Anda di halaman 1dari 23

BAB I

LANDASAN TEORI
1.1 Kolostomi
1.1.1 Definisi Kolostomi
Kolostomi berasal dari bahasa yunani yaitu “colon” dan “Stomy”. Artinya usus
besar sedangkan ostomy berarti pembuatan lubang secara bedah.
Kolostomi adalah membuat ostomi di kolon, dibentuk bila usus tersumbat oleh
tumor (Harahap, 2006).
Kolostomi adalah Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah
pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991)
Kolostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan
antara colon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat
bersifat sementara atau menetap selamanya. (llmu Bedah, Thiodorer Schrock,
MD, 1983).
Kolostomi adalah pembuatan sebuah lubang di dinding abdomen untuk
mengeluarkan feses. Lubang ini dikenal dengan nama stoma dan terhubung
ke alat serta kantong kolostomi. Bisa bersifat sementara, tapi bisa juga
bersifat permanen.
Kolostomi merupakan Suatu tindakan membuat lubang pada kolon tranversum
kanan maupun kiri Atau kolonutaneustomi yang disebut juga anus prenaturalis
yang dibuat sementara atau menetap. Colostomy pada bayi dan anak hampir
selalu merupakan tindakan gawat darurat, sedang pada orang dewasa merupakan
keadaan yang pathologis. Colostomy pada bayi dan anak biasanya bersifat
sementara. Colostomi dapat menimbulkan komplikasi dan perubahan konsep diri
pasien.

1.1.2 Indikasi Kolostomi


1) Atresia Ani adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak
mempunyai lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi gangguan
pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan. Walaupun kelainan lubang
anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan bila
tidak ada pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum.

Keperawatan Semester 5 Page 1


2) Penyakit peradangan usus akut, Terjadi karena kotoran menumpuk dan
menyumbat usus di bagian bawah yang membuat tak bisa BAB.
Penumpukan kotoran di usus besar ini akan membuat pembusukan yang
akhirnya menjadi radang usus.
3) Tidak memiliki anus (imperforata anus), Kelainan ini biasanya
diketahui sejak lahir. Diduga karena terjadi infeksi saat ibu hamil yang
membuat konstruksi usus ke anus tidak lengkap hingga atau karena
kelainan genetik.
4) Hirschsprung, yaitu kelainan bawaan sejak lahir karena kondisi saraf di
usus besar yang tidak berfungsi normal. Akibatnya kotoran akan
menumpuk di usus bawah karena fungsi saraf yang mendorong kotoran
keluar tidak berjalan. Kondisi ini membuat penderitanya terutama bayi
tidak bisa BAB selama berminggu-minggu yang akhirnya timbul radang
usus. Bagian usus yang tak ada persarafannya ini harus dibuang lewat
operasi.

1.1.3 Jenis-Jenis Kolostomi


Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga
jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi
dapat dibuat secara permanen maupun sementara.
1) Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah
tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan,
perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak
memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa
kolostomi single barrel ( dengan satu ujung lubang).
2) Kolostomi Temporer/Sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk
mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti
semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai
dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi
double barrel.

