Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kolesistitis merupakan radang kandung empedu yang paling sering terjadi,
diakibatkan adanya obstruksi duktus sistikus oleh batu empedu
(kolelitiasis/cholelithiasis) maupun penyebab non obstruksi (Brunner &
Suddarth, 2001).
Sembilan puluh persen kasus kolesistitis di sebabkan batu di duktus
sistikus (kolesistitis calculous), dan 10% sisanya merupakan kasus kolesistitis
acalculous (non batu). Kolesistitis calculous akut disebabkan oleh
tersumbatnya duktus sistikus hingga menyebabkan distensi kandung empedu.
Seiring membesarnya ukuran kantong empedu, aliran darah dan drainase
limfatik menjadi terganggu hingga menyebabkan terjadinya iskemia dan
nekrosis mukosa (Aprilia, 2016).
Diperkirakan 10-20 % orang Amerika memiliki batu empedu , dan
sebanyak sepertiga dari orang-orang ini menderita kolesistitis akut.
Kolesistektomi baik untuk kolik bilier berulang atau untuk kolesistitis akut
merupakan prosedur bedah yang paling umum dilakukan oleh dokter bedah
umum, sekitar 500.000 operasi per tahun. Insiden kolesistitis meningkat
seiring bertambahnya usia (Hasanah, 2015).
Kolesistitis tanpa komplikasi memiliki prognosis yang sangat baik, dengan
tingkat kematian sangat rendah. Kebanyakan pasien dengan kolesistitis akut
memiliki remisi lengkap dalam waktu 1-4 hari. Namun, sekitar 25-30% pasien
memerlukan operasi ataupun menderita beberapa komplikasi. Komplikasi
yang terjadi seperti seperti perforasi /gangren, menyebabkan prognosis
menjadi kurang menguntungkan. Perforasi terjadi pada 10-15% kasus. Pasien
dengan kolesistitis acalculous memiliki angka kematian berkisar antara 10-
50%, jauh melebihi perkiraan mortalitas 4% pada pasien dengan kolesistitis
calculous. Pada pasien yang sakit parah dengan kolesistitis acalculous disertai
perforasi atau gangren, angka kematian bisa sampai 50-60% (Medicinestuffs,
2013).

1
Salah satu penanganan dari kolesistisis adalah kolesistektomi.
Kolesistektomi adalah prosedur pengangkatan kantung empedu untuk
mengobati batu empedu. Prosedur ini dapat menggunakan metode
tradisional (terbuka) atau minim invasive (Medicinestuffs, 2013).
Kolesistektomi merupakan terapi gold standar untuk kolelitiasis, yang
dapat dilakukan dengan metode bedah laparoskopi dan terbuka, namun dalam
96% kasus, prosedur dapat dilaksanakan secara laparoskopi. Kolesistektomi
ini merupakan operasi saluran cerna yang paling sering dilakukan di negara
barat (Aprilia, 2016).
Kolesistektomi laparoskopi pertama kali diperkenalkan di Jerman pada
tahun 1985. Pada awalnya teknik ini banyak diragukan oleh ahli bedah yang
skeptis, karena adanya pemikiran “small brain-small incision”. Namun karena
banyaknya manfaat yang dirasakan oleh pasien, Kolesistektomi laparaskopi
mulai dipertimbangkan dan sekarang menjadi prosedur pilihan untuk pasien
dengan diagnosis batu kandung empedu. Walaupun tindakan laparoskopi
kolesistektomi memberikan banyak manfaat bila dibandingkan dengan
kolesistektomi terbuka namun pada umumnya pasien yang menjalani operasi
laparoskopi kolesistektomi menderita nyeri awal pasca operasi. Nyeri yang
paling sering dirasakan adalah nyeri pada abdomen dan nyeri yang menjalar
hingga ke bahu. Penyebab dari nyeri ini adalah nyeri pada bekas insisi, nyeri
visceral karena iritasi dari peritoneum yang biasanya disebabkan oleh gas CO 2
yang tersisa di abdomen, dan nyeri bahu karena iritasi peritoneum pada
diafragma.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari kolesistektomi?
2. Apa indikasi dan kontraindikasi dari kolesistektomi?
3. Bagaimana macam-macam kolesistektomi?
4. Bagaimana prosedur kolistektomi laparoskopik?
5. Bagaimana prosedur kolisistektomi laparotomi?

