Anda di halaman 1dari 8

TRAUMA BULI-BULI

Definisi
Trauma kandung kemih adalah cedera yang jarang terjadi yang dapat disebabkan
oleh pukulan langsung ke kandung kemih yang buncit, cedera energi tinggi yang
mengganggu panggul, cedera tembus, dan cedera iatrogenik.
Epidemiologi
Cedera pada kandung kemih terjadi hingga 10% dari trauma abdomen dan mungkin
terkait dengan morbiditas dan mortalitas yang signifikan (10% hingga 22%)
Cedera kandung kemih EP menyumbang 60% dari trauma kandung kemih,
sementara 30% adalah intraperitoneal, dan 10% digabungkan. Cedera kandung kemih IP
iatrogenik tidak jarang terjadi. Kandung kemih merupakan organ yang paling sering
mengalami cedera pada prosedur kebidanan / ginekologi seperti operasi caesar dan
histerektomi, dengan kejadian 13,8 kasus per 1000 prosedur
Etiologi dan Patofisiologi
Kurang lebih 90% trauma tumpul buli-buli adalah akibat fraktur pelvis. Berdasarkan
penyebabnya trauma buli-buli dibagi menjadi 2  Ruptur Traumatik dan Non Traumatik.
Penyebab rupture non traumatik berupa keganasan maupun idiopatik. Sedangkan penyebab
rupture traumatic adalah :
- Kecelakaan lalu lintas
- Trauma tumpul abdomen yang berkaitan dengan fraktur pelvis. Kurang lebih 90%
trauma tumpul buli-buli adalah akibat fraktur pelvis. Fiksasi buli-buli pada tulang
pelvis oleh fasia endopelvik dan diafragma pelvis sangat kuat sehingga cedera
deselaris terutama jika titik fiksasi fasia bergerak pada arah berlawanan (seperti
pada fraktur pelvis) dapat merobek buli-buli. Robeknya buli-buli karena fraktur pelvis
bisa pula terjadi akibat fragmen tulang pelvis merobek dindingnya

- Tindakan endourologi dapat menyebabkan trauma buli-buli iatrogenik antara lain


pada reseksi buli-buli transuretral (TUR Buli-buli) atau pada litotripsi. Demikian pula
partus kasep atau tindakan operasi di daerah pelvis dapat menyebabkan trauma
iatrogenik pada buli-buli.
- Saat buli-buli terisi penuh, buli-buli mudah sekali robek jika mendapatkan tekanan
dari luar berupa benturan pada perut sebelah bawah. Buli-buli akan robek pada
daerah fundus dan menyebabkan ekstravasai urine ke rongga intraperitoneum

