PENDAHULUAN
1
Salah satu penanganan dari kolesistisis adalah kolesistektomi.
Kolesistektomi adalah prosedur pengangkatan kantung empedu untuk
mengobati batu empedu. Prosedur ini dapat menggunakan metode
tradisional (terbuka) atau minim invasive (Medicinestuffs, 2013).
Kolesistektomi merupakan terapi gold standar untuk kolelitiasis, yang
dapat dilakukan dengan metode bedah laparoskopi dan terbuka, namun dalam
96% kasus, prosedur dapat dilaksanakan secara laparoskopi. Kolesistektomi
ini merupakan operasi saluran cerna yang paling sering dilakukan di negara
barat (Aprilia, 2016).
Kolesistektomi laparoskopi pertama kali diperkenalkan di Jerman pada
tahun 1985. Pada awalnya teknik ini banyak diragukan oleh ahli bedah yang
skeptis, karena adanya pemikiran “small brain-small incision”. Namun karena
banyaknya manfaat yang dirasakan oleh pasien, Kolesistektomi laparaskopi
mulai dipertimbangkan dan sekarang menjadi prosedur pilihan untuk pasien
dengan diagnosis batu kandung empedu. Walaupun tindakan laparoskopi
kolesistektomi memberikan banyak manfaat bila dibandingkan dengan
kolesistektomi terbuka namun pada umumnya pasien yang menjalani operasi
laparoskopi kolesistektomi menderita nyeri awal pasca operasi. Nyeri yang
paling sering dirasakan adalah nyeri pada abdomen dan nyeri yang menjalar
hingga ke bahu. Penyebab dari nyeri ini adalah nyeri pada bekas insisi, nyeri
visceral karena iritasi dari peritoneum yang biasanya disebabkan oleh gas CO 2
yang tersisa di abdomen, dan nyeri bahu karena iritasi peritoneum pada
diafragma.
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Perioperatif 3 dan untuk
menambah pengetahuan mengenai kolestitektomi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari kolesistektomi.
2. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari kolesistektomi.
3. Untuk mengetahui macam-macam kolesistektomi.
4. Untuk mengetahui prosedur kolistektomi laparoskopik.
5. Untuk mengetahui prosedur kolisistektomi laparotomi.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Penulis
Dapat menambah ilmu dan pengetahuan mengenai kolesistektomi.
1.4.2 Manfaat Bagi Institusi
Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan metode baru dalam
pembelajaran.
1.4.3 Manfaat Bagi Pembaca
Dapat menambah informasi, ilmu, dan pengetahuan mengenai
kolesistektomi.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
o Kolelitiasis simpomatik.
2.2.2 Dalam kontraindikasi kolesistektomi dibagi menjadi 2 bagian, diantaranya:
1. Kontra indikasi absolut
a. Peritonitis
b. Obstruksi usus
c. Koagulopati yang tidak terkontrol
d. Hernia diafragmatik yang besar
e. Penyakit Paru obstruktif berat dan penyakit jantung kongestif berat
2. Kontra indikasi relatif (tergantung keahlian operator)
a. Cirrhosis hepatis
b. Riwayat operasi abdomen dengan adhesi
c. Kolesistitis akut
d. Gangrene dan empyema gall bladder
e. Biliary enteric fistula
f. Kehamilan
g. Ventriculoperitoneal shunt
5
kandung empedu, seberapa berat inflamasinya, dan tingkat kesulitan
operasi (Soonawala, 2012).
Indikasi :
Penderita dengan simtomatik batu empedu yang telah dibuktikan
secara imaging diagnostic terutama melalui USG abdomen
Penderita kolesterolosis simtomatik yang telah dibuktikan melalui
USG abdomen
Adenomyomatosis kantung empedu simtomatik
Kontraindikasi :
Kontraindikasi Absolut :
Peritonitis
Obstruksi usus
Koagulopati yang tidak terkontrol.
Hernia diafragmatik yang besar.
Penyakit Paru obstruktif berat dan penyakit jantung kongestif berat
Kontraindikasi Relatif :
Cirrhosis hepatis
Riwayat operasi abdomen dengan adhesi
Kolesistitis akut
Gangrene dan empyema gall bladder
Biliary enteric fistula
Kehamilan
Ventriculoperitoneal shunt
b. Kolesistektomi laparatomi
Kolesistektomi laparatomi atau terbuka dilakukan dengan
melakukan insisi sekitar 6cm-8cm pada bagian abdomen kanan atas
menembus lemak dan otot hingga ke kandung empedu. Duktus-duktus
lainnya di klem, kemudian kandung empedu diangkat
(Turner&Malagoni, 2009).
6
Menurut Chari&Shah (2007) tindakan kolesistektomi laparatomi
memiliki indikasi tertentu, yaitu keadaan jantung dan paru yang buruk,
adanya kanker kandung empedu, sirosis dan hipertensi portal, kehamilan
semester ketiga, serta adanya rencana penggabungan prosedur
kolesistektomi dengan prosedur lain. Kolesistektomi terbuka telah
menjadi prosedur yang jarang dilakukam biasanya dilakukan sebagai
konversi dari kolesistektomi laparoskopi (Chari& Shah, 2007).
Indikasi :
Penderita dengan simtomatik batu empedu yang telah dibuktikan
secara imaging diagnostic terutama melalui USG abdomen.
Penderita kolesterolosis simtomatik yang telah dibuktikan melalui
USG abdomen.
Adenomyomatosis kantung empedu simtomatik.
Kontra indikasi :
Kontra indikasi absolute:
Koagulopati yang tidak terkontrol
Penyakit liver stadium akhir
Penyakit Paru obstruktif berat dan penyakit jantung kongestif berat
7
2.4 Teknik Instrumentasi Cholesystektomi Terbuka
A. Persiapan
1. Tim Bedah: Melakukan scrubing, gowning dan gloving.
2. Pasien :
• Pasien diposisikan supine di meja operasi.
• Inform consent
• Identitas pasien
• Tanda area operasi
• Hasil lab
• Hasil foto rongent
• Skiren
• Alergi obat
• Puasa
3. Persiapan lingkungan operasi
Mesin anastesi dan obat-obatan
Meja operasi
Lampu operasi
Mesin couter
Mesin suction + arde (ground)
Meja instrumen
Meja mayo
Troli waskom
Tempat sampah
Safety box
4. Instrument
Set Dasar :
• Desinfeksi Klem
• Duk klem
• Hvmess 3 dan Hvmess 4
• Pinset Anatomis
• Pinset cirurghis
• Klem pean
8
• Klem kocher
• Mosquito
• Sprider
• Retractor
• Double langenback
• Gunting mayo
• Gunting metzenbeum
• Gunting benang
• Needle holder
• Benang :
- peritoneum : catgut plain no. 1
- aponeurosis : catgut chromic no. 1
- lemak subkutis : catgut plain no. 3-0
- kulit : sutra no. 3-0
- ligasi : sutra 2-0/ 3-0
• Doek
- Doek sedang
- Doek besar
- Doek kecil
Set Khusus :
• Kelly klem
• Hartmann klem pouch
• Mikulicz (peritonium klem)
• handle mess (no. 4 panjang & no. 11)
• Timan
• Allis klem
B. Prosedur
1. Sign In
- Identifikasi identitas, area operasi, tindakan operasi dan lembar persetujuan
- Identifikasi area operasi
- Identifikasi mesin anastesi, pulse oksimeter dan obat-obatan anastesi
- Identifikasi riwayat alergi pasien
9
- Identifikasi resiko aspirasi dan kehilangan darah
2. Posisikan pasien supine
3. Anastesi melakukan pembiusan, pasang arde pada kaki pasien
4. Perawat sirkular mencuci area operasi dengan sabun chloerhexidine 4%
dan langsung dikeringkan
5. Perawat instrument melakukan surgical srubing, gowning, gloving dan
membantu operator serta asisten untuk gowning dan gloving
6. Operator melakukan desinfeksi area operasi, berikan desinfeksi klem dan
kom berisi 3 deppers dan povidone iodine 10 %. Batas tepi atas setinggi
papilla mamma sampai ke pubis, seluas- luasnya.
7. Operator dan asisten melakukan draping, berikan duk besar untuk bawah
dan atas, duk sedang untuk samping kanan dan kiri berikan duk klem untuk
fiksasi keempat sisinya, berikan duk kecil untuk bagian bawah, terakhir
berikan duk tapal kuda
8. Dekatkan meja mayo, meja instrumen dan troli waskom ke meja operasi,
pasang suction, hand couter fiksasi dengan kassa + duk klem
9. Time Out
- Konfirmasi tim operasi, identitas pasien dan antibiotik profilaksis pasien
- Antisipasi kejadian kritis pada operator dan anastesi.
