SISTEM GASTROINTESTINAL
Insidens - Lk : Pr = 1 : 1
- Semua umur,>30-50 th - Esofagus 1/3 distal
- Esofagus distal 2-8 cm - Hipertropis
menyempit - Hiperplasia
ETIOLOGI
Belum pasti
Diduga hilangnya sel ganglion plexus mientericus Auerbach
PATOLOGI
Segmen esofaggus 2-8 cm, distal menyempit
Esofagus proximal dilatasi mega-esofagus
Bentuk macam-macam
Lapisan otot hipertropis
Mukosa bisa meradang
Gambaran Klinik
ETIOLOGI
Asam atau alkali kuat air keras
obat anti serangga
PATOLOGI
- Ga,baran udem & kongesti pembuluh darah submukosa
seluruh dinding
- Re-epitelisasi bila hanya mukosa
- Jaringan perut bila > dalam
- Stenose / striktur
GAMBARAN KLINIK
- Nyeri ringan berat
- Bibir, mulut, tenggorokan, dada konbustio
- Disfagi
- Sesak nafas
- Perdarahan
- Muntah
PEMERIKSAAN
- Esofagoskopi awal
- Esofagografi lanjut
TERAPI
- Awal antidote
- Antibiotik
- Kortikosteroid
- Bouginasi
- Operatif
PENYULIT
- Udem laring
- Mediastinitis
- Pneumoni
- Fistel trakea-usofagus
PERFORASI ESOFAGUS
Penanganan bedah tergantung letaknya :
– Leher :
Jika tidak ada gejala, tanda lokal atau simptom sistemik
– Observasi dan pemantauan
– Pantang makan dan minum
– Pemasangan selang lambung
– Antibiotik
Jika ada gejala, tanda lokal atau simptom sistemik
– Eksplorasi dan pembedahan melalui leher
– Tutup luka perforasi
– Drainase
– Thoraks :
Thorakotomi :
– Penutupan perforasi
– Drainase paraesofagus
– Drainase thoraks
– Gastrostomi atau yeyunostomi untuk nutrisi
– Antibiotik
TUKAK PEPTIK
Indikasi operasi :
– Gagal dalam terapi medikamentosa :
Tindakan : Reseksi dan Billroth I / II
– Bila timbul komplikasi berupa :
– Perforasi
– Perdarahan
– Stenosis
– Degenerasi maligna
Bila perforasi eksisi + jahitan sederhana + vagotomi
Bila perdarahan
– Endoskopi untuk koagulasi
– Laparotomi - Ligasi
- Reseksi + vagotomi
BILLROTH I OPERATION’S reseksi gaster + anastomosis gastroduodenostomi
BILLROTH II OPERATION’S reseksi gaster + anastomosis gastroyeyunostomi
Vagotomi
Jahitan sederhana
“Crowfoot nerve”
VAGOTOMY
HEPAR
ABSES HEPATIK
ABSES PIOGENIK
ABSES AMEBIK
ABSES PIOGENIK
Etiologi
a. Infeksi bilier asenden Cholangitis oleh kalkuli
plg.umum
b. Penyebaran hematogen melalui sistem portal
c. Sepihemia generalisata melalui arteri (2)
d. Perluasan langsung
e. Trauma hepatik
Kultur nanah : escheria coli 33% dari bilier
stafilokokus
Infeksi sistemik
sterptokokus
Manifestasi Klinik
Gejala-gejala dini penyebab primer :
Demam tinggi
Mual / muntah
Anoreksia
Nyer timbul lambat, nyeri tekan 50%
Ikterus jarang
Diagnosis
Manifestasi Klinik
Pemeriksaan Labortorium
- Lekositosis
Sering dijumpai
- Anemia
- Kultur darah (+) 30%
- Test fungsi hati (LFT)
- Alkali fosfat
Pemeriksaan Radiologis
- Gerakan diafragma kanan terbatas
Sudut kardiofrenik kanan tumpul
Pemeriksaan CT-Scan dan USG sangat bermanfaat
Terapi :
Drainage + antibiotik
Bisa operasi
Perkutaneus dengan menggunakan CT / USG
Abses yang multiple sering menyebabkan kematian
ABSES AMEBIK
10% infeksi dengan oleh entamuba histolitika
Pada usia pertengahan
Ratio Laki-laki : Wanita = 9 : 1
Organisme sampai kehati melalui sistem porta
Lokasi pada lobus kanan secara soloiter dengan cairan seperti
“pasta ikan hiring”
Coklat kemerahan tanda patognomonis
Manifestasi Klinik
Demam
Nyeri hepatik (88%)
Kadang-kadang nyeri bahu kanan
Diare (50%)
Tinja mengandung darah dan lendir
Pemeriksaan : hati lunak dan membesar
Ikterus jarang ditemukan
Diagnose dan Komplikasi
Manifestasi klinik
Pemeriksaan Laboratorium :
- Leukositosis, anemia
- LFT : tidak banyak membantu
Pemeriksaan radiologis, ST-Scan dan USG
Aspirasi --- materi yang khas
Infeksi bakteri sekunder --- 22%
Abses dapat pecah 6-9% atau meluas sekitarnya
Terapi
Kehamilan
Adipositas
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT BATU EMPEDU
- Gastritis
- Tukak peptic
- Pankreatitis
Pada ikterus obstruksi :
1 Kolangiokarsinoma
2 Karsinoma pancreas (Sindroma Courvoisier)
KOMPLIKASI
- Kolesistitis akut (80%) – Emfiema
- Ikterus Obstruksi (20%) karena batu saluran empedu
- Ileus obstruksi karena batu (2%)
- Degenarasi keganasan (1%)
PENATALAKSANAAN
- Batu kantong empedu Kolesistektemi
- Disertai batu saluran empedu
- kolesistektomi + koledokolitotomi
- + antibiotika pofilaksis
- ampisilin 1 g i v + aminoglikosida 60 mg i v (1x)
- atau sefalosporin generasi III 1 g i. v. (1x), kombinasi dengan
1. PANKREAS ANULARE
– Jarang ditemukan
– Disebabkan oleh kelainan bakal pankreas sehingga tonjolan ventral dan dorsal melingkari
duodenum pars ke 2 akibat tidak lengkapnya pergeseran bagian ventral.