2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Perioperatif 3 dan untuk
menambah pengetahuan mengenai kolestitektomi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari kolesistektomi.
2. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari kolesistektomi.
3. Untuk mengetahui macam-macam kolesistektomi.
4. Untuk mengetahui prosedur kolistektomi laparoskopik.
5. Untuk mengetahui prosedur kolisistektomi laparotomi.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Penulis
Dapat menambah ilmu dan pengetahuan mengenai kolesistektomi.
1.4.2 Manfaat Bagi Institusi
Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan metode baru dalam
pembelajaran.
1.4.3 Manfaat Bagi Pembaca
Dapat menambah informasi, ilmu, dan pengetahuan mengenai
kolesistektomi.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Kolesistektomi


Kolesistektomi atau pengangkatan kandung empedu merupakan salah satu
prosedur abdominal yang paling umum. Kolesistektomi adalah
penatalaksanaan yang definitif untuk batu empedu simtomatik (Chari & Shah,
2007). Kolesistektomi adalah pembedahan untuk mengangkat kandung
empedu (kantung berbentuk buah pir dekat lobus kanan hati). Kandung
empedu mungkin perlu dihapus jika organ ini memiliki batu empedu yang
mengganggu, terinfeksi, atau menjadi kanker.
Cholecystectomy (pengangkatan kantong empedu secara operasi) adalah
perawatan standar untuk batu-batu empedu didalam kantong empedu.
Cholecystectomy dibagi menjadi 2 cara : Open Cholecystectomy &
Laparoscopy Cholecystectomy. Namun, dua dekade terakhir kolesistektomi
laparoskopi telah mengambil alih peran kolesistektomi terbuka, dengan
prosedur minimal invasive (Brunicardi, 2010).

2.2 Indikasi dan Kontraindikasi Kolesistektomi


Penderita dengan simtomatik batu empedu yang telah dibuktikan secara
imaging diagnostic terutama melalui USG abdomen. Penderita kolesterolosis
simtomatik yang telah dibuktikan melalui USG abdomen. Adenomyomatosis
kantung empedu simtomatik.
2.2.1 Indikasi Kolesistektomi (Chari & Shah, 2007) Indikasi Kolesistektomi
Urgensi (dalam 24-72 jam), diantaranya :
o Kolesistitis akut
o Kolesistitis emfisema
o Empiema kandung empedu
o Perforasi kandung empedu
o Riwayat koledokolitiasis Elektif
o Diskinesia biliaris
o Kolesistitis kronik

4
o Kolelitiasis simpomatik.
2.2.2 Dalam kontraindikasi kolesistektomi dibagi menjadi 2 bagian, diantaranya:
1. Kontra indikasi absolut
a. Peritonitis
b. Obstruksi usus
c. Koagulopati yang tidak terkontrol
d. Hernia diafragmatik yang besar
e. Penyakit Paru obstruktif berat dan penyakit jantung kongestif berat
2. Kontra indikasi relatif (tergantung keahlian operator)
a. Cirrhosis hepatis
b. Riwayat operasi abdomen dengan adhesi
c. Kolesistitis akut
d. Gangrene dan empyema gall bladder
e. Biliary enteric fistula
f. Kehamilan
g. Ventriculoperitoneal shunt

2.3 Macam-macam Kolesistektomi


Kolesistektomi di bagi menjadi 2, yaitu kolesistektomi laparaskopi dan
kolesistektomi laparatomi.
a. Kolesistektomi Laparoskopi
Kolesistektomi laparoskopi merupakan pengangkatan total dari
kandung empedu tanpa insisi yang besar. Insisi kecil 2-3 cm dilakukan di
umbilikus dan laparoskop dimasukkan. Dokter bedah mengembangkan
abdomen dengan cara memasukkan gas yang tidak berbahaya, seperti
karbon dioksida (CO2), agar tersedia ruang untuk dilakukan operasi.
Kontraindikasi untuk kolesistektomi laparoskopi antara lain pasien yang
tidak bisa menoleransi anestesi umum atau bedah mayor. Kondisi seperti
koagulopati, kehamilan dan sirosis tidak lagi dianggap sebagai
kontraindikasi namun memerlukan perhatian dan persiapan lebih dan
evaluasi resiko beserta keuntungannya (Litwin&Cahan, 2008). Operasi
umumnya berlangsung 30 hingga 90 menit, tergantung dari ukuran

5
kandung empedu, seberapa berat inflamasinya, dan tingkat kesulitan
operasi (Soonawala, 2012).
Indikasi :
 Penderita dengan simtomatik batu empedu yang telah dibuktikan
secara imaging diagnostic terutama melalui USG abdomen
 Penderita kolesterolosis simtomatik yang telah dibuktikan melalui
USG abdomen
 Adenomyomatosis kantung empedu simtomatik

Kontraindikasi :
Kontraindikasi Absolut :
 Peritonitis
 Obstruksi usus
 Koagulopati yang tidak terkontrol.
 Hernia diafragmatik yang besar.
 Penyakit Paru obstruktif berat dan penyakit jantung kongestif berat
Kontraindikasi Relatif :
 Cirrhosis hepatis
 Riwayat operasi abdomen dengan adhesi
 Kolesistitis akut
 Gangrene dan empyema gall bladder
 Biliary enteric fistula
 Kehamilan
 Ventriculoperitoneal shunt

b. Kolesistektomi laparatomi
Kolesistektomi laparatomi atau terbuka dilakukan dengan
melakukan insisi sekitar 6cm-8cm pada bagian abdomen kanan atas
menembus lemak dan otot hingga ke kandung empedu. Duktus-duktus
lainnya di klem, kemudian kandung empedu diangkat
(Turner&Malagoni, 2009).

6
Menurut Chari&Shah (2007) tindakan kolesistektomi laparatomi
memiliki indikasi tertentu, yaitu keadaan jantung dan paru yang buruk,
adanya kanker kandung empedu, sirosis dan hipertensi portal, kehamilan
semester ketiga, serta adanya rencana penggabungan prosedur
kolesistektomi dengan prosedur lain. Kolesistektomi terbuka telah
menjadi prosedur yang jarang dilakukam biasanya dilakukan sebagai
konversi dari kolesistektomi laparoskopi (Chari& Shah, 2007).
Indikasi :
 Penderita dengan simtomatik batu empedu yang telah dibuktikan
secara imaging diagnostic terutama melalui USG abdomen.
 Penderita kolesterolosis simtomatik yang telah dibuktikan melalui
USG abdomen.
 Adenomyomatosis kantung empedu simtomatik.

Kontra indikasi :
Kontra indikasi absolute:
 Koagulopati yang tidak terkontrol
 Penyakit liver stadium akhir
 Penyakit Paru obstruktif berat dan penyakit jantung kongestif berat

Kontra indikasi relatif (tergantung keahlian operator):


 Cirrhosis hepatis
 Obesitas
 Kolesistitis akut
 Gangrene dan empyema gall bladder
 Biliary enteric fistula
 Kehamilan
 Ventriculo-peritoneal shunt (VP-shunt)

7
2.4 Teknik Instrumentasi Cholesystektomi Terbuka
A. Persiapan
1. Tim Bedah: Melakukan scrubing, gowning dan gloving.
2. Pasien :
• Pasien diposisikan supine di meja operasi.
• Inform consent
• Identitas pasien
• Tanda area operasi
• Hasil lab
• Hasil foto rongent
• Skiren
• Alergi obat
• Puasa
3. Persiapan lingkungan operasi
 Mesin anastesi dan obat-obatan
 Meja operasi
 Lampu operasi
 Mesin couter
 Mesin suction + arde (ground)
 Meja instrumen
 Meja mayo
 Troli waskom
 Tempat sampah
 Safety box
4. Instrument
 Set Dasar :
• Desinfeksi Klem
• Duk klem
• Hvmess 3 dan Hvmess 4
• Pinset Anatomis
• Pinset cirurghis
• Klem pean

8
• Klem kocher
• Mosquito
• Sprider
• Retractor
• Double langenback
• Gunting mayo
• Gunting metzenbeum
• Gunting benang
• Needle holder
• Benang :
- peritoneum : catgut plain no. 1
- aponeurosis : catgut chromic no. 1
- lemak subkutis : catgut plain no. 3-0
- kulit : sutra no. 3-0
- ligasi : sutra 2-0/ 3-0
• Doek
- Doek sedang
- Doek besar
- Doek kecil
 Set Khusus :
• Kelly klem
• Hartmann klem pouch
• Mikulicz (peritonium klem)
• handle mess (no. 4 panjang & no. 11)
• Timan
• Allis klem
B. Prosedur
1. Sign In
- Identifikasi identitas, area operasi, tindakan operasi dan lembar persetujuan
- Identifikasi area operasi
- Identifikasi mesin anastesi, pulse oksimeter dan obat-obatan anastesi
- Identifikasi riwayat alergi pasien

9
- Identifikasi resiko aspirasi dan kehilangan darah
2. Posisikan pasien supine
3. Anastesi melakukan pembiusan, pasang arde pada kaki pasien
4. Perawat sirkular mencuci area operasi dengan sabun chloerhexidine 4%
dan langsung dikeringkan
5. Perawat instrument melakukan surgical srubing, gowning, gloving dan
membantu operator serta asisten untuk gowning dan gloving
6. Operator melakukan desinfeksi area operasi, berikan desinfeksi klem dan
kom berisi 3 deppers dan povidone iodine 10 %. Batas tepi atas setinggi
papilla mamma sampai ke pubis, seluas- luasnya.
7. Operator dan asisten melakukan draping, berikan duk besar untuk bawah
dan atas, duk sedang untuk samping kanan dan kiri berikan duk klem untuk
fiksasi keempat sisinya, berikan duk kecil untuk bagian bawah, terakhir
berikan duk tapal kuda
8. Dekatkan meja mayo, meja instrumen dan troli waskom ke meja operasi,
pasang suction, hand couter fiksasi dengan kassa + duk klem
9. Time Out
- Konfirmasi tim operasi, identitas pasien dan antibiotik profilaksis pasien
- Antisipasi kejadian kritis pada operator dan anastesi.
- Instrumen (jumlah kassa, jarum dan alat)
- Berdoa dipimpin operator
10. Berikan kassa basah kemudian kassa kering kepada operator untuk
membersihkan area operasi dari cairan disinfeksi
11. Berikan pinset cirurgis dan kom berisi cairan disinfeksi untuk melakukan
marking pada area yang akan dioperasi
12. Operator mulai melakukan insici posisi insici Insisi dinding anterior
abdomen subcostal kanan, dapat juga insisi paramedian kanan, transversal
atau median. Berikan Hv mess no 3 dengan mess no 10 untuk insici kulit
sampai lemak, berikan kassa kering dan mosquito kepada asisten untuk
melakukan perawatan perdarahan dengan cauter (coagulan)

10
Area insisi :
1.Median
2.Paramedian
kanan
3.Transversal
4.Subkostal kanan

Insisi pada
abdomen

13. Berikan couter serta dobel langenback untuk melanjutkan incisi fasia
sampai otot. Untuk insici fasia bisa menggunakan mess no 10 dengan
sedikit insici kemudian berikan 2 kokcer untuk memegang fasia kemudian
berikan gunting mayo untuk memperlebar insici fasia.
14. Eksplorasi pada rongga peritoneum dan lihat apakah ada kelainan.
Eksplorasi
kandung
empedu dan
jepit dengan
allice klem

