Jika dipaksakan tentu akan terjadi penyumbatan. Efek sarnping yang dapat terjadi rnelalui pemeriksaan
Adanya masalah pada rongga hidung seperti polip transnasal ini adalah timbulnya epistaksis walaupun efek
yang besar atau mukosa hidung yang rapuh dan mudah samping yang terjadi ini ringan. Dengan rnengistirahatkan
berdarah merupakan ha1 yang tidak rnemungkinkan pasien maka epistaksis dapat berhenti spontan.
untuk dilakukan tindakan endoskopi melalui transnasal
ini. Kegagalan yang sering terjadi dalam melakukan
pemeriksaan endoskopi transnasal ini antara lain kesulitan PENUTUP
saat skup ini melalui rongga hidung karena adanya
perubahan anatomi dari rongga hidung tersebut. Perneriksaan e n d o s k o p i s a l u r a n cerna atas
(esofagogastroduodenoskopi/EGD) merupakan
pemeriksaan utama untuk mengevaluasi adanya kelainan
PENGALAMAN TEKNlK TRANSNASAL pada mukosa saluran cerna atas. Selain untuk tujuan
diagnostik, EGD dapat digunakan juga untuk terapeutik
Saat ini alat EGD sudah tersedia di beberapa RS di Jakarta. dan tindak lanjut pengobatan.
Sampai saat ini sudah puluhan kasus saluran cerna atas
kami evaluasi dengan perneriksaan transnasal.
Dibandingkan dengan EGD transoral, pemeriksaan REFERENSI
EGD transnasal ini tetap dapat mengevaluasi mukosa
dan struktur saluran cerna atas, serta mengidentifikasi 1. Thompson AM, Wright DJ, Murray W, Ritchie GL, Burton
HE, Stonebridge PA: Analysis of 153 deaths after upper
varises esofagus, erosi, hiperernis dan ulkus peptikurn gastrointestinal endoscopy: room for improvement? Surg
dengan jelas. Endosc. 2004;18:22-5
Kelebihan EGD transoral dibandingkan dengan 2.
ooesophagogastroduodenoscopy (T-EGD): technique.
-
S h a k e r R. U n s e d a t e d t r a n s n a s a l p h a r h v,n g -
EGD transnasal, pasien biasanya merasa lebih nyaman
Gastrintest Endosc. 1994;40:346-8.
selama dilakukanya pemeriksaan. Bahkan karena skup 3. Tytgat GJ. Upper Gastrointestinal Endoscopy. In: Yamada
ini rnelalui lubang hidung, pasien dapat berbicara dan T, Alpers DH, Kaplowitz N, et al., eds. Textbook of
berkomunikasi dengan pemeriksa selarna tindakan Gastroenterology. 4th ed. Philadelphia, PA: Lippincott
Williams and Wilkins; 2003
dilakukan. Hal ini tidak rnungkin dilakukan jika kita 4. Morrissey JF, Reichelderfen M. Gastrointestinal endoscopy.
menggunakan EGD transoral. Selama tindakan pasienjuga N Engl J Med. 1991;325:1143.
tidak mernerlukan sedasi sehingga efek sarnping yang 5. Al-Karawi MA, Sanai FM, Al-Madani A, Kfoury H, Yasawy MI,
Sandokji A. Comparison of peroral versus ultrathin transnasal
bisa timbul akibat penggunaan sedasi tidak terjadi karena endoscopy in the diagnosis of upper gastrointestinal pathology.
selama pemeriksaan endoskopi transnasal ini pasien tetap Armals S Medicine. 2000;20:328-30.
dalam keadaan sadar. 6. Murata A, Akahoshi K, Sumida Y, Yarnarnoto H. Nakamura K,
Penelitianyang dilakukan oleh Murata dkk, melibatkan Nawata H. Prospective randomized trial of transnasal versus
peroral endoscopy using an ultrathin videoendoscope in
124 pasien dimana 64 pasien dilakukan EGD transoral dan unsedated patients. J Gastroenterol Hepatol. 2007;24:482-5.
60 pasien sisanya dilakukan EGD transnasal membuktikan 7. Campo R, Monsterrat A, Brullet E. Transnasal gastroscopy
bahwa pasien yang menjalani teknik transnasal merasa compared to conventional gastroscopy: a randomized study of
feasibility, safety and tolerance. Endoscopy. 1998;30:448-52.
lebih nyaman dibandingkan dengan teknik transoral.
Kelebihan lain EGD transnasal selain kenyarnanan bagi
pasien, risiko tersedak dan kerusakan alat akibat tergigit
juga dapat dihindari.
Biopsi rnerupakan ha1 penting yang perlu dilakukan
selama tindakan EGD jika memang ada indikasi. Tindakan
biopsi terutama ditujukan untuk mengambil sampel
biopsi untuk pemeriksaan kuman H.pylori. Sampai sejauh
ini sampel yang diambil melalui saluran (channel) biopsi
pada skup EGD transnasal cukup adekuat untuk dinilai oleh
ahli patologi. Hal ini juga dibuktikan oleh penelitian yang
dilakukan oleh Al Karawi dkk, yang membandingkan hasil
biopsi pasien yang dilakukan rnelalui transnasal dengan
melalui oral. Ternyata pemeriksaan dengan EGD transnasal
dapat dilakukan secara sukses baik untuk pemeriksaan
diagnostik maupun untuk pengambilan sampel untuk
evaluasi histopatologi.
PEMERIKSAAN ENDOSKOPI
SALURAN CERNA
Marcellus Simadibrata K
PENDAHULUAN
Pemeriksaan endoskopi pada awalnya merupakan Endoskop yaitu suatu alat yang digunakan untuk
I pemeriksaan penunjang u n t u k mendiagnosis memeriksa organ di dalam tubuh manusia visual dengan
kelainan-kelainan organ di dalam tubuh. Bidang ilmu cara mengintip melalui alat tersebut (rigid/fiber-scope)
gastroenterologi dan hepatologi berkembang sangat atau langsung melihat pada layar monitor (skop Evis),
pesat dengan ditemukannya alat endoskopi, terlebih sehingga kelainan yang ada pada organ tersebut dapat
dengan ditemukannya alat endoskop lentur (flexitle dilihat dengan jelas.
endoscope/fiberscope) dan video endoscope (skop Evis). Pemeriksaan endokopi adalah pemeriksaan penunjang
Dengan ditemukannya skop lentur pandang samping yang memakai alat endoskop untuk mendiagnosis
(side view) dapat dilakukan pemeriksaan endoscopic kelainan-kelainan organ di dalam tubuh antara lain saluran
retrograde cholangiopancreatography (ERCF') untuk cerna, saluran kemih, rongga mulut, rongga abdomen,
mendiagnosis kelainan bilier, dan pankreas. Untuk dan lain-lain.
mendiagnosis kelainan hati, peritoneum, dan rongga Esofagoskopi y a i t u pemeriksaan e n d o s k o p i
I abdomen dikembangkan pemeriksaan peritoneoskopi. untuk mendiagnosis kelainan di esofagus. Gastroskopi
Perkembangan mutakhir terbaru, untuk memeriksa yaitu pemeriksaan endoskopi untuk mendiagnosis
kelainan di usus halus telah ditemukan dan dikembangkan kelainan di gaster/lambung. Duodenoskopi yaitu
pemeriksan endoskopi yang tidak menggunakan selang pemeriksaan endoskopi untuk mendiagnosis kelainan
endoskop tetapi dengan kapsul, sehingga disebut di duodenum. Enteroskopi yaitu pemeriksaan endoskopi
endoskopi kapsul. untuk mendiagnosis kelainan di usus halus. Kolonoskopi
Dengan pemeriksaan endoskopi ini kelainan-kelainan yaitu pemeriksaan endoskopi untuk mendiagnosis
di saluran antara lain esofagus, gaster, duodenum, kelainan di kolon/usus besar. Endoskopi kapsul yaitu
jejunum, ileum, kolon, saluran bilier, pankreas, dan pemeriksaan endoskopi menggunakan endoskop
hati dapat dideteksi lebih mudah dan tepat. Dalam berbentuk kapsul untuk mendiagnosis kelainan di usus
perkembangannya, selain digunakan untuk diagnostik, halus.
I, alat endoskop juga dipakai untuk tindakan terapeutik
antara lain skleroterapi/ ligasi varises, hemostatik
perendoskopik pada perdarahan akut, terapi laser, JENlS ENDOSKOPI
polipektomi perendoskopik pada perdarahan akut,
skleroterapi atau ligasi hemoroid, sfingterotomi papila Endoskopi kaku ( rigid scope)
vateri, ekstraksi batu bilier perendoskopik waktu ERCP, Endoskopi lentur (fiber cope)
pemasangan stent bilier/pankreas waktu ERCF, dilatasi Video endoscope (Evis scope)
stenosis saluran cerna dan lain sebagainya. Endoskop kapsul (capsule endoscope)
PEMERIKSAAN ENDOSKOPI SALURAN CERNA 375
SEJARAH ILMU ENDOSKOPI SALURAN CERNA diagnostik dan terapeutik dilaporkan pertama kali oleh
Lesmana L dkk. Terapi Laser parendoskopi dikembangkan
Sejarah di Luar Negeri pertama kali oleh Daldiyono H. Ligasi varises esofagus
Periode I, yaitu periode endoskop kaku atau straight dilaporkan oleh Hermono H dan dan Rani AA. Ligasi
rigid tubes, antara tahun 1795-1932. ganda \arises esofagus dilaporkan oleh Hermono H
Periode II, yaitu periode setengah lentur atau dan Simadibrata M. Tindakan Percutaneus Endoscopic
semiflexible tube endoscopy, antara tahun 1932- Gastrostomy (PEG) dilakukan oleh Hermono H dan
1958. Chudahman Manan.
Periode Ill, yaitu periode endoskop lentur atau flexible Pemeriksaan usus halus proksimal dan ileum terminal
endoscope, yang diawali pada tahun 1958. Sejak itu dengan kolonoskop pediatrik yang dimodifikasi dan
perkembangan endoskopi maupun gastroenterologi kolonoskopi panjang dikembangkan Simadibrata M sejak
terasa sekali sangat pesat. tahun 1997.
Sejak ditemukannya endoskop serat optik, diproduksi Sesudah i t u pemeriksaan enteroskopi (push
juga enteroskop serat optik yang panjang yang dapat enterosc.3~~)untuk pemeriksaan usus halus secara lengkap
memeriksa kelainan-kelainan di usus halus. Beberapa mulai dilakukan dan dikembangkan Bambang Handana
senter di Jepang mengawali pemeriksaan push enteroscopy dkk di Jakarta.
menggunakan enteroskop tersebut untuk memeriksa usus Endoskopi kapsul mulai diperkenalkan dan dilakukan
halus, yang lalu diikuti oleh beberapa negara maju lainnya. di Jakarta lndonesia sejak tahun 2004, yang digunakan
Setelah era video endoskopi, enteroskopi diproduksi untuk memeriksa kelainan-kelainan di usus halus.
sesuai sistem video endoskopi. Akhir-akhir ini di Jepang
dibuat lagi enteroskop memakai balon yang disebut
double balloon enteroscope untuk memeriksa kelainan JENlS PEMERIKSAAN ENDOSKOPI SALURAN
usus halus. CERNA BAGIAN ATAS
Sejak tahun 2000 ditemukan dan dikembangkan
pemeriksaan endoskopi kapsul tanpa selang dan tanpa Diagnostik
kabel, menggunakan kapsul endoskop yang digunakan Esofagogastrosduodenoskopi dan biopsi.
