Di susun oleh :
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2016
i
KATA PENGANTAR
Kelompok 8
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya
atau berlebihannya pemakaian antibiotic
1.4. Manfaat
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan keluarga
dengan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas(ISPA).
2
BAB II
PEMBAHASAN
B. Struktur Keluarga
Menurut Murwani (2007), struktur keluarga terdiri atas :
1. Pola dan proses komunikasi
a. Pola interaksi keluarga yang berfungsi :
1) Sifat terbuka dan jujur
2) Selalu menyelesaikan konflik keluarga
3) Berpikiran positif.
4) Tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.
b. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :
1) Karakteristik pengirim : yakni dalam mengemukakan sesuatu atau
pendapat, apa yang disampaikan secara jelas dan berkualitas, selalu
meminta dan menerima umpak balik.
2) Karakteristik penerima : siap mendengarkan, memberi umpan balik,
melakukan validasi.
3
2. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberian. Yang idmaksud posisi atau status adalah posisi
individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak dan
sebagainya.
Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing
individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah
untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orangtua
mereka entah kemana atau malah berdiam dirumah.
3. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensional dan aktual) dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku
orang lain kearah positif.
4. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara
sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai
keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan
peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalamm keluarga. Bahaya adalah kumpulan dari
pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan
untuk menyelesaikan masalah (Murwani, 2007).
4
seperti orangtua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga tanpa
pasangansejenis (guy/lesbian families)
3. Keluarga Campuran (Blended Family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung dan anak-
anak tiri.
4. Keluarga menurut hukum umum (Common Law Family)
Anak-anak yang tinggal bersama.
5. Keluarga orang tua tinggal
Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah
bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah,
serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.
6. Keluarga Hidup Bersama (Commune Family)
Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal
bersama berbagi hak dan tanggung jawab, serta memiliki kepercayaan
bersama.
7. Keluarga Serial (Serial Family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan
mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing
menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangannya masing-
masing, tetapi semuanya menganggap sebagai satu keluarga.
8. Keluarga Gabungan (Composite Family)
Keluarga yang terdiri dari suami dengan beberapa istri dan anak-
anaknya (poligami) atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya
(poliandri).
9. Hidup bersama dan tinggal bersama (Cohabitation Family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa
ada ikatan perkawinan yang sah.
D. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dan Sudiharto (2007), antara
lain adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Afektif (the affective funcation).
5
Fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain, fungsi
ini dibutuhkan untuk perkembangan individu da psikososial keluarga.
2. Fungsi Sosialisasi dan penempatan sosial (sosialisation and social
placement fungtion)
Fungsi pengembangan dan tempat melatihanak untuk berkehidupan
sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain
diluar rumah.
3. Fungsi Reproduksi (reproductive funcation)
Fungsi untuk mempertahankan generasi menjadi kelangsungan
keluarga.
4. Fungsi Ekonomi (theeconomic funcation)
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghassilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty care funcation)
Fungsi untuk mempertaruhkan keadaan kesehatan anggota keluarga
agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi inidikembangkan menjadi
tugas keluarga di bidang kesehatan.
6
sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru Sebagian besar dari infeksi saluran
pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan
pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni
bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian
Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam
2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi
atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak
berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan
napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah
virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman
Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati
dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat
antibiotik (Rasmaliah, 2004)
B. Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut:
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.
Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk
golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding
pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan
umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan
kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
7
Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau
meronta).
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia
2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun
adalah 40 kali per menit atau lebih.
3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan
dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat(Rasmaliah, 2004).
C. Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.
Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus,
Pnemococcus, Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium. Virus penyebabnya
antara lain golongan Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus,
Micoplasma, Herpesvirus.
D. Gejala ISPA
Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul
karena menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena
kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering
dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung
tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan
mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat
sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat
komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang
mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi
saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang paru).