– Menyebabkan obstruksi duodenum
– Kadang disertai atresia duodenum
– Sering pada mulanya tidak menimbulkan gejala dan baru ditemukan pada usia dewasa
– GEJALA KLINIK
Obstruksi akut dan nyeri perut berulang
Mual dan muntah berwarna hijau
– DIAGNOSIS
Pemeriksaan scanning yang menunjukan obstruksi duodenum total atau partial dan dinding lateral
kanan duodenum terlipat
– TERAPI
By pass untuk mengatasi obstruksi duodenum
Pankreas anulare X-ray pankreas anulare .
Tampak doble bubble
Pankreas anulare
Pankreas anulare
2. PANKREAS HETEROTROPIK
Disebut juga Pankreas aberans atau pankreas asesoris
Jaringan pankreas dapat ditemukan pada hampir sepanjang saluran cerna
Paling sering di gaster dan divertikel Meckel
Biasanya berbentuk nodul kuning submukosa dengan diameter o,2 – 4,0 cm
Pankreas aberans sulit dibedakan dari leiomyoma atau ulkus peptikum pada lambung
atau duodenum
KOMPLIKASI
Ulkus
Perdarahan
Obstruksi oleh karena besarnya tumor aberans
Intususepsi
PENANGANAN
Eksisi
Reseksi segmen yang mengandung tumor aberans
3. PANKREAS DIVISUM
PEMBAGIAN
KLINIS
Pankreatitis akut dan kronis
Pankreatitis residivans akut dan kronis
PATOLOGI
1. Pankreatitis udematosa
2. Pankreatitis infiltratif
3. Pankreatitis hemoragika
4. Pankreatitis nekrotikans
ETIOLOGI
Abdominal X-ray
– Peranan terbatas pada fase akut
– Gambaran colon cut-off sign
– Gambaran kalsifikasi pada pankreatitis kronis
USG Abdomen
– Merupakan pemeriksaan yang sangat berguna dan technic of choiceuntuk
menentukan etiologi
CT scan abdomen
– Imaging study of choice untuk mengetahui adnya komplikasi
– Grading prognostik dari BALTHAZAR:
A : normal
B : pembesaran pankreas
C : inflamasi peripankreatik
D : single fluid collection
E : multiple fluid collection
PEMERIKSAAN IMEJING
MRCP bila ada dugaan kausa obstruksi saluran biliaris dan
pankreatik
ERCP
Endoscopic USG
Plain film with pancreatic
calcifications (arrowhead).
Abdominal CT scan in a patient with acute pancreatitis
and infection in the lesser sac in the region of the body
and tail of the pancreas. Infection is indicated by the
presence of intraperitoneal gas bubbles (arrowheads).
Acute Chronic
Pancreatitis Pancreatitis
PENANGGULANGAN
1. KONSERVATIF
Kebanyakan konservatif
– Yang sangat penting adalah pemberian cairan dan elektrolit yang diawasi melalui
pemantauan diuresis, hematokrit, volume darah dan CVP
2. OPERATIF
Indikasi pembedahan :
Peritonitis
Abses pankreas
Tindakan bedah debridement pada pankreas dan
jaringan sekitarnya yang nekrotik, membuka semua
kantong atau rongga disekitar pankreas, mencuci dan
membilas sebersih mungkin rongga peritoneum dari
cairan pankreas disertai drainase.
Tehnik drainase abses peripankreatik
PERBEDAAN PANKREATTIS AKUT DAN KRONIS
( Brooks JR . Surgery of Pancreas)
Acute Chronic
More often males 1+ 3+
Alcohol connected 1+ 4+
Biliary tract disease 4+ 1+
Pancreatic enzymes important 4+ 1+
Pancreas normal post disease 4+ 0
Amylase level elevated 4+ 1+
Hypoglycemia 3+ 0
Hyperglycemia 1+ 4+
Hypocalcemia 3+ 0
Hypercalcemia 0 1+
Vasoactive substances, circulating 2 +0
Sepsis, hypotermia, etc 3 +0
Exocrine deficiency 0 4+
Endocrine deficiency 0 4+
Calcareous deposits 0 4+
Renal, pulmonary failure 3+ 0
Pseudocysts 2+ 2+
Jaundice 3+ 2+
Glucagon defect 1+ 0
Gastrintestinal bleeding 3+ 0
Abscess formation 3+ 0
Operable 0 3+
Edema, hemorrhage, necrosis 3+ 0
Dilated ducts 0 +
PENYULIT
Shock dan renal failure.
