Anda di halaman 1dari 23

BAB I

LANDASAN TEORI

A. Pengertian
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi. (Musliha, 2010)
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam.(Padila, 2012)
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak
langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict),
zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation). (Pamela, 2010)
Luka bakar (Burn) adalah kerusakan pada jaringan kulit dan tubuh karena nyala
api, panas, dingin friksi, radiasi (kulit menggelap terbakar matahari), bahan
kimia, atau listrik. Luka bakar biasanya terbagi menjadi tiga kategori, bergantung
pada keparahannya. (Digiulio, 2014)

B. Fase Luka Bakar


Fase-fase luka bakar menurut Padila (2012) sebagai berikut :
a. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme
bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi
segera atau beberapa saat terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran
pernafasan akibat cidera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi
adalah penyebabkematian utama penderita pada fase akut.
b. Fase sub akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat akibat kontak dengan sumber panas.
Luka yang terjadi menyebabkan :
1) Proses inflamasi dan infeksi.

PERAWATAN LUKA BAKAR | 1


2) Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak
berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ-organ fungsional.
3) Keadaan hipermetabolisme.
c. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka
dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase
ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi,
deformitas dan kontraktur.

C. Klasifikasi Luka Bakar (musliha, 2010)


Klasifikasi menurut Musliha (2010) antara lain :
1. Menurut dalamnya luka bakar
a. Derajad 1

Pada derajad 1 luka bakar akan sembuh pada waktu yang singkat. Paling
lambat 1 minggu tanpa dilakukan pengobatan apapun, kecuali apabila pada
derajad satu ini penderita kesakitan, bisa diberikan analgesik tetapi analgesik
yang tidak dapat menurunkan suhu tubuh. Ciri luka bakar derajad satu adalah
kulit hanya tampak kemerahan tanpa ada kerusakan jaringan kulit

b. Derajad 2
1) Derajad 2 dangkal (superficial)

PERAWATAN LUKA BAKAR | 2


Pada derajad dua ini kulit berwarna merah dan adanya bula (gelembung),
organ kulit seperti kelenjar sebasea, dan kelenjar kulit masih utuh, pada luka
bakar ini terjadi kerusakan epidermis yang ditandai dengan rasa nyeri dan akan
sembuh dalam waktu 10-14 hari, dapat bula diberikan pengompresan dengan
NaCl.
2) Derajad 2 dalam (deep)

Luka bakar derajad dua ini kulit kemerahan, dengan jaringan yang
terkelupas (kerusakan dermis dan epidermis). Organ-organ kulit seperti kelenjar
keringat, folikel rambut, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh, proses
penyembuhan pada darejad dua dalam ini biasanya memerlukan waktu yang lama
tergantung jaringan epitel yang masih tersisa.
c. Derajad 3

Luka bakar derajad tiga ini ditandai dengan seluruh dermis dan epidermis
mengalami kerusakan. Tidak dijumpai rasa nyeri dan kehilangan sensasi, oleh
karena ujung-ujung saraf sensori mengalami kerusakan atau kematian, bahkan
bisa merusak kematian jaringan lemak maupun otot walaupun jaringan tersebut
tidak mengalami nekrosis. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terbentuk
epitelisasi jaringan dari dasar luka yang spontan. Kulit yang terbakar berwarna

PERAWATAN LUKA BAKAR | 3


abu-abu dan pucat. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang
dikenal sebagai eskar.

2. Menurut luas luka bakar


Wallance membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal
dengan nama rule of nine atau rules of wallance yaitu :

a. Kepala dan leher : 9%


b. Lengan masing-masing 9% : 18%
c. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
d. Tungkai masing-masing 18% : 36%
e. Genetalia atau perineum : 1%
Total keseluruhan : 100%
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan
kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena
perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10
untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.

PERAWATAN LUKA BAKAR | 4


3. Berat ringannya luka bakar
a. Persentasi area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
b. Kedalaman luka bakar
c. Anatomi lokasi luka bakar
d. Umur klien
e. Riwayat pengobatan yang lalu
f. Trauma yang menyertai atau bersamaan
American Collage of surgeon dalam Padila (2012) membagi dalam :
a. Parah Critical) :
1) Tingkat II : 30% atau lebih
2) Tingkat III : 10% atau lebih
3) Tingkat III : pada tangan, kaki, dan wajah
4) Dengan adanya komplikasi pernafasan, jantung, fraktur, soft tissue yang luas.
b. Sedang (moderate) :
1) Tingkat II : 15-30%
2) Tingkat III : 1-10%
c. Ringan (minor) :
1) Tingkat II : kurang dari 15%
2) Tingkat III : kurang dari 1%

