CI Pengampu:
dr. Angga Kartiwa, Sp.M., (K)., M.Kes
Disusun oleh
o Vitrilina Hutabarat 131020150505
o Dessy Meilani Hutasoit 131020150508
o Tika Lubis 131020150509
o Sinta Utami 131020150516
o Melsa Sagita Imaniar 131020150517
o Ai Nur Zannah 131020150521
o Parmiana Bangun 131020150527
o Rochmawati 131020150531
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................. ii
DAFTAR
ISI ........................................................................................
............................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................. 1
1.1. Latar belakang............................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................... 2
1.3. Tujuan......................................................................... 2
1.4. Manfaat...................................................................... 2
BAB II TINJAUAN DAN PEMBAHASAN TEORI.............. 3
2.1. Konsep Teaching in The Outpatient Clinic.................. 3
2.1.1. Konsep Dasar Unit Rawat Jalan/ Outpatient Clinic 3
2.1.2. Konsep Dasar Pengajaran di Rawat Jalan ......... 3
2.1.3. Model dan Strategi Pembelajaran .................... 4
2.1.4. Dampak Model dan Strategi Pembelajaran....... 9
2.1.5. Pembahasan Jurnal Teaching in The Outpatient Clinic
..........................................................................9
2.2. Planning of Action and Scenario in The Outpatient Clinic 12
BAB III PENUTUP.................................................... 15
3.1. Simpulan......................................................... 15
3.2. Saran ......................................................................... 15
DAFTARPUSTAKA............................................................
..................................................................................... 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
Banyak model ataupun strategi pembelajaran klinik yang
dipaparkan dalam literatur pendidikan kesehatan. Di dalam kajian
sistematik ini dikaji empat strategi pendidikan klinik dan bukti
dampaknya pada luaran pendidikan ataupun efisiensi poli rawat jalan.
Literatur ditelusur menggunakan mesin pencari PubMed dengan kata
kunci medical student, teaching, dan outpatient clinic.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.2.1 Untuk mengidentifikasi konsep dasar dari Teaching in The
Outpatient Clinic.
1.2.2 Untuk mengkaji model dan strategi pembelajaran di klinik rawat
jalan.
1.2.3 Untuk membuat contoh model Implementasi/ POA (Planning of
action) Teaching in The Outpatient Clinic.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah
1.3.1 Manfaat Teoritis
Bermanfaat dalam pemaparan materi lebih dalam
tentangTeaching in The Outpatient Clinic/ Proses pengajaran di
klinik Rawat Jalan.
2
1.3.2 Manfaat Praktis
Bermanfaat dalam menambah pengalaman tentang
implementasi Teaching in The Outpatient Clinic/ Proses
pengajaran di klinik Rawat Jalan.
3
BAB II
TINJAUAN DAN PEMBAHASAN TEORI
4
Pengajaran di klinik merupakan rangkaian kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan dalam tatanan nyata yang
dilakukan oleh CI (Clinical Instructure) kepada peserta didik.
Sedangkan pengalaman belajar klinik adalah suatu bentuk
pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik melalui
kesempatan melatih diri dalam melaksanankan praktek klinik
profesional dalam tatanan nyata.
Pengajaran klinik di unit rawat jalan merupakan salah satu
tantangan untuk pengajar (CI) karena harus
mengharmonisasikan antara pelayanan kesehatan berkualitas,
efisiensi dan pendidikan yang bermakna bagi peserta didik
dengan waktu dan ruangan yang terbatas.
5
2) Menggali bukti yang mendukung, dengan menggunakan
pertanyaan seperti faktor apa yang anda pertimbangkan
untuk mengusulkan tindakan tsb? Atau adakah pilihan lain
yang ingin anda pertimbangkan atau anda buang?.
Penekanannya di sini seorang pembimbing harus memahami
tingkat pengetahuan, proses analisis dan materi belajar yang
perlu dipelajari lagi.
3) CI memberikan feedback positif terhadap hal-hal yang
sudah dikuasai peserta didik. Langkah ini paling sering
dilewatkan dalam pembimbingan, padahal literatur
menunjukkan bahwa pemberian feedback positif akan
meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri peserta didik.
4) Memberikan feedback terhadap hal-hal yang perlu diperbaiki
oleh peserta didik misalnya kelengkapan informasi yang
dikumpulkan, usulan pemeriksaan penunjang dan
mendiskusikan cara memperbaikinya.
5) CI memberikan penjelasan singkat ataupun tips-tips ataupun
saran terkait pemahaman dan manajemen kasus.