Disebabkan karena pengeluaran enzim proteolitik yang bersifat vasoaktif
dan menyebabkan perubahan sistem kardiovaskuler disertai perubahan
sirkulasi ginjal.
Juga disebabkan oleh adanya sekuestrasi cairan dalam rongga
retroperitoneum dan intraperitoneum pada pankreatitis hemoragika dan
nekrotikans
Perdarahan
Perdarahan terutama pada pankreatitits nekrotikans mati
Sumber perdarahan dapat disebabkan oleh timbulnya tukak peptik
atau erosi pembuluh darah sekitar pankreas disertai trombosis
v.lienalis dan v.portal
PENYULIT
Pseudokista
Timbul setelah lebih dari 2 minggu perjalanan pankreatitis akut.
Pseudokista terjadi oleh karena adanya pengumpulan cairan
pankreas yang dikelilingi membran jaringan ikat.
Kalsifikasi
Serangan pankreatitis berulang dapat menyebabkan kalsifikasi
pankreas, DM sekunder dan steatorea terutama pada pankreatitis
alkohol.
KISTA PANKREAS
75% kista adalah pseudocyst yang terbentuk setelah pankreatitis dan 25%
setelah trauma
Dinding jaringan ikat
Isi Cairan pankreas yang kadang campur darah atau sisa
jaringan nekrotik
Dapat terbentuk dalam jaringan pankres sebagai kista retensi atau disekitar
pankreas yaitu di belakang mesokolon dan ligamentum gastrokolikum.
Kadang terdapat di retroperitoneum di belakang pankreas dan dapat
mencapai mediastinum.
Karena terjadi akibat kerusakan duktus pankreatikus maka letaknya dapat
sepanjang duktus pankreatikus antara hilus lienalis dan duodenum.
GAMBARAN KLINIK
Gejala yang hampir selalu ditemukan adalah nyeri yang menetap, demam
dan ileus.
Nyeri ditemukan didaerah epigastrium atau diperut kiri atas yang dapat
menjalar ke punggung
Mual dan muntah disertai anoreksia sekitar 20%
PEMERIKSAAN PENUNJANG
– USG
– ERCP
– CT scan
Pasien dengan pseudokista pankreas
PENANGANAN
Pembedahan berupa
– Bila kista kecil :
Ekstirpasi kista
Drainase transfingterik melalui ampula Vater secara
endoskopik
– Bila kista besar :
– Drainase interna
Merupakan pilihan terbaik
Sistogastrostomi atau sistoyeyunostomi
– Drainase eksterna ==== marsupialisasi
Sistoyeyunostomi
Puestouw pankreatikoyeyunostomy Roux’ en Y
Tindakan drainase interna pada pseudokista pankreas
USUS HALUS
DIVERTIKEL MECKEL’S
Merupakan sisa duktus vitelinus (duktus
omphalomesenterica)
Disease of two :
– Jarak sekitar 2 feet dari caecum
– Insiden 2 kali lebih banyak pada laki-laki
– Ditemukan sekitar 2% pada populasi
– Mengandung 2 jaringan heterotropik yaitu epithel gaster dan
pankreas
– 2 komplikasi yaitu ulkus dan perforasi
– Panjangnya sekitar 2 inchi
Sering asimptomatis
Pada proses inflamasi akut sering memberikan gejala
yang mirip apendisitis akut
Therapy : wedge excision
Divertikel Meckel
Divertikel Jejunum
DIVERTIKEL Duodenum
Ditemukan 1% pada populasi yaitu pada dinding median
duodenum pada pankreas
Jarang menyebabkan keluhan
Komplikasi berupa perdarahan atau perforasi (jarang !!!)
Bila ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan
radiologi sebaiknya dibiarkan saja jika tidak ada keluhan
OKLUSI ARTERI MESENTERIKA SUPERIOR
ANATOMIC CLASSIFICATION
(Intestinal Stomas, Principle, Techniques and management, John M.MacKeigan and Peter A Cataldo, 1993)
Simple Complex
Short, direct tract Type 1
No associated abscess Associated with abscess
No other organ involvement Multiple organ involvement
Type 2
Open into base of disrupted wound
Simple
Short, direct tract
No associated abscess
No other organ involvement
Complex
Type 1
Associated with abscess
Multiple organ involvement
Type 2
Open into base of disrupted wound
Type 2
Type 1
Klasifikasi
Berdasarkan volume out put tiap hari
– Low out put < 500 cc / 24 jam
Berasal dari colon
– High out put > 500 cc / 24 jam
Berasal dari usus halus
ETIOLOGI
I. Post operative occurance II. Spotaneous occurance
A. Anastomotic problems
A. Intrinsic disease
1. Technical factors
a. Tension 1. Inflamation
b. Blood supply (Inflamation Bowel Disease,
c. Technique Diverticulosis)
2. Intestinal factors 2. Malignancy
a. Inflammation
3. Infection (TBC, actinomycosis,
b. Ischemia
c. Malignancy amoebiasis)
d. Infection 4. Ischemia (embolus,