D. Etiologi
Etioliogi menurut Musliha (2010) sebagai berikut :
1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn)
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan :
a. Gas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi
jalan nafas akibat edema.
b. Cairan
c. Bahan padat (solid)
2. Luka bakar bahan kimia (Hemical Burn)
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit
dengan asam atau basa kuat. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena
kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan

PERAWATAN LUKA BAKAR | 5


rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri,
pertanian dan militer.
3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari
energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi
oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai
mengenai tubuh.
4. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif.
Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada
industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia
kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga
merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

E. Anatomi Fisiologi Kulit


Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai
fungsi sebagai pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya bakteri,
kulit juga mempunyai fungsi utama reseptor yaitu untuk mengindera suhu,
perasaan nyeri, sentuhan ringan dan tekanan, pada bagian stratum korneum
mempunyai kemampuan menyerap air sehingga dengan demikian mencegah
kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dan mempertahankan kelembaban
dalam jaringan subkutan.
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil
metabolisme makanan yang memproduksi energi, panas ini akan hilang melalui
kulit, selain itu kulit yang terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah substansi
yang diperlukan untuk mensintesis vitamin D. kulit tersusun atas 3 lapisan utama
yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan.
1. Lapisan epidermis, terdiri atas :
a. Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya
sudah mati dan mengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak larut yang
membentuk barier terluar kulit dan mempunyai kapasitas untuk mengusir patogen
dan mencegah kehilangan cairan berlebihan dari tubuh.
b. Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada telapak
tangan dan telapak kaki.

PERAWATAN LUKA BAKAR | 6


c. Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti kumparan,
sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit.
d. Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan yang
paling tebal dan terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya
poligonal (banyak sudut dan mempunyai tanduk).
e. Stratum basal/germinatum. Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak
di bagian basal/basis, stratum basal menggantikan sel-sel yang di atasnya dan
merupakan sel-sel induk.
2. Lapisan dermis terbagi menjadi dua yaitu:
a.Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris)
Lapisan ini berada langsung di bawah epidermis dan tersusun dari sel-sel
fibroblas yang menghasilkan salah satu bentuk kolagen.
b. Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis).
Lapisan ini terletak di bawah lapisan papilaris dan juga memproduksi kolagen.
Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar
keringat serta sebasea dan akar rambut.
3. Jaringan subkutan atau hipodermis
Merupakan lapisan kulit yang terdalam. Lapisan ini terutamanya adalah jaringan
adipose yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal
seperti otot dan tu lang. Jaringan subkutan dan jumlah deposit lemak merupakan
faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh. (Pamela, 2011)

F. Patofisiologi
Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi,
akibatnya akan merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun pembuluh darah
besar dan akibat dari kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan plasma
sel darah, protein dan albumin, mengalami gangguan fisiologi. Akibatnya
terjadilah kehilangan cairan yang massif, terganggunya cairan di dalam lumen
pembuluh darah. Suhu tinggi juga merusak pembuluh darah yang mengakibatkan
sumbatan pembuluh darah sehingga beberapa jam setelah reaksi tersebut bisa
mengakibatkan radang sistemik, maupun kerusakan jaringan lainnya. Dari kilasan
diatas maka pada luka bakar juga dapat terjadi syok hipovolemik atau burn shock.

PERAWATAN LUKA BAKAR | 7


Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan agen tersebut. Sebagai conth, pada kasus luka bakar
tersiram air panas pada orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang
panas dari shower dengan suhu 68,90C dapat menimbulkan luka bakar yang
merusak epidermis serta dermis sehingga terjadi cedera derajat- tiga (
fullthickness injury ). Pajanan selama 15 menit dengan air panas yang suhunya
sebesar 56,10C mengakibatkan cedera full-thickness yang serupa. Suhu yang
kurang dari 440C dapat ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa
menyebabkan luka bakar.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor
inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum,
gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka
bakar bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan
ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar
menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya menyebabkan
hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme. (Musliha, 2010)

G. Manifestasi Klinis
Manifestasi menurut Pamela (2011) :
Kedalaman Dan Bagian Gejala Penampil Perjalanan
Penyebab Luka Kulit an Luka Kesembuh
Bakar Yang an
Terkena
Derajat Satu Epidermi Kesemutan, Memerah Kesembuh
(Superfisial): s hiperestesia , menjadi an
tersengat (supersensivit putih lengkap
matahari, as), rasa nyeri ketika dalam
terkena api mereda jika ditekan waktu
dengan didinginkan minimal satu
intensitas atau minggu,
rendah tanpa terjadi
edema pengelupa
san kulit

