Anda di halaman 1dari 34

KELAINAN SKROTUM

dr. Ria arisandi

Pembimbing
dr Ronald Sp.B

INTERNSHIP RSUD ZAINAL ABIDIN PAGAR ALAM


WAY KANAN
ANATOMI SKROTUM
http://emedicine.medscape.com/article/ http://en.wikipedia.org/wiki/

Male Genital Disorders


Disorders Etiology Clinical
Testicular torsion Intra/extra-vaginal Sudden onset of severe testicular pain followed by
torsion inguinal and/or scrotal swelling. Gastrointestinal
upset with nausea and vomiting.
Hidrocele Congenital anomaly, accumulation of fluids around a testicle, swollen
blood blockage in the testicle,Transillumination +
spermatic cord
Inflammation or
injury

Varicocoele Vein insufficiency Scrotal pain or heaviness, swelling. Varicocele is


often described as feeling like a bag of worms
Hernia skrotalis persistent patency of Mass in scrotum when coughing or crying
the processus
vaginalis
Chriptorchimus Congenital anomaly Hypoplastic hemiscrotum, testis is found in other
area, hidden or palpated as a mass in
inguinal.Complication:esticular neoplasm,
subfertility, testicular torsion and inguinal hernia
Scrotal Swelling
Gangguan Etiologi Klinis
Torsio testis Torsi (puntiran) Nyeri testis berat dengan onset mendadak
testis dan yang diikuti pembengkakan inguinal dan/atau
spermatic cord skrotum. Gejala gastrointestinal seperti mual
intra/extra vaginal dan muntah
Orkhitis Komplikasi infeksi Nyeri dan pembengkakan testis dan skrotum,
virus Mumps hiperemia pada kulit skrotum,
Infeksi saluran kemih Gejala konstitusional  demam, menggigil,malaise
Hidrokele Kelaian kongenital, Akumulasi cairan di dalam cavum vaginalis di
gangguan aliran sekitar testis. Skrotum tampak membengkak darah
di spermatic Transiluminasi (+)
cord, inflamasi,

Varikokele
injury
Not Just Merely a Tagline
Insufisiensi vena Rasa nyeri atau berat di skrotum.
 dilatasi Palpasi skrotum  “feeling like a bag of worms”
pleksus
pampiniformis
Spermatocele Idiopathic, Sebagian besar asimptomatis
Obstruksi  Massa halus, kistik, berbatas tegas pada supero-
akumulasi sperma posterior testis
 kista Transluminasi (+)
1. UNDESENSUS TESTIS
 Definisi: gangguan perkembangan yang
menyebabkan testis gagal turun ke dalam
skrotum
 Istilah undesensus testis dipakai bergantian
dengan cryptorchidisme (testis yang
tersembunyi)
 Kebanyakan testis tidak ditemukan di skrotum
saat lahir, testis dapat berada dimana saja dalam
abdomen, sedikit di luar skrotum, sampai
migrasi di luar skrotum tidak pada jalurnya
UNDESENSUS TESTIS
 Etiologinya multipel dan masih belum diketahui dengan
pasti
 Sering didapatkan kelainan kongenital yang lain seperti
hipospadia
 Jarang terjadi secara bilateral
 Sering pada bayi prematur, berat lahirnya rendah, dan
gemelli
 70-77% undesensus testis ini turun secara spontan dalam
waktu 3 bulan
UNDESENSUS TESTIS
Beberapa teori terjadinya undesensus testis:
 faktor-faktor endokrin (LH-FSH, androgen-DHT,
Müllerian inhibiting substance, estrogen/DES,
descendin)
 kelainan pada gubernakulum yang berfungsi sebagai
penuntun testis menuju skrotum
 kelainan saraf genitofemoral
 kelainan gen
 kelainan pada epididimis
 tekanan intraabdomen yang kurang (prune-belly
syndrome, ekstrofia kloaka, omphalocele, gastroschizis,
agenesis otot-otot abdomen (Schneck FX, Bellinger MF,
2002).
UNDESENSUS TESTIS
Klasifikasi undesensus testis
(1) Intraabdomen: mulai dari ujung bawah ginjal sampai
kanalis inguinalis internus
(2) Intrakanalikuler
(3) Ekstrakanalikuler
– Suprapubik: testis terletak diluar kanalis inguinalis sampai
diatas simfisis pubis
– Infrapubik: testis terletak di bawah simfisis pubis dan sedikit di
luar skrotum
(4) Ektopik: terjadi setelah keluar dari kanalis inguinalis
eksternus, paling sering testis berada diantara m.
obligus eksternus dan fascia scarpa (kantong Dennis-
Browne), lokasi lain skrotum sisi yang lain, femoral,
prepenile, dan perineal
  