3. Systemic factors thrombosis, low flow)
a. Malnutrition 5. Foreign body
b. Steroids
6. Collagen vascular disease
c. Malignancy (incl.chemoth/
and radioth/ ) 7. Radiation
d. Systemic disease B. Extrinsic disease
(DM, renal failure) 1. Trauma
B. Incidental injury 2. Other organ
1. Lysis of adhesions
Factors that prevent spontaneous closure
(Intestinal Stomas, Principle, Techniques and management, John M.MacKeigan and Peter A Cataldo, 1993)
1. Undrained sepsis
2. Distal obstruction
3. Underlying disease (e.q.,Crohn’s disease,
radiation-induced bowel injury and
malignancy
– INTESTINAL
Perdarahan pada mukosa blood loss dan anemia
Acute fulminating dapat terjadi distensi dan perforasi
( toxic megacolon)
Merupakan penyakit premalignan yang dapat menjadi
carcinoma colon dalam waktu 10 tahun
– EXTRAINTESTINAL
Kulit
Liver disease
Inflamasi pada mata
Arthritis
PENANGANAN
1. Medikamentosa
5-aminosalicylic acid (5-ASA)
Sulfasalazine (kombinasi 5-ASA + sulfapyridine)
Azathioprine dapat menginduksi terjadinya remisi
Prednisolone harus diberikan juga antibiotik untuk
mencegah terjadinya septikemia
2. Pembedahan
Merupakan terapi kuratif
Biasanya dilakukan total colectomy + anastomosis ileorectal
atau ileoanal
COMPARISON OF CROHN’S DISEASE AND COLITIS ULCERATIVE
DEFINISI
Divertikulum kantong pada dinding usus. Kantong terjadi pada
bagian yang lemah pada dinding usus, biasanya oleh
karena peningkatan tekanan intraluminer atau
terdorong keluar dinding usus
TERAPI
– Penggantian cairan, heparin dan antibiotik
– Pembedahan harus dilakukan untuk mengeluarkan segmen usus
yang nekrosis
PROGNOSIS
– Iskemia akut jelek dengan survival rate < 20 %
VOLVULUS
1. VOLVULUS CAECUM
– Etiologi
Kolon kanan tidak terletak retroperitoneal tetapi tergantung pada
perpanjangan mesenterium kelainan kongenital
Ada faktor mesenterium yang panjang dan caecum mobil karena
tidak terfiksasi
Sumbu rotasi volvulus terletak sekitar a.ileocolica
Rotasi bisa 7200
– Insiden
Jarang , ± 10 %
Di Indonesia rendah banyak di Minahasaa
Gambaran klinik
– Gejala obstruksi, distensi, darm contour dan steifung ,
hipeperistaltik, metalik sound
– Nyeri bersifat kolik
Diagnosis
– Foto polos abdomen gambaran patognomonis :
– Diltasi segmen caecum yang berbentuk ovoid disertai dengan dilatasi
usus halus dengan gambaran “air fluid level” dan udara tidak memasuki
kolon.
Terapi
– Pembedahan
Reseksi ileocaecal + ileocolostomy “end to side”a
Caecal Volvulus. (A). The abdomnal X-ray shows a large air collection in the left upper quadrant with
transverse colon gas present. The large air collection is actually the caecum, wich has migrated to the left
upper quadrant due to caecal volvulus. (B). The barium enema shows a narrowed caecum and ascending
colon (arrows)
2. VOLVULUS SIGMOID
– Etiologi
Mesenterium yang panjang dengan basis yang sempit
– Insiden
Lebih sering dibandingkan dengan volvulus caecum (90 %)
Orang tua, laki > perempuan
Ditemukan juga pada orang tua dengan gangguan mental,
pengaruh obat neuroleptik, gangguan kardiovaskuler
dan penyakit paru kronik yang berat
Sering dijumpai pada penderita konstipasi kronik
Sering mengalami strangulasi
Gambaran klinis
– Berulang-ulang mengalami serangan nyeri perut yang samar
dengan kolik usus dan perut kembung.
– Gejala dan tanda akan hilang setelah flatus berulang kali
– Bila strangulasi syok dan tanda toksis lainnya
Pemeriksaan radiologik
– Foto polos
Friemann-Dahl
“Inverted U” , “Coffee bean”
Gambaran ban mobil atau ban scooter
– Barium
“Bird beak appearance”
SIGMOID VOLVULUS
Penanggulangan
– Dekompresi Rectoscopy, endoscopy ( keberhasilan
80 %)
Diagnosis sekaligus terapi
Bila berhasil rencanakan untuk sigmoidektomi
– Pembedahan
Sigmodektomi
Bila keadaan umum jelek / tidak mengizinkan :
– Prosedur Hartmann
– Detorsi dan sigmoidopeksi kekambuhan 90 %
APENDISITIS AKUT
FAKTOR PENCETUS :
OBSTRUKSI hiperplasia kelenjar limfoid, fekolit, benda asing,
cacing, tumor, striktur, kingking apendiks, obstruksi
fungsional (tekanan intra sekal tinggi akibat
konstipasi)
INFEKSI E.coli, Streptococcus, E.histolotica, dll.
