Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Colostomy adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan


antara colon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat
bersifat sementara atau menetap selamanya. (llmu Bedah, Thiodorer Schrock,
MD, 2006).
Colostomi dapat berupa secostomy, colostomy transversum, colostomy
sigmoid, sedangkan colon accendens dan descendens sangat jarang dipergunakan
untuk membuat colostomy karena kedua bagian tersebut berada di retroperitoneal.
Colostomy pada bayi dan anak hampir selalu merupakan tindakan gawat
darurat, sedang pada orang dewasa merupakan keadaan yang pathologis.
Colostomy pada bayi dan anak biasanya bersifat sementara.
Pada penyakit usus yang ganas seperti carsinoma pada usus. Kondisi infeksi
tertentu pada colon. Salah satu komplikasi dari colostomy dalah prolaps , prolaps
merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan kulit.
Prolaps dapat dibagi 3 tingkatan:Penonjolan seluruh dinding colon termasuk
peritonium kadang-kadang sampat loop ilium. Adanya strangulasi dan nekrosis
pada usus yang mengalami penonjolan
Prolaps dapat terjadi oleh adanya faktor-faktor Peristaltik usus meningkat,
fixasi usus tidak sempurna, mesocolon yang panjang, tekanan intra abdominal
tinggi, dinding abdomen tipis dan tonusnya yang lemah serta kemungkinan
omentum yang pendek dan tipis.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaianakah konsep teori dari colostomy?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada colostomy?

1
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas
Percernaan yang berjudul Asuhan Keperawatan Colostomy meliputi
pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, dan intervensi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetaui konsep teori dari colostomy
b. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari colostomy

D. Manfaat
1. Bagi Institusi
a. Digunakan sebagai buku bacaan di perpustakaan agar bisa
bermanfaat bagi para pembaca.
b. Sebagai bahan bandingan sistem percernaan tentang penatalaksanaan
colostomy.
2. Bagi Penyusun
a. Sebagai ilmu pengetahuan tentang penatalaksanaan colostomy
b. Sebagai aplikasi, dan manajemen keperawatan saat melakukan
penatalaksanaan colostomy

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Kolostomi adalah pembuatan stoma atau lubang pada kolon atau usus besar
(Smeltzer & Bare, 2002). Melville & Baker (2010) mengatakan kolostomi
merupakan tindakan pembedahan untuk membuka jalan usus besar ke dinding
abdomen anterior. Akhir atau ujung dari usus besar yang dikeluarkan pada
abdomen disebut sebagai stoma.
Stoma itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti mulut. Stoma
bersifat basah, mengkilat dan permukaannya berwarna merah, seperti membran
mukosa pada oral. Stoma tidak memiliki ujung syaraf sehingga tidak terlalu
sensitif terhadap sentuhan ataupun nyeri. Akan tetapi stoma kaya akan pembuluh
darah dan mungkin dapat berdarah jika dilakukan pengusapan. Hal ini termasuk
normal, hanya perlu diwaspadai jika darah yang keluar terus menerus dan dalam
jumlah banyak.
Kolostomi memungkinkan pasien dengan kanker kolorektal melakukan
proses eleminasi BAB dengan lancar. Akan tetapi, berbeda dengan proses
eliminasi normal, pasien tidak dapat mengontrol pengeluaran feses. Feses yang
keluar dari stoma akan ditampung pada kantung kolostomi yang direkatkan pada
abdomen. Pada awal pembedahan, konsistensi feses akan nampak lebih cair,
namun akan membaik secara bertahap hingga mencapai konsistensi yang normal,
sesuai dengan letak stoma pada kolon.

B. Klasifikasi
1. Loop Stoma atau transversal
Loop stoma merupakan jenis kolostomi yang dibuat dengan membuat
mengangkat usus ke permukaan abdomen, kemudian membuka dinding usus
bagian anterior untuk memungkinkan jalan keluarnya feses. Biasanya pada
loop stoma selama 7 hingga 10 hari pasca pembedahan disangga oleh
semacam tangkai plastik agar mencegah stoma masuk kembali ke dalam
rongga abdomen (Melville & Baker, 2010).