PERAWATAN LUKA BAKAR | 8


Derajat Dua Epidermi Nyeri, Melepuh, Kesembuh
(Partial- s dan hiperestesia, dasar an dalam
Thickness):tersir bagian sensitif luka waktu 2-3
am air dermis terhadap berbintik- minggu,
mendidih, udara yang bintik pembentu
terbakar oleh dingin merah, kan parut
nyala api epidermis dan
retak, depigment
permukaa asi,
n luka infeksi
basah, dapat
terdapat mengubah
edema nya
menjadi
derajat-
tiga
Derajat Tiga Epidermi Tidak terasa Kering, Pembentu
(Full- s, nyeri, syok, luka kan eskar,
Thickness):terba keseluruh hematuria bakar diperlukan
kar nyala api, an dermis (adanya darah berwarna pencangk
terkena cairan dan dalam urin) putih okan,
mendidih dalam kadang- dan seperti pembentu
waktu yang kadang kemungkinan bahan kan parut
lama, tersengat jaringan pula hemolisis kulit atau dan
arus listrik subkutan (destruksi sel gosong, hilangnya
darah merah), kulit kontur
kemungkinan retak serta
terdapat luka dengan fungsi
masuk dan bagian kulit,
keluar (pada lemak hilangnya
luka bakar yang jari tangan
listrik) tampak, atau
terdapat ekstremita

PERAWATAN LUKA BAKAR | 9


edema s dapat
terjadi

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan luka bakar
menurut Padila (2012) sebagai berikut :
1. LED : mengkaji hemokonsentrasi. Nilai normal (L: 15mm/jam; P: <20mm
bakar="" jam="" led.="" luka="" pada="" pasien="" peningkatan="" span=""
terjadi="">
2. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini
terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam
pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
3. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar-X dada untuk mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada cidera inhalasi asap.
4. BUN dan kreatinin untuk mengkaji fungsi ginjal.
5. Urinalisis untuk menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
6. Bronkoskopi untuk membantu memastikan cedera inhalasi asap.
7. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada
luka bakar masif.
8. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.

I. Komplikasi
Komplikasi menurut Lalani (2011), sebagai berikut :
1. Infeksi luka
a. Sulit dibedakan dengan penyembuhan luka karena sama-sama terdapat
eritema, edema, nyeri tekan.
b. Jika demam, malaise, atau gejala memburuk, pikirkan kemungkinan
infeksi.
c. Dapat menyebabkan sepsis dan kerusakan luka bakar yang lebih dalam.
d. Perlu dirawat inap dan mendapat antibiotik IV.
2. Sepsis

PERAWATAN LUKA BAKAR | 10


3. Syok akibat luka bakar
4. Edema akibat luka bakar
5. Eskarotomi
6. Rabdomiolisis
7. Cidera inhalasi
8. Hipermetabolisme

J. Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada klien dengan luka bakar menurut Padila (2012)
sebagai berikut :
1. Resusitasi A,B,C
a. Pernafasan (Airway)
Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera
pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain
adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang
terbakar, dan sputum yang hitam.
b. Pernafasan (Breathing)
Kaji adanya trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan,
misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae.
c. Sirkulasi (Circulation)
Gangguan permebilitas kapiler : cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra
vaskuler → hipovolemi relatif →syok → ATN → gagal ginjal
2. Infus,kateter, CVP, oksigen, laboratorium, kultur luka.
3. Resusitasi cairan
Cara Baxter merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak
dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus :
a. Dewasa :
Baxter = RL 4cc x BB x % LB
Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan
ringer laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari
jumlah pemberian hari pertama.
b. Anak : jumlah resusitasi + kebutuhan faal :

PERAWATAN LUKA BAKAR | 11


RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB
d. Kebutuhan faal :
< 1 tahun : BB x 100 cc
1-3 tahun : BB x 75 cc
3-5 tahun : BB x 50 cc
4. Monitor urine dan JVP
5. Topikal dan tutup luka :
a. Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% (1 : 30) + buang jaringan nekrotik
b. Tulle
c. Silver sulfat diazin tebal
d. Tutup kasa tebal
e. Evaluasi 5-7 hari kecuali balutan kotor
6. Obat-obatan :
a. Antibiotika : tidak diberikan jika pasien datang kurang dari 6 jam sejak
kejadian.
b. Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil
kultur.
c. Analgetik : kuat (morfin, petidin)
d. Antasida : kalo perlu