Keperawatan Semester 5 Page 2


1.1.4 Komplikasi
Insidens komplikasi untuk pasien dengan kolostomi sedikit lebih tinggi
dibandingkan pasien ileostomi. Beberapa komplikasi umum
1. Obstruksi/ penyumbatan : disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau
adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari
terjadinya sumbatan, pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara
teratur. Pada pasien dengan kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu
diajarkan agar pasien dapat melakukannya sendiri di kamar mandi.
2. Infeksi : Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering menjadi
penyebab terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu
pemantauan yang terus menerus sangat diperlukan dan tindakan segera
mengganti balutan luka dan mengganti kantong kolstomi sangat bermakna
untuk mencegah infeksi.
3. Prolaps stoma : penonjolan mukosa usus sepanjang 6cm/ lebih dari
permukaan kulit. Pada kondisi koleps, usus yang keluar akan
terjepit(strangulasi) yang berakibat terhalangnya aliran darah ke usus
sehingga sebagian jaringan usus akan mati(nekrosis). Prolaps dapat
disebabkan oleh adanya factor-faktor sebgai berikut : pergerakan usus
(peristaltic) yang mengikat, fiksasi usus tidak sempurna tekanan dalam
rongga perut tinggi, dinding perut tipis dengan tonus otot yang lemah.
4. Stenosis Stoma : suatu keadaan dimana lubang keluar feses menjadi
sempit sehingga mengganngu keluarnya feses. Stenosis yang terjadi pada
awal setelah operasi biasanya disebabkan oleh penjahitan lapisan luar usus
ke kulit dinding perut yang tidak baik. Stenosis yang terjadi belakangan
biasanya disebabkan oleh penyakit (seperti penyakit peradangan
usus/crohn’s disease atau tumor), terbentukanya jaringan perut disekitar
stoma. Trauma yang disebabkan oleh pemansangan kantong yang tidak
baik dan iritasi kronis pada kulit disekitar stoma. Stenosis yang parah
biasanya memerlukan perbaikan dengan operasi.
5. Iritasi kulit : hal ini terutama pada colostomy disebelah kanan karena feses
yang keluar mengandung enzim pencernaan yang bersifat iritatif. Selain
itu iritasi juga bisa terjadi karena prosedur membersihkan kulit di sekitar

Keperawatan Semester 5 Page 3


stoma (kulit peristoma) yang kurang bersih salah memasang kantong
colostomy dan seringkali juga disebabkan oleh alergi terhadapbahan
perekat dikantong colostomy.
Kebocoran dari sisi anastomotik dapat terjadi bila sisa segmen usus
mengalami sakit atau lemah. Kebocoran dari anastomotik usus menyebabkan
distensi abdomen dan kekakuan, peningkatan suhu, serta tanda shock.
Perbaikan pembedahan diperlukan (Brunner dan Suddarth, 2000).
Pasien dengan kolostomi harus menghubungi dokter atau perawat bila
ditemukan komplikasi seperti :
 Bau yang tidak biasa yang berlangsung lebih dari seminggu.
 Perubahan ukuran dan bentuk dari stoma yang tidak biasa
 Obstruksi pada stoma dan / atau prolaps dari stoma tersebut.
 Pendarahan yang berlebihan dari pembukaan stoma, atau jumlah sedang
dalam kantong.
 Cedera yang parah dari stoma.
 Perdarahan terus-menerus di peralihan antara stoma dan kulit.
 Iritasi kulit kronis.
 Stenosis dari stoma (penyempitan).

1.1.5 Pemerikasaan Penunjang


 Foto polos abdomen 3 posisi
 Colon inloop
 Colonoscopy
 USG abdomen

1.1.6 Teknik Operasi


Sebagai model dipilih kolo-tranvesotomi :
o Desinfeksi lapangan operasi dengan desinfektan
o Lapangan operasi dipersempit dengan linen steril
o Insisi dinding abdomen pada kuadran kanan atas (untuk kolo-
transvesotomi kanan) atau kuadran kiri atas (untuk kolo-transversotomi
kiri). Insisi transversal atau vertikal diatas bagian kolon yang mengalami