8
udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan
penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan
melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang
penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara
yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab
9
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat
lahir <2.500 gram. Menurut Tuminah (1999), bayi dengan BBLR
mempunyai angka kematian lebih tinggi dari pada bayi dengan berat
2500 gram saat lahir selama tahun pertama kehidupannya. Pneumonia
adalah penyebab kematian terbesar akibat infeksi pada bayi baru lahir.
e. Status ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang
bayi kaya akan faktor antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri
dan virus, terutama selama minggu pertama (4-6 hari) payudara akan
menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal mengandung zat kekebalan
(Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel
leukosit) yang sangat penting untuk melindungi bayi dari infeksi.
f. Status Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang
terhadap penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari
penyakit infeksi tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan pada
pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting
dalam pemeliharaan kesehatan anak.
3. Lingkungan
a. Kelembaban Ruangan
Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan
(2004), dengan desain cross sectional didapatkan bahwa kelembaban
ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada balita. Berdasarkan
hasil uji regresi, diperoleh bahwa faktor kelembaban ruangan
mempunyai exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang
tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA
pada balita sebesar 28 kali.
b. Suhu Ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu
optimum 18- 300C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah
180C atau diatas 300C keadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat.
10
Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor
risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.
c. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama
adalah menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar.
Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah
tersebut tetap terjaga.
d. Kepadatan Hunian Rumah
Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004)
menemukan proses kejadian pneumonia pada anak balita lebih besar pada anak
yang tinggal di rumah yang padat dibandingkan dengan anak yang tinggal di
rumah yang tidak padat. Berdasarkan hasil penelitian Chahaya tahun 2004,
kepadatan hunian rumah dapat memberikan risiko terjadinya ISPA sebesar 9
kali.
e. Penggunaan Anti Nyamuk
Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan
nyamuk dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena
menghasilkan asap dan bau tidak sedap. Adanya pencemaran udara di
lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru sehingga
mempermudah timbulnya gangguan pernafasan.
f. Bahan Bakar Untuk Memasak
Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat
menyebabkan kualitas udara menjadi rusak. Kualitas udara di 74% wilayah
pedesaan di China tidak memenuhi standar nasional pada tahun 2002, hal ini
menimbulkan terjadinya peningkatan penyakit paru dan penyakit paru ini telah
menyebabkan 1,3 juta kematian.
g. Keberadaan Perokok
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok
pasif. Asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya
merupakan racun antara lain Carbon Monoksida (CO), Polycyclic
Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain. Berdasarkan hasil
penelitian Pradono dan Kristanti (2008), secara keseluruhan prevalensi
11
perokok pasif pada semua umur di Indonesia adalah sebesar 48,9% atau
97.560.002 penduduk.
h. Status Ekonomi dan Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2009), didapatkan bahwa
bila rasio pengeluaran makanan dibagi pengeluaran total perbulan
bertambah besar, maka jumlah ibu yang membawa anaknya berobat ke
dukun ketika sakit lebih banyak. Bedasarkan hasil uji statistik
didapatkan bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih
banyak pergi berobat ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ibu
yang status ekonominya rendah.
G. Penatalaksanaan
Untuk batuk pilek tanpa komplikasi diberikan pengobatan simtomatis,
misalnya ekspektoransia untuk mengatasi bauk, sedatif untuk menenangkan
pasien, dan anti peiretik untuk menurunkan demam. Obstruksi hidung pada
bayi sangat sukar diobati. Penghisapan lendir hidung tidak efektif dan sering
menimbulkan bahaya. Cara yang paling mudah untuk pengeluaran sekret
adalah dengan membaringkan bayi tengkurap. Pada anak besar dapat diberikan
tetes hidung larutan efedrin 1 %, bila ada infeksi sekunder hendaknya diberikan
antibiotik. Batuk yang produktif ( pada bronkoinfeksi dan trakeitis ) tidak boleh
diberikan antitusif, misalnya : kodein, karena menyebabkan depresi pusat batuk
dan pusat muntah, penumpukan sekret hingga dapat meyebabkan
bronkopneumonia. Selain pengobatan tersebut, terutama yang kronik, dapat
diberikan pengobatan dengan penyinaran ( Ngastiyah, 2007 ; 13)
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA Tn. L DENGAN ANGGOTA KELUARGA An. T MENDERITA
ISPA
B. Komposisi Keluarga
Status Status
N Nam Umu Se Hubunga Pendidika Pekerjaa
imunisa Kesehata
o a r x n dg KK n n
si n
32 Sehat
1. A P Istri SMA IRT
Th
15 Sehat
2. S L Anak SMP Pelajar
Th
10 Sehat
3. N P Anak SD Pelajar
Th
13
C. Genogram
69 70
36
Ny. S
Tn. S
32
43
An. N
An. S 10
15
Keterangan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan meninggal
Laki-laki meninggal
Narasi :
Keluarga Ny. S memiliki dua orang anak. Dalam keluarga Tn. S terdapat Ny. S
dan kedua anaknya bernama An. S yang berumur 15th dan adiknya yang berumur
10th yang sedang menderita penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas).
Dan kakak Ny. S mempunyai riwayat penyakit TBC dan tetangga dekat rumah
Tn. S juga mempunyai penyakit TBC.
14
D. Tipe Keluarga
Keluarga Tn.S merupakan keluarga dengan tipe keluarga Extended Family
dimana terdiri dari keluarga inti bapak, ibu dan anak.
E. Struktur peran
1. Tn. S berperan sebagai kepala rumah tangga yang bekerja sebagai Petani.
2. Ny. A berperan sebagai ibu rumah tangga yang hanya mengurus keluarga
beserta anak-anaknya.
3. An. S berperan sebagai anak dari pasangan Tn. S dan Ny. A yang
merupakan anak pertama berperan sebagai anak sekolah.
4. An N merupakan anak kedua dari pasangan Tn. S dan Ny. A berperan
sebagai anak pra sekolah.
F. Suku Bangsa
Keluarga Tn. S termasuk dalam suku Jawa dan kewarganegaraan Indonesia.
G. Agama
Semua anggota keluarga beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai
dengan ajaran agama Islam.
H. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Tahapan perkembangan dengan anak sekolah dimana anak I dan II Tn S
berumur 15 dan 10 thn,sekolah SMP dan SD. Tn. S bekerja sebagai petani
yang berangkat pagi dan pulang sore hari.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum dipenuhi :
Keluarga Tn. S adalah memenuhi kebutuhan dasar keluarga yang
meningkat, termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga
(makan seadanya, pakaian cukup, alat sekolah, tidak ada fasilitas kamar
mandi dan WC, bila anak sakit terkadang hanya dibelikan obat di Warung
,bila tidak sembuh baru diperiksakan ke Puskesmas).
3. Riwayat kesehatan keluarga inti
a. Riwayat kesehatan keluarga saat ini:
15
Ny. A menyatakan An. N mengidap batuk, pilek sudah 5 hari yang
lalu dan sudah minum obat beli di Warung.
b. Riwayat penyakit keturunan :
Ny. A mengatakan bila anak sakit, anak hanya dibelikan obat warung
apabila tidak sembuh kemudian baru diperiksakan ke Puskesmas
terdekat.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Dalam keluarga Tn. S ditemukan adanya penyakit menular TBC
yang pernah diderita oleh kakak dari Ny.Y
C. Istirahat Tidur
o Waktu Tidur : Siang 1 jam dan malam 4 5 jam
o Waktu Bangun : bangun umumnya/seringnya jam 04.30 WITA
D. Kebersihan Diri
o Mandi : 2 kali sehari
o Gosok gigi : 2 kali sehari
o Potong kuku : 1 minggu 1 kali
E. Rekreasi/waktu senggang
Keluarga mempunyai kegiatan (aktifitas) rekreasi (melihat TV untuk hiburan
keluarga).
16
3.3. FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Afektif
Di antara anggota keluarga terdapat perasaan saling menyayangi dan
menghargai satu sama lainnya.
B. Fungsi Sosial
Hubungan sosial terjalin dengan baik Ny. A selalu mengikuti Taskiran
setiap hari jumat
C. Fungsi Perawatan Kesehatan
1. Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanggulangannya
Bila ada anggota keluarga yang menderita sakit biasanya dibelikan obat di
warung bila tidak sembuh baru dibawa ke fasilitas kesehatan (Puskesmas).
