Anda di halaman 1dari 4

Ruptur Buli (Trauma Buli-buli)

Ruptur buli disebut juga trauma buli-buli atau trauma vesika urinaria
merupakan keadaan darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan segera, bila
tidak ditanggulangi dengan segera dapat menimbulkan komplikasi seperti
perdarahan hebat, peritonitis dan sepsis. Secara anatomi buli-buli terletak di dalam
rongga pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga jarang mengalami cedera.
Rudapaksa kandung kemih terbanyak karena kecelakan lalu lintas atau kecelakaan
kerja yang menyebabkan fragmen patah tulang pelvis mencederai buli-buli.
Fraktur tulang panggul dapat menimbulkan ruptur kandung kemih (Sjamsuhidajat,
1998).
Ruptur kandung kemih dapat bersifat intraperitoneal dan ekstraperitoneal.
Ruptur buli ekstraperitoneal biasanya akibat tertusuk fragmen fraktur tulang
pelvis pada dinding depan kandung kemih yang penuh. Cedera pada abdomen
bawah sewaktu kandung kemih penuh menyebabkan ruptur buli intraperitoneal
(Sjamsuhidajat, 1998).
Etilogi
Kurang lebih 90% trauma tumpul buli-buli adalah akibat fraktur pelvis.
Tindakan endourologi dapat menyebabkan trauma buli-buli iatrogenic antara lain
pada reseksi buli-buli transurethral (TUR buli-buli) atau pada litotripsi. Demikian
pula partus kasep atau tindakan operasi di daerah pelvis dapat menyebabkan
trauma iatrogenic pada buli-buli. Rupture buli-buli dapat pula terjadi secara
spontan; hal ini biasanya terjadi jika sebelumnya terdapat kelainan pada dinding
buli-buli. Tuberculosis, tumor buli-buli, atau obstruksi infravesikal kronis
menyebabkan perubahan struktur otot buli-buli yang menyebabkan kelemahan
dinding buli-buli. Pada keadaan itu bias terjadi rupture buli-buli spontanea.
Klasifikasi
1. Kontusio buli-buli : hanya terdapat memar pada dindingnya, mungkin
didapatkan hematoma perivesikal, tetapi tidak didapatkan ekstravasasi urin
ke luar buli-buli.

2. Cedera buli-buli intraperitoneal : 25-45% dari seluruh trauma buli-buli.


3. Cedera buli-buli ekstraperitoneal : kurang lebih 45-60% dari seluruh
trauma buli-buli.
4. Cedera buli-buli intraperitoneal bersamaan dengan cedera buli-buli
ekstraperitoneal (2-12%).

Patofisiologi
Kurang lebih 90% trauma tumpul buli-buli adalah akibat fraktur felvis. Robeknya
buli-buli karena fraktur pelvis bisa juga terjadi akibat fragmen tulang pelvis
merobek dindingnya (Gambar B). Dalam keadaan penuh terisi urine, buli-buli
mudah robek sekali jika mendapatkan tekanan dari luar berupa benturan pada
perut sebelah bawah. Buli-buli akan robek pada bagian fundus dan menyebabkan
ekstravasasi urine ke rongga intraperitoneum (Gambar A) (Purnomo, 2009).

Keterangan gambar : (A) Intraperitoneal, robeknya buli-buli pada

daerah fundus, menyebabkan ekstravasasi urine ke rongga intraperitoneum.

(B) ekstraperitoneal akibat fraktur tulang pelvis (Purnomo, 2009).

Manifestasi Klinis
1. Nyeri supra publik baik verbal maupun saat palpasi
2. Hematuria
3. Ketidakmampuan untuk buang air kecil
4. Regiditas otot
5. Ekstravasase urine
6. Suhu tubuh meningkat
7. Syok
8. Tanda-tanda peritonitis
9. Tidak ada gejala spesifik
10. Pada pemeriksaan fisik, kadang ditemukan distensi abdomen dan rebound
tenderness

Komplikasi
Komplikasi ruptur buli dapat terjadi seperti :
1. Perdarahan hebat
2. Peritonitis
3. Urosepsis.

Pemeriksaan Penunjang
1. Untuk mendiagnosa luka kandung kemih sebaiknya melakukan
cryptongraphy yaitu suatu prosedur dimana pewarna radioaktif ( senyawa
kontras ) yang dapat dilihat dengan X-ray, disuntikan ke dalam kandung
kemih.
2. Prosedur selanjutnya adalah dengan melakukan CT scan atau X-ray untk
melihat kebocoran.
3. Sementara untuk luka kandung kemih yang terjadi selama prosedur
operasi biasanya diketahui tepat pada waktunya sehingga rangkaian tes
tersebut tidak perlu dilakukan.

Penatalaksanaan Medis

1. Pada ruptur intraperitoneal harus dilakukan eksplorasi

laparotomi untuk mencari robekan pada buli-buliserta

kemungkinan cedera organ lain. Rongga intraperitoneum

dicuci, robekan pada buli-buli dijahit 2lapis, kemudian

dipasang kateter sistostomi yang dilewatkan di luar sayatan

laparotomi. Dilepaskan kateter pada hari ke 7.

2. Pada cedera ekstraperitoneal, robekan yang sederhana

dianjurkan untuk memasang kateter 7-10 haritetapi dianjurkan


juga untuk melakukan penjahitan disertai pemasangan kateter

sistostomi.

3. Untuk memastikan buli-buli telah sembuh, sebelum melepas

kateter uretra/kateter sistostomi, terlebihdahulu dilakukan

pemeriksaan sistografi untuk melihat kemungkinan masih

adanya ekstravasasi urin (Purnomo, 2009).

Anda mungkin juga menyukai