Harus dibedakan antara istilah testis nonpalpabel dengan
testis retraktil
 Istilah testis nonpalpabel: bila pada pemeriksaan fisik
testis tidak ada (intraabdomen, absent, atrofi, atau
terlewatkan saat pemeriksaan dan testis retrktil, non
palpabel digunakan)
 Istilah testis retraktil: testis masih ditemukan sepanjang
jalan desensusnya, biasanya teraba di daerah lipat paha
(groin), terjadi karena otot kremaster yang terlalu aktif,
dan dengan mudah kembali ke skrotum
KOMPLIKASI
 infertilitas
 neoplasma  10% tumor testis dari kriptorkismus

 hernia

 torsio testis
PENATALAKSANAAN
Terapi definitif dilakukan di atas usia 3 bulan dan kurang
dari 1 tahun

 obat-obatan :
 hCG stimulasi sel Leydig
 GnRH

 Keberhasilan obat-obatan hanya 20%


PENATALAKSANAAN
 pembedahan  gold standard
 Teknik pembedahan:
1) Orchiopexy standard: mobilisasi testis dan funikulus
spermatikus, repair prosesus vaginalis dengan ligasi
tinggi kantong hernia, skeletonisasi funikulus
spermatikus, membuat kantong dalam hemiskrotum
2) Ancillary technique untuk undesensus testis letak
tinggi
3) Reoperasi orchiopexy setelah repair hernia
4) Laparaskopik
5) Fowler-Stephens orchiopexy
2. VARIKOKEL
 Kelainan pada vena (plexus pampiniformis) yang
berdilatasi dan berkelok, dan dominant pada sisi kiri,
jarang ada sebelum usia dewasa.
 varikokel ini berhubungan dengan infertilitas.
VARIKOKEL (ETIOLOGI)
 Tekanan vena renalis kiri yang meningkat
 Anastomosis vena kolateral
 Kerusakan katup vena spermatika interna.
 Peningkatan tekanan vena renalis akibat
fenomena nut-cracker ( vena renalis kiri terjepit
antara aorta dan a. mesenterika superior),
hilangnya fungsi katup vena spermatika
interna tersering
 sisi kiri lebih sering terjadi karena tekanan di
dalam system venanya yang lebih tinggi.
GEJALA KLINIS
• Pasien biasanya mengeluh belum mempunyai anak
setelah beberapa tahun menikah, atau kadang-kadang
mengeluh adanya benjolan di atas testis yang terasa
nyeri.
• Varikokel jarang menimbulkan rasa tidak nyaman.
• Keluhan yang biasa dimunculkan antara lain adanya
rasa sakit yang tumpul atau rasa berat pada sisi
dimana varikokel terdapat.
PEMERIKSAAN FISIK
• Pemeriksaan dilakukan dgn pasien dalam posisi
berdiri, perhatikan keadaan skrotum kemudian
dilakukan palpasi  bentukan seperti kumpulan
cacing-cacing di dalam kantung (bag of worms)
yang berada di sebelah kranial testis, adanya distensi
kebiruan dari dilatasi vena.
• Jika varikokel tidak terlihat secara visual, struktur
vena harus dipalpasi dengan manuver valsava.
Secara klinis varikokel dibedakan dalam 3
tingkatan/derajat:
1. Derajat I kecil: varikokel dapat dipalpasi setelah pasien
melakukan manuver valsava
2. Derajat II sedang: varikokel dapat dipalpasi tanpa
melakukan manuver valsava
3. Derajat III besar: varikokel sudah dapat dilihat bentuknya
tanpa melakukan manuver valsava.