2. Fungsi Reproduksi
Keluarga Tn. S dikaruniai 2 orang anak.
17
Nilai yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah norma/budaya
Mangondow, semua anggota keluarga beragama Islam dan menjalankan
ajaran agama, misalnya sholat 5 waktu, mengaji dan sebagainya.
F. Hubungan dengan Masyarakat
1. Ny. A mengatakan selalu mengikuti Taskiran setiap hari jumat
2. Tn. S mengikuti acara pertemuan RT dan mengikuti ronda malam
seminggu sekali.
3. Dalam melaksanakan interaksi dengan keluarga tidak mengalami
hambatan.
G. Mobilitas geografis keluarga
Tn. S menetap di rumah/tinggal di rumah yang telah dimilikinya kini,
dari warisan orang tua.
18
5. Lingkungan rumah
Lingkungan rumah cukup luas dengan perabotan yang cukup jendela
dan meja kursi tampak banyak debu. Halaman rumah dan ruangan selalu
disapu. Banyak pakaian yang bergantungan di kamar dan ruang makan (di
tembok). Jendela kamar jarang dibuka, sehingga siang hari tampak gelap.
Tn. L mengatakan mereka nyaman dengan kondisi rumah yang sekarang.
Kebiasaan Ny A memasak dengan kayu bakar di dalam rumah dan asap
pembakaran keluar lewat pintu.
6. Jamban keluarga
Keluarga Tn. S tidak memiliki jamban, sehingga bila BAB selalu di
sungai (kali) yang tidak jauh dari rumah sekitar 12 meter dari rumah.
B. Denah Rumah
sumur
Gudang Kamar
Kamar Kamar Tidur
Tidur
Tidur
Sungai
3.6. PSIKOLOGIS
A. Status Emosi
1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang.
a. Jangka Pendek
19
Sementara tidak mempunyai masalah berat.hanya an.N sedang batuk.
b.Jangka Panjang
Keluarga Tn. S. memikirkan masalah biaya untuk hidup dan keinginan
untuk menyekolahkan anak-anaknya setinggi-tingginya.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor.
Keluarga menganggap ujian atau masalah yang dihadapi adalah
ujian/cobaan dari Tuhan.
3. Stressor koping yang digunakan.
Bila ada masalah Tn.S dengan Ny. A selalu membicarakan satu sama lain
untuk mencari jalan keluar.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga tidak pernah menggunakan strategi adaptasi disfungsional
meskipun dalam kondisi yang parah.
B. Konsep Diri
o Body Image : Tn. S melihat dirinya sebagai kepala keluarga bagi
Ny.A, An. S, dan An N. Persepsi dan perasaan Tn.
S terhadap bentuk tubuh, postur tubuh, fungsi dan
penampilan diri, Tn L merasa lebih dari cukup
terhadap gambaran dirinya.
o Personal Identity : Tn. S seorang kepala keluarga dengan 2 orang anak
dan mempunyai istri Ny.A
o Peran : Tn. S berperan sebagai kepala rumah tangga dari
Ny. A dan anaknya serta sebagai penanggungjawab
dalam mencari nafkah keluarga
Ny.A sebagai ibu rumah tangga dan istri dari Tn. S
yang selalu menyiapkan dan memenuhi kebutuhan
keluarga, juga sebagai pengelola keuangan
keluarga.
An. S sebagai anak sulung dan sedang memasuki
tahap sekolah,sedangkan anak N memasuki tahap
pra sekolah.
20
o Ideal Diri : Tn. S mengharapkan dan selalu berdoa kepada
Allah SWT agar diberikan ketabahan dan
kesabaran dalam menghadapi ujian/masalah dan
dikabulkan cita-citanya untuk dapat
menyekolahkan anaknya setinggi-tingginya.
o Harga Diri : Tn. S menerima setiap ujian/masalah yang dihadapi
keluarganya dengan ikhlas.
C. Pola Komunikasi
Keluarga selalu menggunakan bahasa Mangondow dalam melaksanakan
komunikasi dan setiap ada masalah selalu dibicarakan satu sama lain.
