Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hernia merupakan suatu penonjolan isi perut dari rongga yang normal
melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut,
secara kongenital yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain
yang biasa melalui dinding tersebut. Lubang itu dapat timbul karena
lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, akibat tekanan rongga
perut yang meninggi (Mansjoer, 2002).

Hernia inguinalis merupakan penonjolan yang keluar dari rongga


peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis
inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis
eksternus (Sjamsuhidayat, 2004).

Hernia inguinalis lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada


perempuan. Hal ini dikarenakan pada laki-laki dalam waktu perkembangan
janin terjadi penurunan testis dari rongga perut. Jika saluran testis tidak
menutup dengan sempurna, maka akan menjadi jalan lewatnya hernia
inguinalis (Oswari, 2005).

Disebutkan bahwa dari 544 orang yaitu sekitar 0,18% mengalami


hernia inguinalis lateral. Meskipun terbilang angka insiden ini rendah
tetapi masalah ini bisa menjadi besar dikarenakan hernia ini dapat menjadi
kondisi kegawatan yang mengancam nyawa apabila organ perut yang
masuk ke kantong hernia tidak dapat kembali ke posisi awal dan terjepit
sehingga menimbulkan nyeri dan kerusakan organ tersebut.

Di RSUD Salatiga pada tahun 2009 tercatat dari 903 pasien yang
menjalani rawat inap sebanyak 66 orang atau sekitar 7,3 % mengalami
hernia inguinalis, pada tahun 2010 dari 924 pasien terdapat 64 pasien atau
sekitar 6,8 % dengan hernia inguinalis dan pada tahun 2011 tercatat 1135
pasien rawat inap dan sebanyak 68 pasien atau sekitar 5,9 % mengalami

1
masalah dengan hernia inguinalis. Pembedahan traktus gastrointestinal
sering kali mengganggu proses fisiologi normal pencernaan dan
penyerapan. Mual, muntah dan nyeri dapat terjadi selama pembedahan
ketika digunakan anestesi spinal. Selain itu, nyeri pada luka operasi juga
akan timbul akibat terputusnya kontinuitas jaringan sehingga terjadi
penekanan pada pembuluh darah yang mengakibatkan metabolisme
anaerob. Hal ini mengakibatkan terjadinya gangguan pergerakan sehingga
aktivitas sehari-hari dapat terganggu (Smeltzer, 2000).

Kondisi yang seperti ini mengharuskan adanya asuhan keperawatan


yang tepat agar dapat mencapai kesehatan yang optimal serta untuk
menghindari komplikasi pada klien dengan post operasi hernia
inguinalis .Dalam mencermati masalah- masalah tersebut maka penulis
tertarik untuk mengetahui secara nyata tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan pada klien dengan post operasi hernia inguinalis. Jika tidak
dilakukan tindakan keperawatan yang tepat, hernia inguinalis dapat
menyebabkan penyumbatan dan perdarahan pada saluran usus yang lama
kelamaan menimbulkan edema sehingga terjadi penekanan pembuluh
darah dan terjadi nekrosis, bila isi perut terjepit dapat mengakibatkan
terjadinya syok, asidosis metabolik, abses (Price, 2005)

Untuk menghindari terjadinya komplikasi, maka diperlukan tindakan


bedah. Tindakan bedah pada hernia adalah herniotomi atau herniorafi.
Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat,
dan dilakukan Bassiny plasty atau tehnik yang lain untuk memperkuat
dinding belakang kanalis inguinalis (Mansjoer, 2002).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Hernia?
2. Apa Klasifikasi dari Hernia?
3. Apa Manifistasi Klinis dari Hernia?
4. Apa Etiologi dari Hernia?
5. Bagaimana Patofisiologi dari Hernia?
6. Bagaimana WOC dari Hernia?
7. Apa Pemeriksaan Penunjang dari Hernia?
8. Bagaimana Penatalaksanaan dari Hernia?
9. Apa Komplikasi dari Hernia?

2
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari Hernia?
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Umum
Untuk menyelesaikan tugas sistem Pencernaan.
2. Manfaat Khusus
a. Untuk memahami bagaimana tanda gejala dari hernia serta
penangannya.
b. Untuk memahami bagaimana asuhan keperawatan dari
hernia.

BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (Sjamsuhidajat,
2009).
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti
penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada
dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong
dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut
dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala, 2009).

