Anda di halaman 1dari 11

Trauma Buli

• Ruptur buli disebut juga trauma buli-buli atau trauma vesika urinaria
merupakan keadaan darurat bedah yang memerlukan
penatalaksanaan segera,
• bila tidak ditanggulangi dengan segera dapat menimbulkan komplikasi
seperti perdarahan hebat, peritonitis dan sepsis.
• Secara anatomi buli-buli terletak di dalam rongga pelvis terlindung
oleh tulang pelvis sehingga jarang mengalami cedera.
Klasifikasi

Secara klinis cedera buli-buli dibedakan menjadi :


1. Kontusio buli-buli
hanya terdapat memar pada dindingnya, mungkin didapatkan hematoma
perivesikal, tetapi tidak didapatkan ekstravasasi urine keluar buli-buli
2. Cederea intraperitoneal
Cedera pada abdomen bawah sewaktu kandung kemih penuh menyebabkan
ruptur buli intraperitoneal
3. Cedera ekstraperitoneal
Ruptur buli ekstraperitoneal biasanya akibat tertusuk fragmen fraktur tulang
pelvis pada dinding depan kandung kemih yang penuh.
Etiologi

• Kurang lebih 90% trauma tumpul buli-buli adalah akibat fraktur pelvis.
Fiksasi buli-buli pada tulang pelvis oleh fasia endopelvik dan
diafragma pelvis sangat kuat sehingga jika titik fiksasi fasia bergerak
pada arah berlawanan seperti pada fraktur pelvis, dapat merobek
buli-buli
• Trauma buli-buli iatrogenik, akibat tindakan endourologi seperti pada
reseksi buli-buli transurethral atau pada litotripsi.
• Ruptur buli-buli spontan, akibat sebelumnya telah terdapat kelainan
pada dinding buli-buli. Infeksi tuberkulosis, tumor buli-buli
menyebabkan perubahan struktur otot buli-buli yang melemahkan
dinding buli-buli.
Patofisiologi

• Kurang lebih 90% trauma tumpul buli-buli adalah akibat fraktur felvis.
Robeknya buli-buli karena fraktur pelvis bisa juga terjadi akibat
fragmen tulang pelvis merobek dindingnya. Dalam keadaan penuh
terisi urine, buli-buli mudah robek sekali jika mendapatkan tekanan
dari luar berupa benturan pada perut sebelah bawah. Buli-buli akan
robek pada bagian fundus dan menyebabkan ekstravasasi urine ke
rongga intraperitoneum.
A) Intraperitoneal, robeknya buli-buli pada daerah fundus,
menyebabkan ekstravasasi urine ke rongga intraperitoneum. B)
ekstraperitoneal akibat fraktur tulang pelvis
Manifestasi Klinik

• Umumnya fraktur tulang dan pelvis disertai pendarahan hebat


sehingga tidak jarang penderita datang dalam keadaan anemik
bahkan sampai syok.
• Pada abdomen bagian bawah tampak jelas atau hematom dan
terdapat nyeri tekan pada daerah supra publik ditempat hematom.
• Pada ruptur buli-buli intraperitonial urine yang sering masuk ke
rongga peritonial sehingga memberi tanda cairan intra abdomen dan
rangsangan peritonial.
• Lesi ekstra peritonial memberikan gejala dan tanda infitrat urine
dirongga peritonial yang sering menyebabkan septisema
Diagnosa

• Pemeriksaan Fisik kandung kemih : pasien mengeluh nyeri pada bagian suprasimfisis,
kencing bercampur darah atau mungkin pasien tidak dapat buang air kecil.
• Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan rontgen Menentukan lokasi / luasnya fraktur / trauma
- Scan tulang, temogram, scan CT / MRI Memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan
untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
- Hitung darah lengkap Hematokrit (Ht) mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple).
Peningkatan jumlah leukosit adalah respons stress normal setelah trauma.
- Kreatinin, trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
- Pemeriksaan radiologik lain untuk menunjang diagnosis adalah sistografi, yang dapat
memberikan keterangan ada tidaknya ruptur kandung kemih, dan lokasi ruptur apakah
intraperitoneal atau ekstraperitoneal
Tatalaksana
• Pada ruptur intraperitoneal harus dilakukan eksplorasi laparotomi untuk
mencari robekan pada buli-buliserta kemungkinan cedera organ lain.
Rongga intraperitoneum dicuci, robekan pada buli-buli dijahit 2 lapis,
kemudian dipasang kateter sistostomi yang dilewatkan di luar sayatan
laparotomi. Dilepaskan kateter pada hari ke 7.
• Pada cedera ekstraperitoneal, robekan yang sederhana dianjurkan untuk
memasang kateter 7-10 hari tetapi dianjurkan juga untuk melakukan
penjahitan disertai pemasangan kateter sistostomi.
• Untuk memastikan buli-buli telah sembuh, sebelum melepas kateter
uretra/kateter sistostomi, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan sistografi
untuk melihat kemungkinan masih adanya ekstravasasi urin
Penatalaksanaan Fraktur

• pada pertolongan pertama, dilakukan pemasangan bidai pada


anggota gerak yang diduga patah untuk mengurangi pergerakan antar
fragmen tulang sehingga dapat mengurangi nyeri, perdarahan dan
menghindari kerusakan jaringan lebih lanjut.
• Pada patah tulang terbuka perlu tindakan dibridemen dan disertai
dengan pemberian antibiotik profilaksis
Komplikasi

• Pada cedera buli-buli ekstraperitoneal, ekstravasasi urin ke rongga


pelvis yang dibiarkan dalam waktu lama dapat menyebabkan infeksi
dan abses pelvis.
• Pada robekan buli-buli intraperitoneal, jika tidak segera dilakukan
operasi, dapat menimbulkan peritonitis akibat dari ekstravasasi urin
pada rongga intra-peritoneum. Kedua keadaan ini dapat
mengakibatkan sepsis.
• Kadang-kadang dapat pula terjadi keluhan miksi, yaitu frekuensi dan
urgensi yang biasanya akan sembuh dalam 2 bulan.

Anda mungkin juga menyukai