- Instrumen (jumlah kassa, jarum dan alat)
- Berdoa dipimpin operator
10. Berikan kassa basah kemudian kassa kering kepada operator untuk
membersihkan area operasi dari cairan disinfeksi
11. Berikan pinset cirurgis dan kom berisi cairan disinfeksi untuk melakukan
marking pada area yang akan dioperasi
12. Operator mulai melakukan insici posisi insici Insisi dinding anterior
abdomen subcostal kanan, dapat juga insisi paramedian kanan, transversal
atau median. Berikan Hv mess no 3 dengan mess no 10 untuk insici kulit
sampai lemak, berikan kassa kering dan mosquito kepada asisten untuk
melakukan perawatan perdarahan dengan cauter (coagulan)
10
Area insisi :
1.Median
2.Paramedian
kanan
3.Transversal
4.Subkostal kanan
Insisi pada
abdomen
13. Berikan couter serta dobel langenback untuk melanjutkan incisi fasia
sampai otot. Untuk insici fasia bisa menggunakan mess no 10 dengan
sedikit insici kemudian berikan 2 kokcer untuk memegang fasia kemudian
berikan gunting mayo untuk memperlebar insici fasia.
14. Eksplorasi pada rongga peritoneum dan lihat apakah ada kelainan.
Eksplorasi
kandung
empedu dan
jepit dengan
allice klem
11
15. Berikan retractor, Letakkan kasa lebar di sisi inferior dan medial, Bila
kandung empedu tegang diaspirasi dengan spuit/troikar.
16. Berikan 2 Klem fundus kantong dan didorong keatas Hartmann-klem
pouch dan ditarik ke bawah
17. Identifikasi dan isolasi arteri sistika dan duktus sistikus
18. Pengangkatan kandung empedu dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu
retrograde (dimulai dari fundus ke arah segitiga Calot) atau secara
anterograde (fundus kea rah duktus sistikus).
Cara Retrograde :
- Identifikasi Trigonum Calot.
Membuka
trigonum
callot pada
teknik
retrograde
12
- Kandung empedu dipisahkan dari hepar mulai dari duktus sistikus ke
arah fundus
Pemisahan
kandung
empedu
dengan hepar
dari duktus
sistikus
kearah fundus
pada teknik
retrograde
Cara Anterograde :
- Bila identifikasi duktus sistikus dan hepatikus komunis serta arteri
sistikus sulit
- Identifikasi batas perlekatan kandung empedu dengan hepar
- Kandung empedu dipisahkan dari hepar mulai dari fundus ke arah duktus
sistikus
Pemisahan
kandung
empedu
dengan hepar
dari fundus
kearah duktus
sistikus pada
teknik
antegrade
13
Ligasi arteri dan duktus
sisitikus pada teknik
antegrade
14
- kulit : sutra no. 3-0
24. Berikan kassa basah untuk membersihkan area operasi kemudian
dikeringkan dengan kassa kering, tutup dengan sufratule, kasa kering
kemudian hepafik.
25. Rapikan pasien dan rapikan alat.
15
- Desinfeksi Klem
- Duk klem
- Hvmess 3 dan Hvmess 4
- Pinset Anatomis
- Pinset cirurghis
- Klem pean
- Klem kocher
- Mosquito
- Sprider
- Retractor
- Double langenback
- Gunting mayo
- Gunting metzenbeum
- Gunting benang
- Needle holder
• Set Khusus :
- Grasper
- Clip applicator
- Trokar
- Verres Needle
- Laparoskop
B. Prosedur
1. Sign In
- Identifikasi identitas, area operasi, tindakan operasi dan lembar
persetujuan
- Identifikasi area operasi
- Identifikasi mesin anastesi, pulse oksimeter dan obat-obatan anastesi
- Identifikasi riwayat alergi pasien
- Identifikasi resiko aspirasi dan kehilangan darah
16
2. Posisikan pasien supine
17
10. Berikan kassa basah kemudian kassa kering kepada operator untuk
membersihkan area operasi dari cairan disinfeksi
11. Berikan pinset cirurgis dan kom berisi cairan disinfeksi untuk melakukan
marking pada area yang akan dioperasi
12. Berikan hvmess no.3 dan Operator melakukan insisi lengkung di bawah
umbilikus sepanjang 20 mm, insisi diperdalam secara tajam dan tumpul
sampai tampak linea alba.
13. Berikan 2 forcep untuk menjepit Linea alba dan diangkat, dibuat incisi
vertikal sepanjang 10 mm.
14. Berikan verres needle dan dimasukkan dengan sudut 45 ke arah kavum
pelvis sejajar aorta, Test aspirasi: (-)
Cara memasukkan verres
needle
15. Berikan trokar peritoneum ditembus dan dimasukkan port lalu dimasukkan
Insuflasi gas CO2 sampai tekanan intraabdomen mencapai 10-15 mmHg
untuk menimbulkan pneumoperitoneum sehingga tekanan abdomen
cembung.
18
16. Troikar dimasukkan melalui tempat insisi, Masukkan alat laparoskop
Melalui port umbilikal dimasukkan videoscope ke dalam cavum abdomen.
falciforme.
19. Trocart kedua dimasukkan pada kwadaran kanan atas abdomen beberapa
cm dibawah costa terbawah pada linea midclavicula.
20. Trocart ketiga dimasukkan pada kuadran kanan atas setinggi umbilikus di
sebelah lateral dari trocart kedua.
19
Laparosko
p dan
kamera
berada
pada
kandung
empedu
21. Posisi pasien diubah menjadi anti Trendelenburg ringan (10-15°) dan
sedikit miring ke kiri.
22. Gallbladder dipegang dengan grasper/ forcep dari port lateral (4),
kemudian didorong ke arah superior dan dipertahankan pada posisi ini.
Fundus
kandung
empedu
dan
Hartmann
pouch
dijepit
dengan
grasper
20
23. Infundibulum dipegang dengan grasper dari port medial (3) dan ditraksi ke
arah caudal. Disecting forceps dimasukkan dari port epigastrium (2) dan
jaringan di sekitar duktus sistikus dan arteri sistika disisihkan sampai
kedua struktur tersebut tampak jelas. \
24. Ligasi arteri dan duktus sistikus dengan klem kemudian dipotong Kandung
empedu dipisahkan dari hepar
Ligasi
duktus
sistikus
Kandung
empedu
dipisahkan
dari hepar
21
25. Kandung empedu dikeluarkan melalui insisi sub-umbilikus
Kandung
empedu
ditarik
keluar
melalui
insisi sub
umbilicus
22
INSTRUMEN BEDAH CHOLESYSTEKTOMI
TERBUKA DAN LAPARASKOPIK
23
Pinset Anatomis Hartmann klem pouch Laparoskop
24
Klem Pean Allis klem
25
Klem kocher Couter Clip applicator
Retractor/ Langenback
26
Sprider
Mosquito
27
Gunting mayo
28
Gunting metzenbeum
Needle holder
29
Gunting Benang
Hvmess
30
Catgut plain
Catgut Chromic
31
Sutra
32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kolesistektomi adalah pembedahan untuk mengangkat kandung empedu (kantung
berbentuk buah pir dekat lobus kanan hati). Kandung empedu mungkin perlu diangkat jika
organ ini memiliki batu empedu yang mengganggu, terinfeksi, atau menjadi kanker.
Cholecystectomy dibagi menjadi 2 cara: Open Cholecystectomy & Laparoscopy
Cholecystectomy. Kolesistektomi laparoskopi merupakan pengangkatan total dari kandung
empedu tanpa insisi yang besar sedangkan kolesistektomi laparatomi atau terbuka dilakukan
dengan melakukan insisi sekitar 6cm-8cm pada bagian abdomen kanan atas menembus
lemak dan otot hingga ke kandung empedu. Masing-masing teknik kolesistektomi
mempunyai indikasi dan kontraindikasi dengan teknik instrumentasi yang berbeda-beda.
3.2 Saran
Berdasarkan makalah tersebut sebagai perawat instrument diharapkan dalam melakukan
instrumentasi harus disesuaikan dengan SOP instek dan juga memahami konsep dasarnya.
33
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Chari, R.S., dan Shah, S.A., 2007. Biliary System. Dalam: Townsend Ed, Sabiston. Textbook of
Surgery. Edisi ke-18. USA: Saunders
34