3
Hernia inguinalis merupakan penonjolan yang keluar dari rongga
peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis
inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis
eksternus (Sjamsuhidayat, 2004).
Hernia inguinalis lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada
perempuan. Hal ini dikarenakan pada laki-laki dalam waktu perkembangan
janin terjadi penurunan testis dari rongga perut. Jika saluran testis tidak
menutup dengan sempurna, maka akan menjadi jalan lewatnya hernia
inguinalis (Oswari, 2005).
B. KLASIFIKASI
Secara umum hernia diklasifikasikan menurut lokasinya menjadi:
1. Hernia inguinalis yaitu suatu penonjolan bisa lateralis atau
medialis. Padalateralis anatominya regio menggambarkan 9
lapisan aspek antero alteral dinding abdomen, sedang medial
anatominya terletak medial terhadap pembuluh-pembuluh darah
epigrastika provunda.
2. Hernia umbikalis yaitu suatu cacat konginetal atau akuisitas
pada bayi dan anak kecil. Pada umbikalis anak kecil cenderung
menutup secara spontan dalam dua tahun pertama.
3. Hernia femoralis yaitu merupakan tingginya, maka seharusnya
dioperasi bila kondisi pasien memungkinkan agar kantong
hernia secara lengkap di ekuisi cukup tinggi supaya putung
kantong terektrasi baik diatas ligamentum inguinale.

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Tampak benjolan di lipat paha.
2. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu
disertai perasaan mual.
3. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah
hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas.
4. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kateterisasi urin
sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai
hematuria (kencing darah) disamping benjolan di bawah sela paha.

4
5. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut
disertai bronkiektasis.
6. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan
bertambah besar.
(Oswari, 2009 : 218).
D. ETIOLOGI
1. Hernia congenital atau hernia bawaan
a) Processus vaginalis peritoneum persisten.
b) Testis tidak sampai scrotum, sehingga processus tetap
terbuka.
c) Penurunan baru terjadi 1-2 hari sebelum kelahiran, sehingga
processus belum sempat menutup dan pada waktu dilahirkan
masih tetap terbuka.
d) Predileksi tempat : sisi kanan karena testis kanan mengalami
desensus setelah kiri terlebih dahulu.
e) Dapat timbul pada masa bayi atau sesudah dewasa
f) Hernia indirect pada bayi berhubungan dengan criptocismus
dan hidrocele
2. Hernia akuisita atau didapat
a) Ada faktor presdiposisi.
b) Kelemahan struktur aponeurosisi dan fascia tranversa.
c) Pada orang tua karena degenerasi/atropi.
d) Tekanan intra abdomen meningkat.
e) Pekerjaan mengangkat benda-benda berat.
f) Gangguan BAB, misal feses keras.
g) Gangguan BAK, misal BPH, veskolitiasis.
h) Sering melahirkan : hernia femoralis.
i) Batuk menahun

E. PATOFISIOLOGI
Hernia inguinalis lateralis konginetal dan skuistika bila hernianya
dapat keluar dari anulus internus melalui canalis inguinalis dan masuk ke
dalam scrotum disebut hernia inguinalis completa (hernia scrotalis)
sedangkan bila benjolan hanya sampai pada anulus interna disebut hernia
inguinalis lateralis incopleta.
Hernia scotalis dapat bersifat reponibilis (hernia dapat keluar masuk
caviun abdomen) clan bersifat peponibilis (hernia tidak dapat masuk
kembali ke dalam cavum abdomen tetapi berada di kantongnya).

5
Penekanan pada hernia ring (anulus anternus) dapat menimbulkan
beberapa akibat antara lain :
1. Akibat lokal
a) Oedema karena saluran limphe terbendung.
b) Pada suatu saat tekanan daerah oedema sama dengan tekanan
arteri sehingga arteri terbendung akibatnya suplei darah
berhenti sehingga timbul nekrosis dari usus yang terjepit tadi.
c) Kemudian terjadi infeksi serta timbul abses yang berakibat
fatal bagi klien.
2. Akibat umum
a) Pasien tidak dapat minum dan muntah sehingga klien
kekurangan cairan dan elektrolit.
b) Selain muntah dan sekresi dari usus yang melebar sehingga
memebratkan dehidrasi yang sudah terjadi.
c) Terjadi absorbsi bahan-bahan toksit dari usus ke dalam tubuh.
Terjadi ischema pada usus yang akhirnya timbu

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Lab darah : hematology rutin, BUN, kreatinin dan serum elektrolit
darah dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan
hemotokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidak seimbangan
elektrolit..
2. Radiologi, foto abdomen dengan kontras barium, flouroskopi.
3. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/
obstruksi usus.