untuk memeriksa kelainan usus halus. Jej~noskopidan biopsi
Enteroskopi dan biopsi
Sejarah di Dalam Negeri Encoskopi kapsul
Perkembangan endoskop di lndonesia hampir mirip
dengan perkembangan di luar negeri, yaitu juga diawali Terapeutik
dengan endoskop kaku. skleroterapi dan ligasi-varisesesofagus
Endoskop kaku yang pernah dipakai y a i t u skleroterapi histroakril varises lambung
rektosigmoidoskop yang semula banyak dipakai di bidang hemostatik endoskopik perdarahan non varises:
bedah. Pang pada tahun 1958 memelopori penggunaan adrenalin + etoksisklerol, berryplast, koagulasi elektrik,
laparaskop kaku di Indonesia. Endoskop setengah lentur bip3larprobe, endosclips dan lain-lain.
pertama kali pada tahun 1967 digunakan di lndonesia oleh polipektomi polip esofagus-gaster-duodenum
Simadibrata. Selanjutnya dilaporkan hasil pemeriksaan endoscopic mucosal resection (EMR)
gastroskop lentur (Olympus GTFA) oleh Supandiman d terapi laser untuk tumor, perdarahan dan lain-lain.
Bandung (tahun 1971). Sejak itu makin banyak laporan dilatasi esofagus: dengan busi Hurst atau Savary-
hasil pemakaian endoskop lentur di Indonesia, apalagi Guillard
setelah didirikan Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal pemasangan stent esofagus
lndonesia (PEGI) pada tahun 1974 yang diketuai oleh pemasangan percutaneus endoscopic gastrostomy
Pang. (PEG)
Kolonoskopi lentur digunakan pertama kali sejak pemasangan selang makanan/NGT-flocare per-
Oktober 1973 oleh Hilmy dkk. Tindakan polipektomi endoskopik
endoskopk juga dilaporkan Hilmy dkk tahun 1978.
Skleroterapi endoskopik juga sudah dikembangkan di
lndonesia dilaporkan pertama kali oleh Hilmy dkk (1984). JENlS PEMERIKSAAN ENDOSKOPI SALURAN
Pemasangan prostesis esofagus pertama kali dilaporkan CERNA BAGIAN BAWAH
Simadibrata R. Tindakan dilatasi esofagus dengan Savary
dilaporkan oleh Rani AA dan Chudahman Manan dkk. Diagnostik
Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography (ERCP) En-eroskopi dan biopsi
ENDOSKOPI
REFERENSI
Cara Kerja
Pasien dibaringkan dengan posisi miring ke kiri, bagian
atas badan agak tinggi, tanpa bantal dan leher diganjal
dengan pengganjal. Gigi palsu dilepas dahulu. Faring
disemprot denganxylocain spray beberapa kali. Bila pasien
agak takut dapat disuntikkan rnidazolarn (DormicumR)
0.07 - 0.1 mg/kgBB iv. Hati-hati pada pasien usia lanjut
Garnbar 1 Garnbar alat probe transduser karena dapat terjadi depresi napas.
EKOKARDIOGRAFITRANSESOFAGUS
Pasien dirninta rnenggigit Mouth piece disuruh gigit. Foramen ovale persistent
Badan pasien bagian distal agak rnelengkung ke dalarn Mitrul valve prolaps (MVP)
dan kepala agak menekuk sehingga dapat melihat kakinya Garr baran vegetasi pada katup.
sendiri. Fungsi protese katup
Probe diatur sehingga ujungnya agak fleksi (rnelekuk Kelainan katup rnitral, aorta, trikuspid
ke dalarn) sesuai dengan bentuk faring dan ditahan. Penonjolan foramen ovale pada strok non hemoragik
Gerakan menyarnping probe supaya dikunci. Keleinan pada aorta torakalis, rnisal plak atau
Probe dirnasukkan secara perlahan ke dalarn aneurisrna.
mulut, lidah pasien di dalam dan kalau perlu ditekan.
Pada pasien obesitas, emfiserna paru dan deformitas
Sesarnpainya probe di faring, kondisi fleksi probe yang
dada kadang-kadang sulit untuk rnendapatkan gambaran
tadi ditahan dengan tangan supaya dilepaskan sehingga
struktur jantung dengan TTE biasa, karena itu diperlukan
probe tadi bebas dan rnenyesuaikan diri dengan bentuk
pemqriksaan dengan ETE i n i untuk rnendapatkan
keadaan esofagus. Pasien disuruh rnengarnbil napas
garnbaran yang lebih jelas.
dalarn supaya tenang dan disuruh rnenelan. Sarnbil pasien
rnenelan, probe didorongkan perlahan dengan lembut
Kontraindikasi:
ke dalarn. Bila ada tahanan jangan dipaksakan, tetapi
Kontraindikasi perneriksaan ETE ini adalah sebagai
cabut sedikit, kernudian arah disesuaikan lagi. Biasanya
berikut:
kalau sudah rnelewati laring, probe dengan rnudah dapat
kelainan esofagus
didorongkan ke distal esofagus. Kernudian dilihat rnelalui
aritrnia berat
monitor posisi transduser.
trombo tes yang sangat rendah, takut bahaya
Biasanya setelah rnelewati 30 cm, transduser sudah
perdarahan
berada di belakang jantung. Bila lebih dalarn lagi akan
hipertensi rnaligna.
rnasuk ke dalam larnbung dan akan terlihat ventrikel kanan
dan kiri. Kernudian probe ditarik lagi sarnpai terlihat sernua
ruang jantung.
Dengan rnernanipulasi tornbol pengarah, perneriksa
dapat rnengarnati bagian-bagian struktur jantung
terrnasuk LAA (Left Atrial Appendage).
Setelah selesai perneriksaan, probe ditarik pelan-pelan
sarnbil rnelihat kernbali struktur aorta. Kernudian pasien
dipuasakan tidak rnakan dan rninurn selama 3 jam, karena
efek xylocain spray tadi.