21
o Suhu Badan 37 C 36,5 C 36,7 C 36,5 C
o BB 70 kg 60 kg 45 kg 20 kg
o TB 170 cm 168 cm 150 cm 97 cm
Pemeriksaan Fisik
Head to Toe
o Kepala
Kepala Simetris Simetris Simetris Simetris
Rambut Hitam, lurus Hitam, lurus Hitam, lurus Hitam, lurus
o Mata
Bentuk Simetris Simetris Simetris Simetris
Konjungtiva Tidak anemia Tidak anemia Tidak anemia Tidak anemia
Sklera Tidak ikterus Tidak ikterus Tidak ikterus Tidak ikterus
Pupil Isokor Isokor Isokor Isokor
o Hidung
Bentuk Simetris Simetris Simetris Simetris
Perdarahan Tidak Tidak Tidak Tidak
/secret mengalami mengalami mengalami mengalami
perdarahan perdarahan perdarahan perdarahan
tampak
mengeluarkan
ingus dari
hidung
o Telinga
Bentuk Telinga Simetris Simetris Simetris Simetris
o Mulut
Keadaan Bibir Lembab Lembab Lembab Lembab
Keadaan Gusi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
perdarahan perdarahan perdarahan gusi perdarahan
22
gusi dan gigi gusi dan gigi dan gigi gusi dan gigi
Tidak ada Tidak ada Tidak ada tanda Tidak ada
Keadaan tanda tanda perdarahan tanda
Lidah perdarahan perdarahan perdarahan
o Leher
Tyroid Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tyroid kelenjar tyroid
o Integumen
Kebersihan Klien tampak Klien tampak Klien tampak Klien tampak
Klien bersih bersih bersih bersih
Turgor Turgor kulit Turgor kulit Turgor kulit Turgor kulit
23
o Abdomen
Inspeksi
Bentuk abdomen Simetris Simetris Simetris Simetris
Benjolan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
benjolan benjolan benjolan benjolan
Palpasi
Tanda nyeri Tidak ada Tidak ada Tidak ada nyeri Tidak
tekan nyeri tekan nyeri tekan tekan ada
Benjolan nyeri
tekan
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
o Muskuloskeletal
/Ekstremitas
Kesimetrisan Simetris Simetris Simetris Simetris
Kekuatan Otot Baik Baik Baik Baik
24
d. Pada pemeriksaan
auskultasi paru An.T
terdengar ronchi basah
(+)
e. RR 28 kali/menit
f. Nadi 96 kali/menit
g. BB 20 kg
h. TB 97 cm
Data Subyektif:
2. a. Ny A mengatakan bahwa Resiko terjadinya Ketidakmampuan
Kakak saya menderita penyakit TBC keluarga
TBC. memodifikasi
b. Tn H mengatakan bahwa lingkungan yang
tetangga saya mendukung
dulu menderita TBC. kesehatan
Data Obyektif
a. Memasak dengan kayu
bakar dan asapnya masuk ke
rumah
b. Tiap kamar mempunyai
jendela tetapi tidak dibuka
sehingga siang hari ruangan
tampak gelap.
c. Imunisasi anak-anak Tn.S
tidak lengkap
d. BB An.T 20 kg
e. Komposisi makanan
keluarga Tn. S seadanya,
makan 3 kali/hari,kadang
2x/hari.
25
3.10. DIAGNOSA KEPERAWATAN
RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas An.N pada keluarga Tn S berhubungan
1. dengan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi ISPA
Resiko terjadinya penyakit TBC berhubungan dengan ketidakmampuan
2.
keluarga memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan.