H. PENATALAKSANAAN
1. Terapi konservatif atau non bedah meliputi :
Penggunaan alat penyangga bersifat sementara, seperti
pemakaian sabuk atau korset pada hernia ventralis.
Dilakukan reposisi postural pada pasien dengan hernia
inkaseata yang tidak menunjukkan gejala sistemik.
2. Terapi umum adalah terapi operatif.
3. Jika usaha reposisi berhasil dapat dilakukan operasi herniografi
efektif.

6
4. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan
kompres hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
5. Jika ternyata pada operasi dinding perut kurang kuat, sebaliknya
digunakan marleks untuk menguatkan dinding perut setempat.
6. Tehnik hernia plastik, endoskopik merupakan pendekatan dengan
pasien berbaring dalam posisi trendelernberg 40C.
7. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya
Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat
pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
8. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi,
kemudian makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk
mempercepat sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi,
teh, coklat, cola, minuman berakhohol yang dapat memperburuk
gejala-gejala.
9. Hindari aktifitas-aktifitas yang berat.

I. KOMPLIKASI
1. Hernia berulang.
2. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-
laki.
3. Pendarahan yang berlebih atau infeksi luka bedah.
4. Luka pada usus (jika tidak hati-hati).
5. Setelah herniografi dapat terjadi hematoma.
6. Fostes urin dan feses.
7. Residip.
8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.

J. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Identitas pasien
Nama : An. W
TTL : Kediri, 16 Mei 2009
Umur : 7 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Identitas penanggung jawab


Nama : Tn. A
TTL : Kediri, 7 Agustus 1985
Umur : 31 tahun

7
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Hubungan : Ayah Kandung

B. Riwayat penyakit
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan ada benjolan dan terasa nyeri seperti ditusuk-
tusuk.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum masuk RS pasien sering membantu orang tuanya
untuk mengangkat sekarung padi dari sawah menuju truk yang ada
di jalan raya. Jika sudah diletakkan di atas truk, pasien mengambil
lagi sekarung padi sampai karung-karung padi yang ada di sawah
milik orang tuanya habis, ia melakukan ini bersama dengan ayah
dan kakaknya. Lalu lama-kelamaan terasa ada benjolan di bagian
selakangan bagian kanan disertai dengan nyeri yang amat sangat.
Selain itu aktifitas pasien dibantu oleh keluarga termasuk mandi,
cuci dak kakus. Setelah dua bulan merasakan ada benjolan dan
nyeri, keluarga pasien yang cemas dan tidak tau tentang penyakit
dan cara penangannya membawa pasien ke RS untuk mendapat
penanganan medis.

P : Pasien mengatakan ke RS dengan keluhan ada benjolan


dibagian selakangan sebelah kanan.
Q : Benjolan tersebut menimbulkan rasa nyeri di daerah bagian
perut. Klien mengatakan rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk.
R : Nyeri tersebut sangat terasa dibagian selakangan sebelah
kanan.
S : Skala nyeri 6.
T : Nyeri terasa hebat saat saat berdiri terlalu lama.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Terlihat benjolan sekitar 2 bulan terakhir.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
5. Riwayat Psikologis
Saat dikaji klien tampak merintih menahan nyeri yang dideritanya.

8
Keluarga dan teman-temannya tidak ada perubahan yang
berhubungan dengan dirawatnya pasien. Keluarga pasien tidak
terasa dibebani oleh enyakit yang diderita pasien.
6. Riwayat Social
Hubungan keluarga harmonis ditandai pasien selalu di dampingi
keluarga. Hubungan pasien dengan kerabatnya baik, ditandai
dengan kerabatnya dapat beradaptasi secara baik
7. Riwayat Spiritual
Klien menganut agama Islam. Saat klien dirawat, klien tidak
melakukan ibadah.
C. TTV
Keadaan umum : Lemah.
TTV = TD : Normal / hipertensi (n: 120/80 mmHg).
Suhu : 36,5 o C.
Nadi : 90x/mnt.
RR : 26 x/mnt.
1) Kepala dan leher
Inspeksi : Ekspansi wajah menyeringai, merintih, menahan sakit.
Rambut : Lurus/keriting, distribusi merata/tidak, warna, Ketombe,
kerontokan.
Mata : Simetris / tidak, pupil isokhor, skelara merah muda,
konjunctiva tdk anemis
Hidung : Terdapat mukus / tidak, pernafasan cuping hidung.
Telinga : Simetris, terdapat mukus / tidak,.
Bibir : Lembab,tidak ada stomatitis.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe pada
leher.
2) Dada :
Inspeksi : Simetris,tidak terdapat tarikan otot bantu pernafasan
Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas,
nyeri tekan(-)
Perkusi : Jantung : Dullness
Auskultasi : Suara nafas normal.
3) Abdomen