Keperawatan Semester 5 Page 4


distensi. Insisi dibuat cukup lebar untuk dapat mengidetifikasi dan
memobilisasi kolon yang mengalami distensi. Insisi diusahakan melalui m.
Rektus abdominis.
o Insisi diperdalam lapis demi lapis dengan membuka fascia anterior, m.
rektus dipisahkan, fascia posterior dan peritoneum dibuka secara tajam.
o Identifikasi kolon transversum, bila distensi maka dilakukan dekompresi
terlebih dahulu. Hindari kontaminasi. Dengan cara demikian maka dapat
dihindari lubang abdomen yang besar.
o Kolon dimobilisir dan dikeluarkan dari rongga abdomen. Hindari
ketegangan dalam memobilisasi kolon. Omentum mayus dideseksi dari
kolon transversum.
o Dipasang ‘rod’ dari plastik/ karet pada mesokolon yang avaskuler, untuk
mempertahankan kolon.
o Peritoneum dan fascia posterior dijahit dengan dinding kolon pada
jaringan lemak kolon (fat tab) pada beberapa tempat. Fascia anterior
dijahit dengan fat tab pada beberapa tempat.
o Fascia dipersempit dengan jahitan, dengan menyisakan 1 jari longgar
untuk menghindari gangguan pasase kolon.
o Kulit pada beberapa tempat dijahitkan dinding kolon.
o Bila disttensi kolon masih berlanjut dapat dilakukan dekompresi pada
bagian kolon yang masih distensi dengan memasang pipa (tube) melalui
dinding kolon yang difiksasi dengan jahitan ‘purse string’
Pada keadaan dimana perlu eksplorasi keadaan kolon terlebih dahulu
atau terdapat kesulitan mobilisasi kolon maka dilakukan laparotomi secara
midline dan selanjutnya tindakan kolostomi seperti tersebut diatas.
Komplikasi operasi
 Perdarahan
 Herniasi parakolostomi.
 Prolaps kolon.
 Striktur stoma.
 Iskaemi dan nekrosis kolon karena gangguan pembuluh darah
 Iritasi kulit.

Keperawatan Semester 5 Page 5


Mortalitas
Sesuai kasus yang mendasari
Perawatan Pasca Bedah
 Pasca bedah penderita dirawat diruangan untuk diobservasi kemungkinan
terjadinya komplikasi dini yang membahayakan jiwa penderita seperti
perdarahan. Diet diberikan setelah penderita sadar dan pasase usus baik.
 Stoma dilakukan setelah 48 jam dengan membuka diding kolon.
 Jahitan luka diangkat pada hari ke-7.
Follow-Up
 Folllow up terapi terhadap penyakit dasarnya.
 Evaluasi kelancaran stoma dengan melakukan irigasi.
 Evaluasi terjadinya komplikasi seperti iritasi kulit.

1.1.7 Perawatan Kolostomi


Perawatan Kolostomi adalah Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar
stoma dan mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan.
Tujuan
 Meningkatkan kebersihan klien
 Mencegah terjadinya infeksi
 Mencegah iritasi kulit sekitar stoma
 Mempertahankan kenyamanan kulit dan lingkungan sekitar stoma
Persiapan alat
 Kantong kolostomi
 Satu set ganti balutan (pinset anatomi, pinset cirrugis, kom kecil dan
gunting)
 Kapas
 Kasa steril
 Larutan NaCl
 Zink salep/ zink oil
 Betadin
 Plester
 Sepasang sarung tangan

Keperawatan Semester 5 Page 6


 Bengkok
 Perlak dan pengalas
 Kantong plastic
 Tempat sampah
Pre interaksi
 Mengecek dokumentasi / data klien
 Mencuci tangan
 Menyiapkan alat
Tahap orientasi
 Memberikan salam kepada pasien, siapa nama pasien
 Memperkenalkan diri, memberitahu tujuan dan prosedur tindakan
 Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
Tahap kerja
 Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya
 Menanyakan keluhan utama klien
 Jaga privasi klien
 Menggunakan sarung tangan
 Meletakkan perlak atau pengalas di bagian kanan/ kiri pasien sesuai letak
stoma
 Meletakkan bengkok diatas perlak didekatkan ketbuh klien
 Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi, bau dll)
 Membuka kantong kolostomi secara hati- hati dengan menggunakan pinset
dan tangan kiri menekan kulit klien
 Membersihkan kulit sekitar stoma dengan kapas NaCl/ kaps basah (air
hangat)
 Membersihkan stoma dengan sangat hati- hati menggunakan kapas NaCl/
kapas basah, hindari terjadinya perdarahan.
 Mengeringkan kulit sekitar stoma dengan kasa steril
 Observasi stoma dan kulit sekitar stoma
 Memberikan zink salep/ zink oil (tipis- tipis) jika terdapat iritasi pada kulit
sekitar stoma