PERAWATAN LUKA BAKAR | 12


BAB II
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
A. SOP

PERAWATAN LUKA BAKAR

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
PENGERTIAN Melakukan tindakan perawatan terhadap luka bakar
1. Mencegah infeksi pada luka
TUJUAN
2. Mempercepat penyembuhan pada luka
KEBIJAKAN Pasien yang mengalami luka bakar
PETUGAS Perawat
1. Bak instrument yang berisi:
2. Pinset anatomis
3. Pinset chirurgis
4. Gunting debridemand
5. Kassa steril
6. Kom: 3 buah
7. Peralatan lain terdiri dari:
8. Spuit 5 cc atau 10 cc
9. Sarung tangan
10. Gunting plester
11. Plester atau perekat
12. Desinfektant
13. NaCl 0,9%
14. Bengkok 2 buah, 1 buah berisi larutan desinfektant
15. Verband
16. Obat luka sesuai kebutuhan
PERALATAN
A. Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan verifikasi program pengobatan
klien
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan
benar
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan
therapeutic
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
pada klien/keluarga
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privacy
2. Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat

PERAWATAN LUKA BAKAR | 13


terlihat jelas
3. Membuka peralatan
4. Memakai sarung tangan
5. Membuka balutan dengan hati-hati, bila sulit
basahi dengan NaCl 0,9%

6. Membersihkan luka dengan menggunakan


NaCl 0,9%
7. Melakukan debridemand bila terdapat jaringan
nekrotik. (Bila ada bula jangan dipecah, tapi dihisap dengan
spuit steril setelah hari ke-3)
8. Membersihkan luka dengan NaCl 0,9%
9. Mengeringkan luka dengan mengguanakan
kassa steril
10. Memberikan obat topical sesuai order pada
luka
PROSEDUR 11. Menutup luka dengan kassa steril, kemudian
PELAKSANAAN dipasang verband dan diplester
12. Memasang verband dan plester
13. Merapikan pasien
D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat
semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan

B. Intervensi dan Rasional


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.
Tujuan : Pasien dapat mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan
KH : menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, Ekspresi wajah
dan postur tubuh rileks

PERAWATAN LUKA BAKAR | 14


Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Berikan analgesik narkotik 1. Analgesik narkotik
yang diresepkan dan sedikitnya diperlukan untuk memblok nyeri
30 menit sebelum prosedur 2. Absorbsi obat IM buruk pada
perawatan luka pasien, dengan luka bakar luas
2. Evaluasi keefektifannya yang disebabkan oleh
3. Anjurkan analgesik IV bila perpindahan interstitial berkenaan
luka bakar luas dengan peningkatan permeabilitas
4. Pertahankan pintu kamar kapiler
tertutup, tingkatkan suhu 3. panas dan air hilang melalui
ruangan dan berikan selimut jaringan luka bakar,
ekstra untuk memberikan menyebabkan hipotermia
kehangatan 4. tindakan eksternal ini
5. Bantu dengan pengubahan membantu menghemat
posisi setiap 2 jam bila kehilangan panas
diperlukan 5. menghilangkan tekanan pada
tonjolan tulang dependen

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.


Tujuan : Pasien dapat mendemonstrasikan status cairan dan biokimia
membaik.
KH : Tak ada manifestasi dehidrasi, Elektrolit serum dalam batas normal,
haluaran urine diatas 30 ml/jam.
Intervensi Rasional
1. Awasi tanda vital, CVP, 1. Memberikan pedoman untuk
perhatikan kapiler menggantikan cairan dan mengkaji
2. Awasi pengeluaran urine respon kardiovaskuler
dan berat jenisnya 2. Penggantian cairan dititrasi
3. Observasi warna urine dan untuk meyakinkan rata-rata
hemates sesuai indikasi pengeluaran urine 30-50cc/jam
4. Resolusi oedema perkirakan pada orang dewasa
drainase luka dan kehilangan 3. Urine berwarna merah pada

PERAWATAN LUKA BAKAR | 15


yang tampak kerusakan otot masif karena adanya
5. Timbang berat badan setiap darah dan keluarnya mioglobin
hari, ukur lengan, ekstremitas 4. Permeabilitas kapiler,
yang terbakar tiap hari sesuai perpindahan protein, proses
indikasi inflamasi dan kehilangan cairan
6. Kolaborasi dengan tim 5. Penggantian cairan tergantung
medis : awasi hasil pemeriksaan pada berat badan pertama dan
perubahan selanjutnya
memperkirakan luasnya oedema
6. Observasi ketat fungsi ginjal
dan mencegah statis atau reflek
urine memungkinkan infus cairan
cepat

3. Perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan atau interupsi aliran darah


arteri / vena.
Tujuan : aliran darah pasien ke jaringan perifer adekuat
KH : nadi perifer teraba dengan kualitas dan kekuatan yang sama
pengisian kapiler baik warna kulit normal tidak sianosis
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji warna, sensasi, gerakan, 1 Pembentukan edema dapat
dan nadi perifer. terjadi secara cepat menekan PD
sehingga mempengaruhi sirkulasi
PD ke jaringan perifer.
2. Tinggikan ekstremitas yang 2 Untuk meningkatkan aliran
sakit. balik vena dan dapat menurunkan
edema.
3. Ukur TD pada ektremitas 3 Untuk mengetahui kekuatan
yang mengalami luka bakar. aliran darah ke daerah yang
mengalami luka bakar.
4. Dorong latihan gerak aktif. 4 Untuk meningkatkan sirkulasi
darah lokal dan sistemik.
5. Lakukan kolaborasi dalam 5 Untuk meningkatkan volume
mempertahankan penggantian sirkulasi dan perfusi jaringan.
cairan. 6 Mengawasi terjadinya
6. Kolaborasi dalam mengawasi penurunan curah jantung.
elektrolit terutama natrium, kalium, 7 Perubahan perfusi jaringan
dan kalsium. dan pembentukan edema

PERAWATAN LUKA BAKAR | 16


7. Lakukan kolaborasi untuk mengganggu absorpsi obat.
menghindari injeksi IM atau SC.

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit


lapisan kulit.
Tujuan : Menunjukkan regenerasi jaringan
KH : Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar.
Intervensi Rasional
1. Kaji/catat ukuran, warna, 1. Memberikan informasi dasar
kedalaman luka, perhatikan jaringan tentang kebutuhan penanaman kulit
nekrotik dan kondisi sekitar luka. dan kemungkinan petunjuk tentang
sirkulasi pada aera graft.

2. Lakukan perawatan luka bakar 2. Menyiapkan jaringan untuk


yang tepat dan tindakan kontrol penanaman dan menurunkan resiko
infeksi. infeksi/kegagalan kulit.

3. Kain nilon/membran silikon


3. Pertahankan penutupan luka mengandung kolagen porcine
sesuai indikasi. peptida yang melekat pada
permukaan luka sampai lepasnya
atau mengelupas secara spontan
kulit repitelisasi.

4. Tinggikan area graft bila 4. Menurunkan pembengkakan


mungkin/tepat. Pertahankan posisi /membatasi resiko pemisahan graft.
yang diinginkan dan imobilisasi Gerakan jaringan dibawah graft
area bila diindikasikan. dapat mengubah posisi yang
mempengaruhi penyembuhan
optimal.

5. Pertahankan balutan diatas 5. Area mungkin ditutupi oleh


area graft baru dan/atau sisi donor bahan dengan permukaan tembus
sesuai indikasi. pandang tak reaktif.

6. Kulit graft baru dan sisi


6. Cuci sisi dengan sabun ringan, donor yang sembuh memerlukan
cuci, dan minyaki dengan krim, perawatan khusus untuk
beberapa waktu dalam sehari, mempertahankan kelenturan.
setelah balutan dilepas dan
penyembuhan selesai. 7. Graft kulit diambil dari kulit
orang itu sendiri/orang lain untuk

PERAWATAN LUKA BAKAR | 17


7. Lakukan program kolaborasi : penutupan sementara pada luka
Siapkan / bantu prosedur bakar luas sampai kulit orang itu
bedah/balutan biologis. siap ditanam.