9
Inspeksi : terdapat benjolan ingunalis
Palpasi : Teraba massa, terdapat nyeri tekan pada daerah
inguinalis
Perkusi : dullnes
Auskultasi : Terdengar bising usus.(n= <5 per menit)
4) Ekstremitas
Atas : simetris, tidak ada odem
Bawah : simetris, tidak ada odem

D. Analisa Data
No Data penunjang Etiologi MK
1 DS : Sal. Limfe terbendung Nyeri akut
Klien mengatakan :
-nyeri pada daerah pangkal paha,
Suplai darah berhenti
seperti tertusuk-tusuk
- sakit saat bergerak dan saat berdiri
Oedem
terlalu lama
DO :
Iskemik jaringan
-Keadaan umum : lemah
Tandatanda vital:
-N : 90 x / menit
Nyeri akut
-RR : 26 x / menit
-S : 36,5 oC
-Ekspresi wajah menyeringai.
-Skala nyeri 6 (sedang)
-Pasien tampak memegangi bagian
perut dan tampak hatihati dalam
melakukan pergerakan.
2 DS : Cidera jaringan Immobilitas
Klien mengatakan tdk bisa fisik
melakukan aktivitasnya secara Peningkatan rangsang
mandiri, yaitu dg bantuan nociceptor
keluarganya
DO : Nyeri
Mobilisasi dan eliminasi di bantu
oleh keluarga Ketakutan bergerak

10
Malaise

Keterbatasan rentang gerak

Immobilisasi fisik
3 DS: Tingkat pendidikan rendah Defisiensi
pengetahuan
klien mengatakan tidak tahu
tentang komplikasi, cara perawatan Keterbatasan pengetahuan
serta tanda gejala penyakit yang di
derita Kurang pengetahuan tentang
penyakit hernia
DO:
- Klien dan keluarga tampak
bingung saat ditanya
tentang tanda gejala dan
perawatan dari hernia
- Klien dan keluarga tampak
tidak bisa menunjukkan
cara pencegahan penyakit
hernia.
4. DS: klien mengatakan klien merasa Kurangnya pengetahuan klien Ansietas
ketakutan, terasa jantung tentang penyakitnya
berdebar keras, selalu
menanyakan keadaannya. Stressor psikologis
DO : terlihat wajah tegang terkejut
gugup, berkeringat wajah Cemas
pucat, gemetaran, tampak
bingung.

E. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya trauma jaringan.
2. Immobilitas fisik berhubungan dengan adanya keterbatasan rentang
gerak dan ketakutan bergerak akibat dari respon nyeri.

11
3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang minat belajar
terhadap suatu penyakit.
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status lingkungan,
kesehatan, pola interaksi serta pola peran.

F. Intervensi Keperawatan
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Dx
1 Tujuan : setelah dilakukan 1) -Melakukan pendekatan pada klien
tindakan keperawatn selama 3x24 dan keluarga dengan komunikasi
jam diharapkan rasa nyeri yang baik.
-Catat lokasi, intensitas, durasi dan
berkurang/ hilang dg KH :
penyebaran rasa nyeri.
-px mengungkapkan nyeri
-Beri penjelasan pada kx sebab
berkurang kx bebas dari rasa nyeri
sebab terjadinya nyeri.
-Ekspresi wajah rileks dan santai. -Anjurkan teknik distraksi dan
-Px dapat tidur dan istirahat relaksasi.
-Beri dorongan pada klien untuk
dengan nyaman.
melakukan mobilisasi secara
-Ttv dlm batas normal :
bertahap.
(80-120 mmhg)
-Kolaborasi deengan tim medis
untuk pemberian obat analgesik
2 Tujuan : Setelah dilakukan proses -Pastikan pola diit biasa pasien,
keperawatan selama 1x24 jam yang disukai atau tidak disukai.
-Awasi masukan dan pengeluaran
nutrisi terpenuhi dengan KH :
Nafsu makan meningkat dan berat badan secara periodi.
Porsi makan habis -Dorong makan sedikit dan sering
BB Naik dengan makanan tinggi kalori dan
tinggi karbohidrat.
-Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian nutrisi yang dibutuhkan
oleh pasien
3 Tujuan : Setelah dilakukan -Kaji kemampuan klien dalam
tindakan keperawatan selama melakukan aktifitas.
-Awasi tekanan darah, nadi,
3x24 jam diharapkan Immobilitas
pernapasan selama dan sesudah
fisik dapat teratasi dg KH :