(manuver valsava = mengedan)


• Pemeriksaan auskultasi
– Stetoskop Doppler  mendeteksi adanya
peningkatan aliran darah pada pleksus
pampiniformis.
• Alat orkidometer
– Untuk lebih objektif dalam menentukan besar
atau volume testis
• Pemeriksaan analisis semen
– Untuk menilai seberapa jauh varikokel telah
menyebabkan kerusakan pada tubuli seminiferi.
– Hasil analisis semen pada varikokel
menunjukkan pola stress:
• menurunnya motilitas sperma
• meningkatnya jumlah sperma muda
(immature,)
• terdapat kelainan bentuk sperma (tapered).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Angiografi/Venografi
• Ultrasonografi (USG)
PENATALAKSANAAN
Indikasi Operasi :
• Varikokel secara klinis pada pasien dengan parameter semen
yang abnormal terkait dengan atrofi testikular ipsilateral atau
dengan nyeri ipsilateral testis yang makin memburuk setiap
hari, harus segera dioperasi dengan tujuan membalikkan
proses yang progresif dan penurunan durasi-dependen fungsi
testis.

• Remaja dengan varikokel grade I – II tanpa atrofi dilakukan


pemeriksaan tahunan untuk melihat pertumbuhan testis, jika
didapatkan testis yang menghilang pada sisi varikokel, maka
disarankan untuk dilakukan varikokelektomi.
 Terapi :
 Ligasitinggi vena spermatika interna secara Palomo melalui
bedah terbuka atau laparoskopi
 Varikokelektomi cara Ivanisevich
 Secara perkutan dengan memasukkan bahan sklerosing ke
dalam vena spermatika interna
PROGNOSIS
• 6 bulan setelah operasi didapatkan perbaikan
signifikan volume testis kiri dan konsentrasi
spermatozoa.
• Kehamilan terjadi pada 3 bulan pasca operasi
berkisar 25% dan meningkat menjadi 50%
pada 6 bulan pasca operasi.
3. HIDROKEL
 Penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan
parietalis dan viseralis tunika vaginalis
 Etiologi pada bayi baru lahir adalah belum sempurnanya
penutupan prosesus vaginalis atau belum sempurnanya
sistem limfatik di daerah skrotum
 Etiologi pada dewasa dapat terjadi secara primer
(idiopatik) maupun sekunder (tumor, infeksi, trauma
pada testis atau epididimis)
 Keluhan : benjolan di kantung skrotum yang tidak nyeri
 Pemeriksaan fisik : benjolan di kantung skrotum dengan
konsistensi kistus, transluminasi (+)
 Pemeriksaan penunjang : USG
 Tipe hidrokel

Hidrokel testis Hidrokel funikulus Hidrokel komunikan

Kantong hidrokel Kantong hidrokel berada Terdapat hubungan


mengelilingi testis di funikulus antara prosesus vaginalis
dengan rongga
peritonium
Testis tidak teraba Testis dapat teraba Kantong hidrokel
terpisah dari testis
Besar kantong hidrokel Besar kantong hidrokel Besar kantong hidrokel
tidak berubah tidak berubah berubah
 Penatalaksanaan :
 Aspirasi dan operasi
 Hidrokel kongenital : pendekatan inguinal (sering diserertai
hernia inguinalis  sekaligus herniorapi)
 Hidrokel testis dewasa : pendekatan skrotal  eksisi dan
marsupialisasi kantong hidrokel dengan cara Winkelman atau
plikasi kantong hidrokel dengan cara Lord)
 Hidrokel funikulus : ekstirpasi hidrokel secara in toto
4. SPERMATOKEL
• Spermatokel adalah suatu massa di dalam skrotum yang
menyerupai kista, yang mengandungcairan dan sel
sperma yang mati.

• Asimtomatik
 Kista teraba halus di atas

testis
 USG dapat membantu
TATALAKSANA
 Medical Therapy
Oral pain or anti-swelling drugs may be used to ease pain
caused by spermatoceles. No other type of medical therapy is
needed. There is no drug to cure or prevent spermatoceles.
 Minimally Invasive Therapies
1. Aspiration and sclerotherapy are 2 treatments that are
available, but are not often used.Aspiration involves
puncturing the spermatocele with a needle and drawing out its
contents.
2. Sclerotherapy involves injecting an irritating agent into the
spermatocele sac. This causes it to heal or scar closed. This
lowers the odds of fluid pooling again.
 Surgical Therapy
Spermatocelectomy ; the standard treatment
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai