan pada seorang pasien
llui saluran dan pemasangan sfent, jika operasi tidak diindikasikan
dengan paru tunggal
K maupun pada pasien yang bersangkutan. Tumor lainnya
yang muncul berdekatan dengan saluran napas dan
5. Perubahan bulosa yang ekstensif pada area yang
kelebihan akan dibiopsi
menghasilkan obstruksi dengan cara invasi langsung
;diperlukan 6. Ditemukannya tanda-tanda radiologis adanya
singkat dan atau kompresi ekstrinsik, juga dapat ditatalaksana
malformasi vaskuler yang berdekatan dengan area
rtuk kauter paliatif dengan sukses dengan terapi endoluminal
yang akan dibiopsi
dan ganas, dikombinasikan dengan pemasangan stent. Pasien
7. Pasien yang tidak kooperatif
rn jaringan dengan stenosis trakeal pasca intubasi seringkali
8. lnfark miokard baru (recent miocordiol inforct)
,s, kontrol merupakan kandidat yang baik untuk dilatasi jalan
9. Obstruksi trakea letak tinggi
napas dan pemasangan sfe/1t.
"4. Dilatasi dengan balon 10. Koagulopati yang tidak dapat dikoreksi
1'1 . Biopsi transbronkial harus dilakukan dengan hati-
drgunakan Teknik ini digunakan untuk memastikan patensijalan
hati pada pasien dengan uremia, obstruksi vena
ruktif yang napas pada pasien-pasien dengan pneumonia retensi,
kava superior, atau hipertensi pulmonal karena
napas dan atelektasis, abses paru atau stenosis simptomatis dari
peningkatan risiko pendarahan. Namun demikian,
teUadi pada saluran bronkial.
'5. inspeksi saluran napas pada pasien-pasien semacam
:inase pada Penutupan fistula
ini tergolong aman.
ainnya yang ldentifikasi fistula yang sulit dijangkau dengan
ser meliPuti menggunakan bronkoskop serat optik fleksibel
a miloidosis dilakukan dengan insersi serial termasuk balon
JENIS-JENIS BRONKOSKOPI
te oplosttca. oklusif dan memeriksa apakah ada kebocoran udara.
Berbagai pelapis/penutup seperti busa jel (geL foo m),
Bronkoskopi fleksibel dan rigid adalah dua metode yang
re nimbu lka n tambalan darah autolog us (outoLogous bLood potches),
berbeda untuk mendapatkan akses dan memvisualisasikan
:alaksana ini kriopresipitat dan nitrat perak dapat digunakan untuk
saluran napas. Banyak terdapat pendapat bahwa
rap awal atau menutup fistula. Hampir 837o dari fistula esofageal
bronkoskopi serat optik fleksibel telah menggantikan
k yang tidak Capat dideteksi dengan bronkoskopi, tatalaksana
bronkoskopi kaku untuk hampir semua kepentingan
an obstruksi se I a njutnya da pat d i rencana ka n den ga n esofa goskopi
diagnostik dan pada kebanyakan indikasi terapi.
<o n ko mitan.

Bron koskopi Fleksibel 1,5'7,8,e

roCalitas yang
(ontraindikasi
Bronkoskopi serat optik fleksibel memiliki berbagai
- csi maliona *,c ntraindikasi absolut meliputi:1,es'6 kelebihan dibandingkan dengan teknik bronko skopi rigid,
ara lni yaitu '.eiidakmampuan pasien untuk kooperatif dengan karena bronkoskopi fleksibel lebih mudah dimanipulasi,
:ungkln pada
:.osedu r penggunaaannya sederhana, tidak memerlukan anestesi
as terjadinYa
- ..e:idakmampuan untuk menjalani anestesi umum umum dan dapat dilakukan sebagai suatu prosedur di Iuar
,bekuan yang : a diperlukan) untuk memperoleh BLB ruangan (outdoor). Berbagai ukuran bronkoskop tersedia,
l l.ous oksida
ENDOSKOP

\ ang :.rencakup bronkoskop ultra-tipis (untuk visualisasi saluran napas dan striktur (misalnya, stenting). lllfflilurr
sa,uran napas neonatus dan saluran napas berukuran kecil), Bronkoskopi kaku sekarang digunakan hanya b: ilrflffi
b'cnkoskop pediatrik (diameter Iuar 2,8 mm dan saluran diperlukan peneropongan yang lebih lebar dan salura- flilflml
<e1a 1.2 mm), bronkoskop dewasa (diameter luar berkisar untuk visualisasi yang lebih baik, serta instrumentas ]lhfiII
antara 4,9 hingga 6,0 mm dan ukuran saluran setidaknya seperti pada:
2,0 mm) dan bronkoskop terapeutik (diameter luar 6,0 mm . lnvestigasi perdarahan paru berat (dimana bronkoskc:
dan saluran ker)a 2,8 mm). Bronkoskop video membantu kaku dapat mengidentifikasi sumber perdarahan da-
dalam hal visualisasi lesi dan penyimpanan data.1 dengan saluran penghisapnya yang lebih besar, bis:
Sebuah bronkoskop serat optik fleksibel digunakan Iebih baik dalam mengaspirasi darah dan mencegar ilflflil||tilfri
u ntuk memeriksa bronkus dan percabangan-percabangan sesak napas) rl]ffiilll|lm
bronkial dan pita suara (kecuali adanya kelumpuhan Melihat dan mengeluarkan benda asing yang ter- '11ffiilfiu
nervus laringeus berulang) sebelum operasi. Hal inijuga aspirasi pada anak kecil rffiut]llililll]llll

digunakan untuk diagnosis lesi endobronkial. Teknik Melihat lesi endobronkial obstruktif (membutuhkan ,iullillilililn

tambahan seperti biopsi endobronkial dapat dilakukan debuLking laser atau penempatan sfenf) Nllifittiillil

untuk memperoleh spesimen dari tumor memperoleh 'luilu. ril

paru endobronkial atau untuk mengambil sampel epitel ,]lrir


ii i I
'r ii

saluran pernapasan yang abnormal. Penyikatan (brushing) EVALUASI PRA-TI N DAKANs ;iililllr ll ill'

bronkial dapat meningkatkan hasil diagnostik. ,,,r I i,,1,

Pencucian bronkial dapat digunakan untuk memperoleh Sebelum prosedur, riwayat penyakit pasien yang litrjil il

sitologi pada kasus-kasus yang dicurigai sebagai suatu menyeluruh dan pemeriksaan fisik yang teliti harus l llilitiillm
keganasan dan juga berguna untuk diagnosis infeksi dilakukan. Untuk menentukan indikasi yang tepat, iilfrr lilll"
yang dicurigai, terutama TBC dan Pneumonio corinii. dokter harus memperoleh informasi mengenai terapi illilllillllll
Bilasan bronkial dan jumlah sel mungkin berguna untuk sebelumnya dan status kinerja saat ini. Tes laboratorium ,. I 1,,-,t n

mendapatkan diagnosis banding dari penyakit parenkim (misalnya hitung darah lengkap, elektrolit, profil koagulasi,
paru-paru (biopsi transbronkial dapat dilakukan untuk elektrokardiogram, radiografik toraks) dianjurkan. Studi
mendiagnosa penyakit parenkim paru-paru). Selain tambahan seperti computed tomogrophy (CI), tes fungsi !rylm
itu, aspirasi cairan getah bening transbronkial dapat paru, dan penilaian gas darah arteri mungkin diperlukan
dilakukan untuk menentukan stadium kanker paru-paru. tergantung pada sifat prosedur yang akan dilakukan.
Bronkoskopi serat optik fleksibel juga memungkinkan
untuk dilakukannya aspirasi nanah dan sekret serta
pengambilan benda asing. PROSEDUR'
Bronkoskop fleksibel yang tersedia saat ini hampir
semua dilengkapi video berwarna yang kompatibel, dapat Bronkoskopi harus dilakukan hanya oleh pulmonologis
memfasilitasi visualisasi jalan napas dan mendokumen- atau ahli bedah yang terlatih dalam suatu pengaturan
tasikan temuan. Dalam kerangka diagnosa dan tatalaksana, (setting) yang terpantau/dapat dimonitor, biasanya pada
bronkoskopi serat optik fleksibel memungkinkan untuk : suatu ruangan yang memang disediakan khusus untuk
. Visualisasi jalan napas, termasuk bronkus bronkoskopi, ruang operasi, atau ICU (untuk pasien
I

,i ,
su bseg mental dengan ventilator). Pasien harus puasa per oral selama
. Pengambilan sampel sekresi pernapasan dan sel minimal 4 jam sebelum bronkoskopi dan memiliki akses ;,tiltLt iflut

melalui pencucian bronkial, penyikatan, dan bilasan intravena, pemantauan tekanan darah intermilten, puLse llildffiiiri[

saluran napas perifer dan alveoli oxyimetry yang terpasang kontinu, dan pemantauan Iiirilffilirif
. Biopsi struktur endobronkial, parenkim, dan jantung. Bantuan oksigen harus tersedia. Premedikasi
mediastinum dengan 0,01 mg/ kg lM atau lV untuk mengurangi
. Kegunaan terapeutik meliputi penyedotan sekret sekresi dan tonus vagal umum dilakukan, mesklpun sEwhrl
yang sulit untuk dikeluarkan oleh pasien sendiri, praktik ini masih dipertanyakan dalam beberapa studi
penempatan stent endobronkial, pelebaran dan terbaru. Benzodiazepin kerja cepat, opioid, atau keduanya '
pemasangan balon pada stenosis jalan napas. biasanya diberikan kepada pasien sebelum prosedur
untuk mengurangi kecemasan, ketidaknyamanan, dan
Bronkoskopi kaku (rigil|,2's batuk. Faring dan pita suara dibius dengan nebulasi
Berbagai prosedur terapi yang lebih Iuas dapat dilakukan atau aerosol (1 atau 2%, maksimum 250 sampai 300 mg
dengan bronkoskopi kaku, namun diperlukan anestesi untuk pasien dengan berat badan 70 kq). Bronkoskop
umum. lndikasinya meliputi hemoptisis masif, obstruksi ini dilumasi dengan jeli dan melewati lubang hidung
jalan napas, dan terapi lokal untuk tumor yang menyerang atau melalui mulut dengan penggunaan jalan napas oral
ENDOSKOPI ffi€(osKoPt 387