Indikasi:
lndikasi perneriksaan ETE ini adalah untuk melihat struktur
jantung dengan lebih jelas, yaitu:
dugaan trornbus di LAA rnisal pada kasus strok non
hernoragik Gambar 4. Gambaran trombus di LAA, di mana di lokasi
ini tidak bisa di deteksi dengan pemeriksaan TTE biasa.
dugaan trornbus di ventrikel. Keadaan patologis ini merupakan penyebab utama strok non
ASD dan VSD dengan rnelihat aliran shunt. hemoragik.
Cambar 5. Gambaranseptum inter atrial, tampakintakdengan vegetasi pada daun k a t u ~t r i k u s ~ i ddan
septum ventrikel.
tidak ada defek.
REFERENSI
Diagnosis Komplikasi
Diagnosis harus ditegakkan tanpa menunggu terjadi-
nya sianosis yang mungkin tidak pernah muncul. Pucat,
gelisah, bangkit setelah tidur beberapa menit, biasanya
terjadi pada anak-anak dengan batuk berat yang ditandai
dengan batuk, suara serak dan kesulitan bernapas. Kasus-
kasus semacam ini tidak boleh lepas dari pengawasan dan
bilamana diperlukan dapat dilakukan trakeostomi. Anak
akan menjadi lelah dalam berjuang untuk mendapatkan
udara dan akan menyerah dan dapat meninggal dunia. Gambar 2. Perubahan inflamatorik pada bronkitis kronis.4
Peningkatan laju pernapasan karena "kelaparan" akan
udara, pengumpulan cairan yang tidak dapat dikeluarkan
karena gangguan motilitas glotis, sering disalahartikan
sebagai suatu pneumonia. Banyak anak yang hidupnya
bisa diselamatkan oleh trakeostomi telah meninggal dunia
akibat diagnosis yang salah tersebut.
POSTERIOR
POSTERIOR BASAL
BASAL ANTERIOR BASAL
(WITH MEDIAL BRANCH)
Gambar 3.Perubahan inflamatorik pada tuberkulosis dengan
suatu benang (string)sekret yang terlihat pada bronkus utama
kanan.4
MIDDLE
INFERIOR \ \ i-.h
ANTERIOR
UPPER
DIVISION
tun. -
n
ENDOSKOPI
REFERENSI
(91,7%), residu (81,3%), penetrasi (72,9%), aspi-asi (39, mempermudah saat dimasukkan melalui hidung.?
6%) dan 73,7% diantaranya terjadi silent aspiration. Pasien Survei yang dilakukan oleh Langmore pada tahun
dengan strok iskernik dan strok berulang mempunllai risiko 1995 menernukan hanya 27 kasus dari 6000 prosedur FEES
aspirasi dan silent aspiration yang lebih tinggi. yang mengalami komplikasi. Adapun kornplikasi yang bisa
Disfagia juga rnerupakan salah satu gejala yang timbul pada pemeriksaan FEES adalah rasa tidak nyaman
ditirnbulkan akibat kanker di daerah kepala dan leher. yang biasanya ringan dan sangatjarang ditemukan adanya
Gejala ini tergantung dari ukuran dan lokasi lesi. derajat epistaksis, respons vasovagal, alergi terhadap anestesi
dan perluasan dari tumoryang direseksi, rekonstruksi atau topikal dan laringospasme.'~"
efek sarnping dari pengobatan. Pasien yang mendapat Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko
terapi radiasi mernpunyai risiko gangguan menelan. Efek tindakan ialah rnelakukan insersi endoskop secara hati-
jangka pendek radiasi meliputi xerostomia, perdarahan, hati, membatasi penggunaan obat anestesi pada mukosa
nyeri dan mukositis. Efekjangka panjang rneliputi fibrosis, hidung dan rnenghindari penyemprotan pada laring atau
osteoradionekrosis, trismus, gangguan aliran darah, karies melakukan tindakan tanpa penggunaan anestesi sama
dentis dan gangguan sensasi p e n g e ~ a p . ~ sekaIi.',O
Wue dalarn penelitiannya menggunakan FEES untuk
evaluasi perubahan fungsi menelan pada 31 pasien
Karsinoma Nasofaring (KNF) setelah terapi radiasi. Kelainan l NDlKASl D A N KONTRAlNDlKASl
yang paling banyak diternukan adalah retensi faring
(93,5%) yang berakibat tingginya insiden aspirzsi pasca Pemeriksaan FEES tidak mernpunyai kontraindikasi mutlak.