11
15. Berikan retractor, Letakkan kasa lebar di sisi inferior dan medial, Bila
kandung empedu tegang diaspirasi dengan spuit/troikar.
16. Berikan 2 Klem fundus kantong dan didorong keatas Hartmann-klem
pouch dan ditarik ke bawah
17. Identifikasi dan isolasi arteri sistika dan duktus sistikus
18. Pengangkatan kandung empedu dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu
retrograde (dimulai dari fundus ke arah segitiga Calot) atau secara
anterograde (fundus kea rah duktus sistikus).
Cara Retrograde :
- Identifikasi Trigonum Calot.
Membuka
trigonum
callot pada
teknik
retrograde

- Identifikasi saluran empedu ekstrahepatal dan arteri sistikus


- Berikan klem Kelly untuk memisahkan antara Duktus sistikus dan arteri
sistikus
- Berikan gunting untuk memotong Arteri dan duktus sistikus kemudian
diligasi dengan benang sutra 2-0/3-0
Ligasi dan
pemotongan
pada arteri
dan duktus
sistikus pada
teknik
retrograde

12
- Kandung empedu dipisahkan dari hepar mulai dari duktus sistikus ke
arah fundus
Pemisahan
kandung
empedu
dengan hepar
dari duktus
sistikus
kearah fundus
pada teknik
retrograde

Cara Anterograde :
- Bila identifikasi duktus sistikus dan hepatikus komunis serta arteri
sistikus sulit
- Identifikasi batas perlekatan kandung empedu dengan hepar
- Kandung empedu dipisahkan dari hepar mulai dari fundus ke arah duktus
sistikus
Pemisahan
kandung
empedu
dengan hepar
dari fundus
kearah duktus
sistikus pada
teknik
antegrade

- Diseksi dilakukan secara hati-hati saat mencapai ligamen


hepatoduodenalis
- Identifikasi duktus dan arteri sistikus
- Arteri dan duktus sistikus dipotong dan berikan needle holder dan pinset
anatomis untuk ligasi dengan benang sutra 2-0/3-0

13
Ligasi arteri dan duktus
sisitikus pada teknik
antegrade

19. Evaluasi dan kauterisasi dasar kandung empedu.


Evaluasi dan
kauterisasi pada
kandung empedu

20. Cuci lapangan operasi dengan Ns dan berikan suction


21. Ambil kasa pelindung dan retraktor
22. Lakukan sign out
- Perawat sirkuler mengkonfirmasi jenis tindakan dan bahan spesimen
(bila ada) kepada operator
- Perawat instrumen mengkonfirmasi penggunaan jumlah kassa, alat dan
jarum
23. Berikan needle holder + pinset ciro beserta benang, Jahit lapis demi lapis:
- peritoneum : catgut plain no. 1
- aponeurosis : catgut chromic no. 1
- lemak subkutis : catgut plain no. 3-0

14
- kulit : sutra no. 3-0
24. Berikan kassa basah untuk membersihkan area operasi kemudian
dikeringkan dengan kassa kering, tutup dengan sufratule, kasa kering
kemudian hepafik.
25. Rapikan pasien dan rapikan alat.

2.5 Teknik Instrumentasi Cholesystektomi Laparoskopik


A. Persiapan
1. Tim Bedah: melakukan scrubing, gowning dan gloving.
2. Pasien :
• Pasien diposisikan supine di meja operasi.
• Inform consent
• Identitas pasien
• Tanda area operasi
• Hasil lab
• Hasil foto rongent
• Skiren
• Alergi obat
• Puasa
3. Persiapan lingkungan operasi
• Mesin anastesi dan obat-obatan
• Meja operasi
• Lampu operasi
• Mesin couter
• Mesin suction + arde (ground)
• Meja instrumen
• Meja mayo
• Troli waskom
• Tempat sampah
• Safety box
4. Instrument
• Set Dasar :

15
- Desinfeksi Klem
- Duk klem
- Hvmess 3 dan Hvmess 4
- Pinset Anatomis
- Pinset cirurghis
- Klem pean
- Klem kocher
- Mosquito
- Sprider
- Retractor
- Double langenback
- Gunting mayo
- Gunting metzenbeum
- Gunting benang
- Needle holder
• Set Khusus :