Sebuah penelitian membandingkan model OMP dengan
model tradisional terhadap 7 program pelatihan staf
menggunakan video. Pembimbing yang melihat OMP akan lebih
baik dalam mendiagnosis masalah pasien dibandingkan
pembimbing yang menyaksikan model pembimbingan
tradisional. Pembimbing yang menyaksikan video model OMP
juga menilai kemampuan peserta didik lebih tinggi pada
anamnesis dan pemeriksaan pasien, presentasi, penalaran klinik
dan pengetahuan. Selain itu pembimbing tersebut juga menilai
dirinya lebih percaya diri dalam mengevaluasi kemampuan
peserta didik.
6
Hal lain yang dinilai positif adalah pembimbing yang
menyaksikan video model OMP lebih menekankan pembelajaran
terkait keluhan dan permasalahan yang lebih spesifik juga
mendorong digunakannya penalaran yang lebih tinggi. Pada
penelitian lain oleh peneliti yang sama, emnunjukkan bahwa
peserta didik tahun ke tiga dan ke empat yang menggunakan
model OMP merasakan proses yang lebih efektif dibandingan
pendidikan tradisional.
Pada penelitian terhadap peserta didik yang diberi sesi
pelatihan OMP selama 1 jam, menunjukkan bahwa peserta didik
merasa lebih berkomitmen, memperoleh umpan balik dan
memotivasi belajar lebih lanjut, walaupun keektifan
pembelajaran secara keseluruhan tidak berbeda antara residen
dengan pelatihan OMP dan tidak. Pada pelatihan terhadap staf
setelah mengikuti seminar model OMP selama 90 menit, didapt
peningkatan kualitas umpan balik yang spesifik.
7
4) Probe,
5) Plan,
6) Select learning issue.
Langkahnya :
1) peserta didik diminta merumuskan, selama 3 menit atau
kurang, anamnesis dan pemeriksaan fisik.
2) peserta didik diminta mempersempit diagnosis diferensial
atau intervensi yang mungkin menjadi 2-3 yang paling
relevan/mungkin.
3) Peserta didik harus menganalisis DD atau intervensi dengan
membandingkan dan membedakan melalui proses
menjelaskan (memverbal kan) proses berfikirnya.
4) peserta didik diminta menggali pengetahuan pembimbing
dengan menanyakan hal-hal yang belum jelas. Fase ini
memungkin pembimbing memahami proses berfikir dan
landasan pengetahuan peserta didik dan sekaligus
memberikan umpanbalik dan informasi yang diperlukan.
5) merencanakan manajemen pasien, peserta didik melakukan
diskusi dengan pembimbing tentang rencana manajemen
atau intervensi khusus dan menyempurnakannya dengan
bantuan masukan dari pembimbing.
6) Fase terakhir adalah peserta didik memilih materi-materi baru
yang perlu dipelajari lebih lanjut tentunya dengan bantuan
pembimbing.
Evaluasi SNAPPS menunjukkan bahwa peserta didik yang
dibimbing dengan SNAPPS dapat memberikan ringkasan kasus
lebih rinci, kemudian mempresentasikan lebih banyak
kemungkinan diagnosis dengan tingkat ketepatan diagnosis
lebih tinggi. Peserta didik yang memakai SNAPPS juga lebih baik
8
dalam hal membandingkan hipotesis, menjelaskan
ketidakpastian, mendiskusikan tentang manajemen dan
mengidentifikasi topik yang harus dipelajari lebih lanjut.
C. Aunt Minnie
Sebagian besar metode pendidikan klinik memfokuskan
pada diskusi penalaran kritik antara peserta didik dan
pembimbing dan eksplorasi ringkas pada pilihan diagnosis atau
manajemen. Sebaliknya, pendekatan Aunt Minnie merupakan
cara mendidik menggunakan pentingnya pattern recognition
dalam praktek klinik. Jadi prinsipnya bila wanita yang
menyeberang jalan seperti Aunt Minnie dan berpakaian seperti
Aunt Minnie, kemungkinan besar memang itu Aunt Minnie.
Pendekatan seperti itu adalah yang paling banyak dilakukan oleh
pembimbing klinik khususnya di konteks rawat jalan. Salah satu
pendekatan Aunt Minnie pattern recognition adalah:
1) peserta didik mengevaluasi pasien dan mempresntasikan
kepada pembimbing keluhan utama dan kemungkinan
diagnosisnya,
2) peserta didik menulis hasil temuannya dan pembimbing
mengevaluasi pasien,
3) pembimbing mendiskusikan kasus dengan peserta didik,
4) pembimbing mengkaji catatan medik dan
menandatanganinya.