,t,
::., gudel. Setelah memeriksa nasofaring dan laring, PENGAMBILAN SPESIMEN
nya bila
ha ::.:e. melewatkan bronkoskop melalui pita suara selama
dan saluran -:: r'asi, ke dalam trakea dan kemudian lebih lanjut distal Mendapatkan spesimen dari bronkus dan percabangan
stru mentasi ,: :alam saluran pernapasan. bronkial selama endoskopi adalah bagian penting dari
diagnosis.
bronkoskop
Spesimen dapat diambil sebagai berikuta:
larahan dan, P ROSEDU R BRONKOSKOPI FLEKSI 8E12.3,5,7
r besar, bisa Sekresi. Sekresi diambil dengan penghisapan secara
r mencegah ''crmed consent harus dilakukan dan pasien harus lembut oleh alat bronkoskopi dan dikirim untuk
::'puasa selama 4 jam sebelum prosedur (mengingat uji mikroskopik rutin, kultur/ sensitivitas antibiotik,
g yang ter :erbagai komplikasi yang mungkin timbul pada prosedur sitologi dan pemeriksaan spesifik lainnya. Cuci
_, ang membutuhkan anestesi umum).Pemantauan bronkial: larutan garam fisiolo gis (normoL soLine)
:mbutuhkan :arurasi oksigen dan fasilitas anestesi sangat penting. disuntikkan melalui bronkoskop dan kemudian
Sedasi intravena biasanya dilakukan. Pemilihan obat disedot dari saluran napas.
:ervariasi tergantung operator, yang biasa digunakan
Bilasan bronkial. Jika kuantitas sekresi tidak memadai
':isalnya midazolam. Lidokain topikal disemprotkan ke
atau sangat tebal untuk diisap langsung, daerah tersebut
:alam rongga hidung dan dibiarkan dalam waktu yang
dapat dilakukan bilasan dengan Iarutan garam fisiologis
:ukup memungkinkan untuk anestesi. Skup serat optik
dan penghisapan dapat dilakukan. Sebanyak 50 sampai
asren yang iimasukkan ke dalam hidung dan selanjutnya lidokain
200 mL larutan garam fisiologis steril dimasukkan ke
teliti harus Ciberikan melalui lengan dari sisi skup untuk membius
dalam percabangan bronkoalveolar distal dan kemudian
,ang tepat, secara progresif area hipofaring, laring dan pita suara. Saat
disedot keluar. Tindakan ini bertujuan untuk mengambil
Senai terapi scope melewati trakea, sel uru h percaban gan trakeobronkia I
sel, protein, dan mikroorganisme yang terletak pada
a boratorium dapat divisualisasikan.
fil koagulasi,
tingkat alveolar. Timbulnya area yang mengalami
edema paru selama prosedur bilasan dilakukan dapat
urkan. Studi
menyebabkan hipoksemia sementara.
'), tes fungsi PROSEDU R BRON KOSKOPI RIG I D2,3,8
: diperlukan Sikatan bronkial (Scrappings/ bronchiaL brushing): sebuah
ilakukan. lnformed consent diperlukan sebelum prosedur. pasien sikat digerakkan maju melalui bronkoskop dan
harus berpuasa semalam karena diperlukan anestesi digunakan untuk mengikis lesi mencurigakan untuk
umum untuk melakukan prosedur ini. Setelah anestesi mendapatkan sampel sel. Spesimen diperoleh dengan
umum diberikan, pasien berventilasi dengan inspirasi menggunakan penyeka, spons, kuas atau kuret dari
oksigen konsentrasi tinggi. Kedua mata ditutup dan daerah yang mencurigakan, terutama ketika tidak ada
u imonologis leher diekstensikan. Alat bronkoskop kaku dimasukkan pertumbuhan yang terlihat.
pengaturan langsung melalui mulut dengan pengawasan langsung
4. Biopsi endobronkial. Forsep yang maju melalui
asanya pada (harus dilakukan hati-hati supaya tidak melukai gusi atau
bronkoskop dan saluran napas untuk mendapatkan
husus untuk gigi), melewati epiglotis dan pita suara dan masuk ke
sampel dari satu atau lebih tempat dalam parenkim
ntu k pasien trakea. Jet ventilasi intermiten (melalui alat bronkoskop
paru.
oral selama tersebut) diperlukan untuk mempertahankan pertukaran
emiliki akses gas selama prosedur. Seluruh percabangan trakeobronkial Aspirasi jarum transbronkial. Sebuah jarum yang dapat
ritten, pulse dapat dilihat dan berbagai prosedur diagnostik dan terapi ditarik dimasukkan melalui bronkoskop dan digunakan
)e ma nta ua n dapat dilakukan. untuk pengambilan sampel untuk pembesaran
Premedikasi kelenjar getah bening mediastinum atau massa. pasien
nengurangi biasanya diberikan oksigenasi tambahan dan diamati
r, meskipun PEMANTAUAN',6 selama 2 sampai 4 jam setelah prosedur. pulihnya
)erapa studi refleks muntah dan pemeliharaan saturasi oksigen
au keduanya Continuous pulse oxymetry dan prosedur pemantauan tanpa bantuan oksigen dari luar adalah dua indeks
m prosedur lainnya harus dilakukan sesuai dengan pedoman lokal utama pemulihan. Praktek standar adalah untuk men-
manan, dan mengenai sedasi dalam keadaan sadar. Meskipun dapatkan foto rontgen dada posteroanterior paru
an nebulasi anestesi lokal dan sedasi dalam keadaan sadar dapat setelah transbronkial biopsi untuk menyingkirkan
ncai 300 mg dilakukan pada bronkoskopi fleksibel, ahli bronkoskopi pneumotoraks.
Bronkoskop intervensi harus siap untuk mengalihkan ke anestesi
Biopsi paru transbronl<ial. lni adalah salah satu car:
rang hidung umum, jika keadaan mendesak dan memerlukan anestesi
rn napas oral umum.
paling aman untuk mendapatkan biopsi pada pareri -
paru. Prosedur ini sangat membantu menjeias.l:-
ENDOSKOPI ,ffimil](M}Nrll

.e.'; a(ir yang telah menyebar dan menegakkan Reaksi Umum


j agnosis iain, misalnya untuk kemungkinan infeksi Peningkatan suhu setelah bronkoskopi singkat yang
,i :i
ilr
cceumocystis corinii pada pasien imunosupresi. dilakukan untuk menghilangkan benda asing metalik "1..
Il,l ' . 1'
!ne,rmotoraks dan perdarahan adalah kemungkinan yang baru sa.ja masuk biasanya tidak ter.1adi. Namun,
<cmplikasi yang bisa teryadi. Pneumotoraks mungkin jika sudah terdapat kondisi peradangan pada bronkus
memerlukan drainase. Perdarahan biasanya tidak sebelum bronkoskopi, seperti misalnya penyebaran
parah dan berhenti dengan cara penyumbatan Laryngotrocheobronchitis purulen yang berhubungan
bronkus oleh alat bronkoskopi. Biopsi transbronkial ilrmryru!
dengan aspirasi bl.';i kacang, atau dengan adanya abses
biopsi dapat dilakukan tanpa panduan rontgen, tapi paru dari benda asing yang telah lama masuk, maka
bukti mendukung adanya peningkatan hasil diagnostik peningkatan suhu skala sedang dapat terjadi.
dan insiden pneumotoraks yang lebih rendah ketika Syok biasanya jarang terjadi. pada anak-anak dapat
panduan fluoroskopik digunakan. Lesi harus didekati dr"lumpai reaksi berupa tertidur nyenyak akibat kelelahan
dengan ujung bronkoskop dan dapat tervisualisasi selama prosedur yang dikeryakan cukup lama.
dengan baik. Biopsi dapat diambil dengan forsep
pemukul (punch) atau forsep pemotong. Reaksi Lokal
7. Biopsi lesi perifer. Prosedur ini dilakukan dengan Reaksi lokal biasanya menyebabkan suara sedikit serak
anestesi umum. Dengan adanya fibrescope dan dan akan menghilang dalam beberapa hari. Jika dispnea
instrumen yang lembut, prosedur ini menjadi lebih terjadi biasanya karena :

nyaman dan aman. 1. Drowning(terbenamnya) pasien dalam sekresi sendiri.


Pasien yang terbenam dalam sekresinya sendiri
karena akumulasi cairan di dalam bronkus terlihat
KOM PLI KASI DAN EFEK PASCA BRO N KOSKOPIl0,l 1.12 paling sering pada anak-anak, dan dengan cepat
dapat pulih.
Semua kasus benda asing harus diawasi siang dan 2. Edema subglotis. Edema supraglotis jarang e- -!,

malam oleh perawat khusus sampai semua bahaya menyebabkan dispnea kecuali bila dikaitkan dengan -":
komplikasi disingkirkan. Komplikasi jarang terjadi jika nefritis tahap lanjut. t:
prosedur dikerlakan dengan hati-hati, tetapijika sampai 3. Edema laring. Edema subglotis merupakan komplikasi
komplikasi ter.1adi, mungkin memerlukan penanganan yang jarang terlihat kecuali pada anak di bawah 3 t-:
sege ra. tahun. Edema subglotis yang terjadi dalam laring yang
Komplikasi yang serius jarang teladi, perdarahan sebelumnya normal dapat merupakan akibat dari:
kecil dari sebuah tempat biopsi dan demam terjadi pada - Penggunaan ukuran tube (scope) yang besar
10 sampai 15% pasien. Premedikasi dapat menyebabkan - Bronkoskopi yang lama.
sedasi berlebihan dengan depresi pernapasan, hipotensi, - Kesalahan posisi pasien, misalnya poros fube tidak
dan aritmia jantung. Komplikasi yang jarang terjadi pas pada trakea.
karena anestesi topikal dapat menyebabkan spasme - Trauma dari kekuatan yang tidak semestinya atau
laring, bronkospasme, kejang, rnethemoglobinemia arah yang tidak benar saat insersi bronkoskop
dengan sianosis refraktorik, aritmia jantung atau henti tersebut.
jantung (cordioc orrest).Bronkoskopi sendiri mungkin - Manipulasiinstrumen.
menyebabkan edema laring atau cedera kecil dengan - Trauma yang diderita sa'at dilakukan proses
suara serak, hipoksemia pada pasien dengan pertukaran ekstraksi benda asing.
gas terganggu, aritmia (paling sering kontraksi prematur
atrium, denyut ventrikel prematur, atau bradikardia), Komplikasi Bronkoskopi Fleksibel3
dan, sangat jarang, penularan infeksi dari peralatan Komplikasi mayor relatif jarang, terjadi pada 1,7%
yang disterilkan secara sub-optimal. Kematian adalah kasus, meliputi kematian (0,1%), gangguan pernapasan,
1 sampai 4 per 10.000 pasien. Orang tua dan pasien pneumonia dan obstruksi jalan napas. Komplikasi minor
dengan komorbiditas serius (PPOK berat, penyakit arteri termasuk reaksi vasovagal, demam, aritmia jantung,
koroner, pneumonia dengan hipoksemia, kanker stadium perdarahan, mual dan muntah, dan afonia yaitu sebesar
lanjut, disfungsi mental) mempunyai risiko lebih besar. 6,5%. Prosedur tambahan seperti biopsi transbronkial
Biopsi transbronkial dapat menyebabkan pneumotoraks membawa risiko tambahan pneumotoraks (10%).
(2 sampai 5%) dan perdarahan yang signifikan (1 sampai
1,5%); kematian meningkat menjadi 12 per 10.000 pasien, Komplikasi Bronkoskopi Rig itr ilu*r'muun,

tetapi melakukan bronkoskopi sesuai prosedur dapat Cedera pada gusi, bibir, dan gigi dapat terjadi tetapi
menghindari kebutuhan untuk torakotomi.2 luka faring jarang terjadi. Perdarahan dapat terjadi
ENDOSKOPI r|:(:sKoPl 389

: i: :'auma pada jalan napas selama prosedur ini,


singkat yang :--:: :erdarahan mayor jarang terjadi dan biasanya
asing metalik : - -:-ngan <lengan biopsi tumor vaskular. Barotrauma
r1adi. Namun, , ='riilasi jet dapat menghasill<an emfisema pasca
pada bronkus -:.- lan ataur pneumotoraks.
a penyebaran
berhubungan ) agnosis Kompllikasi
adanya abses - ,- ^:srs harus ditegakkan tanpa menunggu terjadi-
masuk, maka ' , .- :i-rosis yang mungkin tidal< pernah muncul. Pucat,
ad i.
-: i::, bangkit setelah tidur beberapa menit, biasanya
ak-anak dapat ." .: pada anak-anak dengan batuk berat yang ditandai
<ibat kelelahan r:-ran batuk, suara serak dan kesulitan bernapas. Kasus-
::-s semacam initidak boleh lepas dari pengawasan dan
: :-ana diperlukan dapat dilakukan trakeostomi. Anak
.,,- menjadi lelah dalam ber.luang untuk mendapatkan
a sedikit serak ,::'a dan akan menyerah dan dapat meninggal dunia Gambar 2. Perubahan inflamatorik pada bronkitis kronis
ri..Jika dispnea :=- rgkatan laju pernapasan karena "kelaparan" akan
- r:'a, pengumpulan cairan yang tidak dapat dikeluarkan
sekresi sendiri. : -31a gangguan motilitas glotis, sering disalahartikan
:sinya sendiri :::gai suatLr pneumonia. Banyal< anal< yang hidupnya
'cnkus terlihat - -., Ciselamatlcan oleh tral<eostomi telah meninggal dunia
dengan cepat , :at diagnosis yang salah tersebut.