PATOGENESIS
GEJALA :
- Nyeri visera di ulu hati, sekitar pusat
- Mungkin kolik
PATOGENESIS
TEKANAN INTRALUMEN TINGGI obstruksi vena (terjadi trombosis)
Iskemi + edema semakin berat + invesi kuman PUS
GEJALA :
-Nyeri sentral berpindah ke perut kanan bawah
- Nyeri somatik ( peritonitis lokal)
PATOGENESIS
TEKANAN INTRALUMEN SEMAKIN TINGGI gangguan arteri
nekrosis + kuman gangren
APENDISITIS GANGRENOSA
PERFORASI
PERITONITIS GENERALISATA
GAMBARAN KLINIK
ANAMNESIS
Sakit di sekitar pusat / epigastrium 4 – 6 jam kemudian
berpindah dan menetap di perut kanan bawah ( titik Mc Burney )
TWO POINT’S QUESTION
Sakit bertambah berjalan, bernapas dalam, mengedan, batuk
(perangsangan peritoneum)
Nafsu makan hilang, mual dan muntah
Konstipasi, diare
Sakit seluruh perut PERITONITIS GENERALISATA
PEMERIKSAAN FISIS
KEADAAN UMUM
0 0 0
– Demam ringan 37,5 – 38,5 C (beda 1 C rektal dan aksiler
sudah bermakna)
– Demam tinggi infiltrat, abses, peritonitis
– Nadi cepat infiltrat, abses, peritonitis
– Kurang bergerak, paha difleksikan
PEMERIKSAAN FISIS
INSPEKSI
Tidak tampak kelainan
Penonjolan perut kanan bawah INFILTRAT ATAU ABSES
Cembung ikut gerak nafas PERFORASI / PERITONITI
PALPASI
Nyeri tekan perut kanan bawah (Mc Burney)
Massa di perut kanan bawah INFILTRAT ATAU ABSES
Defans lokal defans menyeluruh sudah PERITONITIS
BLUMBERG SIGN , ROVSING SIGN
OBTURATOR SIGN, PSOAS SIGN
PEMERIKSAAN FISIS
PERKUSI
Nyeri ketok perut kanan bawah
Pekak hepar hilang PERFORASI (sering pekak ada)
AUSKULTASI
Peristaltik normal
Bising usus menghilang PERITONITIS
COLOK DUBUR
Nyeri pukul 10 – 11 LETAK PELVINAL
Sfingter longgar bila PERITONITIS
DIAGNOSIS
1. ANAMNESIS
2. PEMERIKSAAN FISIS
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG laboratorium, radiologi, USG,
Laparoskopi
KESALAHAN DIAGNOSIS 15 % – 20 % terutama pada
wanita
Menghindari kesalahan perlu OBSERVASI tiap 1 – 2 jam
LABORATORIUM
– Leukositosis shift to the left
– LED meningkat infiltrat / abses
– Hematuri mikroskopik, piuria
FOTO TORAKS
– Untuk menyingkirkan basal pneumonia kanan
FOTO ABDOMEN
– Kadang ditemukan fekolit
– Perselubungan fossa iliaka kanan
– Udara bebas subdiafragma kanan
– Batu saluran kemih dapat terlihat
USG
– Massa infiltrat atau abses
– Penuntun drainase
perkutaneus
LAPAROSKOPI
– Berguna pada kasus
meragukan
DIAGNOSIS BANDING
PENYAKIT GASTROINTESTINAL
– Kolesistitis akut, pankreatitis, koledokolitiasis
– Perforasi lambung, duodenum, kolon
– Divertikel Meckel, kolon
– Demam tifoid, Gastroenteritis akut
– Karsinoid / mukokel apendiks, tumor sekum
– Limfadenitis mesenterika, obstruksi usus
OBSTETRI – GINEKOLOGI
– Pecahnya folikel Degraf (ovulasi), salfingitis kanan, adneksitis kanan,
KET. Torsio kista ovarium, endometriosis eksterna
PENATALAKSANAAN
PEMBEDAHAN APENDEKTOMI
– Sebaiknya dilakukan dalam 2 x 24 jam
– Pendekatan TERBUKA atau LAPAROSKOPI
– Macam insisi insisi GRID IRON , LANZ, PARAMEDIAN
KANAN, MIDLINE, SUPRA PUBIK, TRANSVERSA, dll
KONSERVATIF
DILAKUKAN PADA TINDAKAN BERUPA :
– Bedrest total
– Diet cair, lunak, rendah serat
– Antibiotik yang sesuai / spektrum luas
– Observasi 2 – 4 kali sehari
KOMPLIKASI
Periapendikular infiltrat
Abses
Perforasi
Apendisitis kronis
Apendisitis rekuren
Mukokel
PADA ANAK
Diagnosis sukar kurang komunikatif, tidak khas, jarang
Parforasi sering Dinding apendiks tipis
Omentum belum berkembang
80% sudah terjadi perforasi baru terdiagnosis
BEDAKAN NYERI APENDIKS ATAU UTERUS miring ke kiri dan nyeri berpindah
ke kiri berarti berasal dari UTERUS
HERNIA
Ronald E Lusikooy
Bagian Bedah Digestive
UPF Bedah – RSUP DR Wahidin Sudirohusodo
Makassar
PENDAHULUAN
Penonjolan / protrusi isi (viscus) suatu rongga
melalui defek / bagian lemah dari dinding rongga
bersangkutan
Hernia terdiri : cincin, kantong, isi hernia
PEMBAGIAN
Berdasarkan terjadinya
Hernia kongenital : H.diafragmatika, H.inguinalis
lateralis, dll.
Hernia akuisita : H.femoralis, H.inguinalis medialis,
H.insisional, dll.