rnenelan (77,4%).Kelainan lain berupa atrofi lidah (54,8%), Beberapa keadaan yang dapat dipertirnbangkan untuk
paralisis pita suara (29%), inkornpeten velofaring (58%), tidak melakukan pemeriksaan FEES ialah adanya gangguan
prematur leakage (41,9%),hilang atau terlambatnya refleks hernostasis, penurunan kesadaran, dan tanda vital yang
rnenelan (87,1%),konstriksi faring yang buruk (80,6%),dan tidak ~ t a b i l . " ~ , ' ~
silent aspirasi (41,9%). lndikasi FEES disesuaikan dengan informasi yang didapat
Penelitian lainnya di Klinik Disfagia Terpadu Departemen dari pemeriksaan ini antara lain melihat adanya: 1 ) perubahan
THT FKUl RSCM pada 39 pasien KNF pasca kemoradiasi pada anatomi nasofaring, orofaring atau laring yang
yang dilakukan pemeriksaan FEES menemukar adanya mempunyai pengaruh terhadapfungsi menelan 2) perubahan
standing secretion (92,4%), residu pada keseluruhan pasien, integritas sensorik dari struktur faring dan laring yang
penetrasi (35,9%),aspirasi (10,3%),tetapi tidak ditemukan menyebabkan berkurangnya kernampuan refleks menelan
adanya silent aspiration. Terjadi pernanjangan pada fase dan refleks batuk 3) kemampuan pasien dalarn mernulai
oral dan fase faring dan pernberian makanan cair akan dan mempertahankan proteksi jalan napas dalam satu
rnempercepat proses menelan. waktu tertentu yang bila menurun akan meningkatkan risiko
terjadinya aspirasi 4) perbedaan kekuatan kontraksi dinding
faring kiri dan kanan 5 ) kelelahan pada saat melakukan proses
PRlNSlP KERJA ALAT menelan berulang 6) rekaman pemeriksaan dapat dijadikan
urnpan balik bagi pasien dan keluarganya untuk rnengetahui
Pemeriksaan FEES membutuhkan pemeriksa yang mahir kelainan yang terjadi 7 ) pengaruh berbagai strategi dalarn
dalarn menggunakan endoskopi serat optik lentur, dan usaha untuk meningkatkan kemampuan rnenelan dapat
mernpunyai pengetahuan yang baik mengenai anatomi langsung dinilai pengaruhnya terhadap kemampuan menelan
kepala dan leher serta fisiologi proses menelan. ~asien.~,~
A l a t y a n g d i g u n a k a n b e r u p a s a t u set a l a t
nasofaringolaringoskop serat optik lentur teknologi
videoskop ukuran Y,T mrn berikut dengan sumber cahaya KELEBIHAN D A N KEKURANGAN
xenon (light source) dan kamera video CCD, juga video
monitor berwarna beserta alat perekarn VCD ataupun DVD. Pemeriksaan FEES merupakan pemeriksaan yang tidak
Leonardlrnenggunakan T atau Y semprot anestesia topikal rnahal dan dapat dilakukan dalam waktu singkat dan
seperti lidokain %E dan sejumlah kecil neosynephrine segera memberi hasil, bersifat tidak invasif dan tidak
(%*,To)pada salah satu lubang hidung. Di Klinik Disfagia iritatif, menggunakan makanan normal dan dapat diulang
Terpadu Departernen THT FKUl RSCM, pemeriksaan FEES sesering mungkin bila d i b u t ~ h k a n . ~
dilakukan tanpa rnenggunakan anestesi topikal untuk FEES m e m p u n y a i k e t e r b a t a s a n d i b a n d i n g
tetap mempertahankan sensasi d i daerah crofaring, videofluoroscopy Perneriksaan ini tidak dapat melakukan
sehingga tidak akan rnempengaruhi proses menelan. evaluasi pembentukan bolus pada rongga mulut, antara lain
Endoskop yang digunakan hanya diberi jeli pelurnas untuk tidak dapat melihat kernampuan pasien untuk membentuk
FLEXIBLE ENDOSCOPIC EVALUATION OF SWALLOWING ( F E E S )
dan menahan bolus di mulut, memindahkannya dari konsistensi makanan yang paling aman bagi pasien, 3).
bagian anterior ke posterior rongga mulut dan pengiriman Pemeriksaan terapi (therapeutic assessment) dengan
bolus ke faring. Kelemahan lainnya adalah tidak dapat mengaplikasikan berbagai perasat (manuver) dan posisi
melihat tingkatan konstriksi faring, pembukaan sfingter kepala, dinilai apakah terdapat peningkatan dalam
esofagus atas dan elevasi hioid/laring saat menelan.6 kemampuan menelan.5,6,g
Kekurangan lain dari FEES, pada saat terjadi refleks Pada tahap pertama, awalnya dilakukan evaluasi gerak
menelan, secara bersamaan terjadi aproksimasi pangkal lidah, elevasi palatum mole dan kemampuan otot bukal dan
lidah dan faring yang mengaburkan visualisasi saat bibir untuk mengetahui kemampuan fungsi oromotor dari
pemeriksaan (white spot). Penetrasi dan aspirasi bolus fase oral. Kemudian endoskop dimasukkan melalui kavum
saat terjadi proses menelan tidak tervisualisasi, penilaian nasi sampai ke nasofaring dan pasien diminta menelan tanpa
penetrasi dan aspirasi dilakukan sesaat setelah terjadi rrakanan (dryswallow) untuk menilai kerapatan penutupan
refleks menelan. Perhitungan waktu secara tepat seperti velofaring (velopharyngeal competence) dan juga dinilai
yang bisa diperoleh pada pemeriksaan radiologi, juga tidak penutupan velofaring saat fonasi. Selanjutnya endoskop
didapat pada pemeriksaan FEES.6 dimasukkan lagi sampai hipofaring agar dapat memvisualisasi
struktur di bawah palatum mole. Pada posisi ini, dilakukan
evaluasi pangkal lidah, valekula, sinus piriformis, dinding
TEKNIK D A N PERSIAPAN PEMERIKSAAN p2steric.r faring, dan postkrikoid. Untuk evaluasi struktur
laring, endoskop dimasukkan lagi lebih dalam, sehingga
Prosedur ini pertama kali diperkenalkan oleh Langmore pada u-iungnya berada setinggi epiglotis. Evaluasi dilakukan
tahun 2001. Pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan terhadao gerakan plika vokalis saat fonasi dan inspirasi,
nasofaringolaringoskop serat optik lentur melalui rongga serta adanya akumulasi saliva atau sekret (standing secretion)
hidung, melewati velum dan posisinya dipertahankan di atas pada daerah valekula, sinus piriformis kanan dan kiri dan
epiglotis. Pemeriksaan FEES dapat memvisualisasi secara juga postkrikoid. Kemudian dinilai pula adanya penetrasi
langsung faring dan laring setinggi plika vokalis. Makanan dan aspirasi juga kemampuan refleks batuk.',' Pemeriksaan
dan cairan dengan konsistensi dan jumlah tertentu dilihat tersebut merupakan pemeriksaan awal (preswallowing
saat melewati faring. Pada pemeriksaan ini dinilai segmen assessment) sebelum pemeriksaan inti.5,6,9
laringofaring pada saat sebelum dan sesudah proses Pemeriksaan inti FEES berupa tes menelan dengan
menelan dan dapat mendeteksi adanya aspirasi dan silent 6 konsistensi makanan seperti uraian di atas. Dimulai
aspiration. FEES menjadi pemeriksaan pilihan yang tepat dengan memberikan 1 sendok bubur saring, pasien
untuk disfagia orofaring dimana sering terjadi gangguan diminta menahannya dalam mulut kira-kira 10 detik
fungsi pada fase oral dan fase faring.5,6,9 untuk menilai adanya kebocoran fase oral (premature oral
Protokol pemeriksaan saat ini merupakan modifikasi leakage) atau aspirasi sebelum menelan (preswalllowing
dari protokol awal oleh Bastian. Pemeriksaan dilakukan aspirati'm). Kemudian pasien diminta menelan dan pada
oleh ahli THT dan penilaian dilakukan bersama-sama saat bersamaan gambaran visualisasi akan hilang sesaat,
dengan ahli Rehabilitasi Medik dan ahli Gizi. Pemeriksaan kurang dari satu detik (white spot/blind spot) karena
dapat dilaksanakan di sisi tempat tidur, dilakukan tanpa kontraksi velofaring dan elevasi laring. Penilaian dilakukan
tindakan pembiusan dan dalam posisi pasien duduk tegak sesaat sebelum dan sesudah momen ini. Penting dicatat
atau duduk miring 45". Pemeriksaan FEES membutuhkan adanya lateralisasi aliran makanan, penetrasi atau aspirasi,
kerjasama pasien dalam mengikuti instruksi yang diberikan can residu/sisa makanan pada valekula, sinus piriformis,
selama pemeriksaan. Proses menelan dievaluasi dengan pangkal lidah, dan postkrikoid. Bila terdapat residu, maka
memberikan 6 konsistensi makanan berupa cairan encer pasien diminta menelan lagi dan dinilai apakah dengan
(thin liquid), cairan kental (thick liquid), bubur saring menelan berulang efektif untuk membersihkan residu.
Cpuree), bubur nasi (gastric rice/soft food), bubur tepung Apabila pasien mengeluh adanya regurgitasi, endoskop
(havermouth), dan biskuit. Semua konsistensi makanan dapat dipertahankan lebih lama untuk melihat adanya
kecuali biskuit diberi warna hijau atau biru untukvisualisasi regurgitasi setelah proses menelan b e r ~ l a n g . ~ , ~ , ~
yang lebih baik saat pemerik~aan.~.~,~ Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemberian bubur
Tahap pemeriksaan pada modalitas ini dibagi menjadi nasi dan dihentikan bila terdapat aspirasi. Respons
3 tahap: 1 ) . Pemeriksaan sebelum pasien menelan terhadap aspirasi dan efektivitas refleks batuk dinilai. Bila
(preswallowing assessment) untuk menilai fungsi muskular terdapat aspirasi tanpa disertai refleks batuk menunjuk-
dari oromotor dan mengetahui kelainan fase oral dan fase kan adanya silent aspiration yang menyebabkan tingginya
faring 2). Pemeriksaan berlangsung dengan memberikan b:omplikasi terjadi infeksi paru (pneumonia). Bila tidak
beberapa konsistensi makanan (swallowing assessment), terdapat aspirasi, pemeriksaan dilanjutkan dengan 4
dinilai kemampuan menelan pasien dan mengetahui konsistensi makanan lainnya.
Terdapat 5 parameter FEES yang harus dinilai yang diambil pada sekelompok pasien dengan gangguan
saat perneriksaan seperti: 1) preswallowing leckage, 2) rnenelan akibat kelainan neurologis, neurornuskular dan
sensitivitas, 3) residu, 4) penetrasi dan 5) aspirasi.l"ll pasien keganasan kepala dan leher. Pasien-pasien tersebut
Preswallowing leakage, didefinisikan sebagai bolus dapat meningkatkan kecepatan menelan, mengurangi
makanan yang masuk ke daerah hipofaring sebelum residu dan rnengontrol terjadinya aspirasi. Penentuan sikap
tirnbulnya refleks rnenelan. Adanya preswallowing leakage tubuh mana yang harus digunakan, (teknik rnana dan kapan
rnenyebabkan mudahnya terjadi aspirasi sebelum proses harus digunakan).12.13 rnerupakan keputusan bersama yang
menelan. ditunjang juga oleh hasil perneriksaan,
Sensitivitas merupakan kernarnpuan sensori daerah Rehabilitasi perasat menelan dilakukan berdasarkan
hipofaring dilihat dari timbulnya refleks batuk atau pun penggunaan konsistensi makanan dan cairan tertentu
rnekanisme menahan bolus supaya tidak rnasuk laring untuk melatih teknik menelan dan perasat (manuver)
yang merupakan kemampuan proteksi jalan napas.l0t1l yang baik. Pasien diajarkan suatu perasat menelan yang
Residu merupakan bolus makanan yang tertinggal di bertujuan untuk meningkatkan kecepatan transportasi
hipofaring setelah terjadinya proses menelan. Hasil ukur bolus melalui orofaring ke esofagus. Keuntungan teknik ini
residu berupa ringan bila terdapat sedikit sisa makanan pada ialah dapat dilakukan tanpa makanan atau rninurnan dan
satu/ beberapa lokasi seperti pangkal lidah, valek~la,sinus efeknya dapat dilihat langsung melalui pemeriksaan FEES.
piriformis,post-krikoid, sedang bila sedikit pada seluruh lokasi Penggunaan perasat (manuver) berbeda-beda pada setiap
/ banyak pada 1 lokasi, dan berat bila banyak pada beberapa individu tergantung dari penyebab gangguan menelan.