llotis jarang Terapi Apabila Terjadi Komplikasi3


aitkan dengan -:.lbasi merupakan prosedur terapi yang tidak begitu
.-an karena sekresi tidak dapat dengan mudah
kan komplikasi - <eiuarkan melalui tube dan stenosis karena intubasi
ik di bawah 3 ::cat terjadi. Trakeostomi yang rendah, yaitu sayatan
am laring yang :-:kea di bawah cincin kedua, adalah metode tatalaksana
akibat dari: :rg paling aman dan terbaik.
rg besar
POSTER]OR

oros tube tidak '-\'f ANTER OR BASAL


gASAL

/L
iWlTh MED AL BRANCH]
I
Garnbar 3.Perubahan inflamatorik pada tuberkulosis dengan
)mestinya atau
si bronkoskop
-N ATERAL
suatu benang (string) sekretyang terlihat pada bronkus utama
l<a n a n.a

LOWER AASAL

II DDL F

kukan proses

<
)i pada 1,7%
n pernapasan,
nplikasi minor
U PPER
D V SION

-r-[ \\
Po.rER oR

tmia jantung,
yaitu sebesar
transbronkial
'10%).

Gambar 1. Percabangan bronkial pada bronchiol tree seperti

terjadi tetapi =^g tervisualisasi oleh seorang bronchoscopist yang


-:rgoperaslkan alat bronkoskop dari atas kepala seorang Gambar 4. Tampak tumor ya ng terdapat pada bron ku s uta n" a
dapat terjadi ::a en yang terlentang.4 kiri. a
ENDOSKOPI

Nickalls RWD. Fibreoptic bronchoscopy. Department ot


.r\naesthesia, Nottingham University Hospitals, City Hospital
Campus,Nottingham, UK, 2009,
Du Rand IA, Barber PV, Coldring J, Lewis RA, Mandal S,
Nlunavvar M, Rintoul RC, Shal-r PL, Singh S, Slade MC,
\\roolley A. Britisli Thoracic Societv guideline for advancecl
diagnostic and thelapeutic flexible bronchoscopy ir-r adults.
Tl.rorax Journal , November 2011.
Haas AR, Vachani A, ancl Sterman DH. Advances in
Diagnostic Bronchoscopy. Am J Respir Crit Care Med. 20L0;
182:589-97.
10. ]in F, NIu D, Chu D, Fu E, Xie Y, Liu T. Severe Complications
oi Bronchoscopy. Respiration 2008;76:129-33.
11 Kaparianos A, Argyropoulou E,Sampsonas F,Zania A,
Etiemidis G, Tsiamrta M, Spiropoulos K. Indications, results
ar-rcl complications of flexible fiberoptic bronchoscopl,: a
S-year experience in a referral population in Greece. European
Ganrbar 5. Tampak pemasangan stent silikon Dumon secara Review for Medical and Pharrnacologrcal Sciences. 2008; 12:
bronkoskopik, dimana sfenf tersebut diinsersikan pada bronkus 355-63.
utama kirir3. 1) Suleman A, Ikramullah Q, Ahmed F, I(han MY. Indications
arrcl Complications of Bronchoscopy : An Erperience of 100
Cases in A Tertiary Care Hospital. JPMI 2008; 22:210-1,4
13. Maclkour A. Principles of Interventional Therapeutic
KESEMPULAN Bronchoscopy. Eg.vp J Bronchol. 2008 Vol 2, No 1,

ugni,lmu
Bronkoskopi memiliki berbagai manfaat baik untul<
diagnostik maupun terapeutik. Meskipun terkait dengan
beberapa komplikasi (bahkan komplikasi mayor), namun
prosedur ini termasuk prosedur yang relatif cukup aman
jika dilakukan oleh tangan ahli. Terkadang terdapat
lrl il " ilI
klaim bahwa bronkoskopi fleksibel dapat sepenuhnya
ll r "1r
rnenggantikan bronkoskopi rigid, namun pendapat ini
masih diperdebatkan. Kedua instrumen saling melengkapi:
4,ftr
kelemahan dari satu alat mencerminkan keuntungan dari
yang lain.

REFERENSI

Narashiman R, Gavathri AR. Bronchoscopv. Textbook of


Pulmonary ;rncl Critic;rl Care Medrcrne Vol,1, Chancligarh,
Inclia :_[avpee Brothers lvledical publisbers (P) LTD,2011.
Lechtzin N. Bronchoscopy. Brtrnchoscopv: Diagnostic
Pulmonary Procedures. Merck Manual Professional, June,
2009 at http:/ /u,r,r,w.merckmanuals.com/ professional/
pulmonary_disorders/ diaprostic-puhnonary-procedures/

3
l,ronchoscopr'/html
Sparsira. Bronchoscopy - indications, Types, Procedure and
] *

Complications. India Sturlv Chamel, 2009 at http://www.


indiastudychannel.com/ resources/ 59512-Bronchoscopy-ln
dications,Tvpes,ProcedureandComplications
Dalal DD, Vyas JJ. Diagnostic Bronchoscopy. Bombav Hospitai _ -.-,.-
l"- I * -
I crurnal at http : / / www.bhj. org/ ourn a I I 7999
-a103 -july99 I
j
Iiu" ', iL *.,
reviews 537.htm
Bolliger CT, Matl-Lur PN, Beamis iF, Becker HD, Cavaliere S, : 'I li,:"
Colt H, Diaz-Jimenez JP, DumonJF, Edell E, Kovitz KL, lvlacha :r lJ- 1i::

HN, Mehta AC, Marel M, Noppen M, Strausz J, Sutedja TG.


ERS/ATS statement on interventional pulmonology. Eur
Respir J 2002;19: 356-73
BriiishThoracic Societv Bronchoscop,v Cuiclelines Committee, l; '*- |

a Subcommittee of the Standards oi Care Committee of the llilil, LJililnmr trr"


Briirsh Thoracic Societv. Britisl-r Thoracic Societv guidelines illlifiiilllt',, ] ititi r,iiiiil
on diagnostic flexible bronchoscopv. Thorax 2001;56(suppl
i l'"1 ltiiitlliili l,
,,, ,It. .'
1): i1-i21.
.rDosKOPl

irtment of
tr'HosPital

\landal S,
Slacle MG,
: advancet-l
r-in adults.

J.r'ances in
49
: \led. 2010;

,nLplications FLEXIBLE ENDOSCOPIC EVALUATION OF


l,Lafi\a A,
trons, results
ihoscoPv: a
SWALLOWTNC (FEES)
ce. EuroPean
ces. 2008;12: Susyana Tamin
. Indications
:r:ence of 100
ll: 210-1 4
TheraPeutic
:1,
PENDAHULUAN Pada fase esofagus terdapat kelainan dinding esofagus
atau kelainan struktur eksterna yang menghambat gerak
) sfagia merupakan keluhan pasien yang harus ditanggapi makanan dalam esofagus dan kelemahan peristaltik
l:ngan cermat. Kelainan kongenital, inflamasi, infeksi, esofagus.l,s
:-auma, kelainan endokrin, tumori kelainan kardiovasku ler; Berbagai kelainan neurologik dapat menyebabkan
.relainan neurologik dan penyebab iatrogenik seperti akibat disfagia neurogenik, seperti penyakit Parkinson dimana
:Derasi, kemoterapi, dan radiasi dapat menyebabkan dengan adanya degenerasi substansia nigra yang
.:elu han disfagia.z,:'n menimbulkan kekakuan dan tremor otot-otot. Hal ini
Kelainan yang tampak pada disfagia berbeda pada dapat menyebabkan terjadi gangguan pada fase oral dan
: ap fase menelan. Pada fase oral dapat ditemukan faring berupa penurunan kemampuan pergerakan lidah
.lelainan berupa 1) terkumpulnya makanan dalam rongga dan pangkal lidah. Sering pula ditemukan gangguan pada
*rlut,2) kebocoran dari bibir, 3) kebocoran/ masuknya elevasi laring dan penutupan pita suara.T
-akanan ke faring sebelum refleks menelan timbul yang Gangguan menelan pada pasien strok dibedakan
: sebabkan oleh kelemahan dan buruknya koordinasi berdasarkan lokasi lesi yang terjadi. Pasien strok dengan
:ari bibir, pipi, dan pangkal lidah (preswollowing leokage). lesi pada korteks serebri kiri dapat mengalami gangguan
- aspirasi makanan pada saat inspirasi, berkaitan menelan fase oral dengan keterlambatan waktu transit
r:rgan kebocoran makanan ke faring sebelum menelan. oral dan keterlambatan dalam memulai refleks menelan
.t.e swo llowin g o spiratio n). 5) ga n g g ua n fu n gsi ida h oleh
I fase faring yang sering kali menimbulkan aspirasi. Strok
..:'ena kelemahan bagian posterior, 6) gangguan inisiasi korteks serebri kanan menimbulkan gambaran proses
*enelan oleh perubahan status mental dan kognitif yang
menelan yang berbeda, terlihat dengan berkurangnya
-eningkatkan risiko menumpuknya makanan dalam tenaga dorongan otot-otot rongga mulut dan lambatnya
': -gga mulut dan risiko aspirasi. refleks penutupanjalan napas, seringjuga adanya disfagia
Pada fase faring terdapat 1)disfungsi palatum mole dan apraksia. Disfagia apraksia berupa keterlambatan dalam
'.- 'rg superior yang menyebabkan refluks ke nasofaring, memulai fase oral dengan tidak adanya pergerakan lidah
- 3angguan fungsi muskulus palatofaring, tirohioid saat makanan ada di mulut.2
::- e evasi os hioid menyebabkan berkurangnya elevasi Pada strok dengan lesi batang otak terlihat fase oral
:- -g dan faring, sehingga meningkatkan risiko aspirasi berjalan normal, tetapi terdapat gangguan memulai dan
:':ia terganggunya pembukaan sfingter esofagus atas, mengontrol neuromotor fase faring berupa gangguan
! .: emahan muskulus konstriktor faring menyebabkan pada pembukaan sfingter esofagus bagian atas dan
-=- --pukan sisa makanan (residu) di valekula dan sinus gangguan proteksi jalan napas.aT
: ' ':'mis yang juga berisiko terjadi aspirasi saat menelan Penelitian di Klinik Disfagia Terpadu Departemen THT
: = - .-=telah proses menelan selesai.4) gangguan relaksasi, FKUI RSCM pada 48 pasien strok, baik iskemik maupun
: :::^sibilitas, fibrosis, hiperplasia, atau hipertrofi muskulus hemoragik yang dilakukan pemeriksaan FEES, menemukan
' , -'a'lng menyebabkan gangguan koordinasi menelan. adanya standing secretion (56,3%), preswoLlowing leokage

391
392 ENDOSKOPI :_:r- i:

:- -','",, residu (81,3%), penetrasi (72,9%), aspirasi (39, mempermudah saat dimasukkan melalui hidung.q
5'. Can 73J% dianlaranya terjadi sllent aspirotlon. Pasien Survei yang dilakukan oleh Langmore pada tahun
3engan strok iskemik dan strok berulang mempunyai risiko
"l
995 menemukan hanya 27 kasus dari 6000 prosedur FEES
aspirasi dan silenf ospirotion yang lebih tinggi' yang mengalami komplikasi. Adapun komplikasi yang bisa
Disfagia juga merupakan salah satu gejala yang timbul pada pemeriksaan FEES adalah rasa tidak nyaman
ditimbulkan akibat kanker di daerah kepala dan leher. yang biasanya ringan dan sangatjarang ditemukan adanya
Gejala ini tergantung dari ukuran dan lokasi lesi, derajat epistaksis, respons vasovagal, alergi terhadap anestesi
o
dan perluasan dari tumor yang direseksi, rekonstruksi atau topikal dan laringospasme.'
efek samping dari pengobatan. Pasien yang mendapat Hai yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko
terapi radiasi mempunyai risiko gangguan menelan. Efek tindakan ialah melakukan insersi endoskop secara hati-
jangka pendek radiasi meliputi xerostomia, perdarahan, hati, membatasi penggunaan obat anestesi pada mukosa
nyeri dan mukositis. Efekjangka panjang meliputi fibrosis, hidung dan menghindari penyemprotan pada laring atau
osteoradionekrosis, trismus, gangguan aliran darah, karies melakukan tindakan tanpa pengqunaan anestesi sama
dentis dan gangguan sensasi pengecap.a sekali.r'"
Wus dalam penelitiannya menggunakan FEES untuk
evaluasi perubahan fungsi menelan pada 31 pasien
Karsinoma Nasofaring (KNF) setelah terapi radiasi. Kelainan INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI TEKN I

yang paling banyak ditemukan adalah retensi faring


(93,5%) yang berakibat tingginya insiden aspirasi pasca Pemeriksaan FEES tidak mempunyai kontraindikasi mutlak.

menelan (77,4%). Kelainan lain berupa atrofi lidah (54,8%), Beberapa keadaan yang dapat dipertimbangkan untuk
paralisis pita suara (29%), inkompeten velofaring (58%), tidak melakukan pemeriksaan FEES ialah adanya gangguan
prematur leokoge (41,9%), hilang atau terlambatnya refleks hemostasis, penurunan kesadaran, dan tanda vital yang
menelan (87,1%), konstriksi faring yang buruk (80,6%), dan tidak stabil.6e'10

silent aspirasi (41,9%). lndikasi FEES disesuaikan dengan informasi yang didapat

Penelitian lainnya di Klinik Disfagia Terpadu Departemen dari pemeriksaan ini antara lain melihat adanya: 1) perubahan
THT FKUI RSCM pada 39 pasien KNF pasca kemoradiasi pada anatomi nasofaring, orofaring atau laring yang
yang dilakukan pemeriksaan FEES menemukan adanya mempunyai pengaruh terhadap fungsi menelan 2) perubahan
standing secretion (92,4%), residu pada keseluruhan pasien, integritas sensorik dari struktur faring dan laring yang
penetrasi (35,gyo), aspirasi (10,3%), tetapi tidak ditemukan menyebabkan berkurangnya kemampuan refleks menelan
adanya silent aspirotion. Terjadi pemanjangan pada fase dan refleks batuk 3) kemampuan pasien dalam memulai
orat dan fase faring dan pemberian makanan cair akan dan mempertahankan proteksi jalan napas dalam satu
mempercepat proses menelan. waktu tertentu yang bila menurun akan meningkatkan risiko
ter.jadinya aspirasi 4) perbedaan kekuatan kontraksi dinding
faring kiri dan kanan 5) kelelahan pada saat melakukan proses
PRINSIP KERJA ALAT menelan berulang 6) rekaman pemeriksaan dapat dijadikan
umpan balik bagi pasien dan keluarganya untuk mengetahui
Pemeriksaan FEES membutuhkan" pemeriksa yang mahir kelainan yang terjadi 7) pengaruh berbagai strategi dalam
dalam menggunakan endoskopi serat optik lentur, dan usaha untuk meningkatkan kemampuan menelan dapat
mempunyai pengetahuan yang baik mengenal anatomi langsung dinilai pengaruhnya terhadap kemampuan menelan
kepala dan leher serta fisiologi proses menelan. pasien.a6

Alat yang digunakan berupa satu set alat


nasofaringolaringoskop serat optik lentur teknologi
videoskop ukuran I",[ mm berikut dengan sumber cahaya KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
xenon (lgrht source) dan kamera video CCD, juga video
monitor berwarna beserta alat perekam VCD ataupun DVD. Pemeriksaan FEES merupakan pemeriksaan yang tidak
Leonardl menggunakan I atau ]" semprot anestesia topikal mahal dan dapat dilakukan dalam waktu singkat dan
seperti lidokain '/.L dan sejumlah kecil neosynephri.ne segera memberi hasil, bersifat tidak invasif dan tidak
i:r.,1-o) pada salah satu lubang hidung. Di Klinik Disfagia iritatif, menggunakan makanan normal dan dapat diulang
rercadu Departemen THT FKUI RSCM, pemeriksaan FEES sesering mungkin bila dibutuhkan.':
l a<.<ar tanpa menggunakan anestesi topikal untuk FEES mempunyai keterbatasan dibanding
:.::: -:*:e-::'ankan sensasi di daerah orofaring, videofluoroscopy. Pemerlksaan ini tidak dapat melakukan
:=- ':=.::-< a(.- -errpengaruhi proses menelan. evaluasi pembentukan bolus pada rongga mulut, antara lain
:- :::. - ;-.- :. ) -'.. -:-.'a diberljeli peiumas untuk
= ='
tidak dapat melihat kemampuan pasien untuk membentuk
:NDOSKOPI ILEXIBLE ENDOSCOPIC EUALUATION OF SWALLOYY'NG (FEES) 393

1g.' :an menahan bolus di mulut, memindahkannya dari konsistensi makanan yang paling aman bagi pasien, 3).
ada tahun :agian anterior ke posterior rongga mulut dan pengiriman Pemeriksaan lerapi (therapeutic assessment) dengan
sedur FEES :clus ke faring. Kelemahan lainnya adalah tldak dapat mengaplikasikan berbagai perasat (manuver) dan posisi
;i yang bisa relihat tingkatan konstriksi faring, pembukaan sfingter kepala, dinilai apakah terdapat peningkatan daiam
ak nyaman :sofagus atas dan elevasi hioid/laring saat menelan.6 kemampuan menelan.s6'q
kan adanya Kekurangan lain dari FEES, pada saat terjadi refleks Pada tahap pertama, awalnya dilakukan evaluasi gerak
rp anestesi nenelan, secara bersamaan terjadi aproksimasi pangkal lidah, elevasi palatum mole dan kemampuan otot bukal dan
idah dan faring yang mengaburkan visualisasi saat bibir untuk mengetahui kemampuan fungsi oromotor dari
rangi risiko cemeriksaan (white spot). Penetrasi dan aspirasi bolus fase oral. Kemudian endoskop dimasukkan melalui kavum
;ecara hati- saat terjadi proses menelan tidak tervisualisasi, penilaian nasi sampai ke nasofaring dan pasien diminta menelan tanpa
lda mukosa penetrasi dan aspirasi dilakukan sesaat setelah teiadi makanan (dry swollow) untuk menilai kerapatan penutupan
laring atau refleks menelan. Perhitungan waktu secara tepat seperti velofaring (veLopharyngeoL competence) darr juga dinilai
:stesi sama yang bisa diperoleh pada pemeriksaan radiologi, juga tidak penutupan velofaring saat fonasi. Selanluinya endoskop
Cidapat pada pemeriksaan FEES.6 dimasukkan lagi sampai hipofaring agar dapat memvisualisasi
struktur di bawah palatum mole. Pada posisi ini, dilakukan
evaluasi pangkal lidahrvalekula, sinus piriformis, dinding
TEKNIK DAN PERSIAPAN PEMERIKSAAN posterior faring, dan postkrikoid. Untuk evaluasi struktur
laring, endoskop dimasukkan lagi lebih dalam, sehingga
ikasi mutlak. Prosedur ini pertama kalidiperkenalkan oleh Langmore pada ujungnya berada setinggi epiglotis. Evaluasi dilakukan
rgkan untuk tahun 2001. Pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan terhadap gerakan plika vokalis saat fonasi dan inspirasi
la gan9guan nasofaringolaringoskop serat optik lentur melalui rongga serta adanya akumulasi saliva atau sekret (sfondin g secretion)
la vital Yang hidung, melewati velum dan posisinya dipertahankan di atas pada daerah valekula, sinus piriformis kanan dan kiri dan
epiglotis. Pemeriksaan FEES dapat memvisualisasi secara juga postkrikoid. Kemudian dinilai pula adanya penetrasi
yang didaPat langsung faring dan laring setinggi plika vokalis. Makanan dan aspirasi juga kemampuan refleks batuk.rr Pemeriksaan
1) perubahan dan cairan dengan konsistensi dan jumlah tertentu dilihat tersebut merupakan pemeriksaan awal (preswallowing
laring yang saat melewati faring. Pada pemeriksaan ini dinilai segmen assessment) sebelum pemeriksaan inti.l6e
2) perubahan laringofaring pada saat sebelum dan sesudah proses Pemeriksaan inti FEES berupa tes menelan dengan
laring yang menelan dan dapat mendeteksi adanya aspirasi dan silent 6 konsistensi makanan seperti uraian di atas. Dimulai
'leks menelan aspiration. FEES menjadi pemeriksaan pilihan yang tepat dengan memberikan 1 sendok bubur saring, pasien
am memulai untuk disfagia orofaring dimana sering terjadi gangguan diminta menahannya dalam mulut kira-kira 10 cletik
s dalam satu fungsi pada fase oral dan fase faring.s0's untuk menilai adanya kebocoran fase oral (premature oraL
gkatkan risiko Protokol pemeriksaan saat ini merupakan modifikasi leakage) atau aspirasi sebelum menelan (presv,taLllowing
rtraksi dinding dari protokol awal oleh Bastian. Pemeriksaan dilakukan aspirotion). Kemudian pasien diminta menelan dan pada
akukan proses oleh ahli THT dan penilaian dilakukan bersama-sama saat bersamaan gambaran visualisasi akan hilanq sesaat,
apat dijadikan dengan ahli Rehabilitasi Medik dan ahli Gizi. Pemeriksaan kurang dari satu detik (white spot/blind spof) karena
.lk mengetahui dapat dilaksanakan di sisi tempat tidur, dilakukan tanpa kontraksi velofaring dan elevasi laring. Peniiaian clilakukan
strategi dalam tindakan pembiusan dan dalam posisi pasien duduk tegak sesaat sebelum dan sesudah momen ini. Penting dicatat
renelan dapat atau duduk miring 45". Pemeriksaan FEES membutuhkan adanya lateralisasi aliran makanan, penetrasi atau asplrasi,
rpuan menelan kerjasama pasien dalam mengikuti instruksi yang diberil<an dan residu/sisa makanan pada valekula, sinus piriformis,
selama pemeriksaan. Proses menelan dievaluasi dengan pangkal lidah, dan postkrikoid. Bila terdapat residu, maka
memberikan 6 konsistensi makanan berupa cairan encer pasien diminta menelan lagi dan dinilai apakah dengan
(thin liquid), cairan kental (thick liquid), bubur saring menelan berulang efektif untuk membersihkan residu.
(puree), bubur nasi (gostric rice/soft foodl, bubur tepung Apabila pasien mengeluh adanya regurgitasi, endoskop
(hovermouth), dan biskuit. Semua konsistensi makanan dapat dipertahankan lebih Iama untuk melihat adanya
an yang tidak kecuali biskuit diberi warna hijau atau biru untuk visualisasi regurgitasi setelah proses menelan berulang.s6e
u singkat dan yang lebih baik saat pemeriksaan.s,6'e Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemberian bubur
asif dan tidak Tahap pemeriksaan pada modalitas ini dibagi menjadi nasi dan dihentikan bila terdapat aspirasi. Respons
r Capat diulang 3 tahap: 1). Pemeriksaan sebelum pasien menelan terhadap aspirasi dan efektivitas refleks batuk dinilai. Bila
(preswoLLowin g assessment) untuk menilai fungsi muskular terdapat aspirasi tanpa disertai refleks batuk menun.luk-
r dibanding dari oromotor dan mengetahui kelainan fase oral dan fase kan adanya silent aspiration yang menyebabkan tingginya
:at melakukan faring 2). Pemeriksaan berlangsung dengan memberikan komplikasi terjadi infeksi paru (pneumonia). Bila tidak
rr,lut, antara lain beberapa konsistensi makanan (swollowing assessment), terdapat aspirasi, pemeriksaan dilanjutkan dengan 4
tuk membentuk Cinilai kemampuan menelan pasien dan mengetahui konsistensi makanan lainnya.
394 ENDOSKOPI