Keperawatan Semester 5 Page 7


 Mengukur stoma dan membuat lubang kantong kolostomi sesuai ukuran
stoma
 Membuka salah satu sisi (sebagian) perekat kantong kolostomi
 Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi vertikal / horizontal sesuai
kebutuhan
 Menggunakan pinset untuk mempermudah memasukkan stoma melalui
lubang kantong kolostomi
 Membuka sisa perekat indari masuknya udara ke dalam kantong kolostomi
 Merapikan klien
 Melepas sarung tangan
Tahap terminasi
 Mengevaluasi tindakan yang baru saja dilakukan (subjektif dan objektif),
hasil pembalutan: mudah lepas dapat mengganggu peredara darah,
mengganggu gerakan dan lain- lain.
 Berikan reinforcement positif pada klien
 Merapikan dan kembalikan alat
 Mencuci tangan
 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

1.2 Pispot
1.2.1 Definisi
Pispot adalah sebuah benda yang berbentuk seperti bak atau tabung
dilengkapi dengan pegangan untuk membawanya seperti layaknya gelas.
Terbuat dari bahan stainless steel anti karat dan ada juga yang terbuat dari
bahan plastik.
Fungsinya untuk membantu pasien yang hendak buang air besar atau
buang air kecil (BAB/BAK) di atas tempat tidur dengan menggunakan pispot.
Pispot adalah alat bantu yang digunakan untuk membantu pasien pada waktu
buang air besar dan buang air kecil ditempat tidur, karena pasien tidak
melakukannya sendiri.

Keperawatan Semester 5 Page 8


1.2.2 Proses Buang Air Besar (DEFEKASI)
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air
besar. Terdapat dua pusat yang menguasai refleks untuk defekasi yang terletak
dimedula dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan
parasimpatis, sfingter anus bagian dalam akan mengendor dan usus besar
menguncup. Reflek defekesi dirangsang untuk buang air besar, kemudian
sfingter anus bagian luar yang diawali oleh syaraf parasimpatis setiap waktu
menguncup atau mengendor selama defekasi berbagai otot lain membantu
proses itu seperti otot dinding perut,diafragma dan otot-otot dasar pelvis.
Secara umum,terdapat 2 macam reflek yang membantu proses defekasi
yaitu,pertama,reflekdefekasi interinsik yang mulai dari zat sisa makanan (feses)
dalam rektum sehingga terjadi distensi.kemudian flexus mesenterikus
merangsang gerakan peristaltik,dan akhirnya feses sampai di anus.lalu pada
saat sfingter interna relaksasi,maka terjadilah proses defekasi.kedua, reflek
defekasi parasimpatis.adanya feses dalam rektum yang merangsang
saraf rektum.ke spinal cord. Dan merangsang ke kolon desenden,kemudian ke
sigmoid ,lalu ke rektum dengangerakan peristaltik dan akhirnya terjadi
relaksasi sfingter interna,maka terjadilah proses defekasi saat sfingter interna
berelaksasi.
1.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses DEFEKASI
1) Usia

Setiap tahap perkembangan atau usia memiliki kemampuan mengontrol


proses defekasi yang berbeda.pada bayi belum memiliki kemampuan
mengotrol secara penuh dalam buang air besar,sedangkan orang dewasa
sudah memiliki kemampuan mengotrol secara penuh,kemudian pada usia
lanjut proses pengontrolan tersebut mengalami penurunan.

2) Diet

Diet atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses


defekasi.makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu
proses percepatan defekasi dan jumlah yang di konsumsi pun dapat
mempengaruhinya.

3) Asupan Cairan

Keperawatan Semester 5 Page 9


Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi
keras oleh karenaproses absorbsi yang kurang sehingga dapat
mempengaruhi kesulitan proses defekasi.

4) Aktivitas

Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas


tonus otot,abdomen,pelvis dan diafragma dapat membantu kelancaran
proses defekasi,sehingga proses gerakan peristaltik pada daerah kolon
dapat bertambah baik dan memudahkan untuk kelancaran proses defekasi.

5) Pengobatan

Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi seperti


penggunaan obat-obatan laksatif atau antasida yang terlalu kering.