Salah satu studi menunjukkan bahwa pattern recognition
dapat dipakai untuk mengembangkan ujian akhir bagi peserta
didik.
Penelitian lain membandingkan pembelajaran penalaran
klink untuk memberi kesempatan pada peserta didik untuk
menangani kasus tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa
9
instruksi pada peserta didik untuk memakai pattern recognition
dikombinasi dengan gambaran kasus yang dihadapi akan
menghasilkan akurasi diagnostik yang lebih baik. Akhirnya
penelitian lain juga menunjukkan bahwa peserta didik yang
menggunakan pattern recognition lebih cepat menguasai
manajemen kasus dibandingkan peserta didik yang hanya
menggunakan metode interpretasi data, Meskipun penelitian di
atas tidak berkaitan langsung dengan model Aunt Minnie,
tetapi menunjukkan bahwa peran pattern recognition dalam
pendidikan kesehatan
D. Activated demonstration
Proses pembelajaran pengetahuan dan berfikir analitik
dapat diajarkan di ruang periksa atau bersama pembimbing
melakukan pemeriksaan fisik atau intervensi prosedural yang
memerlukan kehadiran pembimbing, demostrasi, supervisi dan
umpanbalik. Activated demonstration adalah salah satu cara
pembimbing untuk memaksimalkan nilai pendidikan demonstrasi
dan memberikan peserta didik pengalaman yang tidak
pasif. Activated demonstration dimulai dengan menentukan
tingkat pengetahuan peserta didik dan tujuan belajar
demonstrasi. Pembimbing kemudian memberikan bimbingan apa
yang harus dilakukan selama demonstrasi kasus termasuk
diskusi dan pemeriksaan pasien. Setelah demonstrasi
keterampilan, pembimbing mendiskusikan topik belajar dengan
peserta didik dan menetapkan kesempatan belajar peserta didik.
Evaluasi terhadap pendekatan ini menunjukkan bahwa
pembimbing membaik kemampuannya untuk memilih strategi
mengajar yang individual dibutuhkan peserta didik.
10
2.1.4. Dampak Model dan Strategi Pembelajaran Klinik
Rawat Jalan
Dampak pembelajaran terhadap efisiensi dan produktifikas
bidan di rawat jalan telah banyak diketahui dan merupakan hal
yang perlu diperhatikan oleh pembimbing klinik. Sejauh ini
metode OMP dan SNAPPS yang telah banyak dinilai pengaruhnya
terhadap kualitas pelayanan rawat jalan dan keduanya tidak
dimaksudkan untuk memperpendek bimbingan klinik.
Baik OMP dan SNAPPS dapat meningkatkan keterampilan
klinik, penalaran klinik dan motivasi belajar mandiri. OMP dapat
meningkatkan keterampilan membimbing dan dianjurkan
sebagai model yang dapat dipakai oleh pembimbing klinik.
SNAPPS memiliki keunggulan teoritik untuk memberi penekanan
pada belajar mandiri, tetapi tidak ada perbandingan antara
SNAPPS dan OMP terkait dengan pengaruhnya pada belajar
mandiri. Beberapa penelitian yang diperlukan bidan pendidikan
klinik adalah:
1) Apakah OMP atau SNAPPS lebih mendorong belajar mandiri?
2) Strategi apa yang dapat membantu efisiensi pembelajaran di
rawat jalan?
3) Bagaimana cara terbaik untuk menggunakan pattern
recognition dan activated demonstration di dalam pendidikan
klinik?
11
1) Lingkungan merupakan salah satu variabel yang penting pada
pasien rawat jalan yang terdiri dari waktu pelayanan pada
pasien, waktu pengajaran, dan ruang pengajaran agar tercipta
pengajaran yang efektif
2) Perilaku/peran CIsangat mempengaruhi keberhasilan
pembelajaran di klinik rawat jalan. CI yang efektif mengajukan
pertanyaan, menunjukkan minat, menentukan tujuan,
menunjukkan kompetensi dan yang paling penting
menghabiskan waktu dengan peserta didik.
3) Pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan
serta disesuaikan dengan pengalaman peserta didik yang
pernah melakukan praktik klinik rawat jalan, sehingga ada
persamaan persepsi antara CI dan peserta didik
4) Role model CI mempengaruhi peserta didik dalam pembelajaran
pasien rawat jalan.