Menurut letaknya
Inguinalis, Diafragmatik, Umbilikalis, Femoras, Lumbalis, Dll
Menurut sifatnya
Hernia reponibilis
Isi kantong dapat keluar masuk
Hernia irreponibilis
Isi kantong tidak dapat keluar masuk
Tidak ada gangguan pasase isi usus
Hernia inkarserata
Isi kantong tidak dapat keluar masuk
Disertai gangguan pasase isi usus Hernia
Strangulata
Hernia strangulata
Bila sudah terjadi gangguan vaskularisasi
Menurut arah herniasi / penonjolan
– Hernia eksterna
– Hernia interna`
HERNIA INGUINALIS
Pendahuluan
Hernia inkarserata penyebab tersering ileus
obstruktif di Indonesia
Pada bayi / anak sering sisi kanan (60%)
Hernia Inguinalis Medialis terjadi akibat
tekanan intraabdominal dan kelemahan otot
dinding perut, umumnya bilateral, khususnya
pria tuaa
Anatomi
Batas kanalis inguinalis :
Kraniolateral : anulus inguinalis internus
Kaudomedial : anulus inguinalis eksternus
Atapnya : aponeurosis m.oblikus eksternus
Dasarnya : ligamentum inguinalis
Trigonum Hasselbach
Inferior : ligamentum inguinalis
Lateral : vasa efigastrika inferior
Medial : tepi lateral m.rektus abdominis
Dasar : fasia transversal, m.transversus
Pembagian
Hernia inguinalis lateralis
Letak di lateral vasa epigastrika inferior
Hernia inguinalis indirect karena menonjol
melalui anulus dan kanalis inguinalis
Berada dalam m.kremaster dan letaknya
anteromedial terhadap vas deferens
Didapat
Faktor kausal :
Prosesus vaginalis yang tetap terbuka
Peninggian tekanan intraabdomen
Kelemahan otot dinding perut
Gambaran Klinik
Anamnesis
Benjolan di lipat paha yang timbul hilang
Muncul bila tekanan Intra abdomen
Menghilang saat berbaring / reposisi manual
Nyeri, muntah, gejala sistemik bila sudah
inkarserata atau strangulasi
Inspeksi
Hernia Inguinalis Lateralis benjolan lonjong di
inguinal yang berjalan dari kraniolateral ke
kaudomedial
Hernia Inguinalis Medialis benjolan oval/bulat
Hernia Inguinalis Lateralis Kanan
Hernia Umbilicalis
dan
Hernia Scrotalis
Palpasi
Teraba usus, omentum, ovarium
Sensasi gesekan sutera (silk sign)
Colok dubur
Untuk mengetahui adanya faktor
predisposisi
Kemungkinan telah ada strangulasi
Pemeriksaan lain
Untuk membedakan HIL dan HIM
Tes visibel , Tes Oklusi, Tes taktil
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisis
Pemeriksaan penunjang : Laboratorium, toraks
foto, EKG
Diagnosis banding
Kongenital : hidrokel, undesensus testis
Trauma : hematom
Infeksi : limfadenopati, orkitis, abses, dll
Tumor : lipoma, seminoma
Lain : hernia femoralis, varikokel, torsi testis
Komplikasi
Hernia inkarserasi
Hernia strangulasi : nekrosis, gangren, abses ,
fistel, peritonitis
Strangulated inguinal hernia
Konservatif
Sedatif, kompres es, posisi Trendelenberg hernia anak
yang inkarserasi
Tereposisi : operasi elektif
Gagal tereposisi : operasi emergensi
Pemakaian bantalan penyangga sebaiknya tidak dilakukan
1. External oblique aponeurosis 2. Cremasteric fascia opened sac idenfied
3. Sac separated
4. Sac transfixed
Internal oblique muscle
External oblique aponeurosis
Conjoined tendon
External oblique
aponeurosis
Inguinal ligament
HERNIA FEMORALIS
Pendahuluan
Terutama wanita tua (4 x lebih banyak)
Sering inkarserasi : akibat foramen sempit
Berjalan di kanalis femoralis dan keluar di bawah
ligamentum inguinalis pada fosa ovalis
Hernia Femoralis Kiri
Anatomi
Letak kanalis femoralis
Di medial dari v.femoralis
Di dorsal dari ligamentum inguinalis
Batas kanalis femoralis
Di kanioventral : ligamentum inguinalis
Di kaudodorsal : lig. iliopektinea (Cooper)
Di medial : ligamentum lakunare Gimbernati
ANATOMY OF FEMORAL
HERNIA
Round ligament
Inguinal ligament
Femoral ring
Lacunar (Gimbernat’s) ligament
Sac turned upward over inguinal
Cooper’s ligament
ligament along superficial epigastric
Superior public ramus vein
Fossa ovalis covered by
cribriform fascia
Falciform margin
Superficial epigastric vein
Long saphenous vein
Public tubercle
Bilocular sac due to aberrant
obturator artery
Etiologi
Faktor kausal berupa
Peninggian tekanan intra abdomen
Kelemahan dinding perut : multipara, obeis, usia lanjut
Gambaran klinik
Anamnesis
Benjolan di lipat paha, timbul hilang
Sering dengan gejala strangulasi
Pemeriksaan fisis
Benjolan oval / bulat di fosa ovalis
- di bawah ligamentum inguinalis
- di medial v.femoralis
- di lateral tuberkulum pubikum
Diagnosis banding
Hernia inguinalis, Lipoma
Limfadenitis, abses dingin
Varises muara v.safena magna
Penatalaksanaan
Pembedahan
Pendekatan inguinal
Pendekatan krural
Pendekatan kombinasi
Konservatif
Bila ada kontraindikasi
pembedahan
OPERATION FROM ABOVE OPERATION FROM
BELOW
Liberation of sac : Conversion Sac drawn up, twisted and Sac freed, opened,
of femoral to inguinal hernia transfixed preparatory to emptied, twisted and
through incision in ligation and excision transfixied high up
transversalis fascia
Etiologi
Faktor yang berpengaruh
Teknik operasi buruk, Infeksi pasca operasi
Umur/orang tua, obesitas, kelainan sistemik
Komplikasi paru pasca operasi
Penempatan drain di luka operasi
HERNIA INSISIONAL
Penatalaksanaan
Hernia kecil
Jahit lagsung dengan fascia-to-fascia
repair
Hernia besar
Gunakan mersilene/prolene mesh,
marleks
HERNIA LAIN
Hernia pantalon
Kombinasi HIL dan HIM pada satu sisi
Hernia Richter
Sebagian dinding usus masuk dlm kantong
Hernia Littre
Isi kantong adalah divertikel Meckel
Hernia Maydl ( W shaped hernia )
Isi berupa segmen usus berbentuk “ W ”
2 segmen dalam kantong, 1 segmen tetap dalam rongga perut
Continuity of bowel lumen
LITTRE’S
HERNIA
Internal inguinal ring
Normal Bowel
relations Sac
(Schematic)
SLIDING
HERNIA Transfixion suture
Reposited colon
Hernia paraumbilikalis
Hernia epigastrika
Lewat defek di linea alba di atas umbilikus
Hernia ventralis
Hernia di dinding perut anterolateral
Hernia lumbalis
Lewat trigonum kostolumbalis sup. (Grijnfelt)
Lewat trigonum kostolumbalis inferior (Petit)
Hernia perinealis
Hernia yang melalui dasar panggul
Hernia Obturatoria
Melalui foramen obturatorium
Hernia skiatik
Melalui foramen skiatik major
Hernia diafragmatik
Melalui foramen Morgagni dan foramen Bochdalek
Hernia paraesofagus
Lewat hiatus esofagus ke rongga toraks
Hernia lipat paha
Hernia abdominalis externa yang terdapat dilipat paha
: HIL, HIM, H. Femoralis
VENTRAL HERNIA
Umbilical hernia
Hernia at linea
semilunaris
(Spigelian hernia)
Trapezius muscle
Serratus posterior
inferior muscle
Latissimus dorsi muscle
12th Rib
Hernia in space of
External oblique muscle
grynfelt (Superior
lumbar space)
Hernia in triangle of petit
External oblique muscle
(Inferior lumbar space)
Iliac crest Internal oblique muscle
Bulbocavernosus muscle
Urogenital diaphragm
Obturator externus
muscle
Pectineus muscle
OBTURATOR HERNIA
Gluteus maximus
Gluteus medius
Superior gluteal artery
Gluteus minimus
Hernial sac emerging
above piriformis muscle
Piriformis muscle
Hernial sac emerging
below piriformis muscle
Internal pudendal vessel
and pudendal nerve
Greater trochanter of
femur
Obturator internus tendon
Sciatic nerve
SCIATIC HERNIA
Sacrotuberous ligament
Ischial tuberosity
Haemorrhoides Greek
Haem = blood Rhoos = flowing
Flowing of blood
Ambeien / wasir / piles
Kelainan pada jaringan submukosa anal yang
menyebabkan gejala perdarahan atau prolapsus
Tidak semua gejala / keluhan pada daerah
anorektal adalah hemoroid
ASPEK ANATOMI
PATOGENESIS
anal cushion
1. Linea dentata
2. Kulit anal
3. Anal canal
4. Plexus hemoroidalis externa
5. Ligamentum Park Park’s Theory Prolapsus anal cushion
6. Hemoroid interna
7. M.rektalis sirkuler
8. M.rektalis longitudinalis
FAKTOR RISIKO
KLASIFIKASI
Eksterna
Interna
KLINIS :
1. Std 1 terbatas dalam anal canal, tidak
prolapsus
2. Std 2 prolapsus, dapat tereduksi
spontan
3. Std 3 prolapsus,direduksi manual
4. Std 4 prolapsus permanen ====
inkarserasi
Internal hemorrhoids
External hemorrhoids
and skin tag
PRINSIP PENANGANAN HEMOROID
• Stadium 1 dan 2
• Konservatif :
I. PENANGANAN PADA NON ATAU MINIMALLY PROLAPSING
HEMOROID
METODE ??
Rubber band ligation
Hemoroid stadium 2 dan 3
Menempatkan rubber band pada basis jaringan hemoroid
pembuluh darah strangulasi nekrosis luka
sembuh dengan membentuk jaringan fibrosis anal
cushion terfiksasi pada jaringan dibawahnya
mencegah terjadinya prolapsus hemoroid
Keberhasilan 50% - 100%
Komplikasi :
Nyeri minimal
Perdarahan sekunder 2 % – 5 %
Vasovagal-attack
Sepsis perineal
HEMOROIDEKTOMI
• open
• closed
MILIGAN – MORGAN HEMOROIDECTOMY
(open hemoroidectomy)
CLOSED HEMOROIDECTOMY
Ferguson
Parks (Submucosal hemoroidectomy)
Whitehead
Langenback
CLOSED HEMOROIDECTOMY
TEHNIK HEMOROIDECTOMY DI MAKASSAR
THROMBOECTOMY
Penanganan nyeri pasca operasi
Pasca operasi hemoroidektomi sangat nyeri.