3
2. End Stoma
End stoma merupakan jenis kolostomi yang dibuat dengan memotong usus
dan mengeluarkan ujung usus proksimal ke permukaan abdomen sebagai
stoma tunggal. Usus bagian distal akan diangkat atau dijahit dan
ditinggalkan dalam rongga abdomen (Mellville & Baker, 2010).
3. Fistula Mukus
Fistula mukus merupakan bagian usus distal yang dikeluarkan ke
permukaan abdomen sebagai stoma nonfungsi. Biasanya fistula mukus
terdapat pada jenis stoma double barrel dimana segmen proksimal dan
distal usus di keluarkan ke dinding abdomen sebagai dua stoma yang
terpisah (Mellvile & Baker,2010).
4. Tube Caecostomies Stoma
Tube Caecostomies Stoma pada Tube Caecostomies bukan merupakan
stoma dari kolon, karena kolon tidak dikeluarkan hingga ke permukaan
abdomen. Tipe kolostomi ini menggunakan kateter foley yang masuk ke
dalam sekum hingga ujung apendiks pasca operasi apendiktomi melalui
dinding abdomen. Kateter ini membutuhkan irigasi secara teratur untuk
mencegah sumbatan (Mellvile & Baker,2010).

C. Etiologi
Penyebab yang dapat mengakibatkan pasien mendapatkan tindakan
pembedahan colostomi (Mellvile & Baker,2010):
1. Hereditas
2. Masukan lemak
3. Penyakit inflamasi usus
4. Homo seksualitas
5. Polip kolon

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang terjadi pada pasien dengan pre operasi colostomy
(Mellvile & Baker,2010):

4
1. Melena
2. Diare
3. Konstipasi
4. Kelemahan
5. Malaise
6. Penurunan berat badan

E. Patofisiologi
Klien yang mengalami kelainan pada usus seperti: obstruksi usus, kanker
kolon,kolitis ulceratif, penyakit Divertikuler akan dilakukan pembedahan yang
disebut dengan kolostomi yaitu lubang dibuat dari segmen kolon ( asecenden,
tranversum dan sigmoid ).Lubang tersebut ada yang bersifat sementara dan
permanen.Kolostomi asenden dan transversum bersifat sementara,sedangkan
kolostomi sigmoid bersifat permanen. Kolostomi yang bersifat sementara akan
dilakukan penutupan.
Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yang berkembang dari
polyp adenoma. Insidensi tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun umumnya
masih terjadi di rektum dan kolon sigmoid. Pertumbuhan tumor secara tipikal
tidak terdeteksi, menimbulkan beberapa gejala. Pada saat timbul gejala, penyakit
mungkin sudah menyebar ke dalam lapisan lebih dalam dari jaringan usus dan
organ-organ yang berdekatan. Kanker kolorektal menyebar dengan perluasan
langsung ke sekeliling permukaan usus, submukosa, dan dinding luar usus.
Struktur yang berdekatan, seperti hepar, kurvatura mayor lambung, duodenum,
usus halus, pankreas, limpa, saluran genitourinary, dan dinding abdominal juga
dapat dikenai oleh perluasan. Metastasis ke kelenjar getah bening regional sering
berasal dari penyebaran tumor. Tanda ini tidak selalu terjadi, bisa saja kelenjar
yang jauh sudah dikenai namun kelenjar regional masih normal (Way, 1994).
Sel-sel kaner dari tumor primer dapat juga menyebar melalui sistem
limpatik atau sistem sirkulasi ke area sekunder seperti hepar, paru-paru, otak,
tulang, dan ginjal. Penyemaian dari tumor ke area lain dari rongga peritoneal
dapat terjadi bila tumor meluas melalui serosa atau selama pemotongan
pembedahan. Awalnya sebagai nodul, kanker usus sering tanpa gejala hingga

5
tahap lanjut. Karena pola pertumbuhan lamban, 5 sampai 15 tahun sebelum
muncul gejala (Way, 1994).
Manifestasi tergantung pada lokasi, tipe dan perluasan, dan komplikasi.
Perdarahan sering sebagai manifestasi yang membawa klien datang berobat.
Gejala awal yang lain sering terjadi perubahan kebiasaan buang air besar, diarrhea
atau konstipasi. Karekteristik lanjut adalah nyeri, anorexia, dan kehilangan berat
badan. Mungkin dapat teraba massa di abdomen atau rektum. Biasanya klien
tampak anemis akibat dari perdarahan Prognosis kanker kolon tergantung pada
stadium penyakit saat terdeteksi dan penanganannya. sebanyak 75 % klien kanker
kolorektal mampu bertahan hidup selama 5 tahun. Daya tahan hidup buruk / lebih
rendah pada usia dewasa tua (Hazzard et al., 1994).
Komplikasi primer dihubungkan dengan kanker kolorektal : (1) obstruksi
usus diikuti dengan penyempitan lumen akibat lesi; (2) perforasi dari dinding usus
oleh tumor, diikuti kontaminasi dari rongga peritoneal oleh isi usus; (3) perluasan
langsung tumor ke organ-organ yang berdekatan.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto polos abdomen 3 posisi
2. Colon inloop
3. Colonoscopy
4. USG abdomen
5. Pemeriksaan MSCT-Scan abdomen
6. Pemeriksaan laboratorium
7. Pemeriksaan Histopatologi

