Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP PENYAKIT DAN ASUHAN

KEPERAWATAN BAYI DENGAN POST OP KOLOSTOMI

DI RUANG NICU

DIBUAT OLEH :

NAMA : ELSYE B. RESIMANUK

NPM : 12114201210048

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEAHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

TAHUN 2023
KONSEP PENYAKIT

A. Definisi
Colostomy/Kolostomi adalah pembuatan lubang atau stoma pada dinding
perut yang tersambung dengan usus besar atau lubang terbuka pada usus
besar. Kolostomi tindakan pembuatan lubang di bagian perut sebagai
saluran pembuangan kotoran atau feses yang dapat bersifat sementara atau
menetap selamanya. Kolostomi pada bayi dan anak hampir selalu
merupakan tindakan gawat darurat, sedangkan pada orang dewasa
merupakan keadaan yang patologis. Kolostomi pada bayi dan anak
biasanya bersifat sementara. (Casman,dkk. 2022).

B. Etiologi
Pembedahan kolostomi dapat disebabkan oleh beberapa indikasi:
 Kanker
 Obstruksi
 Peradanagn usus
 Divertikulum pecah
 Trauma
 Iskemia usus
Dengan kata lain, pembedahan kolostomi dapat disebabkan oleh keadaan,
seperti (Adeodatus Y H. 2022.);
1. Morbus Hirschprung (cirurgi Schwartz)
Merupakan gangguan pada usus besar yang menyebabkan feses
terjebak di dalam usus. Penyakit merupakan bawaan lahir yang
mengakitbatkan bayi tidak bisa buang air besar (BAB) sejak
dilahirkan. Walaupun umumnya sudah dapat diketahui sejak bayi
baru lahir, gejala penyakit Hirschsprung juga bisa baru muncul
setelah anak sudah lebih besar, bila kelainannya ringan.
2. Divertikulitis (diverticulitis) adalah gangguan pencernaan
ketika kantong-kantong pada usus besar meradang dan
terinfeksi. Penyakit ini dapat menjadi peradangan ringan
hingga infeksi serius. Pada saat seseorang terserang penyakit
diverticulitis, beberapa bagian dari dinding usus besar akan
melemah. Bagian yang lemah tersebut akan menggembung
seperti kantong-kantong kecil. Bahkan, bagian ini juga bisa
menjadi kemerahan, membengkak, dan terinfeksi.
3. Kanker Kolorektal adalah kanker yang berasal dari usus besar
(kolon/colon) dan rektum. Artinya, kanker bisa berawal dari
usus besar saja atau menyebar hingga ke rektum, maupun
sebaliknya. Kanker kolorektal (usus besar dan rektum) adalah
penyakit yang bisa menyerang usia muda dan tua, meskipun
lebih sering terdeteksi pada orang yang berusia
50 tahun ke atas.
4. Inkontinensia alvi
Ketika pengobatan konservatif dan operatif telah gagal untuk
dilakukan, maka kolostomi perut kemudian dapat ditawarkan
kepada pasien sebagai alternatif terakhir, tetapi harus dilakukan
hanya setelah konseling menyeluruh
5. Atresia ani, yaitu kondisi saat usus besar bayi belum terbentuk
sempurna sehingga menjadi tersumbat dan sangat sempit.

C. Jenis-jenis
Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga
jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien.
Kolostomi dapat dibuat secara permanen maupun sementara (Adeodatus Y
H. 2022).
1. Kolostomi Permanent
Pembuatan kolostomi permanent biasanya dilakukan apabila pasien
sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena
adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid
atau rektum sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus.
Kolostomi permanent biasanya berupa kolostomi single barrel
(dengan satu ujung lubang).
2. Kolostomi Temporer/Sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau
untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan
dikembalikan seperti semua dan abdomen ditutup kembali.
Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang
dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double barrel.

Berdasarkan letaknya, kolostomi dapat dibedakan sebagai berikut


(Adeodatus Y H. 2022)
1. Transversecolostomy
Transversecolostomy, baik dextra maupun sinistra, diindikasikan
pada kasus yang mana segmen usus distal, yaitu sigmoid yang
merupakan segmen intraperitoneal, dan segmen usus intraperoneal
ini sulit ditarik keluar karena proses patologis seperti pada kasus
tumor yang sudah menginfiltrasi tulang sakrum atau kandung kemih
dan uterus sehingga tidak bisa diangkat secara bersih. Selain itu,
transversecolostomy sinistra dapat menjadi pilihan untuk pasien
tumor rektum, tumor organ ginekologi, atau tumor pada organ
pelvis lainnya yang akan menjalani terapi radiasi. Pada pasien
trauma yang akan melakukan operasi pada regio pelvis dengan
tujuan menghindari kontaminasi feses. Transversecolostomy sinistra
dipilih untuk memudahkan perawatan stoma dan untuk mencegah
kontaminasi.
2. Sigmoidostomi
Sigmoidostomi yaitu mengeluarkan sisi atau ujung kolon sigmoid
dan dibuat ostomi atau bukaan pada dinding perut kiri bawah.
Sigmoidostomi diindikasikan untuk obstruksi distal, yaitu obtruksi
di anorektal, dan untuk diversi agar terhindar dari kontaminasi feses
sehingga dapat membantu proses penyembuhan luka regio perineal
dan perianal pada kasus trauma, abses, atau fistel kompleks. Salah
satu kelebihan sigmoidostomi adalah terjaganya fungsi segmen usus
hingga pada ujung terdekat dengan anus.
D. Patofisiologi
Dari indikasi kolostomi yaitu kanker, obstruksi, peradangan, diverticulitis
kronis, iskemia usus dan trauma dapat mengakibatkan munculnya
beberapa masalah keperawatan yaitu, karena adanya kanker dan obstruksi
menyebabkan feses tidak dapat dikeluarkan, sehingga terjadi peningkatan
tekanan intra abdomen sehingga dapat diindikasikan untuk tindakan
operasi. Begitu juga bila terjadi peradangan maka bisa terjadi nekrosis
pada jaringan usus sehingga timbul nyeri. Bila terjadi diverkulosis kronik
dapat mengakibatkan striktur lalu obstruksi. Selain itu bisa terjadi abses
perikolik. Pada iskemia usus atau trauma dapat terjadi nekrosis pada
jaringan dan akhirnya mengakibatkan obstruksi usus sehingga dapat
dilakukan tindakan operasi kolostomi.
Pada kolostomi transversal terdapat feses lunak dan berlendir yang
mengiritasi kulit sehingga timbul masalah keperawatan resiko gangguan
integritas kulit. Pada kolostomi desenden atau sigmoid feses agak padat
dan sedikit mengiritasi kulit muncul masalah resiko konstipasi.
Karena tindakan kolostomi sehingga adanya luka post operasi sehingga
mungkin akan timbul rasa nyeri dan dapat diangkat masalah keperawatan
nyeri dan risiko terhadap infeksi. Adanya kantong stoma didaerah
abdomen dapat memunculkan masalah gangguan citra tubuh.

Pathway
Iskemia
Divertikulosis Peradangan usus/trauma
Kanker, obstruksi kronis

Kolostomi

Kolostomi transversal Kolostomi sigmoid Ada kantong stoma


Adanya luka
atau desenden didaerah abdomen
post op
Feses lunak dan
berlendir Feses agak
padat Gangguan Citra
- Nyeri
Mengiritasi kulit Tubuh
- Resiko infeksi
E. Komplikasi (La Rakhmat W, dkk. 2023)
1. Prolaps, merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari
permukaan kulit. Prolaps dapat dibagi 3 tingkatan:
a. Penonjolan seluruh dinding colon termasuk peritonium kadang-
kadang sampat loop ilium.
b. Adanya strangulasi dan nekrosis pada usus yang mengalami
penonjolan.
c. Prolaps dapat terjadi oleh adanya faktor-faktor peristaltik usus
meningkat, fiksasi usus tidak sempurna, mesocolon yang
panjang, tekanan intraabdominal tinggi, dinding abdomen tipis
dan tonusnya yang lemah serta kemungkinan omentum yang
pendek dan tipis.
2. Iritasi Kulit
Hal ini terutama pada kolostomi sebelah kanan, karena feses yang
keluar mengandung enzim pencernaan yang bersifat iritatif. Juga
terjadi karena cara membersihkan kulit yang kasar, salah memasang
kantong dan tidak tahan akan plaster.
3. Obstruksi penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau
adanya pergeseran feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari
terjadinya sumbatan, pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara
teratur. Pada pasien dengan kolostomi permanent tindakan irigasi ini
perlu diajarkan agar pasien dapat melakukannya sendiri di kamar
mandi.
4. Infeksi
Kontaminasi feses merupakan faktor yang paling sering menjadi
penyebab terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu
pemantauan yang terus-menerus sangat diperlukan dan tindakan segera
mengganti balutan luka dan mengganti kantong kolostomi sangat
bermakna untuk mencegah infeksi.
5. Retraksi stoma/ mengkerut
Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu
sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang berbentuk di sekitar
stoma yang mengalami pengerutan.
6. Prolap pada stoma Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau fiksasi
struktur penyokong stoma yang kurang adekuat pada saat pembedahan.
7. Stenosis
8. Perdarahan stoma

F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologis (Idayanti Titiek,dkk. 2022)
a. Foto polos abdomen
Pemeriksaan foto polos abdomen dan khususnya pemeriksaan
enema barium, merupakan pemeriksaan diagnostik terpenting.
Gambaran obstruksi usus letak rendah. Daerah pelvis terlihat
kosong tanpa udara.
b. Foto enema barium
Tanda-tanda klasik radiografik yang khas untuk PH adalah:
1) Segmen sempit dari sfingter anal dengan panjang tertentu.
2) Zona transisi, daerah perubahan dari segmen sempit ke segmen
dilatasi
3) Segmen dilatasi.
c. Foto retensi barium
1) Retensi barium 24 sampai 48 jam setelah enema merupakan
tanda penting PH, khususnya pada masa neonatal.
2) Gambaran barium tampak membaur dengan feses kearah
proximal di dalam kolon berganglion normal I.
3) Retensi barium pada obstipasi kronik bukan PH terlihat makin
ke distal. menggumpal di daerah rektum dan sigmoid
4) Dilakukan apabila foto yang dibuat pada waktu enema barium
ataupun yang dibuat pasca evakuasi barium tidak terlihat tanda-
tanda khas PH
G. Penatalaksanaan
Ada beberapa anjuran untuk menangani kolostomi yang dapat dilakukan
setelah pembedahan yaitu (Casman,dkk. 2022):
1. Istirahat yang cukup, dianjurkan untuk tetap beristirahat selama di
rumah. Setelah menjalani kolostomi.
2. Menjalani diet khusus, yang dianjurkan oleh dokter yang merawat.
Dianjurkan untuk tidak mengonsumsi makanan yang dapat
meningkatkan produksi gas di saluran cerna, seperti bawang, kembang
kol, asparagus, brokoli, dan kubis.
3. Memasang kantong kolostomi secara rutin, gunakan sarung tangan
bersih tiap kali membersihkan luka dan kantong kolostomi
4. Menjaga kebersihan lubang dengan baik dan benar. Cara
membersihkannya adalah dengan kassa bersih dan air matang hangat
kuku, setidaknya 2 kali sehari.
5. Mengirigasi Kolostomi, tujuan pengirigasian kolostomi adalah untuk
mengosongkan kolon dari gas, mukus, dan feses. Sehingga pasien
dapat menjalankan aktivitas sosial dan bisnis tanpa rasa
6. takut terjadi drainase fekal. Dengan mengirigasi stoma pada waktu
yang teratur, terdapat sedikit gas dan retensi cairan pengirigasi
7. Hindari menggunakan krim, sabun ataupun bahan kimia yang memicu
alergi atau iritasi kulit. Pilih produk yang tanpa kandungan parfum,
alkohol.
8. Kontrol kembali kepada dokter yang menangani, agar dokter dapat
menilai langsung status lubang kolostomi.
9. Konsumsi obat sesuai anjuran dokter
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan menurut Wijaya dan Putri (2013).
 Indetitas
klien terdiri nama, umur, jenis kelamin, status, agama, perkerjaan,
pendidikan, alamat, penanggung jawaban juga terdiri dari nama,
umur penanggung jawab, hub.keluarga, dan perkerjaan.
 Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien anak-dewasa mengeluh nyeri dibagian abdomen
karena sudah melakukan tindakan laparatomi juga kolostomi,
jadi klien merasakan tidak nyaman dengan kondisinya yang
sekarang. Klien bayi menunjukan ekspresi gelisah, menangis
berulang karena respon nyeri, juga tidak bisa bergerak banyak
dan susah untuk tidur, tubuh klien biasanya terasa lemas dan
letih, dan nafsu makan akan menurun.
2. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya keluarga klien adanya riwayat kanker.
 Pemeriksaan fisik (fokus)
Abdomen
1. Keadaan stoma:
a. Warna stoma (normal warna kemerahan).
b. Tanda-tanda perdarahan (perdarahan luka operasi).
c. Tanda-tanda peradangan (tumor, rubor, color, dolor, fungsi
laese).
d. Posisi stoma.
2. Perubahan eliminasi tinja :
a. Konsistensi, bau, warna feces.
b. Apakah ada konstipasi / diare?
c. Apakah feces tertampung dengan baik?
3. Gangguan rasa nyeri :
a. Keluhan nyeri ada/ tidak.
b. Hal-hal yang menyebabkan nyeri.
c. Kualitas nyeri.
d. Kapan nyeri timbul (terus menerus / berulang).
e. Apakah pasien gelisah atau tidak.
4. Kebutuhan istirahat dan tidur t
a. Tidur nyenyak/ tidak.
b. Apakah stoma mengganggu tidur/tidak.
c. Adakah faktor lingkungan mempersulit tidur.
d. Adakah faktor psikologis mempersulit tidur?
5. Konsep diri pasien ?
Bagaimana persepsi pasien terhadap: identitas diri, harga diri,
ideal diri, gambaran diri, & peran.
6. Apakah ada gangguan nutrisi :
a. Bagaimana nafsu makan klien.
b. BB normal atau tidak.
c. Bagaimana kebiasaan makan pasien.
d. Makanan yang menyebabkan diare.
e. Makanan yang menyebabkan konstipasi.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik( mis, prosedur
operasi)
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban (daerah
bekas operasi)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur infasif
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan/pengobatan
(mis. Pembedahan)
C. Intervensi Keperawatan

No Dx Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


1 Nyeri akut Tujuan : setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan agen selama … 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
pencedera fisik Diharapkan tingkat nyeri durasi, frekuensi, kualitas,
(mis, prosedur menurun Intensitas nyeri
operasi) Kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri 3. Identifikasi respons nyeri non
menurun verbal
2. Meringis menurun 4. Identifikasi faktor yang
3. Sikap protektif memperberat dan memperingan
menurun nyeri
4. Kesulitan tidur 5. Identifikasi pengaruh nyeri pada
menurun kualitas hidup
5. Frekuensi nadi Terapeutik
menurun 6. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
7. Fasilitasi Istirahat dan tidur
Edukasi
8. Jelaskan penyebab, periode,
pemicu nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Gangguan Tujuan : setelah dilakukan Perawatan integritas kulit (I. 11353)
integritas kulit tindakan keperawatan Observasi
berhubungan selama … 1. Identifikasi penyebab
dengan Diharapkan integritas kulit gangguan integritas kulit
kelembaban dan jaringan meningkat Terapeutik
(daerah bekas Kriteria hasil: 2. Hindari produk berbahan
operasi) 1. Kerusakan jaringan / dasar alcohol pada kulit
lapisan kulit menurun kering
Edukasi
3. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrim

Perawatan area insisi (I.14558


Observasi
4. Monitor proses penyembuhan
luka insisi
5. Monitor tanda dan gejala
infeksi
Terapeutik
6. Bersihkan area insisi dengan
pembersih yang tepat
7. Ganti balutan luka sesuai
jadwal
Edukasi
8. Ajarkan cara merawat area
insisi pada keluarga pasien
3 Resiko infeksi Tujuan : setelah dilakukan Pencegahan Infeksi (I.14539)
berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan efek selama … 1. Monitor tanda dan gejala
prosedur infasif Diharapkan integritas kulit infeksi lokal dan sistemik
dan jaringan meningkat Terapeutik
Kriteria hasil: 2. Cuci tangan sebelum dan
1. sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
Edukasi
3. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
4. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka

Perawatan area insisi (I.14558


Observasi
1. Periksa lokasi insisi
2. Monitor proses penyembuhan
luka insisi
Terapeutik
3. Bersihkan area insisi dengan
pembersih yang tepat
4. Ganti balutan luka sesuai
jadwal
Edukasi
5. Ajarkan cara merawat area
insisi pada keluarga pasien

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi. Pada tahap ini perawat menggunakan semua kemampuan yang
dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik
secara umum maupun secara khusus pada klien Kolostomi pada
pelaksanaan secara independen, interdependen dan dependen.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan hasil yang diharapkan setelah dilakukan
tindakan keperawatan kepada klien
DAFTAR PUSTAKA

Adeodatus Y H. 2022. Stoma dan Fistel Enterokutan: UGM PRESS, dikutip dari
https://www.google.co.id/books/edition/Stoma_dan_Fistel_Enterokutan/
vj9bEAAAQBAJ?hl=id

Casman,dkk. 2022. Buku Ajar Anak DIII Keperawatan Jilid III: mahakarya citra
utama group, dikutip dari
https://www.google.co.id/books/edition/Buku_Ajar_Anak_DIII_Keperawatan
_Jilid_II/bMO0EAAAQBAJ?hl=id&kptab=overview

Idayanti Titiek,dkk. 2022. Rizmedia Pustaka Indonesia: ASUHAN NEONATUS,


BAYI DAN BALITA UNTUK MAHASISWA KEBIDANAN, dikutip dari
https://www.google.co.id/books/edition/ASUHAN_NEONATUS_BAYI_DA
N_BALITA_UNTUK_MA/tr1pEAAAQBAJ?hl=id

La Rakhmat W, dkk. 2023. MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II : Endah Fitriasari, Maluku Husada

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Defenisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Defenisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta; DPP PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Defenisi dan kriteria hasil, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Wijaya dan Putri (2013. KMB keperawatan medikal bedah: Nuha Medika.
Perpustakaan STIK Stella Maris, Makassar

Anda mungkin juga menyukai