PERAWATAN LUKA BAKAR | 18


BAB III
LEMBAR OBSERVASI

A. Format Penilaian

FORMAT PENILAIAN KETERAMPILAN


PERAWATAN LUKA BAKAR

1. Pengertian : Melakukan tindakan perawatan terhadap luka


bakar
2. Tujuan :
a. Infeksi pada luka
b. Mempercepat penyembuhan pada luka
3. Indikasi : pasien luka bakar
4. Penilaian :

ASPEK YANG DINILAI NILAI

0 1 2

Persiapan atau Pelaksanaan :


1. Persiapan Pasien
 Memperkenalkan diri (kontrak)
 Meminta pengunjung meninggalkan ruangan
 Menjelaskan tujuan
 Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Mengatur posisi pasien
2. Persiapan Lingkungan
 Menutup pintu atau memasang sampiran
3. Persiapan Alat
 Bak instrument yang berisi :
 Pinset anatomis
 Pinset sirurgis
 Gunting debridement
 Kasa steril
 Kom 3 buah
 Peralatan lain terdiri dari :
 Spuit 5 cc atau 10 cc
 Sarung tangan steril
 Sarung tangan sekali pakai
 Gunting plester

PERAWATAN LUKA BAKAR | 19


 Plester atau perekat
 Desinfektan
 NaCl 0,9 %
 Bengkok 2 buah, 1 buah berisi larutan desinfektan
 Verband
 Obat luka sesuai kebutuhan atau yang diresepkan
 Perlak pengalas
 Selimut mandi
 Korentang
 Kantong plastic
 Kapas alcohol
Tahap Prainteraksi :
1. Melakukan verifikasi program pengobatan klien
2. Mencuci tangan
3. Mempersiapkan alat

Tahap Orientasi :
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada
klien/keluarga
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum dilakukan
tindakan
4. Menjelaskan tentang kerahasiaan

Tahap Kerja :
1. Dekatkan alat ke samping pasien
2. Jelaskan tindakan dan tujuan
3. Menjaga privasi klien
4. Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat
jelas.
5. Mencuci tangan secara menyeluruh.
6. Memakai sarung tangan sekali pakai dan lepaskan
plester.
7. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan
menariknya dengan perlahan, sejajar pada kulit dan mengarah
pada balutan (bila masih terdapat plester pada kulit, dapat
dibersihkan dengan kapas alcohol).
8. Membuka balutan dengan hati-hati dengan
menggunakan pinset, bila sulit basahi dengan NaCl 0.9 %.
9. Melakukan debridemand bila terdapat jaringan
nekrotik (bila ada bulla, jangan dipecah tapi dihisap dengan
spuit steril)
10. Bersihkan luka dengan menggunakan NaCl 0.9 %
11. Mengeringkan luka dengan menggunakan kasa steril
12. Memberikan obat topical sesuai order luka
13. Menutup luka dengan kassa steril, kemudian dipasang
verband dan plester.

PERAWATAN LUKA BAKAR | 20


14. Rapikan alat dan bantu pasien pada posisi yang
nyaman
15. Cuci tangan
Tahap Terminasi :
1. Menanyakan perasaan pasien setelah dilakukan
tindakan.
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang telah dilakukan.
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya.
4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan
pasien.
5. Berpamitan pada pasien.
6. Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Tahap Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1 = dikerjakan tidak lengkap / tidak sempurna
2 = dikerjakan dengan benar / sempurna

Cianjur, 18 Oktober 2018

Penguji

PERAWATAN LUKA BAKAR | 21


BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama
terhadapkemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi,
mencegahkehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ
eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra
tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang
sebagian besar dapat dicegah
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang
beratmemperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan
cederaoleh sebab lain .Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya.
Penyebab lukabakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena
pajanan suhutinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat
tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah
tangga.
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh
(flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat
sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari.

B. Saran
a. Untuk mahasiswa sebaiknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien dengan luka bakar diharapkan mampu memahami konsep dasar luka bakar
serta konsep asuhan keperawatan.
b. Untuk institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang
berkaitan dengan penyakit ini.
c. Diharapkan seorang Perawat agar dapat lebih profesional dengan
pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki sehingga dapat melakuan penanganan
luka bakar dengan cepat dan tepat.

PERAWATAN LUKA BAKAR | 22


DAFTAR PUSTAKA
Digiulio, Marry. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Rapha Publishing
Kartikawati, Dewi. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Gawat Darurat Jilid 1.
Jakarta:
Salemba Medika
Musliha. (2010). Perawatan Gawat Darurat Dengan Pendekatan NANDA NIC-
NOC.
Yogyakarta: Nuha Medika
Nurarif, Amin Huda. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA
NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing
Oman, Kathleen S. (2008). Panduan Belajar Keperawatan Emergenci. Jakarta:
EGC
Padila. (2012). Perawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
Patty, Pamela. (2010). Pedoman Keperawatan Emergency. Jakarta: EGC

PERAWATAN LUKA BAKAR | 23

Anda mungkin juga menyukai