G. Penatalaksanaan
Untuk penatalaksanaan pre operasi terdiri atas pengkajian, pendidikan
kesehatan, konsultasi dan stoma siting. Pada pasca operasi ostomy, perawat harus
melihat kembali laporan operasi pasien waktu di kamar bedah untuk mempelajari
prosedur operasi, apa yang ditemukan pada saat operasi dan hasil patologi harus
secepatnya diketahui karena akan menentukan prognosi. Tindakan- tindakan
keperawatan yang diprioritaskan adalah (Patricia, 2004):

6
1. Perawatan rutin untuk pasien post operative. Monitor tanda vital dan intake
dan output, meliputi drainase lambung dan lainnya dari drain luka. Kaji
perdarahan dari insisi abdomen dan perineal, kolostomi, atau anus. Evaluasi
komplikasi luka yang lainnya, dan pertahankan integritas psikologi.
2. Monitor bising usus dan derajad distensi abdomen. Manipulasi pembedahan
dari usus menghentikan peristaltik, menyebabkan ileus. Adanya bising usus
dan pasase flatus indikasi kembalinya peristaltik.
3. Sediakan obat pengurang nyeri dan pemeriksaan rasa nyaman, seperti
perubahan posisi. Klien yang mengalami nyeri postoperatif adekuat
ditangani pemulihan lebih cepat dan mengalami beberapa komplikasi.
4. Kaji status pernafasan, sangga abdomen dengan selimut atau bantal untuk
membantu batuk. Pemotongan kanker kolorektal dengan anastomosis usus
atau kolostomi adalah bedah mayor abdominal. Perawatan untuk
mengurangi nyeri, pertahankan fungsi pernafasan yang adekuat, dan cegah
komplikasi pembedahan.
5. Kaji posisi dan patensi NGT, persambungan suction. Bila selang
terlipat/sumbat, irigasi dengan gentle / hati-hati dengan normal saline steril.
NGT digunakan postoperatif untuk dekompressi gastroinestinal dan
fasilitasi penyembuhan dari anastomosa. Memastikan kelancaran penting
untuk rasa nyaman dan penyembuhan klien.
6. Kaji warna, jumlah, dan bau drainase dan kolostomi (bila ada), catat
berbagai perubahan atau adanya bekuan atau perdarahan berwarna merah
terang. Drainase dapat berwarna merah terang dan kemudian gelap dan
akhirnya bersih atau hijau kekuningan setelah 2 3 hari pertama. Perubahan
warna; jumlah; atau bau dari drainase dapat mengindikasikan komplikasi
seperti perdarahan, sumbatan usus, atau infeksi.
7. Perhatian bagi seluruh personal perawatan dengan klien reseksi
abdomminoperitoneal untuk menghindari pemasangan temperatur rektal,
suppositoria, atau prosedur rektal lainnya. Prosedur ini dapat merusak garis
jahitan anal, menyebabkan perdarahan, infeksi, atau gangguan
penyembuhan.