12
Klien tidak lemah aktifitas.
Klien dapat melakukan aktifitas -Bantu klien dalam memilih posisi
secara mandiri yang nyaman untuk istirahat dan
Klien tidak takut bergerak lagi
tidur.
dan mau beraktivitas mandiri -Dorong partisipasi klien dalam
semua aktifitas sesuai kemampuan
individual.
-Dorong dukungan dan bantuan
keluarga/orang terdekat dalam
latihan gerak.
-Berikan lingkungan tenang dan
mempertahankan tirah baring.
-Bantu aktifitas atau ambulasi
pasien sesuai dengan kebutuhan

4 Tujuan : setelah diberikan - Ajarkan pasien untuk waspada


tindakan keperawatan 1x1 jam, dan melaporkan nyeri berat,
diharapkan terjadi peningkatan menetap, mual dan muntah,
pengetahuan pasien dan keluarga demam dan distensi abdomen,
dengan Kriteria Hasil : yang dapat memperberat awitan
- Pasien/ keluarga dapat inkarserasi /strangulasi usus.
mengetahui tentang penyakit - Dorong pasien untuk mengikuti
yang di derita. regumen medis : penggunaan
- Pasien dan keluarga dapat korset atau penyokong lainnya
mengetahui komplikasi, dan dan menghindari mengejan
tanda gejala dari hernia. meregang, konstipasi dan
mengangkat benda yang berat.
- Pasien dan keluarga dapat - Anjurkan pasien untuk
mengetahui pencegahan dari mengkonsumsi diit tinggi residu
hernia atau menggunakan suplement diet
serat untuk mencegah konstipasi,
anjurkan masukan cairan
sedikitnya 2-3 l/hari untuk
meningkatkan konsistensi feses
lunak.

13
- Beritahu pasien mekanika tubuh
yang tepat untuk bergerak dan
mengangkat.
5 Tujuan : Setelah dilakukan proses -Awasi respon fisiologis, misal :
keperawatan selama 1x24 jam pusing, sakit kepala, sensasi
ansietas berkurang pasien merasa kesemutan.
-Dorong pernyataan takut dan
tidak cemas lagi dengan KH :
ansietas : berikan umpan balik.
- Pasien mengatakan tidak
-Berikan informasi akurat, nyata
cemas lagi
tentang apa yang dilakukan, misal :
- Pasien rileks
sensasi yang diharapkan, prosedur
Pasien tidak sering bertanya
biasa.
tentang penyakitnya.
-Dorong orang terdekat tinggal
dengan tinggal dengan pasien,
berespon terhadap tanda panggilan
dengan cepat. Gunakan sentuhan
dan kontak mata dengan cepat.
-Tunjukan teknik relaksasi, contoh :
visualisasi, latihan napas dalam,
bimbingan imajinasi
-Berikan obat sesuai dngan
indikasi, misal : diazepam (valium),
klurazepat (tranxene), alprazolan
(xanax)

G. Implementasi

No Implementasi Evaluasi
Dx
1 Mengukur tandatanda vital, - A : masalah belum
N : 90 x / menit
teratasi
RR : 26 x / menit
-P : intervensi
S : 36,5 oC
-Menggamati dan menilai skala dan kwalitas dilanjutkan no 2,3,4,5
nyeri.
-Memberikan posisi yang nyaman pada
pasien.