- Ruptur buli-buli dapat terjadi spontan; hal ini biasanya terjadi jika sebelumnya
terdapat kelainan pada dinding buli-buli  melemahnya dinding buli-buli yang
diakibatkan oleh Tuberkolosis, tumor buli-buli atau obstruksi infravesikal kronis
menyebabkan perbahan struktur otot buli-buli  kelemahan dinding buli-buli.
Klasifikasi
Secara klinis cedera buli-buli dibedakan menjadi kontusio buli-buli, cedera buli-buli
ekstra peritoneal, cedera intra peritoneal, cedera gabungan
Memar kandung kemih adalah robekan sebagian ketebalan kandung kemih dan
pembentukan hematoma yang disebabkan oleh trauma tumpul. Pasien dengan kontusio
kandung kemih bisa datang dengan gross hematuria. Pada sistografi, tidak terdapat
ekstravasasi kontras. Ini biasanya sembuh sendiri, karena merupakan proses yang relatif
jinak. Pada kontusio buli-buli hanya terdapat memar pada dindingnya, mungkin didapatkan
hematoma perivesikal, tetapi tidak didapatkan ekstravasasi urine ke luar buli-buli.
Jenis ruptur kandung kemih tergantung pada lokasi cedera dan hubungannya dengan
refleksi peritoneum seperti di bawah ini:
1. Jika ruptur kandung kemih berada di atas refleksi peritoneal (pada kubah kandung
kemih), ekstravasasi urin akan terjadi di intraperitoneal.
2. Jika ruptur kandung kemih berada di bawah refleksi peritoneum dan bukan pada
kubah, ekstravasasi urin akan menjadi ekstraperitoneal.
Cedera vesika urinaria menurun American Association for the Surgery of Trauma – organ
injury scale menjadi 5 golongan :
Pada orang dewasa, kandung kemih yang kosong terlindungi dengan baik di dalam
tulang panggul, tetapi kandung kemih yang penuh bisa membengkak hingga mencapai
setinggi umbilikus, membuatnya lebih rentan terhadap cedera. Pecahnya kandung kemih IP
paling sering terjadi pada kubah kandung kemih karena merupakan satu-satunya bagian
yang ditutupi oleh peritoneum; dengan demikian, ini adalah area kandung kemih yang
paling tidak terlindungi. Berlawanan dengan ruptur kandung kemih EP, ruptur kandung
kemih IP biasanya disebabkan oleh hantaman langsung ke kandung kemih yang buncit,
meskipun juga dapat dikaitkan dengan cedera deselerasi.
Diagnosis
Setelah mengalami cedera pada abdomen sebelah bawah, pasien mengeluh nyeri di
daerah suprasimfisis, miksi bercampur, darah atau mungkin pasien tidak dapat miksi.
Gambaran klinis yang lain tergantung pada etiologi trauma, bagian buli-buli yang mengalami
cedera yaitu intra/ekstraperitoneal, adanya organ lain yang mengalami cedera, serta
penyulit yang terjadi akibat trauma.
Pemeriksaan pencitraan berupa sistografi, yaitu dengan memasukkan kontras
kedalam kandung kemih sebanyak 300-400 secara grafitasi (tanpa tekanan) melalui kateter
peruretra
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan pencitraan berupa sistografi yaitu dengan memasukkan kontras ke
dalam bulibuli sebanyak 300-400 ml secara gravitasi (tanpa tekanan) melalui kateter per-
uretram. Kemudian dibuat beberapa foto, yaitu (1) foto pada saat buli-buli terisi kontras
dalam posisi anterior-posterior (AP), (2) pada posisi oblik, dan (3) wash out film yaitu foto
setelah kontras dikeluarkan dari buli-buli.
Jika didapatkan robekan pada buli-buli, terlihat ekstravasasi kontras di dalam rongga
perivesikal yang merupakan tanda adanya robekan ekstraperitoneal. Jika terdapat kontras
yang berada di sela-sela usus berarti ada robekan buli-buli intraperitoneal. Pada perforasi
yang kecil seringkali tidak tampak adanya ekstravasasi (negatif palsu) terutama jika kontras
yang dimasukkan kurang dari 250 ml
Di daerah yang jauh dari pusat rujukan dan tidak ada sarana untuk melakukan
sistografi dapat dicoba uji pembilasan buli-buli, yaitu dengan memasukkan cairan garam
fisiologis steril ke dalam buli-buli sebanyak  300 ml kemudian cairan dikeluarkan lagi. Jika
cairan tidak keluar atau keluar tetapi kurang dari volume yang dimasukkan, kemungkinan
besar ada robekan pada buli-buli. Cara ini sekarang tidak dianjurkan karena dapat
menimbulkan infeksi atau menyebabkan robekan yang lebih luas
Tatalaksana
Penatalaksanaan awal pasien trauma buli mengikuti standar umum berdasarkan
Advance Trauma Life Support (ATLS). Menurut Guideline American Urological Association
(AUA) dan European Association of Urology (EAU), menyatakan penanganan kasus trauma
buli tanpa komplikasi hanya membutuhkan terapi konservatif berupa drainase kateter
urethra dan observasi perkembangan pasien. Guideline AUA merekomendasikan drainase
urethra dilakukan selama 2-3 minggu. Setelah itu, pasien harus di follow up dengan
melakukan pemeriksaan cystography kembali untuk menilaiperbaikan pada vesica urinari.
Apabila rupture tidak mengalami perubahan dalam 4 minggu perawatan maka di
anjurkan tindakan operatif. Sedangkan, trauma buli dengan komplikasi disertai fraktur
pelvis, laserasi rektum, atau rupture leher buli membutuhkan penanganan tindakan operatif
segera
- Pada kontusio buli-buli, cukup dilakukan pemasangan kateter dengan tujuan untuk
memberikan istirahat pada buli-buli. Dengan cara ini diharapkan buli-buli sembuh
setelah 7-10 hari.
- Pada cedera intraperitoneal harus dilakukan eksplorasi laparotomi untuk mencari
robekan pada bui-buli serta kemungkinan cedera pada organ lain. Jika tidak dioperasi
ekstravasasi urine ke rongga intraperitoneum dapat menyebabkan peritonitis.
Rongga intraperitoneum dicuci, robekan pada buli-buli dijahit 2 lapis, kemudian
dipasang kateter sistostomi yang dilewatkan di luar sayatan laparotomy
- Pada cedera ekstraperitoneal, robekan yang sederhana (ekstravasasi minimal)
dianjurkan untuk memasang kateter selama 7 – 10 hari, tetapi sebagian ahli lain
menganjurkan untuk melakukan penjahitan buli-buli dengan pemasangan kateter
sistostomi. Namun tanpa tindakan pembedahan kejadian kegagalan penyembuhan
luka ± 15%, dan kemungkinan untuk terjadinya infeksi pada rongga perivesika
sebesar 12%.
- Jika bersamaan dengan ruptur buli-buli terdapat cedera organ lain yang
membutuhkan operasi, sebaiknya dilakukan penjahitan buli-buli dan pemasangan
kateter sistostomi. Apalagi jika ahli ortopedi memasang plat untuk memperbaiki
fraktur pelvis, mutlak harus dilakukan penjahitan buli-buli guna menghindari
tejadinya pengaliran urine ke fragmen tulang yang telah dioperasi.
- Untuk memastikan bahwa buli-buli telah sembuh, sebelum melepas kateter uretra
atau kateter sistostomi, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan sistografi guna
melihat kemungkinan masih adanya ekstravasasi urine. Sistografi dibuat pada hari
ke-10-14 pasca trauma. Jika masih ada ekstravasasi kateter sistostomi dipertahankan
sampai 3 minggu
Komplikasi
Pada cedera buli-buli ekstraperitoneal, ekstravasasi urine ke rongga pelvis yang
dibiarkan dalam waktu lama dapat menyebabkan infeksi dan abses pelvis. Yang lebih
berat lagi adalah robekan buli-buli intraperitoneal, jika tidak segera dilakukan operasi,
dapat menimbulkan peritonitis akibat dari ekstravasasi urine pada rongga intra-
peritoneum. Kedua keadaan itu dapat menyebabkan sepsis yang dapat mengancam
jiwa.
Kadang-kadang dapat pula terjadi penyulit berupa keluhan miksi, yaitu frekuensi dan
urgensi yang biasanya akan sembuh sebelum 2 bulan.

Anda mungkin juga menyukai