LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi. (Musliha, 2010)
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam.(Padila, 2012)
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak
langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict),
zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation). (Pamela, 2010)
Luka bakar (Burn) adalah kerusakan pada jaringan kulit dan tubuh karena nyala
api, panas, dingin friksi, radiasi (kulit menggelap terbakar matahari), bahan
kimia, atau listrik. Luka bakar biasanya terbagi menjadi tiga kategori, bergantung
pada keparahannya. (Digiulio, 2014)
Pada derajad 1 luka bakar akan sembuh pada waktu yang singkat. Paling
lambat 1 minggu tanpa dilakukan pengobatan apapun, kecuali apabila pada
derajad satu ini penderita kesakitan, bisa diberikan analgesik tetapi analgesik
yang tidak dapat menurunkan suhu tubuh. Ciri luka bakar derajad satu adalah
kulit hanya tampak kemerahan tanpa ada kerusakan jaringan kulit
b. Derajad 2
1) Derajad 2 dangkal (superficial)
Luka bakar derajad dua ini kulit kemerahan, dengan jaringan yang
terkelupas (kerusakan dermis dan epidermis). Organ-organ kulit seperti kelenjar
keringat, folikel rambut, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh, proses
penyembuhan pada darejad dua dalam ini biasanya memerlukan waktu yang lama
tergantung jaringan epitel yang masih tersisa.
c. Derajad 3
Luka bakar derajad tiga ini ditandai dengan seluruh dermis dan epidermis
mengalami kerusakan. Tidak dijumpai rasa nyeri dan kehilangan sensasi, oleh
karena ujung-ujung saraf sensori mengalami kerusakan atau kematian, bahkan
bisa merusak kematian jaringan lemak maupun otot walaupun jaringan tersebut
tidak mengalami nekrosis. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terbentuk
epitelisasi jaringan dari dasar luka yang spontan. Kulit yang terbakar berwarna
D. Etiologi
Etioliogi menurut Musliha (2010) sebagai berikut :
1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn)
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan :
a. Gas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi
jalan nafas akibat edema.
b. Cairan
c. Bahan padat (solid)
2. Luka bakar bahan kimia (Hemical Burn)
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit
dengan asam atau basa kuat. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena
kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan
F. Patofisiologi
Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi,
akibatnya akan merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun pembuluh darah
besar dan akibat dari kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan plasma
sel darah, protein dan albumin, mengalami gangguan fisiologi. Akibatnya
terjadilah kehilangan cairan yang massif, terganggunya cairan di dalam lumen
pembuluh darah. Suhu tinggi juga merusak pembuluh darah yang mengakibatkan
sumbatan pembuluh darah sehingga beberapa jam setelah reaksi tersebut bisa
mengakibatkan radang sistemik, maupun kerusakan jaringan lainnya. Dari kilasan
diatas maka pada luka bakar juga dapat terjadi syok hipovolemik atau burn shock.
G. Manifestasi Klinis
Manifestasi menurut Pamela (2011) :
Kedalaman Dan Bagian Gejala Penampil Perjalanan
Penyebab Luka Kulit an Luka Kesembuh
Bakar Yang an
Terkena
Derajat Satu Epidermi Kesemutan, Memerah Kesembuh
(Superfisial): s hiperestesia , menjadi an
tersengat (supersensivit putih lengkap
matahari, as), rasa nyeri ketika dalam
terkena api mereda jika ditekan waktu
dengan didinginkan minimal satu
intensitas atau minggu,
rendah tanpa terjadi
edema pengelupa
san kulit
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan luka bakar
menurut Padila (2012) sebagai berikut :
1. LED : mengkaji hemokonsentrasi. Nilai normal (L: 15mm/jam; P: <20mm
bakar="" jam="" led.="" luka="" pada="" pasien="" peningkatan="" span=""
terjadi="">
2. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini
terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam
pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
3. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar-X dada untuk mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada cidera inhalasi asap.
4. BUN dan kreatinin untuk mengkaji fungsi ginjal.
5. Urinalisis untuk menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
6. Bronkoskopi untuk membantu memastikan cedera inhalasi asap.
7. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada
luka bakar masif.
8. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
I. Komplikasi
Komplikasi menurut Lalani (2011), sebagai berikut :
1. Infeksi luka
a. Sulit dibedakan dengan penyembuhan luka karena sama-sama terdapat
eritema, edema, nyeri tekan.
b. Jika demam, malaise, atau gejala memburuk, pikirkan kemungkinan
infeksi.
c. Dapat menyebabkan sepsis dan kerusakan luka bakar yang lebih dalam.
d. Perlu dirawat inap dan mendapat antibiotik IV.
2. Sepsis
J. Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada klien dengan luka bakar menurut Padila (2012)
sebagai berikut :
1. Resusitasi A,B,C
a. Pernafasan (Airway)
Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera
pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain
adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang
terbakar, dan sputum yang hitam.
b. Pernafasan (Breathing)
Kaji adanya trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan,
misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae.
c. Sirkulasi (Circulation)
Gangguan permebilitas kapiler : cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra
vaskuler → hipovolemi relatif →syok → ATN → gagal ginjal
2. Infus,kateter, CVP, oksigen, laboratorium, kultur luka.
3. Resusitasi cairan
Cara Baxter merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak
dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus :
a. Dewasa :
Baxter = RL 4cc x BB x % LB
Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan
ringer laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari
jumlah pemberian hari pertama.
b. Anak : jumlah resusitasi + kebutuhan faal :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
PENGERTIAN Melakukan tindakan perawatan terhadap luka bakar
1. Mencegah infeksi pada luka
TUJUAN
2. Mempercepat penyembuhan pada luka
KEBIJAKAN Pasien yang mengalami luka bakar
PETUGAS Perawat
1. Bak instrument yang berisi:
2. Pinset anatomis
3. Pinset chirurgis
4. Gunting debridemand
5. Kassa steril
6. Kom: 3 buah
7. Peralatan lain terdiri dari:
8. Spuit 5 cc atau 10 cc
9. Sarung tangan
10. Gunting plester
11. Plester atau perekat
12. Desinfektant
13. NaCl 0,9%
14. Bengkok 2 buah, 1 buah berisi larutan desinfektant
15. Verband
16. Obat luka sesuai kebutuhan
PERALATAN
A. Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan verifikasi program pengobatan
klien
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan
benar
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan
therapeutic
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
pada klien/keluarga
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privacy
2. Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat
A. Format Penilaian
0 1 2
Tahap Orientasi :
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada
klien/keluarga
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum dilakukan
tindakan
4. Menjelaskan tentang kerahasiaan
Tahap Kerja :
1. Dekatkan alat ke samping pasien
2. Jelaskan tindakan dan tujuan
3. Menjaga privasi klien
4. Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat
jelas.
5. Mencuci tangan secara menyeluruh.
6. Memakai sarung tangan sekali pakai dan lepaskan
plester.
7. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan
menariknya dengan perlahan, sejajar pada kulit dan mengarah
pada balutan (bila masih terdapat plester pada kulit, dapat
dibersihkan dengan kapas alcohol).
8. Membuka balutan dengan hati-hati dengan
menggunakan pinset, bila sulit basahi dengan NaCl 0.9 %.
9. Melakukan debridemand bila terdapat jaringan
nekrotik (bila ada bulla, jangan dipecah tapi dihisap dengan
spuit steril)
10. Bersihkan luka dengan menggunakan NaCl 0.9 %
11. Mengeringkan luka dengan menggunakan kasa steril
12. Memberikan obat topical sesuai order luka
13. Menutup luka dengan kassa steril, kemudian dipasang
verband dan plester.
Tahap Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1 = dikerjakan tidak lengkap / tidak sempurna
2 = dikerjakan dengan benar / sempurna
Penguji
B. Saran
a. Untuk mahasiswa sebaiknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien dengan luka bakar diharapkan mampu memahami konsep dasar luka bakar
serta konsep asuhan keperawatan.
b. Untuk institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang
berkaitan dengan penyakit ini.
c. Diharapkan seorang Perawat agar dapat lebih profesional dengan
pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki sehingga dapat melakuan penanganan
luka bakar dengan cepat dan tepat.