lokasi/ seluruh l ~ k a s i . ' ~ ~ ~ ~ Beberapa cara dapat dilakukan, seperti :
Penetrasi merupakan bolus makanan yang rnasuk ke
dalam vestibulum laring saat atau setelah proses menelan Perasat Supraglotik (Supruglottic Swallow)
terjadi dan dibagi dalam ernpat tingkatan y a i t ~0 (tidak Pasien diminta menelan rnakanan sambil rnenahan napas,
ada penetrasi), 1 (bolus di atas pita suara/ vestibulurn dan batuk segera setelah menelan sebelum inspirasi yang
laring, pasien rnerasakan dan dapat mengeluarkan bolus), kemudian dilanjutkan menelan lagi. Tujuannya untuk
2 (bolus di atas pita suara/vestibulum laring, pasien tidak menutup plika vokalis dan membersihkan residu yang
merasakan), 3 (bolus di pita suara, pasien merasakan dan mungkin masuk ke laring. Perasat ini digunakan pada
mengeluarkan bolus), 4 (bolus di pita suara, pasien tidak pasien dengan kelemahan pergerakan pita suara dan
merasakan).lO~ll kelumpuhan pita suara, gangguan sensoris pada laring,
Aspirasi bila bolus makanan masuk ke dalam subglotis pada pasien pasca-intubasi lama dan pasca-operasi
saat atau setelah proses menelan terjadi. Terdapat ernpat laringektomi sup rag loti^.^^^^^
tingkatan yaitu 0 (tidak ada aspirasi), 1 (ada aspirasi dan
pasien mengeluarkan bolus secara spontan), 2 (ada aspirasi Perasat Super-Supraglotik (Super-Supraglottic
dan pasien berusaha mengeluarkan bolus akan tetapi Swallow)
tidak berhasil), 3 (ada aspirasi namun tidak ads usaha Sama dengan perasat supraglotik dengan penambahan
rnengeluarkan b o l ~ s ) . ' ~ ~ ~ ~ instruksi untuk menahan napas sedikit lebih lama dan
Perubahan posisi kepala dan teknik lain yang lebih dalam (manuver valsava). Tindakan ini bertujuan
rnernbantu rnemperbaiki proses rnenelan dilakukan saat untuk menarnbah penutupan plika vokalis atau mernbantu
pemeriksaan tahap tiga. Hasil perneriksaan direkam penutupan plika ariepiglotis dan bagian posterior plika
dalam kornputer perekarn data untuk bahan analisa vokalis. Donzeli dan Brodi seperti dikutip oleh Murry dan
selanj~tnya.~,~.~ Carrau15menyatakan pada perasat ini terjadi penutupanlaring
Tahap ke tiga merupakan pemeriksaan terapeutik, yang lebih maksirnal dan waktu menelan yang lebih cepat
pasien diminta untuk menelan dengan posisi kepala dibandingkan perasat sup rag loti^.'^^'^
tertentu atau melakukan perasat tertentu dalam usaha
meningkatkan kemarnpuan menelan. Bebera~aorang Effortful Swallow
telah memperlihatkan bahwa dengan menolehkan Pasien diminta menelan sambil menekan (squeeze) bolus
kepala ke satu sisi, rnenundukkan dagu ke bawah atau dengan kuat rnenggunakan kekuatan otot pangkal lidah
memiringkan kepala ke belakang pada saat menelan dapat dan faring. Perasat ini lebih mudah untuk diinstruksikan
mencegah atau mengurangi terjadinya aspirasi. Sikap terutama pada pasien dengan gangguan kognitif,
tubuh saat latihan menelan dapat mengurangi terjadinya anak-anak dan gangguan sensoris berat. Penekanan
aspirasi, mengurangi waktu transit oral dan faring dan juga ini rnembantu pendorongan bolus ke hipofaring pada
rnengurangijumlah residu setelah rnenelan dibandingkan kelernahan pergerakan lidah. Perasat ini harus hati-hati
tanpa penyesuaian sikap tubuh. Beberapa penelitian apabila digunakan pada pasien dengan kelemahan
membuktikan kegunaan sikap tubuh ini dilihat dari cata penutupan pita suara.12,13
FLEXIBLE ENDOSCOPIC EVALUATION OF SWALLOWING (FEES) 395
Perasat Mendelsohn
Perasat ini digunakan untuk mempermudah terbukanya
otot sfingter esofagus atas. Pasien melakukan beberapa
kali gerakan menelan sambil merasakan tonjolan tiroid
terangkat. Kemudian pasien diminta menahan beberapa
detik saat posisi tiroid terangkat (laring terelevasi). Laring
yang dipertahankan saat elevasi akan mempermudah
relaksasi sfingter esofagus atas sehingga dapat dilalui
makanan. l 2 , l 3
Gambar 1. Penutupan sfingter Gambar 2. Penutupan sfingter di hipofaring valekula, sinus piriformiskananl
velofaring saat rnenelan velofaring saat fonasi kiri, dan postkrikoid
396 ENDOSKOPI
REFERENSI
bahu. Artroskopi juga dapat digunakan pada kendi yang ligamentum tersebut harus dilakukan dengan teknik
lebih kecil seperti sendi pergelangan kaki (ankle), sendi operasi terbuka. Pada umumnya, luka operasi pun
siku, sendi pergelangan tangan (wrist), dan kadang kala besar karena beberapa ligamentum sulit dicapai, seperti
juga digunakan pada sendi panggul. Endoskopijuga dapat misalnya ligamentum cruciatum, sehingga patella perlu
dipakai untuk membantu operasi tulang belakang, tetapi didislokasikan untuk mencapai ligamentum tersebut.
tidak akan dibahas pada bab ini. Sebagai akibatnya nyeri pasca operasi cukup hebat, luka
Saat ini indikasi utama penggunaan alat artroskopi insisi besar, dan fase pemulihan menjadi lebih lama.
adalah untuk membantu penanganan operasi akibat Dengan bantuan artroskopi maka insisi menjadi jauh lebih
cedera olah raga dan kecelakaan di samping penanganan kecil, patella tidak perlu didislokasikan sehingga nyeri
masalah penyakit degeneratif. Oleh karena itu, d banyak pasca operasi tidak terlalu berat dan rehabilitasi menjadi
negara, ahli ortopedi yang memfokuskan diri pada lebih cepat. Agar operasi menggunakan artroskopi ini
prosedur artroskopi disebut sports surgeon. dapat berjalan optimal maka penentuan portal menjadi
sangat penting.