- Grasper
- Clip applicator
- Trokar
- Verres Needle
- Laparoskop
B. Prosedur
1. Sign In
- Identifikasi identitas, area operasi, tindakan operasi dan lembar
persetujuan
- Identifikasi area operasi
- Identifikasi mesin anastesi, pulse oksimeter dan obat-obatan anastesi
- Identifikasi riwayat alergi pasien
- Identifikasi resiko aspirasi dan kehilangan darah

16
2. Posisikan pasien supine

3. Anastesi melakukan pembiusan, pasang arde pada kaki pasien


4. Perawat sirkular mencuci area operasi dengan sabun chloerhexidine 4% dan
langsung dikeringkan
5. Perawat instrument melakukan surgical srubing, gowning, gloving dan
membantu operator serta asisten untuk gowning dan gloving
6. Operator melakukan desinfeksi area operasi, berikan desinfeksi klem dan
kom berisi 3 deppers dan povidone iodine 10 %. Batas tepi atas setinggi
papilla mamma sampai ke pubis, seluas- luasnya.
7. Operator dan asisten melakukan draping, berikan duk besar untuk bawah
dan atas, duk sedang untuk samping kanan dan kiri berikan duk klem untuk
fiksasi keempat sisinya, berikan duk kecil untuk bagian bawah, terakhir
berikan duk tapal kuda
8. Dekatkan meja mayo, meja instrumen dan troli waskom ke meja operasi,
pasang suction, hand couter fiksasi dengan kassa + duk klem
9. Time Out
- Konfirmasi tim operasi, identitas pasien dan antibiotik profilaksis pasien
- Antisipasi kejadian kritis pada operator dan anastesi.
- Instrumen (jumlah kassa, jarum dan alat)
- Berdoa dipimpin operator

17
10. Berikan kassa basah kemudian kassa kering kepada operator untuk
membersihkan area operasi dari cairan disinfeksi
11. Berikan pinset cirurgis dan kom berisi cairan disinfeksi untuk melakukan
marking pada area yang akan dioperasi
12. Berikan hvmess no.3 dan Operator melakukan insisi lengkung di bawah
umbilikus sepanjang 20 mm, insisi diperdalam secara tajam dan tumpul
sampai tampak linea alba.
13. Berikan 2 forcep untuk menjepit Linea alba dan diangkat, dibuat incisi
vertikal sepanjang 10 mm.
14. Berikan verres needle dan dimasukkan dengan sudut 45 ke arah kavum
pelvis sejajar aorta, Test aspirasi: (-)
Cara memasukkan verres
needle

15. Berikan trokar peritoneum ditembus dan dimasukkan port lalu dimasukkan
Insuflasi gas CO2 sampai tekanan intraabdomen mencapai 10-15 mmHg
untuk menimbulkan pneumoperitoneum sehingga tekanan abdomen
cembung.

18
16. Troikar dimasukkan melalui tempat insisi, Masukkan alat laparoskop
Melalui port umbilikal dimasukkan videoscope ke dalam cavum abdomen.

Memasukkan trocar dari tempat


insisi

17. Tiga buah trocart dimasukkan dengan memperhatikan secara langsung


tempat penetrasi intra abdomen.
18. Trocart pertama dimasukkan di epigastrium ± 5 cm di bawah procesus
xyphoideus dengan penetrasi intraabdomen di sebelah kanan ligamentum

falciforme.
19. Trocart kedua dimasukkan pada kwadaran kanan atas abdomen beberapa
cm dibawah costa terbawah pada linea midclavicula.
20. Trocart ketiga dimasukkan pada kuadran kanan atas setinggi umbilikus di
sebelah lateral dari trocart kedua.