Terdapat 5 parameter FEES yang harus dinilai yang diambil pada sekelompok pasien dengan gangguan
,m
saat pemeriksaan seperti: 1) preswalLowing leokoge, 2) menelan akibat kelainan neurologis, neuromuskular dan
sensitivitas, 3) residu, 4) penetrasi dan 5) aspirasi.l0'1' pasien keganasan kepala dan leher. Pasien-pasien tersebut fi,iei

PreswoLlowing leakage, didefinisikan sebagai bolus dapat meningkatkan kecepatan menelan, mengurangi tr, "

makanan yang masuk ke daerah hipofaring sebelum residu dan mengontrol terjadinya aspirasi. Penentuan sikap
timbulnya refleks menelan. Adanya preswalLowing leakage tubuh mana yang harus digunakan, (teknik mana dan kapan
12,13
menyebabkan mudahnya terjadi aspirasi sebelum proses harus digunakan). merupakan keputusan bersama yang
menelan. ditunjang juga oleh hasil pemeriksaan,
Sensitivitas merupakan kemampuan sensori daerah Rehabilitasi perasat menelan dilakukan berdasarkan
hipofaring dilihat dari timbulnya refleks batuk atau pun penggunaan konsistensi makanan dan cairan tertentu
mekanisme menahan bolus supaya tidak masuk laring untuk melatih teknik menelan dan perasat (monuver)
yang merupakan kemampuan proteksi jalan napas.10'11 yang baik. Pasien diajarkan suatu perasat menelan yang
Residu merupakan bolus makanan yang tertinggal di bertujuan untuk meningkatkan kecepatan transportasi
hipofaring setelah terjadinya proses menelan. Hasil ukur bolus melalui orofaring ke esofagus. Keuntungan teknik ini
residu berupa ringan bila terdapat sedikit sisa makanan pada ialah dapat dilakukan tanpa makanan atau minuman dan
satu/ beberapa lokasi seperti pangkal lidah, valekula, sinus efeknya dapat dilihat langsung melalui pemeriksaan FEES.
piriformis, posf -krikoid, sedang bila sedikit pada seluruh lokasi Pengqunaan perasat (monuver) berbeda-beda pada setiap
/ banyak pada 1 lokasi, dan berat bila banyak pada beberapa individu tergantung dari penyebab gangguan menelan.
lokasi/ seluruh lokasi.ro'r
1
Beberapa cara dapat dilakukan, seperti :

Penetrasi merupakan bolus makanan yang masuk ke


dalam vestibulum laring saat atau setelah proses menelan Ferasat Supraglotik (Suproglottk Swollow)
terjadi dan dibagi dalam empat tingkatan yaitu 0 (tidak Pasien diminta menelan makanan sambil menahan napas,
ada penetrasi), 1 (bolus di atas pita suara/ vestibulum dan batuk segera setelah menelan sebelum inspirasi yang
laring, pasien merasakan dan dapat mengeluarkan bolus), kemudian dilanjutkan menelan lagi. Tujuannya untuk
2 (bolus di atas pita suaral vestibulum laring, pasien tidak menutup plika vokalis dan membersihkan residu yang
merasakan), 3 (bolus di pita suara, pasien merasakan dan mungkln masuk ke laring. Perasat ini digunakan pada
mengeluarkan bolus), 4 (bolus di pita suara, pasien tidak pasien dengan kelemahan pergerakan pita suara dan
merasakan).ro1r kelumpuhan pita suara, gangguan sensoris pada laring, -4ry'"fts

Aspirasi bila bolus makanan masuk ke dalam subglotis pada pasien pasca-intubasi lama dan pasca-operasi
saat atau setelah proses menelan terjadi. Terdapat empat laringektomi supraglotis.rzl3
tingkatan yaitu 0 (tidak ada aspirasi), 1 (ada aspirasi dan
pasien mengeluarkan bolus secara spontan), 2 (ada aspirasi Perasat Su per- Su pra g loti k (Su p e r- Su prag lottic
dan pasien berusaha mengeluarkan bolus akan tetapi Swallow)
tidak berhasil), 3 (aCa aspirasi namun tidak ada usaha Sama dengan perasat supraglotik dengan penambahan
mengeluarkan bolus).10'rr instruksi untuk menahan napas sedikit lebih lama dan
Perubahan posisi kepala dan teknik lain yang lebih dalam (manuver valsova). Tindakan ini bertujuan
membantu memperbaiki proses menelan dilakukan saat untuk menambah penutupan plika vokalis atau membantu
4rc
pemeriksaan tahap tiga. Hasil pemeriksaan direkam penutupan plika ariepiglotis dan bagian posterior plika
dalarn komputer perekam data untuk bahan analisa vokalis. Donzeli dan Brodl seperti dikutip oleh Murry dan
sela njutnya.5'"e Carraurs menyatakan pada perasat ini terjadi penutupan laring
Tahap ke tiga merupakan pemeriksaan terapeutik, yanq lebih maksimal dan waktu menelan yang lebih cepat
pasien diminta untuk menelan dengan posisi kepala dibandingkan perasat supraglotis.ral3
tertentu atau melakukan perasat tertentu dalam usaha
meningkatkan kemampuan menelan. Beberapa orang Effortful Swollow
telah memperlihatkan bahwa dengan menolehkan Pasien diminta menelan sambil menekan (sgueeze) bolus
kepala ke satu sisi, menundukkan dagu ke bawah atau dengan kuat menggunakan kekuatan otot pangkal lidah
memiringkan kepala ke belakang pada saat menelan dapat dan faring. Perasat ini lebih mudah untuk diinstruksikan lr
mencegah atau mengurangi terjadinya aspirasi. Sikap terutama pada pasien dengan gangguan kognitif, ii

tubuh saat latihan menelan dapat mengurangi terjadinya anak-anak dan gangguan sensoris berat. Penekanan
aspirasi, mengurangi waktu transit oral dan faring dan juga ini membantu pendorongan bolus ke hipofaring pada
mengurangi jumlah residu setelah menelan dibandingkan kelemahan pergerakan lidah. Perasat ini harus hati-hati
tanpa penyesuaian sikap tubuh. Beberapa penelitian apabila digunakan pada pasien dengan kelemahan &rrtmttmimum

membuktikan kegunaan sikap tubuh ini dilihat dari data penutupan pita suara.12,13
ENDOSKOPI
FLEXTBLE ENDOSCOp//C EVALUATTON OF SWALL-OUtlrArG (FEES) ?o<

gangguan Tabel 1. Teknik Postural untuk Mengurangi atau Eliminasi Aspirasi dan Residu12,13
skular dan
:n tersebut
Kelainan Aplikasi postural Tujuan aplikasi postural
engurangi Pemanjangan waktu transit oral kepala defleksi Menggunakan gravitasi untuk membersihl<an rongga mulut
(berkurangnya propulsi bolus ke
rtuan sikaP
posterior oleh lidah)
r dan kapan
Terlambatnya stimulasi fase farin g Dagu ke bawah (chin Melebarkan valekula uniuk cegah bolus masuk l<e.jalan napas;
rsama yang
(bolus melewati ramus mandibula down) menyempitkan jalan masuk ke saluran napas, mengurangi risiko
tetapi fase faring tidak terpicu) aspirasi
erd asarkan Berkurangnya gerak pangkal lidah Dagu ke bawah Menekan pangkal lidah ke posterior l<e arah dinding faring
rn tertentu ke posterior (residu di valekula)
(monuver) Paralisis plika vokalis unilateral Rotasi kepala ke sisi lesi Menempatkan tekanan ekstrinsil< pada l<artilago tiroid, memperbail<
nelan yang (aspirasi selama menelan) addul<si (penutupan) plika vokalis, dan mengarahkan bolus l<e sisi
ra n sportasi lebih kuat
anteknik ini Berkurangnya penutupan bagian Dagu ke bawah, rotasi Menempatkan epiglotis pada posisi lebih protel<tif; menyempitl<an
numan dan superior Iaring dan plika vokalis kepala ke sisi lesi aliran masuk ke laring; memperbaiki penutupan plil<a vokalis dengan
(aspirasi selama menelan) menggunakan tekanan ekstrinsik
rsaan FEES.

pada setiaP
Berkurangnya kontraksi faring Baring pada satu sisi Eliminasi efek gravitasi terhadap residu di faring
(residu tersebar di faring)
r menelan.
Paresis faring unilateral (residu Rotasi kepala ke sisi lesi Eliminasi sisi paresis faring terhadap aliran bolus
pada satu sisi faring)
Kelemahan unilateral oral dan Kepala miring ke sisi Mengarahkan bolus ke bawah pada sisi lebih sehat dengan
faring pada sisi yang sama (residu lebih kuat g ravitasi
ahan napas, di rongga mulut dan faring pada
spirasi yang sisi sama
nnya untuk Disfungsi krikofaring (residu di Rotasi kepala Menarik kartilago krikoid menjauhkan dari dinding faring posterior,
residu yang sinus piriformis) mengurangi sisa tekanan pada sfingter krikofarlng
nakan pada
l suara dan
Penasat fulendelsohn
pada laring,
sca-operasi
Perasat ini digunakan untuk menrpermudah terbukanya re
otot sfingter esofagus atas. Pasien melakukan beberapa
kali gerakan menelan sambil merasal<an tonjolan tiroid
terangkat. Kemudian pasien diminta menahan beberapa
tpraglottic
detik saat posisi tiroid terangkat (laring terelevasi). Laring
yang dipertahankan saat elevasi akan mempermudah
lenambahan
relaksasi sfingter esofagus atas sehingga dapat dilalui
ih lama dan r213
makanan.
nr bertujuan
Lu membantu
Perasat Menahan Lidah
#
>sterior plika Gambar 3. Daerah hipofaring Gamhar 4. Retrofleksi epiglotis
Pasien diminta untuk mengeluarkan lidah dan menahannya
rh Murry dan bebas dari residu saat menelan
,,;tupan Iaring
g lebih cepat

Tueeze) bolus
pangkal lidah
i I i nstru ksi kan
ran kognitif,
:. Penekanan
cfaring pada
ar-us hati-hati Gambar 5. Standi.ng secretian Gambar 6. Resrou nrakanan di
^ kelemahan '1.Penutupan sfingter Gambar 2. Penutupan sfingter di hipofarinq valekula, sinus piriformis kanarr/
q saat menelan velofaring saat fonasi kiri, clan postl<ril<oid
s96 ENDOSKOPI

di antara kedua gigi (atas dan bawah) pada saat menelan.


Tujuan perasat ini untuk meningkatkan tekanan pada saat
terjadi kontak pangkal lidah dengan dinding faring. Perasai
ini digunakan pada kelemahan lidah, pada pasien pasca-
operasi regio mulut atau keganasan lidah.r2,13

REFERENSI

1. Murqr I Carrau RL. Anatomy and Fuction of the Swallowing


Mechanism. In: Murrv T, Carrau RL, editors. Clinical
Management of Swallowing Disorders. Second Edition. San
Diego: Singular Publishing. 2006 p.19-33
Aviv JE, Mulry T. FEESST Safety. In: Aviv JE, Murry T.
editors. Flexible Endoscopic Evaluation of Swallowing with
Sensory Testing. San Diego, Oxfrod: Plurai Publishing Inc,
2005:p.88-95.
Mark L, Rainbow D. Subjective Assessment. In: Mark L,
Rainbows D, editors. Working with Dysphagia. A Speech-
mark Practical Therapy Manual. 1st ed. Oxon: Speechmark
Publishing Ltd. 2001". p.35-72.
Murry T, Carrau RL. The abnormai Swallow : Conditions
m
and Diseases In: Murry T, Carrau RL, editors. Clinicat
Management of Swallowing Disorders. Second Edition. San
hi!
Diego: Singular Publishing. 2006. p.37 -80 rrfiri
Langmore SE, Aviv JN. Endoscopic Procedure to Evaluate irGimt
Oropharyngeal Swallowing. In: Langmore SE, ed. Endoscopic jffirnr
Evaluation and Treatment of Swallowing Disorders. 1st ed.
New York, Stuttgart: Thieme; 2007.p73-700. MI
Leonard R. Swallow Evalution with Flexible Videoendsocopy. ilf?ifiB-i
In: Leonard & Kendall K, ec"litors. Dysphagia Assessment and Mi"trrg)
Treatment Planning - A Team Approach. Second Edition. San
Diego: Plural Publishing. 2008 p.161-80. €mdosk
Aviv JE, Murry T. Cases. Lr: Aviv fE, Murry T. editors. Flexible llorden
Endoscopic Evaluation of Swallowing with Sensory Testing, TiHdtI
San Diego, Oxfrod: Plural Publishing Inc, 2005:p,109-22.
ffihnia k
Wu CH, Hsiao TY, Ko JY. Dysphagia after Radiotherapy:
Endoscopic Examination of Swallowing in Patients with ilIasaki
Nasopharyngeal Carcinoma. Ann Otol Rhinol Laryngol .rb*son
2000;10932A-5
tdrun 1l
Tamin S, Ku PK, Cheung D. Assessment and management
of dysphagia with fiberoptic endoscopic examination rlAA) di
of swallowing (FEES) and its future implementation in fntua pe
Indonesia. Otorhinolaringol.Indon.2004; 34 (4): 26-33 kyakt
10. Tamin S, Disfagia orofaring. In: Idkandar N, Soepardi EA,
Bashiruddin J, Restuti RD, editors: Buku Ajar Ilmu Kesehatan .Itrnlahnl
Telinga Hidr.rng Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi keenam. fuiety t
Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2007 p.28L-4
11. Langmore SE. Scoring a FEES Examination. In: Langmore
WM
@rtiloge
SE, eci. Endoscopic Evaluation and Treatment of Swallowing
Disorders. 1st ed. New York, Stuttgart: Thieme; 2001.p101- radah yi
+.1 arboskol
72. Murry T, Carrau RL. Non surgical Treatment of Swallowing 6qEanisa:
Disorders. In: Murry T, Carrau RL, editors. Clinical
F,ldkinet
Management of Swallowing Disorders. Second Edition. San
Diego: Singular Publishing. 2006 p.139-67, Memb;
13 Mark L, Rainbow D. Pharyngeal State Management. In: peat dal;
Mark L, Rainbows D, editors. Working with Dysphagia. baovak pr
A Speechmark Practical Therapy lVlanual. 1st ed. Oxon:
Speechmark Publishing Ltd. 2001. p.130-8.
rrrnimal ir

rcTRUI
tug,
ileluskop
ENDOSKOPI

5CI
ARTROSKOPT
Andri M T Lubis

PENDAI-{I,JLUAN Sementara sudut inklinasi lensa artrosl<opi bagian distal


bervariasi dari 10-120 derajat, namun yang terbanyak di
Seiring dengan perkembangan teknil< endoskopi maka pasaran adalah lensa dengan sudut 30 dan 70 dera1at.
saat ini banyak prosedur pembedahan yang sebelumnya Akan tetapi pada saat ini lebih dari 9a% prosedur
memerlukan insisi atau luka yang besar menjadi jauh artroskopi dikerjal<an dengan merrggunakan artroskop 30
lebih minimal invasif. Endoskopi yang dipergunakan untuk derajat. Alat-alat lain yang diperlukan dalam prosedur ini
daerah persendian disebut artroskopi. Profesor Kenji Takaji adalah sumber cahaya, layar monitor, motor unit untul<
(1BBB-19663) dari Universitas Tokyo dianggap sebagai shaver, pcmpa air dan alat perekam. Selain itu terdapat
orang yang pertama kali mengaplikasikan prinsip-prinsip pula instrumentasi khusus yang diperlukan untul< masing-
endoskopi pada sendi Iutut, begitu pula dengan Severin masing indikasi pada prosedur artroskopi.
Nordentoft. Sementara perintis bidang artroskopi lainnya
adalah Eugen Bircher dan Michael Purman. Setelah Perang
i!ri: *i il,jiiii,: :ilitilt
Dunia kedua, pengembangan teknik ini diteruskan oleh
lt..'1.,r.,1;-;:.;'ri::''llrll
Masaki Watanabe dari Universitas Tokyo dan Robert W.
iackson dari Rumah Sakit Umum Toronto. Kemudian pada
ta hu n 1 974 d idi ri ka Arth roscopy Associatio n
n nte rn otio
I naI
Sa,
&
fi fll';
(lAA) di Philadelphia dengan Profesor Watanabe sebagai 1

l<etua pertamanya. Saat ini organisasi tingkat dunia yang ;:i

banyal< berhubungan dengan artroskopi telah bertambah


jumlahnya dan salah satu diantaranya adalah lnternational
Society of Arthroscopy, Knee Surgery, and Orthopoedic
Sports Medicine (ISAKOS). Di samping itu, lnternotionol
CortiLage Repair Society (ICRS) juga merupakan suatu
wadah yang seringkali berkaitan dengan perkembangan
artroskopi di dunia. Sedangkan di Asia telah berdiri
organisasi Asian Pacific Orthopoedic Soci,ety for Sport
Gambar 1, Tindakan artroskopi pada sendi lutut, Luka
Medicine (APOSSM), dan Asion Arthroscopy Congress (AAC).
yang diperlukan sangat kecil. Umumnya dibutuhkan
Perkembangan teknik dan alat artroskopi yang sangat sekitar 2 sampai 3 insisi kecil sebagai portal. Operator
oesat dalam dekade terakhir ini mengakibatkan semakin dapat melihat keadaan dalam sendi lutut melalul
canyak prosedur yang dapat dilakukan dengan tindakan monitor.
'ninimal invasif menggunakan bantuan artroskopi.

N DI KAS!-!N\! DI I(ASI PROSEDt,! R ART'ROSKOPi


I NSTRU IM ENTASI PADA ARTROSKOPI '
Artroskopi saat ini dapat membantu trndakan pada
!ecara garis besar tindakan artrosl<opi memerlukan berbagai sendi, dan prosedur ini sangat sering digunakan
:'troskop dengan diameter antara 2,7 sampai 7,5 mm. terutama pada sendi besar seperti sendi lutut dar.r sendi

397
398 ErA{EOSXOFi

bahu. Artroskopi juga dapat digunal<an pada sendi yang ligamentum tersebut harus dilakukan dengan ieknik
lebih kecil seperti sendi pergelangan l<aki (ankLe), sendi operasi terbuka. Pada umumnya, luka operasi pun
siku, sendi pergelangan tangan (wrist), dan l<adang l<ala besar karena beberapa ligamentum sulit dicapai, seperti
juga digunakan pada sendi panggul. Endoskopijuga dapat misalnya ligamentum cruciatum, sehingga patella perlu
dipal<ai untuk membantu operasi tulang belakang, tetapi didislokasil<an untuk mencapai ligamentum tersebut.
tldak akan dibahas pada bab ini. Sebagai akibatnya nyeri pasca operasi cukup hebat, luka
Saat ini indikasi utama penggunaan alat artroskopi insisi besar, dan fase pemulihan menjadi lebih lama.
adalah untul< membantu penanganan operasi akibat Dengan bantuan artroskopi maka insisi menjadijauh Iebih
cedera olah raga dan kecelakaan di samping penanganan kecil, patella tidal< perlu didislokasikan sehingga nyeri
masalah penyal<it degeneratif. Oleh karena itu, di banyak pasca operasi tidak terlalu berat dan rehabilitasi menjadi
negara, ahli ortopedi yang memfokuskan diri pada lebih cepat. Agar operasi menggunakan artroskopi ini
prosedur artroskopi disebut sports surgeon. dapat berjalan optimal maka penentuan portal menjadi
sangat penting.

CISTEOARTRETES

Pada awalnya tindakan debridement arthroscopy


terutama pada sendi lutut sangat banyal< dikeryakan
dan merupal<an salah satu prosedur yang paling sering
\;ffi*!|*"s{3't#s}
oilakukan dalam bidang orthopaedi. Debridement
crthroscopy pada mulanya dianggap mampu mengurangi
<eiuhan pada osteoartritis khususnya pada sendi lutut
Gambar 2. Contoh groft tendon semitendinosus dan gracilis
dan mengurangi sel-sel peradangan, sitokin pro-inflamasi
yang dapat dipakal sebagai tendon graft untuk rekonstruksi
_,=rg terdapat pada sendi lutut. Akan teiapi banyak ligamentum krusiatum anterior maupun ligamentum krusiatum
:enelitian terkini menunjukkan bahwa hasil debridement posterior
:'throscopy lcurang Iebih sama dengan placebo bahkan
:a:a beberapa kasus lebih buruk daripada placebo.
!.:,.erican Academy of Orthopoedic Surgeon (AAOS)
--:aLrpun lnternotionol Society of CortiLage Repoir (ICRS)

-<aat ini merel(omendasikan debridement arthroscopy


--iuk osteoartritis hanya dilakukan apabila terdapat
;-a kelainan, yaitu ruptur meniskus atau terdapat /oose
:ca.'es sehingga tindakan artroskopi dapat dipergunakan
*-:;k melakukan menisektomi ataupun pengeluaran
-:cse &odies. Akan tetapi osteoartritis perlu dibedakan
x-gan suatu keadaan berupa cedera kartilago. Cedera
ra;a <artilago dapat berupa defek yang cukup dalam dan
:*ser retapi tidak meluas pada keseluruhan sendi lutut.
,a:;-enis masalah ini, dapat dilakukan penatalaksanaan
':r,r':.irakf ur den g an bantu a n a rtroskopi. SeIai n itu da pat
r+,a rilakukan mozaicplasty, outologous chondrocyte Gambar 3. Contoh luka insisi pada rekonstruksi ligarnentum
:E.ss.snioiion maupun penatalaksanaan dengan sel krusiatum anterior. Sekalipun pada pasien ini dilakukan
J-r*rli. riig Calam pelaksanaannya dapat memanfaatkan rekonstruksi kedua bundle ligamentum krusiatum anierior,
yaitu bundLe anteromedial dan bundle posterolateral, akan
a-::scf :,,
tetapi hanya diperlukan tiga luka insisi untuk portal dan satu
Iuka kecil untuk mengambil groft.