14
-Menganjurkan pasien untuk nafas dalam
untuk mengurangi nyeri.
-Kolaborasi dengan tim medis dalam
memberikan :
- Cefotaxime Injeksi 300mg/8 jam IV
- Cetrolac Injeksi 12mg/12 jam IV
- Paracetamol Syrup 3x1 sendok oral
- Trijek Injeksi 1 amp/8 jam IV
2 Melakukan observasi TTV - A : Masalah belum
N : 90 x / menit
teratasi
RR : 26 x / menit
-P : intervensi
S : 36,5 oC
-Memotivasi px untuk makan makanan sesuai dilanjutkan no 2,3,4
dengan diet yg dianjurkan & suplemen
makanan.
-Menganjurkan keluarga utk memberi makan
sedikit tp sering.
-Menghidangkan makanan yg menarik
perfhatian px.
-Melakukan kolaborasi dengan ahli gisi dalam
pemberian
- Cefotaxime Injeksi 300mg/8 jam IV
- Cetrolac Injeksi 12mg/12 jam IV
- Paracetamol Syrup 3x1 sendok oral
-Trijek Injeksi 1 amp/8 jam IV
3 Melakukan observasi TTV -A : masalah belum
N : 90 x / menit
teratasi.
RR : 26 x / menit
-P : intervensi
S : 36,5 oC
dilanjutkan no 2,3
-Melihat kemampuan klien dalam melakukan
aktivitasnya
-Menilai kemampuan otot klien dengan cara
menyuruh untuk bergerak.
-Memposisikan px senyaman mungkin sesuai
kemampuan px
4 Melakukan observasi TTV -A. Masalah teratasi
N : 90 x / menit -P. Hentikan intervensi
RR : 26 x / menit
S : 36,5 oC

- Mengajarkan pasien untuk waspada dan

15
melaporkan nyeri berat, menetap, mual
dan muntah, demam dan distensi
abdomen, yang dapat memperberat awitan
inkarserasi atau strangulasi usus.
- Mendorong pasien untuk mengikuti
regumen medis : penggunaan dekker atau
penyokong lainnya dan menghindari
mengejan meregang, konstipasi dan
mengangkat benda yang berat.

- Menganjurkan pasien untuk


mengkonsumsi diit tinggi residu atau
menggunakan suplement diet serat untuk
mencegah konstipasi, anjurkan masukan
cairan sedikitnya 2-3 l/hari untuk
meningkatkan konsistensi feses lunak.

- Memberitahu pasien mekanika tubuh


yang tepat untuk bergerak dan
mengangkat.

5 Melakukan observasi TTV - A : Masalah belum


N : 90 x / menit
teratasi
RR : 26 x / menit
-P : intervensi
S : 36,5 oC
-Memotivasi px untuk tetap rileks dengan dilanjutkan no 2,3,4
pendekatan terapeutik.
-Menganjurkan keluarga utk selalu
mendampingi px.
-Melakukan kolaborasi dengan farmasi pada
pemberian obat
- diazepam (valium),
- klurazepat (tranxene),
- alprazolan (xanax)

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia
inguinalis merupakan penonjolan yang keluar dari rongga peritoneum

17
melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh
epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis
dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus.
Hernia ini menyebabkan rasa nyeri yang amat sangat dan tambah
membesar ketika pasien mengejan atau batuk secara kuat, dengan
komplikasi yang mungkin terjadi yakni kerusakan pada pasokan darah,
testis atau saraf jika pasien laki-laki, pendarahan yang berlebih atau infeksi
luka bedah.

B. SARAN
Untuk para pekerja keras, khususnya pekerja laki-laki yang bekerja
dengan mengangkat beban berat untuk mengurangi beban yang di
angkatnya, karena sebagian besar dari penyebab hernia yakni terlalu
sering mengangkat beban berat. Lalu untuk sering mengkonsumsi
makanan yang mengandung banyak serat, misalnya buah pepaya dan
pisang. Karena jika kurang mengkonsumsi sumber serat akan terjadi
gangguan pada BABnya karena feses yang keras dan perilaku mengejan
yang terlalu kuat.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges Marylinn E, 2000. Moorhouse Mary Frances, geissler Alice. Rencana


Asuhan Keperawatan, (Edisi 3), Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Mansjoer, A, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, Media Aesculapius,
Jakarta.

Setiawan, 2012. Hernia Inguinalis. (online), (http://setiawanaj.blogspot.com/


diakses tanggal 20 Nopember 2012).

Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi, penerbit
EGC, Jakarta.

18
d) l paralise.

19

Anda mungkin juga menyukai