Metode penanganan nyeri pasca operasi :
Berikan anastesi yang baik
Analgesi yang adekwat
Bulk laxative dan “sitz bath”
Gunakan diatermi
Penanganan perdarahan pasca operasi
Komplikasi
Kerusakan / terpotongnya sfingter ani
Fistel rektovaginal
Pelvic sepsis
FISSURA ANI
FISURA ANI
Pendahuluan
Anal fissure, fissura in ano, anal ulcer
Luka epitel yang sejajar sumbu anus, mulai dari
linea dentata sampai ke tepi anus
Sangat nyeri akibat spasme sfingter
Letak di garis tengah posterior (90%)
Kelainan kronik dengan eksaserbasi
Sering kambuh
Etiologi
1. Idiopatik
2. Faktor kausal :
Iritasi akibat diare kronik
Feses yang keras
Cedera partus
Trauma : benda asing , iatrogenik
Setelah hemoroidektomi
Pemakaian laksans
Gambaran klinik
Anamnesis
Konstipasi, feses keras
Saat defekasi sangat nyeri
Darah segar tidak bercampur dengan
feses berupa satu garis
Pemeriksaan fisis
Inspeksi
TRIAS FISURA ANI :
Sentinel pile / skin tag / umbai kulit
Fisura / Ulkus
Hipertrofi papilla
Palpasi/colok dubur
Sering ada spasme sfingter
Derajat indurasi, stenosis
Anal fissure with Peri-anal irritation
sentinel pile due to pruritus ani
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisis
Penunjang : Laboratorium, Anoskopi /
proktoskopi
Sebaiknya digunakan anoskop kaliber kecil
dengan anastesi lokal
Diagnosis banding
Karsinoma anus
Lesi primer lues
Tuberkulosis
AIDS
Proktitis
Crohn disease
Penatalaksanaan
Konservatif
Diet : kaya serat, minum cukup banyak
Pelunak feses : psyllium
Krim atau zalf topikal
Warm site bath
Pembedahan
Dilatasi menurut Lord
Sfingterotomi interna lateral
Multiple sfingterotomi anal
V-Y anoplasty + sfingterotomi
Fisurektomi + sfingterotomi
Fisurektomi + hemoroidektomi
Indikasi
Perdarahan persisten, nyeri hebat
Konservatif gagal, fisura kronik
ABSES
ANOREKTAL
ABSES ANOREKTAL
Pendahuluan
Invasi bakteri patogen di ruang pararektal
Infeksi campuran : E. coli, Proteus vulgaris,
Streptokok, Stafilokok, Bacterioides, Anaerob
Lebih sering pada pria
Etiologi
Infeksi kelenjar kripta (paling sering)
Abses superfisial : infeksi kulit
Abses profunda : Benda asing, Crohn’s disease ,
Kolitis ulserosa, dll.
Pembagian
Abses perianal
Abses intersfingter
Abses iskiorektal
Abses submukosa
Abses pelvirektal (supra levator)
Abses intermuskuler
Abses retrorektal
Abses marginal
Type of abscesses in anorectal region
Retrorectal
Pelvirectal Supralevator
Submucous
Ischiorectal
Intermuscular
Subcutaneous
Infralevator
(Peri-anal)
Cutaneous
(Furuncel)
Gambaran klinik
Anamnesis
Nyeri di sekitar anus, kulit perianal
Gejala sistemik : demam
Tidak ada gangguan defekasi
Mungkin nyeri perut bawah
Pemeriksaan fisis
Superfisial (perianal)
Bengkak, indurasi, kemerahan, panas
Nyeri
Profunda
Colok dubur/ vagina atau bimanual
Letak abses dapat ditentukan
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisis
Pemeriksaan penunjang : Laboratorium,
Anoskopi / proktoskopi
Komplikasi
Perluasan abses
-Abses ke lateral : horse-shoe abscess
-Abses ke bawah : hour-glass abscess.
Fistel
Penatalaksanaan
Konservatif
Rendam duduk
Analgetik
Antibiotik : kurang bermanfaat
Pembedahan
Insisi dan drainase
FISTEL
PERIANAL
FISTEL PERIANAL
Pendahuluan
Nama lain : fistel para-anal, fistel anorektal,
fistula in ano
Saluran abnormal dgn muara interna di kanalis ani dan
muara eksterna di area para-anal/kulit perianal
Lebih sering pria, usia > tahun
Pembagian
Fistel intersfingterik : (75%)
Fistel transfingterik
Suprasfingterik
Ekstrasfingterik
Types of anal fistulae
Complete internal
External (Intrasphincter
and transsphincteric)
Branching (Complex)
Horseshoe
Hukum Goodsall - Salmon
Muara eksterna di anterior garis imajiner fistel berjalan lurus
Muara eksterna di posterior garis imajiner fistel melengkung
menuju garis tengah posterior kanalis analis
Muara eksterna di anterior garis majiner dan lebih dari 3 cm dari
anus fistel akan melengkung ke posterior
Garis imajiner
Etiologi
Komplikasi
Infeksi sistemik
Malignitas : jarang
Penatalaksanaan
Pembedahan
Fistulektomi, Fistulotomi
Pemasangan 'seton‘