7
8. Pertahankan cairan intravena ketika masih dilakukan suction naso gastrik.
Klien dengan suction NGT tidak mampu untuk makan dan minum peroral
dan,
selebihnya, kehilangan elektrolit dan cairan melalui NGT. Bila tidak
dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, klien berisiko dehidrasi;
ketidakseimbangan sodium, potasium, dan chloride; dan alkalosis
metabolik.
9. Pemberian antasid, antagonis histamin2-reseptor, dan terapi antibiotik
dianjurkan. Tergantung pada prosedur yang dilakukan. Terapi antibiotik
untuk mencegah infeksi akibat dari kontaminasi rongga abdominal dengan
isi dari usus.
10. Pemberian cairan dan makanan oral dianjurkan.makanan dapat berupa
cairan, dan kemudian diberikan sering dan porsi sedikit. Monitor bising usus
dan monitor distensi abdomen sesering mungkin selama periode ini. Oral
feeding dilakukan kembali perlahan-lahan untuk meminimalkan distensi
abdomen dan trauma terhadap garis jahitan.
11. Anjurkan ambulasi untuk merangsang peristaltik
12. Mulai pengajaran dan perencanaan pulang. Konsultasikan dengan ahli diet
untuk instruksi diet dan menu; beri penguatan pengajaran. Ajarkan klien
tentang kemungkinan komplikasi postoperatif, seperti abses abdominal atau
sumbatan usus. Ajarkan klien tentang tanda-tanda dan gejala komplikasi ini
dan cara pencegahannya.

H. Komplikasi
Komplikasi atau masalah pada stoma dapat muncul setelah pembedahan
kolostomi, di antaranya paling banyak terjadi pada tahun pertama pasca
pembedahan (Truven Health Analytics, 2012). Beberapa komplikasi akan
dijelaskan sebagai berikut:
a. Retraksi Stoma
Retraksi merupakan kondisi dimana stoma tertarik ke dalam abdomen.
Retraksi dapat terjadi bila kolon tidak segera aktif pasca pembedahan
kolostomi. Bertambahnya berat badan juga memungkinkan untuk

8
terjadinya retraksi. Tipe kantong kolostoma harus disesuaikan agar pas
dengan bentuk stoma setelah terjadi retraksi. Retraksi belum menjadi
sebuah komplikasi berat dari stoma jika retraksi stoma ke dalam abdomen
< 5 cm dari batas permukaan abdomen. Gambar berikut merupakan contoh
dari retraksi stoma.

b. Hernia Peristomal
Hernia dapat terjadi bila ada bagian dari kolon di dalam abdomen yang
menekan atau menonjol di area sekitar stoma. Hernia akan tampak
semakin jelas ketika pasien sedang duduk, batuk ataupun mendesak
abdomen (peningkatan tekanan intra abdomen). Beberapa pasien
membutuhkan penggunaan sabuk khusus, ataupun rekomendasi untuk
operasi guna memperbaiki kondisi hernia tersebut. Gambar berikut
merupakan contoh hernia peristomal.

c. Prolaps
Prolaps dapat terjadi akibat proses pembukaan dinding abdomen yang
terlalu lebar, fiksasi bowel pada dinding abdomen yang tidak adekuat
ataupun akibat peningkatan tekanan intra abdomen. Prolaps yang disertai
dengan iskemia atau obstruksi bowel, ataupun prolaps yang berulang dapat
direkomendasikan untuk pembedahan ulang.

d. Iskemik dan Nekrosis Stoma


Iskemik dan nekrosis stoma dapat terjadi akibat adanya penekanan pada
pembuluh darah sekitar stoma. Stoma yang baru dibuat melalui operasi
harus di observasi setiap 4 jam sekali untuk mengkaji kondisi stoma,
apakah suplai darah ke stoma adekuat atau tidak. Stoma yang tersuplai
darah yang baik berwarna merah ataupun pink. Stoma yang berwarna

9
ungu, coklat atau hitam menunjukkan adanya suplai darah yang inadekuat.
Stoma yang sudah nekrotik membutuhkan operasi sebagai intervensi
utama.

e. Stenosis
Stenosis merupakan penyempitan atau konstriksi pada ujung stoma. Hal
ini dapat terjadi akibat adanya pembentukan jaringan scar di sekitar stoma
yang menyebabkan stoma berangsur terhimpit dan menyempit.

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Pengkajian
a. Pastikan klien melakukan perawatan kolostomi
b. Identifikasi lokasi ostomy
c. Kaji intergritas kulit disekitar stoma
d. Catat jumlah fekal atau materi lain yang keluar.
e. Kaji sejauh mana klien bisa merawat dirinya.
f. Keadaan stoma :
Warna stoma (normal warna kemerahan)
Tanda2 perdarahan (perdarahan luka operasi)
Tanda-tanda peradangan (tumor, rubor, color, dolor, fungsi laese)
Posisi stoma
g. Apakah ada perubahan eliminasi tinja :
Konsistensi, bau, warna feces
Apakah ada konstipasi / diare
Apakah feces tertampung dengan baik
Apakah pasien dapat mengurus feces sendiri