19
Laparosko
p dan
kamera
berada
pada
kandung
empedu

21. Posisi pasien diubah menjadi anti Trendelenburg ringan (10-15°) dan
sedikit miring ke kiri.
22. Gallbladder dipegang dengan grasper/ forcep dari port lateral (4),
kemudian didorong ke arah superior dan dipertahankan pada posisi ini.
Fundus
kandung
empedu
dan
Hartmann
pouch
dijepit
dengan
grasper

20
23. Infundibulum dipegang dengan grasper dari port medial (3) dan ditraksi ke
arah caudal. Disecting forceps dimasukkan dari port epigastrium (2) dan
jaringan di sekitar duktus sistikus dan arteri sistika disisihkan sampai
kedua struktur tersebut tampak jelas. \
24. Ligasi arteri dan duktus sistikus dengan klem kemudian dipotong Kandung
empedu dipisahkan dari hepar
Ligasi
duktus
sistikus

Kandung
empedu
dipisahkan
dari hepar

21
25. Kandung empedu dikeluarkan melalui insisi sub-umbilikus
Kandung
empedu
ditarik
keluar
melalui
insisi sub
umbilicus

26. Lakukan sign out


- Perawat sirkuler mengkonfirmasi jenis tindakan dan bahan spesimen
(bila ada) kepada operator
- Perawat instrumen mengkonfirmasi penggunaan jumlah kassa, alat dan
jarum
27. Berikan needle holder + pinset ciro beserta benang, Jahit lapis demi lapis:
- fascia dengan catgut chromic no. 1
- lemak subkutis : catgut plain no. 3-0
- kulit : sutra no. 3-0
28. Berikan kassa basah untuk membersihkan area operasi kemudian
dikeringkan dengan kassa kering, tutup dengan sufratule, kasa kering
kemudian hepafik.
29. Rapikan pasien dan rapikan alat.

22
INSTRUMEN BEDAH CHOLESYSTEKTOMI
TERBUKA DAN LAPARASKOPIK

Nama Instrumen dan Gambar


Set Dasar Set Khusus cholesystektomi terbuka Set Khusus cholesystektomi
laparoskopi
Desinfeksi Klem Kelly klem Trocart

23
Pinset Anatomis Hartmann klem pouch Laparoskop

Pinset Chirurgic Mikulicz Grasper

Duk Klem Timan Verres Needle

24
Klem Pean Allis klem

25
Klem kocher Couter Clip applicator

Retractor/ Langenback

26
Sprider

Mosquito

27
Gunting mayo

28
Gunting metzenbeum

Needle holder

29
Gunting Benang

Hvmess

30
Catgut plain

Catgut Chromic

31
Sutra

Doek kecil, sedang dan besar

32
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kolesistektomi adalah pembedahan untuk mengangkat kandung empedu (kantung
berbentuk buah pir dekat lobus kanan hati). Kandung empedu mungkin perlu diangkat jika
organ ini memiliki batu empedu yang mengganggu, terinfeksi, atau menjadi kanker.
Cholecystectomy dibagi menjadi 2 cara: Open Cholecystectomy & Laparoscopy
Cholecystectomy. Kolesistektomi laparoskopi merupakan pengangkatan total dari kandung
empedu tanpa insisi yang besar sedangkan kolesistektomi laparatomi atau terbuka dilakukan
dengan melakukan insisi sekitar 6cm-8cm pada bagian abdomen kanan atas menembus
lemak dan otot hingga ke kandung empedu. Masing-masing teknik kolesistektomi
mempunyai indikasi dan kontraindikasi dengan teknik instrumentasi yang berbeda-beda.

3.2 Saran
Berdasarkan makalah tersebut sebagai perawat instrument diharapkan dalam melakukan
instrumentasi harus disesuaikan dengan SOP instek dan juga memahami konsep dasarnya.

33
DAFTAR PUSTAKA

Brunicardi FC. 2010. Schwartz's principles of surgery. USA: Mc-Graw Hill

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Chari, R.S., dan Shah, S.A., 2007. Biliary System. Dalam: Townsend Ed, Sabiston. Textbook of
Surgery. Edisi ke-18. USA: Saunders

Luthfiah. 2017. Bab II Kolises, (https://www.scribd.com/document/339380914/Bab-II-Kolises),


diakses pada 28 September 2017

34

Anda mungkin juga menyukai