4. Menonjolnya 0/2 0
masalah
(tidak dirasakan)
5. Total Skore 4
26
2. Diagnosa II
Resiko terjadinya penyakit TBC berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan
27
3.12. INTERVENSI
No Dx. Kep. Tujuan Umum Tujuan khusus Kriteria Standar Intervensi
1. Ketidakefektifan Setelah Keluarga Kognitif Keluarga Berikan penyuluhan
bersihan jalan dilakukan mengetahui mengetahui tentang penyakit ISPA
nafas An.N pada tindakan tentang penyakit pengetahuan
keluarga Tn S keperawatan ISPA tentang penyakit
berhubungan diharapkan Keluarga dapat ISPA
dengan masalah mendemonstrasik Afektif Keluarga mampu Berikan penyuluhan
ketidakmampuan ketidakefektifan an cara menjelaskan tentang cara merawat
keluarga bersihan jalan pembuatan obat tanda dan gejala anggota keluarga yang
mengambil nafas inefektif tradisional untuk ISPA sedang sakit ISPA
keputusan yang dapat teratasi batuk Keluarga mampu
tepat untuk Keluarga Psikomotor menjelaskan cara
mengatasi ISPA mengetahui cara merawat anggota
merawat anggota keluarga yang Demonstrasikan
keluarga yang terkena ISPA tentang cara
terkena influenza Keluarga mampu pembuatan obat
(ISPA) memutuskan apa tradisional untuk
yang akan batuk
28
dilakuakan bila Anjurkan keluarga
ada keluarga yang untuk memeriksakan
menderita ISPA An. N ke puskesmas
Dapat atau rumah sakit jika
memutuskan tidak kunjung sembuh.
pasien Jelaskan ke keluarga
membutuhkan mengenai kondisi An.
layanan N yang memerlukan
kesehatan perawatan lebih lanjut.
2. Resiko Setelah Keluarga Kognitif Keluarga mampu Berikan penyuluhan
terjadinya dilakukan mengetahui cara menjelaskan tentang cara mencegah
penyakit TBC tindakan pencegahan tentang tanda penularan TBC
berhubungan keperawatan penularan TBC gejala dan cara
dengan selama 1x20 Keluarga dapat pencegahan serta
ketidakmampuan menit menghindari cara penularan
keluarga diharapkan tidak penularan TBC TBC
memodifikasi terjadi resiko Afektif Keluarga mampu Anjurkan kepada
lingkungan yang penularan TBC memutuskan apa keluarga untuk
mendukung pada anggota yang akan menghindari hal-hal
29
kesehatan. keluarga yang dilakukan bila yang dapat
lain keluarga menyebabkan
mengalami TBC penularan TBC
Keluarga mampu Memberikan anjuran
memutuskan bila ada keluarga yang
bahwa keluarga menderita TBC agar
yang menderita segera ke pelayanan
TBC kesehatan
membutuhkan
pelayanan
kesehatan
Psikomotor Keluarga Anjurkan keluarga
membawa untuk mengawasi
keluarga yang penderita agar
mengalami TBC mengikuti pengobatan
ke pelayanan TBC
kesehatan Keluarga mampu
Keluarga memotivasi penderita
memberi agar terus menerus
30
dukungan moral mengikuti pengobatan
untuk dapat Keluarga mampu
kembali ke mengingatkan
masyarakat penderita untuk selalu
Keluarga mampu meminum obat
membantu
pengobatan
dalam hal
meminum obat
secara rutin
31
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.
Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung
sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang
telinga tengah dan selaput paru Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan
hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan
dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi
paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit
penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit
ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara
dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita
maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara
dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang
sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung
unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab ( Ngastiyah, 1995 ; 13).
4.2.Saran
Dari Asuhan Keperawatan Keluarga diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang Bahaya penyakit ISPA, cara mencegah, dan pengobatan
dalam keluarga serta meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan
ksehatan sendiri.
Untuk Mahasiswa Dapat dijadikan referensi dan bahan bacaan dalam
menerapkan Asuhan Keperawatan Keluarga dan dapat menjadi
pengetahuan/pelajaran bagi adik-adik tingkat.
32
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaft, Hood dan H. Abdul Mukty. 2005. Dasar-Dasar Penyakit Paru.
Airlangga University Press. Surabaya.
Anik dan Nurhayati. 2008. Asuhan Bayi Baru Lahir Normal (Asuhan
Neonatal). Trans Info Media. Jakarta.
Nur Muslihatun, Wafi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Citramaya.
Yogyakarta.
Speirs, AL. 1992. Ilmu Kesehatan Anak Untuk Perawat. IKIP Semarang Press.
Semarang.
33