Pada umumnya paska cholecystektomy, orang dapat hidup normal tanpa memiliki kandung
empedu, karena kandung empedu berfungsi hanya sebagai penyimpan cadangan cairan empedu,
sedangkan cairan empedu selalu diproduksi oleh hati, sehingga tidak akan mengganggu
pencernaan makanan dan tidak perlu melakukan diet.
Karena aliran cairan empedu tidak ditampung di kandung empedu, maka cairan empedu bisa
mengalir langsung ke usus, hal ini pada sebagian kecil kasus, bisa menimbulkan keluhan diare
ringan.
Laparaskopi
Laparoskopi merupakan teknik pembedahan dengan sedikit perlukaan. Tidak seperti pada
operasi / bedah terbuka dimana dilakukan sayatan besar dan tangan operator langsung
bersentuhan dengan organ. Untuk akses alat laparoskop dokter hanya melakukan sedikit
sayatan. Laparoskop merupakan alat yang bentuknya seperti pipa yang dilengkapi dengan
camera dan peralatan bedah lainnya. Laparoskop kemudian dimasukkan ke dalam tubuh dan
dokter melakukan tindakan secara tidak langsung yaitu dengan melihatnya dari layar monitor.
Operasi laparoskopi juga mempunyai fungsi diagnostik, karena saat meneropong dokter dapat
melihat keberadaan organ-organ dalam dari layar monitor.
Saat ini, tindakan kolesistektomi dengan teknik operasi laparoskopi merupakan teknik operasi
yang terbaik (mempunyai banyak keunggulan), namun hanya dapat dilakukan di rumah sakit
modern yang sudah memiliki peralatan laparoskopi. Walaupun harganya lebih mahal, namun
secara umum lebih menguntungkan.
Operasi kolesistektomi dengan teknik laparoskopi dapat berlangsung sekitar 20 menit hingga 1
jam. Teknik operasi ini hanya dapat dilakukan oleh dokter yang menguasai teknik operasi
laparoskopi.
untuk akses pembedahan tidak perlu sayatan lebar, ukurannya hanya 1 cm atau lebih
kecil,
luka akibat operasi lebih sedikit, dengan demikian masa rawatnya menjadi lebih pendek,
pasien menjadi lebih cepat pulih, nyeri paska laporoskopi tidak seberat nyeri paska
operasi terbuka,
dalam 12-48 jam paska operasi sudah bisa pulang,
dalam 3 minggu, sudah bisa kembali beraktivitas (bekerja),
penampilan kulit perut secara kosmetika tampak lebih baik.
Berdasarkan penelitian: masa rawat 3 hari lebih pendek dibandingkan dengan bedah terbuka
(open surgery). Juga masa penyembuhan 3 minggu lebih cepat dibandingkan bedah terbuka
(open surgery).
Risiko timbulnya kejadian yang tak terduga sangat kecil, sebab tindakan dilakukan oleh ahli.
Bila saat melakukan laporoskopi dokter menemukan keadaan yang tidak bisa melakukan
pembedahan dengan teknik laparoskopi, maka kemungkinan besar akan dilakukan tindakan
operasi bedah terbuka, sehingga pasien yang menyetujui akan tindakan bedah laparoskopi harus
siap akan kemungkinan terjadinya tindakan bedah terbuka (open surgery).
Operasi bedah terbuka, seperti yang difahami orang orang awam pada umumnya, yaitu membuka
rongga perut. Tangan dokter bedah akan langsung bersentuhan dengan organ yang akan dibedah.
rumah sakit tidak mempunyai fasilitas untuk teknik operasi laparoskopi. Rumah sakit umum
daerah umumnya bisa melakukan kegiatan operasi dengan teknik bedah terbuka.
terdapat komplikasi yang tidak bisa diatasi dengan teknik operasi laparoskopi seperti: infeksi
saluran, dan banyak terbentuk jaringan parut akibat radang menahun.
Persiapan
puasa
skrining pra operasi
Prosedur
Dapat dilakukan di banyak rumah sakit yang memiliki fasilitas kamar bedah dengan
dokter bedah umum dan dokter anesthesi.
Dapat melakukan tindakan yang tidak bisa dilakukan dengan teknik laparoskopi.
Biaya lebih murah, hanya waktu penyembuhan lebih lama.
Penanganan bedah pada penyakit kandung empedu dan batu empedu dilaksanakan untuk
mengurangi gejala yang sudah berlangsung lama, untuk menghilangkan penyebab kolik
bilier dan untuk mengatasi kolesistitis akut.Pembedahan dapat efektif jika gejala yang
dirasakan pasien sudah mereda atau bisa dikerjakan sebagai suatu prosedur darurat
a. Sfingerotomy endosokopik
b. Foto thoraks
c. Ektrokardiogram
suplemen hidrolisat protein mungkin diperlikan untuk membentu kesembuhan luka dan
Nyeri yang hilang-timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan menghindari atau
a) Kolesistektomi terbuka
Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien denga kolelitiasis
simtomatik.Komplikasi yang paling bermakna yang dapat terjadi adalah cedera duktus
biliaris yang terjadi pada 0,2% pasien. Angka mortalitas yang dilaporkan untuk prosedur
ini kurang dari 0,5%. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik
Indikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis simtomatik tanpa adanya kolesistitis akut.
prosedur ini pada pasien dengan kolesistitis akut dan pasien dengan batu duktus
adalah dapat mengurangi perawatan di rumah sakit dan biaya yang dikeluarkan, pasien
dapat cepat kembali bekerja, nyeri menurun dan perbaikan kosmetik. Masalah yang
belum terpecahkan adalah kemanan dari prosedur ini, berhubungan dengan insiden
komplikasi 6r seperti cedera duktus biliaris yang mungkin dapat terjadi lebih sering
c) Disolusi medis
Masalah umum yang mengganggu semua zat yang pernah digunakan adalah angka
kekambuhan yang tinggi dan biaya yang dikeluarkan. Zat disolusi hanya memperlihatkan
manfaatnya untuk batu empedu jenis kolesterol. Penelitian prospektif acak dari asam
pasien.
d) Disolusi kontak
Meskipun pengalaman masih terbatas, infus pelarut kolesterol yang poten (metil- ter-
butil-eter (MTBE)) ke dalam kandung empedu melalui kateter yang diletakkan per kutan
telah terlihat efektif dalam melarutkan batu empedu pada pasien-pasien tertentu. Prosedur
ini invasif dan kerugian utamanya adalah angka kekambuhan yang tinggi (50% dalam 5
tahun).
Sangat populer digunakan beberapa tahun yang lalu, analisis biaya-manfaat pad saat ini
memperlihatkan bahwa prosedur ini hanya terbatas pada pasien yang telah benar-benar
f) Kolesistotomi
Kolesistotomi yang dapat dilakukan dengan anestesia lokal bahkan di samping tempat
tidur pasien terus berlanjut sebagai prosedur yang bermanfaat, terutama untuk pasien
Pemberian Terapi:
A.Ranitidin
Komposisi: Ranitidina HCl setara ranitidina 150 mg, 300 mg/tablet, 50mg/ml injeksi.
C.Buscopan plus
Indikasi: Nyeri paroksimal pada penyakit usus dan lambung, nyeri spastic pada saluran
uriner, bilier, dan organ genital wanita.NaCl 0,9 % berisi Sodium Clorida/Natrium
Clorida yang dimana kandungan osmolalitasnya sama dengan osmolalitas yang ada di
osmolalitasnya lebih tinggi dibanding osmolalitas yang ada dalam plasma tubuh.