10
h. Apakah ada gangguan rasa nyeri :
Keluhan nyeri ada/tidak
Hal-hal yang menyebabkan nyeri
Kualitas nyeri
Kapan nyeri timbul (terus menerus / berulang)
Apakah pasien gelisah atau tidak
i. Apakah kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi
Tidur nyenyak/tidak
Apakah stoma mengganggu tidur/tidak
Adakah faktor lingkungan mempersulit tidur
Adakah faktor psikologis mempersulit tidur
j. Bagaimana konsep diri pasien?
Bagaimana persepsi pasien terhadap: identitas diri,harga diri,ideal
diri,gambaran diri & peran
k. Apakah ada gangguan nutrisi
Bagaimana nafsu makan klien
BB normal atau tidak
Bagaimana kebiasaan makan pasien
Makanan yang menyebabkan diarhe
Makanan yang menyebabkan konstipasi
l. Apakah pasien seorang yang terbuka ?
Maukah pasien mengungkapkan masalahnya
Dapatkah pasien beradaptasi dengan lingkungan setelah tahu
bagian tubuhnya diangkat
m. Kaji kebutuhan klien akan kebutuhan seksual
Tanyakan masalah kebutuhan seksual klien
Isteri/Suami memahami keadaan klien

2. Diagnosa
a. Nyeri akut b/d faktor fisik; kerusakan kulit/jaringan
(insisi/drain)Biologis; aktivitas proses penyakit( kanker,trauma)faktor
psikologis: takut,ansietas..

11
b. Kerusakan jaringan integritas kulit b/d reseksi perineal,tertahannya
sekresi,gangguan sirkulasi,edema atau malnutrisi.
c. Gangguan citra tubuh b/d psikososial gangguan struktur tubuh (stoma)
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d keluaran ileostomi dengan
volumen tinggi.
e. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b/d aliran feses dan flatus dari
stoma, reaksi terhadap produk kimia, pemakaian atau pengangkatan
adhesif tak tepat

12
3. Rencana Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Nyeri akut b/.d kerusakan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji nyeri, karakteristik, 1. Membantu mengevaluasi
kulit (insisi/drain),aktivitas keperawatan selama 1x24 catat lokasi, dan intensitas derajat ketidaknyamanan
proses penyakit,( diharapka pasien dan kefektifan analgesik
kanker,trauma),takut atau menyatakan nyeri hilang 2. Berikan tindakan 2. Mencegah pengeringan
ansietas. atau terkontrol kenyamanan mukosa oral dan
Kriteria : ketidaknyamanan,
1. Menyatakan nyeri menurunkan ketegangan
hilang, otot dan meningkatkan
2. Mampu tidur/istirahat relakasasi
dengan tepat 3. Dorong pasien untuk 3. Menurunkan
3. Pasien dapat rileks. menyatakan masalah, ansietas.sehingga dapat
meningkatkan Relaksasi.
4. Kolaborasi : berikan obat 4. Menurunkan nyeri,
analgesia untuk program meningkatkan
therapi. kenyamanan.
2 Kerusakan jaringan Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi lkua dan catat 1. Perdarahan post operasi
integritas kulit b/d reseksi keperawatan selama 3x24 karakteristik drainase. sering terjadi pada 48

13
perineal, tertahannya jam diharapkan jam pertama dan infeksi
sekresi/drainase, gg. penyembuhan luka tepat dapat terjadi kapan saja.
Sirkulasi, edema dan waktu dan bebas tanda- 2. Ganti balutan sesyuai 2. Menurunkan iritasi
nutrisi. tanda infeksi. dengan kebutuhan dan kulit dan mencegah
Kriteria : gunakan tehnik aseptik terjadinya infeksi
Luka sembuh tanpa adanya dan aniseptika.
komplikasi. 3. Rubah posisi 3. Menurunkan resiko.
tidur,anjurkan untuk Pengumpulan dan
tidur miring, atau meningkatkan drainage.
setengan duduk
4. Kolaborasi: Irigasi luka 4. Diperlukan untuk
sesuai dengan indikasi mengobati inflamasi .
gunakan cairan garam
faal atau cairan lain.
3 Gangguan citra tubuh b/d Setelah dilakukan asuhan 1. Kontak dengan klien 1. Membina saling
psikososial gangguan keperawatan selama 2x24 secara sering, perlakukan percaya.
struktur tubuh jam diharapkan pasien dapat klien dengan hangat dan 2. Membantu pasien untuk
(colostomi ) menerima perubahan ke sikap yang positif mengenali perasaan
dalam konsep diri tanpa 2. Dorong [pasien/orang sebelum dapat menerima