AMSSIRUKSI LIGAMEISTUM PAEA SEI{DI LI.,TUT


lvrENrsEKTOrvrr DAN PERBATKAN (REPATR)
IaJa !€.tr
J:iltierdapat empat ligamentum utama, yaitu MENISKUS
rrmare-:,- :rr-rciatu m a nteri or, ga mentu m cru ci atu m
I i

:cqs-.,- galnentum kolateral medial dan iigamentum Pada sendi lutut terdapat dua menisci, yaitu meniskus
c*ilffile:a ;:e.a'. Sebelum masuk dalam era artroskopi, medial yang Iebih besar dan meniskus lateral yang
mmaffii a :a;ari cedera maka rekonstruksi ligamentum- Iebih kecil. Meniskus tidak mempunyai perdarahan yang
ARTROSKOPI
399

baik, sehingga sangat sulit sembuh bila teryadi robekan. akan mengalami robekan pada labrum glenoid yang
Sebelum era artroskopi, apabila terjadi robekan pada disertai dengan mengendurnya kapsul bahu. Hal ini akan
meniskus hingga menimbulkan nyeri yang mengganggu, mengakibatkan dislokasi pada sendi bahu menjadi semakin
maka terpaksa dilakukan operasi terbuka dengan mudah dan cenderung berulang. Dislokasi yang berulang ini
melakukan menisektomi total. Bahkan sekalipun robekan akan mengakibatkan terdapatnya lesi Bankart, yang ditandai
cuma sedikit, akan tetapi sering kali seluruh meniskus dengan robekan labrum dari glenoid di sisi anteroinferior
harus diangkat/ dibuang. Dengan bantuan artroskopi, terhadap glenoid sehingga kapsul sendi bahu pun menjadi
ahli bedah orthopaedi dapat memilih bagian yang rusak semakin kendur. Pasien seperti ini memerlukan perbaikan
dan membuang bagian tersebut saja. Dengan demikian melalui operasi yang dikenal sebagai Bonkart repoir.Tekntk
pada cedera meniskus saat ini telah dapat dilakukan Bankart jauh lebih baik daripada teknik Bristow, karena teknik
menisektomi subtotal bahkan menisektomi parslal. Bankart lebih fisiologis dan anatomis, sedangkan teknik
Dilihat dari segi perdarahannya, meniskus dibagi Bristow dapat mengakibatkan berkurangnya gerakan rotasi
dalam tiga zona, mulai dari perifer ya ilu red-red zone, red_ eksterna sendi bahu pasca operasi. Dengan bantuan artroskopi
white zone dan white-white zone. Red-red zone merupakan maka operasi perbaikan lesi Bankart menjadi lebih mudah.
area yang paling baik perdarahannya, sehingga apabila Umumnya pada Bonkort repoir diperlukan tiga portal atau
robekan teUadi pada zona ini maka dengan bantuan insisi saja, tanpa perlu memotong otot sama sekali. Dengan
artroskopi dimungkinkan perbaikan dan penjahitan demikian alat teropong sendi dapat langsung mempunyai
meniskus yang robek. Banyak penelitian membuktikan akses pada sendi bahu dan membantu operasi perbaikan.
bahwa bila seseorang tidak mempunyai meniskus lagi, Otot subskapularis tidak perlu dibuka, seperti umumnya pada
misalnya akibat menisektomi total, maka risiko terjadinya operasi konvensional tanpa bantuan artroskopi. Sementara
osteoartritis menjadi Iebih besar. Bahkan pada penelitian ilu, anchor screw dan benang.juga dapat dengan lebih mudah
osteoartritis pada hewan coba ditemukan bahwa apabila diimplantasikan. Sebagai konsekuensinya, rehabilitasi akan
meniskus hewan coba tersebut diambil maka hewan lebih cepat dan baik. Oleh karena insisi tidak besar maka
tersebut akan mengalami osteoartritis. nyeri jauh lebih ringan dan secara kosmetik menjadi
lauh
lebih baik.

MANFAAT LAIN PROSEDUR ARTROSKOPI PADA Penanganan Sindrom I m pingement


SENDI LUTUT Saat ini masalah degeneratif semakin banyak ditemukan
di pelbagai negara dan akan menjadi masalah yang
Selain hal-hal yang telah dikemukakan di atas, artroskopi
semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya
juga bermanfaat dalam mengeluarkan loose bodies (benda
populasi usia lanjut. pada populasi lanjut usia pada
lepas) di dalam sendi lutut, melakukan biopsi, terutama biopsi
umumnya terjadi perubahan bentuk pada akromton
sinovium pada sendi lutut. Biopsi sinovium ini sering kali
skapula. Bigliani membagi bentuk akromion menJadi
diperlukan untuk menunjang diagnosis suatu penyakit.
tiga tipe, yaitu datar, curved (melengkung) dan hookeo
(menyudut). Hal tersebut terjadi karena adanva
pembentukan osteofit pada ujung akromion. Akromtcr
PEMANFAATAN ARTROSKOP! PADA SENDI BAHU yang berbentuk cu rved ataupun hooked mengakibatka.
ruang subskromial menyempit. Sebagai akibatnya, o:o;_
Artroskopi Diagnostik dan Debridement otot rototor cuff yang bergerak di bawahnya men-i=:
Kadang kala diperlukan pemeriksaan artroskopi diagnostik terjepit, terutama otot supraspinatus saat gera<..-
untuk menunjang suatu diagnosis penyakit. Namun abduksi bahu. Hal tersebut dapat mengakibatkar -.s=
dengan adanya pemeriksaan mognetic resonance imoging sakit, yang dikenal sebagai pain arch syndror2
(MRI) maka pemanfaatan artroskopi untuk tujuan ...^ _
ditandai oleh nyeri abduksi bahu, terutanr a ca.^= :
diagnostik semakin berkurang walaupun pencitraan MRI sampai 120 derajat.
pada bahu lebih baik apabila menggunakan artrogram
Apabila penanganan konservatif ,cz .,. _=-:=-
sehingga gambaran kelainan sendi bahu menjadi Iebih pemberian antiinflamasi maupun f;s::e-.: : r:.
jelas. Artroskopi mempunyai peran didalam melakukan
pembersihan atau debrldemenf pada sendi bahu, seperti
menolong maka diperlukan tindakan pe-.:::- j- :: -::
ocromioplasty atau dekompresi ria -i ._:...--
pada kasus artritis sepsis, adanya loose body maupun =
Walaupun prosedur tersebut caca: I a. _. .- _: - :: -
untuk tindakan biopsi.
teknik operasi konvensionai aka. :::=: a=-:_^ . ., :-
=
lebih baik bila n"e^ggu^ a<z- ..^1-.- ..-..::.-_r .=.=- :
Penanganan Dislokasi Bahu Berulang luka yangjau- eo I (ec t:^ : ::. ::- .-. .- -:.:- :-:
Seseorang yang mengalami dislokasi pada bahunya, rusa k.
400 ENDOSKOPI

Perbaikan Robekan Otot Rofotor Cuff robekan labral, peradangan sinovium dan cedera
Otot-otot rotator cuff merupakan otot-otot yang kartilago.
rnelal<ukarr gerakan perputaran pada sendi bahu. Otot-otot
tersebut adalah supraspinatus, infraspinatus, subskapularis
dan teres minor. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, PEMANFAATAN ARTROSKOPI PADA SENDI KECIL
sejaian dengan pertambahan usia, seseorang berisiko
menderita imoingement pada sendi bahunya. Akromion Pemanfaatan artroskopi pada sendi kecil memerlukan
yang menjadi curved ataupun hooked dapat menjadi teropong (scope)yang lebih kecil. Begitu pula instrumentasi
sangat tajam dan mengakibatkan iritasi terus menerus yang dipergunakan, semuanya berbeda dan menggunakan
terhadap rotator cuff pada saat gerakan perputaran sendi instrumen yang jauh lebih kecil dibandingkan prosedur
bahu. Sebagai akibatnya, lanra kelamaan otot-otot rototor pada sendi besar. Apabila menggunakan instrumen seperti
cuftersebut dapat putus. Pasien akan mengeluh nyeri dan pada sendi besar untuk penanganan sendi kecil, justru
terbatas gerakan pada sendi bahu. dapat mengakibatkan cedera pada sendi yang lebih kecil
Teknik operasi untuk perbaikan otot rototor cuff dapat tersebut.
dilakukan dengan operasi terbuka yang konvensional. Ada
pula teknik yang disebut perbaikan terbuka mini (mini
open repair), dimana dilakukan dekompresi subacromial SENDI SIKU
atau acromioplasty dengan bantuan artroskopi dan
selanjutnya perbaikan otot yang robek secara terbuka. lndikasi pemanfaatan artroskopi pada sendi siku antara lain
Dengan kemajuan artroskopi yang sangat pesat maka saat untuk debridement sendi siku, pembersihan loose bodies,
ini telah dapat dilakukan pebaikan robekan olol rototor penanganan kekakuan sendi siku, penanganan tennis
ci"rff sepenuhnya dengan bantuan artroskopi. Dengan eLbow, penanganan osteokondritis disekans, sinc', ektomi
demikian maka rehabilitasi pasca operasi menjadi lebih partial, penanganan pembebasan kontraktur, pe.anganan
cepat darr nyeri lebih ringan. instabilitas ligamen serta membantu evaluasi pa:ai' :ulang.

Lesi PatoloEis Lain pada Sendi Bahu


Terdapat beberapa jenis lesi patologis lain yang dapat SENDI PERGELANGAN TANGAN
Crperbaiki dengan bantuan artroskopi, yaitu antara lain:
lndikasi pemanfaatan artroskopi pada sendi pe-:: angan
Lesi SLAP (Superior Lobrum Anterior Posterior Lesion),yang tangan antara lain untuk indikasi membar^;- :,grosis
-erupakan keadaan patologis dimana terjadi robekan yang sulit dengan pemeriksaan radiologi c:^e-ganan
abrum pada bagian superior glenoid, di sekitar lokasi sindroma carpal tunnel, penanganan robe <a- <ar-tilago
:- go kaput longus otot biceps brachii. Lesi inijauh lebih triangu lar; penanganan robekan sca pho lu n oie s - :, ekto mi,
-- .l Jalr diperbaiki derrgan bantua n artroskopi.
pembersihan artritis septik, pengeluaran .:::z codies,
Bony Bankart yang rnerupakan variasi dari lesi Bankart, penanganan cedera kartilago sendi dan rese<s a-:rcplasti.