6) Gaya hidup

Gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi.halini dapat dilihat


pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat/kebiasaan melakukan
buang air besar di tempat yang bersih atau toilet.maka ketika seseorang
tersebut buang air besardi tempat yang terbuka atau tempat yang kotor
maka ia akan mengalami kesulilan dalam proses defekasi.

7) Penyakit

Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi.biasanya


penyakit-penyakit tersebut berhubungan langsung dengan sistem
pencernaan seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.

8) Nyeri

Adanya nyeri dapat mempengarihi kemampuan/keinginan untuk


berdefekasi seperti nyeri pada kasus hemoroid dan episiotomi.

9) Kerusakan motorik dan sensorik

Kerusakan pada sistem sensoris dan metoris dapat mempengaruhi


proses defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi
sensoris dalam berdefekasi.hal tersebut dapat mengakibatkan kerusakan
pada tulang belakang ataukerusakan saraf lainnya.

1.2.4 Jenis-jenis Pispot :


Pispot memiliki bentuk yang bermacam-macam disesuaikan dengan jenis
kelamin pemakainya. Namun tidak hanya untuk orang sakit dan lansia, ada
juga pispot yang dikhusukan untuk anak- anak kecil sebagai alat belajar

Keperawatan Semester 5 Page 10


menggunakan toilet sendiri. Biasanya pispot ini untuk melatih kemampuan
anak untuk mandiri dan tidak perlu bergantung lagi pada orang tua untuk ke
kamar mandi.

Beberapa jenis pispot yang perlu kita ketahui :

1) Pispot sodok plastik untuk buang air besar yang umumnya digunakan
pada fasilitas kesehatan. Pispot ini juga bisa digunakan untuk
menampung urine.

2) Pispot sodok stainless berguna untuk buang air besar dan urine. Pispot
jenis ini sangat mudah dibersihkan. Pispot stainless ini berbeda dengan
pispot sodok plastik yang mana lebih kuat dan tahan lama dalam
pemakaian. Biasanya pispot jenis ini digunakan pada orang lansia yang
tidak bisa ke toilet.

Keperawatan Semester 5 Page 11


3) Pispot urine plastik yang digunakan untuk menampung dan membuang
urin. Alat pispot ini juga dibagi dua ada untuk pria dan wanita namun
kebanyakan alat pispot ini lebih sering digunakan pada pria daripada
wanita.

4) Pispot urine stainless yang digunakan untuk menampung urin yang


biasanya digunakan di rumah sakit. Kelebihan dari alat ini mudah
dibersihkan. Kualitas dari jenis pispot ini juga lebih bagus
dibandingkan yang plastik. Selain itu pispot stainless ini juga sangat
nyaman digunakan dan volume urin yang akan di tampung juga sangat
banyak.

Keperawatan Semester 5 Page 12


BAB II
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
2.1 Standart Operasional Prosedur Perawatan Kolostomi
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Tindakan Keperawatan : Perawatan Kolostomi
1 Pengertian Perawatan kolostomi adalah membersihkan stoma kolostomi,
kulit sekitar stoma, dan mengganti kantong kolostomi secara
berkala sesuai kebutuhan.

2 Tujuan  Menjaga kebersihan pasien

 Mencegah terjadinya infeksi

 Mencegah iritasi kulit sekitar stoma

 Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya


3 Alat dan
 Colostomy bag baru
Bahan

 Gunting dan plester

 Bengkok 2

 Kantong plastik untuk sampah

 Handschoen/sarung tangan

 Pinset anatomis 2

 Pinset cirurgis 1

 Perlak dan pengalas

 Kassa steril

 NaCl 0,9%

 Salep antibiotik/vaselin

Keperawatan Semester 5 Page 13


 Bak intrumen
 Gunting plester
 Plastic
4 Prosedur A. Tahap Pre Interaksi

1. Melakukan verifikasi data


2. Mencuci tangan
3. Mendekatkan alat
B. Tahap Orientasi

1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik


2. Menjalaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/klien
3. Menayakan kesiapann klien sebelum kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja

1. Membaca bacaan tasmiyah


2. Menjaga privasi klien
3. Menjaga privasi klien
4. Mengatur posisi supinasi
5. Membuka pakaian sesuai dengan kebutuhan
6. Memasang perlak dan pengalasnya di bagian bawah anus
buatan.
7. Mendekatkan bengkok dan kantong plastik
8. menyiapkan colostomy bag dengan lubang sesuai dengan
ukuran stoma colostomy
9. Memakai sarung tangan
10. Membuka plester pada coloscomy bag (kalau perlu pakai
wash bensin atau alkohol)
11. Melepaskan colostomy bag lama dan masukkan ke dalam
kantong plastik.
12. Membuka barier dari kassa dengan menggunakan pinset,
masukkan ke bengkok

Keperawatan Semester 5 Page 14


13. Mengobservasi keadaan stoma dan feses yang keluar
14. Menutup lubang colostomy dengan kassa kering
15. Membersihkan daerah sekitar colostomy dengan
menggunakan kassa dan NaCl 0,9%/air sabun hangat
16. Keringkan daerah sekitar colostomy dengan kassa kering
17. Mengolesi daerah sekitar kolostomi dengan salep/vaselin
18. Melilitkan kassa kering di sekitar stoma.
19. Merekatkan colostomy bag dan dapat diperkuat dengan
plester
20. Melepaskan perlak dan pengalas
21. Merapikan pakaian klien
22. Melepas sarung tangan
D. Tahap Terminasi

1. Merapikan klien
2. Melakukan evaluasi tindakan
3. Membaca tahmid dan berpamitan pada klien
4. Merapikan alat
5. Mencuci tangan
6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
5. Unit Terkait 1. S1 Keperawatan
2. DIII Keperawatan

Keperawatan Semester 5 Page 15


2.2 Standart Operasional Prosedur Cara Pemasangan Pispot
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Tindakan Keperawatan : Cara Menggunakan Pispot
1 Pengertian Membantu pasien yang akan buang air besar dan kecil dengan
menggunakan pispot

2 Tujuan  Agar faeces dan urine tidak mengotori pasien


 Mengurangi pergerakan pasien yang harusnya istirahat total
/bedrest
 Untuk mnedapatkan bahan pemeriksaan laboratorium
3 Alat dan  Pot dan tutupnya
Bahan  Selimut mandi
 Perlak dan pengalas
 Botol cebok
 Tissue
 Sarung tangan
4 Prosedur A. Tahap Pra Interaksi

1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada

2. Mencuci tangan

3. Mempersiapkan dan Membawa alat di dekat pasien


dengan benar

B. Tahap Orientasi

1. Memberikan salam dan menyapa nama pasien

2. Menjelaskan tujuan & prosedur tindakan pada


keluarga/klien

Keperawatan Semester 5 Page 16


3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien

C. Tahap Kerja

1. Menutup sampiran / menjaga privacy

2. Memakai sarung tangan

3. Memasang selimut mandi dan menurunkan sprei atas

4. Mengkomunikasikan ke pasien untuk miring atau


mengangkat bokong

5. Membentangkan perlak dan pengalas di bawah bokong


pasien,membuka atau menurunkan pakaian bawah pasien

6. Meminta ke pasien untuk menekuk lututnya kemudian


mengangkat bokong

7. Membuka tutup pot dengan bagian dalam menghadap ke


atas

8. Menempatkan pot dengan hati-hati di bawah bokong


pasien

D. Tahap Terminasi

1. Melakukan evaluasi tindakan

2. Berpamitan dengan klien

3. Membereskan alat-alat

4. Mencuci tangan

5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan


5. Unit Terkait 3. S1 Keperawatan
4. DIII Keperawatan

Keperawatan Semester 5 Page 17


BAB III
PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI ASPEK
KETERLAMPILAN
3.1 Penilaian Keterampilan Perawatan Kolostomi

NO ASPEK YANG DINILAI NILAI


0 1 2
A. ALAT
Bak Instrumen yang berisi :
1. Pinset Anatomi
2. Pinset Chirurgis
3. Gunting Debridemand
4. Kasa Steril
5. Kom: 3 buah