Peran CI dalam pembelajaran pasien rawat jalan
1) Menjelaskan tujuan pembelajaran
2) Menunjukkan minat/ menarik minat belajar peserta didik
3) Memberikan pertanyaan terkait kasus
4) Mendemonstrasikan kompetensi
5) Mendampingi peserta didik selama pembelajaran
Persiapan visitasi/ kunjungan :
1) CI menjelaskan kepada peserta didik peraturan secara jelas di
klinik/ rumah sakit: peraturan rumah sakit, mengenali pasien
dan jumlah pasien, hal-hal apa yang harus dilakukan
(pemeriksaan yang wajib dilakukan)
2) Peserta didik berinteraksi dengan pasien terlebih untuk
mengetahui kondisi pasien sehingga mengetahui pemeriksaan
yang akan dilakukan (anamnesa)
12
3) Setelah itu, peserta didik membuat asuhan/ dokumentasi
tentang pasien yang nantinya akan dipresentasikan
4) Peserta didik belajar mengenai rekam medis pasien
5) Setelah laporan selesai, peserta didik melakukan konsultasi ke
CI
6) Presentasi hasil pemeriksaan pasien dilakukan dalam waktu 4-7
menit dihadapan CI
7) CI mengklarifikasi hasil kerja peserta didik yang dipresentasikan
8) CI memberikan petunjuk untuk revisi dan peserta didik akan
mempresentasikan kembali hasil revisinya.
Setting alur bimbingan peserta didik pada pasien rawat
jalan, interaksi antara pembimbing (CI), mahasiswa dan pasien:
13
Step 2: peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan
praktek dengan pasien secara mandiri
14
Ruangan : Poli KIA
Jumlah Mahasiswa : 3 orang
Waktu : 2 Jam
15
NO KEGIATAN INSTRUKSI KERJA
usia kehamilan 36 minggu (HPHT: ) mengeluh
sering BAK.
Contoh Diagnosis:
GIP0A0 usia kehamilan 36 minggu persentase
kepala sudah masuk PAP dengan kondisi ibu
dan janin baik
16
NO KEGIATAN INSTRUKSI KERJA
pasien yang diperiksa
c. CI menanyakan rencana intervensi
berdasarkan diagnosis dan kebutuhan
17
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Ke empat model pembelajaran potensial untuk membantu
meningkatkan keefektifan pembelajaran klinik di rawat jalan. OMP
paling banyak diteliti dan menunjukkan pengaruh yang positif
terhadap diagnosis masalah pasien selain juga menekankan pada
pembelajaran penyakit tertentu. OMP juga memperbaiki kinerja
pembimbing klinik dalam menarik mahasiswa berkonsultasi,
memotivasi mahasiswa belajar manndiri dan memberikan umpan
balik. Mahasiswa yang dibimbing dengan model OMP menunjukkan
kemampuan anamnesis, pemeriksaan fisik, penalaran klinik dan
pengetahuan dasar yang lebih baik. SNAPPS lebih sedikit diteliti,
tetapi juga menunjukkan perannya dalam meningkatkan kemampuan
presentasi, penalaran klinik dan belajar mandiri mahasiswa. Penelitian
menunjukkan bahwa pattern recognition juga memiliki peran dalam
pembelajaran dan menguji penalaran klinik mahasiswa. Kemudian
pendekatan Aunt Minnie merupakan aplikasi pattern recognition
pada pendidikan klinik, tetapi sejauh ini belum ada penelitian yang
telah dipublikasikan mengevaluasi pendekatan ini. Model activated
18
demonstration menjanjikan memperbaiki kemampuan pembimbing
memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa, sehingga model ini juga perlu dievaluasi untuk melihat
penggunaan dan manfaatnya.
3.2 SARAN
Dalam proses pembelajaran di klinik rawat jalan, sebaiknya CI
dan peserta didik memperhatikanempat point penting, yaitu:
1) Lingkungan merupakan salah satu variabel yang penting pada
pasien rawat jalan yang terdiri dari waktu pelayanan pada pasien,
waktu pengajaran, dan ruang pengajaran agar tercipta pengajaran
yang efektif
2) Perilaku/peran CIsangat mempengaruhi keberhasilan
pembelajaran di klinik rawat jalan. CI yang efektif mengajukan
pertanyaan, menunjukkan minat, menentukan tujuan,
menunjukkan kompetensi dan yang paling penting menghabiskan
waktu dengan peserta didik.
3) Pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan
serta disesuaikan dengan pengalaman peserta didik yang pernah
melakukan praktik klinik rawat jalan, sehingga ada persamaan
persepsi antara CI dan peserta didik
4) Role model CI mempengaruhi peserta didik dalam pembelajaran
pasien rawat jalan.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. DaRosaDA,SkeffK,Friedland JA,etal.Barrierstoeffectiveteaching.AcadMed.
2011;86(4):453-459.PubMedPMID:21346500.
20