- ^-ana ter.jadi robekan Iabrum pada sisi anterior inferior


- : -:id, al<an tetapi terdapat pula fragmen tulang glenoid
. :: tiang pecah dan mengikuti labrum yang robek. SENDI PERGELANGAN KAKI
-=-:ar bantuan artroskopi perbaikan cedera ini tidak
--=-:rlukan sayatan besar ataupun perobekan otot. lndikasi pemanfaatan artroskopi pada sendt per-gelangan
kaki antara lain untuk indikasi pembersihan locse ccdies atau
ALPSA Anterior Labrum Periosteal SLeeve Avulsion). Lesi frag men osteokondral, kondroplasti, si novektorni, reseksi
- -1. merupakan variasi lesi Bankart dimana terjadi jaringan lunak pada sindroma impingement, pencersihan
:-..' tabrum di sisi anterior inferior glenoid, akan j arin ga n pa rut dan penan ga na n oste o c h o n ci ri.ti.s d i.sse co n s
-=
=: ::',osteum pada tulang glenoid juga tercabik dan (OCD). Artroskopi juga dapat membantu prosedur
*=-;^-: labrum yang robek.
artrodesis pergelangan kaki, sebagai alternatif prosedur
artrodesis terbuka.

rqa,*nrAlli FAATAN ARTROSKOPI PADASEN Dl PANGGUL


REFERENSI
:.:..:. --:salah pada sendi panggul dapat diatasi
r + - ,: :.':-.. artroskopi, antara lain pada pembersihan 1. Burkhart SS, I-o IKY, Bradv P. A cor,vboy's guicle to atlvanced
: . : - - -- :, :embersihan osteofit yang mengganggu, shoulcler arthroscopy. Philadelphia: Lippincot Williams &
Wilkins;2006.
ARTROEXOP,I
401

Cho \S. Lutis -{\I, Ha jH, Rhee }G. Cl;ni;al results .r;
artfuoscopic Bankart repair tsith knot-h-ing and knoiless
suture anchors. Arthroscopr'. 20A6;22(12):727 6-82.
1
Cole BJ, Sekiva JK. Surgical techniques of the shoulder, elborr.
and knee in sports medicine. Philadelphia: Saunders (Elsevier
Science USA);2008.
Lubis AM, Sand}row L, Lubis VK, et al. Isolation anrl
cultivation of rnesenchymal stem cells from iliac crest bone
marrow for further cartilage defect management. Acta lvled
Indones. 207L ; 43 (3) :17 8 -8 4.
Mccinty JB, Bukhart SS, Jackson RW, Jolurson DFf Richn.ronci
JC, editors. Operatlve arthroscopy. 3rd ed. Philadelphia:
Lippincot Williams & Wilkins; 2003.
Miller MD, Howard RF, Plancher KD. Surgical atlas of sports
medicine. Philadelphia: Saunders (Elsevier Science USA);
2003.
Moseley JB, O>Malley K, Petersen NJ, et al. A controllerl trial
of artfuoscopic surgery for osteoarthritis of the knee. N Engl
I M ed 2002;347 (2) :81 -8.
ti. Pedowitz RA, O'Connor Jl, Akeson WH, eclitors. Dtrniel's
knee injunes. Ligament and cartilage structure, function,
injury and repair. 2nd ed. Philadelphia: Lippincot Williarns
& Wilkins;2003.
Rockwood, Jr. CA, Matsen III FA, Wirth MA, Lippitt SB,
editors. The shoulder. 3rd ed. Vol. 2. Philadelphia: Saunders
(Elsevier Science USA); 2004.
5r
ULTRAS O NO GRAFI END O SKO PIK
Marcellus Simadibrata K

PENDAHULUAN incontinence; mempelajari lesi submukosa seperti nodul


atau bumps yang bersembunyi di dalam dinding usus
Pemeriksaan ultrasonografi endoskopik (Endoscopic yang tertutup mukosa usus normal misal Gastrointestinol
uLtrasonography, EUS) digunakan untuk memeriksa stromol tumor(GIST); mempelajari aliran darah di dalam
mukosa/dinding saluran cerna bagian atas dan bawah pembuluh darah menggunakan ultrasonografi Doppler;
serta organ-organ sekitarnya.l Pemeriksaan ini dapat dan mendapatkan contoh jaringan (aspirasi jarum
mendiagnosis beberapa penyakit misal kelainan pankreas, halus/ FNA) dengan memasukkan jarum khusus, dalam
saluran empedu, dan kandung empedu, pembesaran bimbingan ultrasonografi ke dalam kelenjar limfe yang
kelenjar getah bening karena berbagai penyebab misalnya membesar atau curiga tumor untuk pemeriksaan patologi
metastase kanker .1-3 anatomi.s'6,7

DEFINISI KOMPLIKASI

Ultrasonografi endoskopik didefinisikan sebagai sebuah Komplikasi EUS terjadi pada sekitar 1 diantara 2000
prosedur tindakan medik yang menggabungkan endoskopi tindakan. Komplikasi yang timbul antara lain hives, ruam
dan ultrasonografi untuk mendapatkan gambaran dan kulit atau mual akibat obat-obat yang dipakai selama
informasi mengenai dinding saluran cerna, organ-organ pemeriksaan EUS. Komplikasi serius yang dapat teryadi
dan jaringan di sekitarnya. Gelombang suara dikirim ke tetapi jarang yaitu perforasi.s
dinding saluran cerna melalui probe ultrasonografi yang
melekat pada ujung endoskop. Kemudian pola ekho
yang dibentuk oleh gelombang suara yang terefleksi PERSIAPAN EUS
diterjemahkan ke dalam gambar dinding saluran cerna
oleh komputer.a,s Untuk pemeriksaan EUS saluran gastrointestinal atas,
pasien harus puasa makan dan minum minimal 6 jam
sebelumnya.l 5

INDIKASI Untuk pemeriksaan EUS saluran gastrointestinal


bawah (rektum dan kolon), pasien mengonsumsi cairan
lndikasi EUS antara lain: menentukan stadium kanker pembersih kolon atau diet cairan jernih dikombinasi
esofagus-lambung-pankreas-rektum dan paru; dengan laksatif atau enema sebelum pemeriksaan.l
mengevaluasi pankreatitis kronik dan tumor atau Kebanyakan obat yang dikonsumsi dapat diteruskan
k sia pankreas; memastikan kelainan saluran empedu sampai hari pemeriksaan EUS. Tanyakan pada pasien
termasuk batu pada saluran empedu atau kandung obat-obat yang telah dikonsumsi. Obat-obat antikoagulan
ernpedu, memastikan tumor saluran empedu, kandung (warfarin atau heparin) dan klopidogrel harus distop
er-r,pedu, atau hati; mempelajari otot-otot rektum bawah sebelum prosedur. lnsulin juga harus distop pada hari
dan anoL canol dalam mengevaluasi penyebab fecol pemeriksaan EUS. Secara umum, obat aspirin dan OAINS

402
ULTRASONOGRAFI ENDOSKOPIK 403

(ibuprofen, naproxen, dan lain-lain) masih dapat dikonsumsi


sebelum pemeriksaan EUS. Jika ada alergi terhadap lateks,
harus hati-hati kemungkinan syok anafilaktik.l Harus
ditanyakan apakah ada alergi obat atau bahan lain misal
iodine atau shellfish pada anamnesis. Penyakit serius juga
harus ditanyakan antara lain penyakit jantunq, penyakit
paru, diabetes melitus sebelum tindakan. Jika akan
dilakukan aspirasi jarum halus, harus dilakukan pemeriksaan
pembekuan darah. Harus ditanyakan apakah pasien memiliki
penyakit gangguan perdarahan atau minum obat-obatan
yang mengganggu pembekuan darah (seperti Coumadin)
atau gangguan fungsi trombosit (sepertl aspirin, Motrin,
ibuprofen, Aleve dan OAINS lainnya). Antibiotik biasanya
tidak diperlukan sehabis tindakan EUS, kecuali bila pasien
memiliki penyakit katup jantung.
EUS dilakukan dengan bantuan sedasi, jadi pasien
tidak dapat bekerja atau mengendarai mobil selama 24 Gambar 1 . EUS radial ftrendiagnosis tumor saluran cerna dan
rl
jam. Setelah tindakan pasien harus ditemani orang lain metastase kelenjar getah bening.
s
untuk mengantarnya ke rumah.
7l

n
r;
n
KOMPLIKASI EUS
n
Komplikasi pemeriksaan EUS jarang didapatkan. Komplikasi
yang didapatkan antara lain perdarahan akibat biopsi, sakit
tenggorokan, efek samping terhadap obat sedatit aspirasi
isi lambung ke dalam paru, infeksi, komplikasi penyakit
jantung/paru, dan perforasi (jarang). 1

0
MACAM/TIPE EUS
n
Menurut tujuan pemeriksaan, EUS dibagi 2 yaitu diagnostik
a
dan terapeutik. Menurut jenisnya alat EUS dibagi menjadi
li
EUS radial dan EUS linear. EUS radial lebih banyak dipakai Gambar 2. Punksi pseudokista pankreas memakai EUS Iinear
untuk diagnostik kelainan saluran cerna, sedangkan EUS
linear selain diagnostik dapat dipakai sebagai modalitas
terapi untuk punksi cairan kista dan biopsi jarum
halus(FNAB).r(lihat gambar 1,2,3) REFERENSI

s, 't.
Understanding EUS (Endoscopic Ultrasonographv). Ar,ail.rble
I from url: hltp://s,rvlv.asge. org/patients/patienls.aspx'lid--r i{0.
FREKUENSI EUS Accessed ,l lanuarl' 2012.
Skordilis P, N{ouzas IA, Dimoulios PD, Alexanrlrakis G,
o
Frekuensi probe EUS bervariasi dari 7,5 sampai dengan Moschandrea J, Kouroumalis E. Is endosonographv air
ln effective method for cletection and loc;rl stagir-rg of the
12 MHz.e
sr ampullarl, carcinoma? A prospective studv. B\1( S:Lrg.
)t)01.), I
Saftoiu A, Cazacu SM. Linear Endoscopic Ulh-asc-unJ {:i,'..
E^
Accessed 5 Januarv 2011Available from url; http: -,,r' :'
KESIMPULAN
!f eusatlas.ro/..
Endoscoprc ultrasonographv (EUS). -{cces-se.i I r
-:.: :-: :
l-
Ultrasonografi endoskopik (EUS) merupakan salah satu 2012. Available from url:hitp:,/ /me.lii.:l-.1:::: :':
l,p
pemeriksaan penunjang yang berguna untuk menegakkan thef reedictior-rary. com/ EUS
Y Endoscopic Ultrasound. Accesse.l 19ra:.;::: l- -- -- : .:: -
diagnosis dan terapi kelainan saluran cerna dan organ-
t5 from url: http: '/rt'rtt..n:ej:.'::.::' .. - :-. -

organ disekitarnya. ultrasound / p a ge1. htr...


404 ENDOSKOPI

6. Rairnondo M, Wallace MB. Diagnosis of early chronic


pancreatitis by endoscopic ultrasound. Are we there Yet? J
Pancreas(Onlin e) 200 a;5 $) : 7-7 .
Akahoshi K, Oya M. Gastrointestinal stromal tumor of the
stomach: How to manage? World J Gastrointes Endosc. 2010;
2(B): 277-7.
Yahoo Indonesia. Gambar Endosonography. Accessed 23
January 2012. Available from urll:/ /http: / / id.irnages.search.
yahoo. com/ search/ images;_ylt=AhC14o0XkE.e7LGns9dv.
Lx uf 445;_ylc=X1 MDOTY1 Nj QwMDQ2BF9yAzIEZnID eW Z
wLXQtNzEzBGSfZ3BzA.
EUS in Benign Pancreatic Disease. Accessed 19 January 2012.
Available from url: http://www.eusimaging.com/reference/
benign2.html
10 Irisawa A. Current role of radial and curvedlinear arrayed
EUS scopes for diagnosis ofpancreatic abnormalities in Japan.
Dlg Endosc.2011; 23(Issue suppl s1): 9-11.

Anda mungkin juga menyukai