14
disertai harga diri yang terdekat untuk dengan efektif..
negatif.. menyatakan perasaan 3. Membantu pasien dalam
Kriteria; tentang stoma. proses penerimaan.
Menunjukan penerimaan 3. Berikan kesempatan 4. Mencoba merawat diri
dengan melihat, menyentuh kepada pasien/orang sendiri, dapat membantu
colostomi. terdekat untuk melihat meningkatkan kepercayaan
Berpartisipasi dalam dan menyentuh stoma diri
perawatan diri. 4. Berikan kesempatan 5. Meyakinkan klien bahwa
Menyatakan perasaan kepada pasien untuk dia dapat menangani hal
tentang stoma . menerima illeostomi tsb.dan meningkatkan harga
melalui partisipasi pada diri.
perawatan diri.
5. Rencanakan/jadwalkan
aktivitas perawatan
dengan pasien

4 Resiko tinggi kekurangan Setelah dilakukan asuhan 1. Awasi masukan dan 1. Kehilangan cairan yang
cairan dan elektrolit b/d keperawatan selama 2x24 haluaran dengan cermat, paling besar terjadi
keluaran ileostomi dengan jam diharapkan pasien dapat ukur feses cair, dan pada illeostomi, tetapi

15
volume tinggi mempertahankan hidrasi timbang berat badan secara umum tidak
adekuat. setiap hari lebih dari 500-800
Kriteria: ml/hari.
Membran mukosa lembab. 2. Observasi tanda vital, 2. Perubahan gejala tsb.
Turgor kulit baik. catat hipotensi postural, Menunjukan status
Pengisian kapiler baik. takhikardia dan evaluasi hidrasi, shg. Dpt
Tanda vital stabil. turgor kulit, pengisian memperkirakan
Intake dan out put kapiler dan membran kebutuhan cairan.
seimbang. mukosa
3. Kolaborasi : Catat dan 3. Deteksi homeostasis,
observasi hasil lab. ( Ht. membantu menentukan
Dan elektrolit ). kebutuhan cairan.
4. Berikan cairan IV dan 4. Dapat mempertahankan
elektrolit sesuai dengan ferfusi jaringan
indikasi. adekuat.
5 Resiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi area kulit 1. Memantau proses
kerusakan integritas kulit keperawatan selama 2x24 peristomal setiap penyembuhan
b/d aliran feses/flatusdari jam diharapkan pasien dapat penggantian kantong, mengidentifikasi masalah
stoma . mempertahankan integritas besihkan dengan air dan dan mencegah kerusakan

16
kulit keringkan. Catat iritasi, kulit.
Kriteria hasil : kemarahan, (warna gelap 2. Sesuai dengan
a. Kulit sekitar stoma atau kebiru-biruan) penyembuhan edema
tidak eritema 2. Ukur stoma secara periodik pasca 0perasi, ukuran
b. Tidak terdapat ,selama 6 minggu pertama kantong harus tepat,
infeksi dan sebulan selama 6 bulan. shg.feses terkumpul dan
3. Berikan pelindung kulit kontak dgn. Kulit
yang dpt.dicegah.
4. Sokong kulit sekitar bila 3. Melindungi kulit dari
mengangkat kantong perekat kantong.
,lakukan dgn. perlahan, 4. Mencegah iritasi
kemudian cuci dgn. Baik. jaringan/kerusakan
5. Observasi keluhan nyeri, 5. Antisipasi terhadap infeksi
rasa terbakar, gatal,melepuh kandida yang memerlukan
disekitar stoma. intervensi.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kolostomi adalah pembuatan stoma atau lubang pada kolon atau


usus besar. Kolostomi merupakan tindakan pembedahan untuk membuka
jalan usus besar ke dinding abdomen anterior. Akhir atau ujung dari usus
besar yang dikeluarkan pada abdomen disebut sebagai stoma.
- Klasifikasi
a. Loop Stoma atau transversal
b. End Stoma
c. Fistula Mukus
d. Tube Caecostomies Stoma

B. Saran

Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan


pemahaman dan pengetahuan kita tentang asuhan keperawatan klien
dengan Kolostmi. Kami selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih
baik lagi.

18

Anda mungkin juga menyukai