baik, sehingga sangat sulit sembuh bila terjadi robekan. akan mengalami robekan pada labrum glenoid yang
Sebelum era artroskopi, apabila terjadi robekan pada disertai dengan mengendurnya kapsul bahu. Hal ini akan
meniskus hingga menimbulkan nyeri yang mengganggu, mengakibatkan dislokasi pada sendi bahu menjadi semakin
maka terpaksa dilakukan operasi terbuka dengan mudah dan cenderung berulang. Dislokasi yang berulang ini
melakukan menisektomi total. Bahkan sekalipun robekan akan mengakibatkan terdapatnya lesi Bankart, yang ditandai
cuma sedikit, akan tetapi sering kali seluruh meniskus dengan robekan labrum dari glenoid di sisi anteroinferior
harus diangkat/ dibuang. Dengan bantuan artroskopi, terhadap glenoid sehingga kapsul sendi bahu pun menjadi
ahli bedah orthopaedi dapat memilih bagian yang rusak semakin kendur. Pasien seperti ini memerlukan perbaikan
dan membuang bagian tersebut saja. Dengan demikian melalui operasi yang dikenal sebagai Bankarf repair. Teknik
pada cedera meniskus saat ini telah dapat dilakukan Bankartjauh lebih baik daripada teknik Bristow, karena teknik
menisektomi subtotal bahkan menisektorni parsial. Bankart lebih fisiologis dan anatomis, sedangkan teknik
Dilihat dari segi perdarahannya, meniskus dibagi Bristow dapat mengakibatkan berkurangnya gerakan rotasi
dalam tiga zona, mulai dari perifer yaitu red-redzone, red- eksterna sendi bahu pasca operasi. Dengan bantuanartroskopi
white zone dan white-white zone. Red-redzone merupakan maka operasi perbaikan lesi Bankart menjadi lebih mudah.
area yang paling baik perdarahannya, sehingga apabila Umumnjla pada Bankarf repair diperlukan tiga portal atau
robekan terjadi pada zona ini maka dengan bantuan irsisi saja, tanpa perlu memotong otot sama sekali. Dengan
artroskopi dimungkinkan perbaikan dan penjahitan demikian alat teropong sendi dapat langsung mempunyai
meniskus yang robek. Banyak penelitian membuktikan akses pada sendi bahu dan membantu operasi perbaikan.
bahwa bila seseorang tidak mempunyai meniskus lagi, Otot subskapularistidak perlu dibuka, seperti umurnnya pada
misalnya akibat menisektomi total, maka risiko terjadinya operasi konvensional tanpa bantuan artroskopi. Sementara
osteoartritis menjadi lebih besar. Bahkan pada penelitian itu, anchorscrewdan benangjuga dapat dengan lebih mudah
osteoartritis pada hewan coba ditemukan bahwa apabila diimplantasikan. Sebagai konsekuensinya, rehabilitasi akan
meniskus hewan coba tersebut diambil maka hewan lebih cepat dan baik. Oleh karena insisi tidak besar maka
tersebut akan mengalami osteoartritis. nyeri jauh lebih ringan dan secara kosmetik menjadi jauh
lebih baik.
Ultrasonografi endoskopik didefinisikan sebagai sebuah Komplikasi EUS terjadi pada sekitar 1 diantara 2000
prosedurtindakan medik yang rnenggabungkan endoskopi tindakan. Komplikasi yang tirnbul antara lain hives, ruarn
dan ultrasonografi untuk rnendapatkan garnbaran dan kulit atau mual akibat obat-obat yang dipakai selarna
inforrnasi mengenai dinding saluran cerna, organ-organ perneriksaan EUS. Kornplikasi serius yang dapat terjadi
dan jaringan di sekitarnya. Gelombang suara cikirirn ke tetapi jarang yaitu perfora~i.~
dinding saluran cerna rnelalui probe ultrasonografi yang
rnelekat pada ujung endoskop. Kemudian pola ekho
yang dibentuk oleh gelornbang suara yang ~erefleksi PERSIAPAN EUS
diterjemahkan ke dalarn garnbar dinding saluran cerna
oleh komp~ter.4~~ Untuk pemeriksaan EUS saluran gastrointestinal atas,
pasien harus puasa makan dan rninurn minimal 6 jam
~ebelurnnya.~~~
INDIKASI Untuk perneriksaan EUS saluran gastrointestinal
bawah (rektum dan kolon), pasien rnengonsurnsi cairan
lndikasi EUS antara lain: rnenentukan stadium kanker pembersih kolon atau diet cairan jernih dikombinasi
e s o f a g u s - l a r n b u n g - p a n k r e a s - r e k t u r n dan paru; dengan laksatif atau enema sebelurn perneriksaan.'
mengevaluasi pankreatitis kronik dan t u n o r atau Kebanyakan obat yang dikonsumsi dapat diteruskan
kista pankreas; rnemastikan kelainan saluran ernpedu sarnpai hari perneriksaan EUS. Tanyakan pada pasien
termasuk batu pada saluran empedu atau kandung obat-obat yang telah dikonsurnsi. Obat-obat antikoagulan
ernpedu; rnernastikan tumor saluran ernpedu, kandung (warfarin atau heparin) dan klopidogrel harus distop
empedu, atau hati; rnempelajari otot-otot rekturn bawah sebelurn prosedur. Insulin juga harus distop pada hari
dan anal canal dalarn rnengevaluasi penyebab fecal pemeriksaan EUS. Secara urnurn, obat aspirin dan OAlNS
ULTRASONOGRAFIENDOSKOPIK 403
KOMPLlKASl EUS
MACAM/TIPE EUS