Peralatan lain terdiri dari:


1. Sarung tangan
2. Gunting Plester
3. Plester atau perekat
4. Alkohol 70%/ wash bensin
5. Desinfektant
6. NaCl 0,9%

Keperawatan Semester 5 Page 18


7. Bengkok: 2 buah, 1 buah berisi larutan
desinfektan
8. Perban
9. Obat luka sesuai kebutuhan
B TAHAP PREINTERAKSI
1. Melakukan Verifikasi program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien
dengan benar
C TAHAP INTERAKSI
1. Memberikan salam dan menyapa nama
pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur
tindakan pada keluarga atau klien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum
kegiatan dilakukan.
D TAHAP KERJA
1. Menjaga Privasi klien
2. Mengatur posisi pasien sehingga luka
dapat terlihat jelas
3. Membuka peralatan
4. Memakai sarung tangan
5. Membasahi plaster dengan alkohol atau
wash bensin dan buka dengan
menggunakan pinset
6. Membuka balutan lapis terluar
7. Membersihkan sekitar luka dan bekas
plester
8. Membuka balutan lapis dalam
9. Menekan tepi luka (sepanjang luka)
untuk mengeluarkan pus
10. Melakukan debridement
11. Membersihkan luka dengan
menggunakan cairan NaCl

Keperawatan Semester 5 Page 19


12. Melakukan kompres desinfektant dan
tutup dengan kassa
13. Memasang plester atau perban
14. Merapikan pasien
E TAHAP TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan yang
dilakukan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar/
catatan keperawatan.
Total

Keperawatan Semester 5 Page 20


3.2 Penilaian Keterampilan Pemasangan Pispot

NO ASPEK YANG DINILAI NILAI


0 1 2
A. ALAT
Peralatan lain terdiri dari:
1. Pot dan tutupnya
2. Selimut mandi
3. Perlak dan pengalas
4. Botol cebok
5. Tissue
6. Sarung tangan
B TAHAP PREINTERAKSI
4. Melakukan verifikasi data sebelumnya
bila ada
5. Mencuci tangan
6. Mempersiapkan dan Membawa alat di
dekat pasien dengan benar
C TAHAP INTERAKSI
1. Memberikan salam dan menyapa nama
pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur
tindakan pada keluarga atau klien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum
kegiatan dilakukan.

D TAHAP KERJA
9. Menutup sampiran / menjaga privacy
10. Memakai sarung tangan
11. Memasang selimut mandi dan
menurunkan sprei atas
12. Mengkomunikasikan ke pasien untuk
miring atau mengangkat bokong
13. Membentangkan perlak dan pengalas
di bawah bokong pasien,membuka
atau menurunkan pakaian bawah
pasien

Keperawatan Semester 5 Page 21


14. Meminta ke pasien untuk menekuk
lututnya kemudian mengangkat
bokong
15. Membuka tutup pot dengan bagian
dalam menghadap ke atas
16. Menempatkan pot dengan hati-hati di
bawah bokong pasien
E TAHAP TERMINASI
6. Melakukan evaluasi tindakan
7. Berpamitan dengan klien
8. Membereskan alat-alat
9. Mencuci tangan
10. Mencatat kegiatan dalam lembar
catatan keperawatan
Total

BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Kolostomi adalah Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah
pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991)
Kolostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan
antara colon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat

Keperawatan Semester 5 Page 22


bersifat sementara atau menetap selamanya. (llmu Bedah, Thiodorer Schrock,
MD, 1983).
Pispot adalah sebuah benda yang berbentuk seperti bak atau tabung dilengkapi
dengan pegangan untuk membawanya seperti layaknya gelas. Terbuat dari bahan
stainless steel anti karat dan ada juga yang terbuat dari bahan plastik. Fungsi
pispot tidak lain untuk membantu seseorang yang hendak buang air besar dan
buang air kecil.

Keperawatan Semester 5 Page 23

Anda mungkin juga menyukai