Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

KOLOSTOMI
DI RUANG 21 RSUD. Saiful Anwar Malang

Disusun Oleh:
BADRIYANTI
201710300511051

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
A. Pengertian
Kolostomi adalah membuat ostomi di kolon, dibentuk bila usus tersumbat oleh tumor
(Harahap, 2006). Kolostomi adalah Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli
bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991).
Kolostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara colon
dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat bersifat sementara atau
menetap selamanya. (llmu Bedah, Thiodorer Schrock, MD, 1983).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa colostomi merupakan suatu membuatan
lubang di dinding perut dengan tujuan untuk mengeluarkan faces dapat bersifat sementara
ataupun permanen.
Kolostomi merupakan Suatu tindakan membuat lubang pada kolon tranversum
kanan maupun kiri Atau kolonutaneustomi yang disebut juga anus prenaturalis yang dibuat
sementara atau menetap. Kolostomy pada bayi dan anak hampir selalu merupakan tindakan
gawat darurat, sedang pada orang dewasa merupakan keadaan yang pathologis. Kolostomy
pada bayi dan anak biasanya bersifat sementara. Kolostomi dapat menimbulkan komplikasi
dan perubahan konsep diri pasien.
1. Kolostomi temporer/ sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk
mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti
semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua
ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double
barrel. Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa
kemerahan yang disebut STOMA. Pada minggu pertama post kolostomi
biasanya masih terjadi pembengkakan sehingga stoma tampak membesar.
Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan
laparotomi (pembukaan dinding abdomen). Luka laparotomi sangat beresiko
mengalami infeksi karena letaknya bersebelahan dengan lubang stoma yang
kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka
laparotomi, perawat harus selalu memonitor kondisi luka dan segera merawat
luka dan mengganti balutan jika balutan terkontaminasi feses. Perawat harus
segera mengganti kantong kolostomi jika kantong kolostomi telah terisi feses
atau jika kontong kolostomi bocor dan feses cair mengotori abdomen. Perawat
juga harus mempertahankan kulit pasien disekitar stoma tetap kering, hal ini
penting untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit dan untuk kenyamanan
pasien. Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zink salep
atau konsultasi pada dokter ahli jika pasien alergi terhadap perekat kantong
kolostomi. Pada pasien yang alergi tersebut mungkin perlu dipikirkan untuk
memodifikasi kantong kolostomi agar kulit pasien tidak teriritasi.
2. Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah
tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan,
perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak
memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa
kolostomi single barrel ( dengan satu ujung lubang)

a) Berdasarkan lubang kolostomi di bagi menjadi 3 :


1. Single barreled stoma
Yaitu dibuat dari bagian proksimal usus. Segmen distal dapat dibuang atau
ditutup.
2. Double barreled
Biasanya meliputi kolon transversum. Kedua ujung kolon yang direksesi
dikeluarkan melalui dinding abdominal mengakibatkan dua stoma.Stoma distal
hanya mengalirkan mukus dan stoma proksimal mengalirkan feses.
3. Kolostomi lop-lop
Yaitu kolon transversum dikeluarkan melalui dinding abdomen dan diikat
ditempat dengan glass rod.Kemudian 5-10 hari usus membentuk adesi pada
dinding abdomen, lubang dibuat dipermukaan terpajan dari usus dengan
menggunakan pemotong.
B. Etiologi
Penyebab pasti masih belum diketahui, tetapi beberapa kondisi yang dikenal
sebagai sindrom poliposis adenomatosa memiliki predisposisi lebih besar menjadi resiko
kanker kolon (dragovich, 2009).
Sebagian besar kanker kolon muncul dari polip adenomatosa yang menutupi
dinding sebelah dalam usus besar. seiring waktu, pertumbuhan abnormal ini memperbesar
dan akhirnya berkembang menjadi adenokarsinoma. Dalam kondisi ini, banyak
adenomatosa mengembangkan polip dikolon, yang pada akhirnya menyebabkan kanker
usus besar. kanker biasanya terjadi sebelum usia 40 tahun. sindrom adenomatosa poliposis
cenderung berjalan dalam keluarga. faktor lain yang beresiko tinggi mengembangkan
kanker kolon, meliputi hal-hal berikut :
1. Kolitis useratif atau penyakit chron (blik, 2000)
2. kanker payudara, kanker rahim atau ovarium sekarang atau di masa lalu.
3. obesistas telah diidentifikasi sebagai faktor resiko kanker usus besar
4. merokok telah jelas dikaitkan dengan resiko yang lebih tinggi untuk kanker usus
besar.
C. Patofisiologi
1. Proses Perjalanan Penyakit
Klien yang mengalami kelainan pada usus seperti: obstruksi usus, kanker kolon,kolitis
ulceratif, penyakit Divertikuler akan dilakukan pembedahan yang disebut dengan
kolostomi yaitu lubang dibuat dari segmen kolon ( asecenden, tranversum dan sigmoid ).
Lubang tersebut ada yang bersifat sementara dan permanen.Kolostomi asenden dan
transversum bersifat sementara, sedangkan kolostomi sigmoid bersifat permanen.
Kolostomi yang bersifat sementara akan dilakukan penutupan.
D. Manifestasi Klinis
a. Nyeri abdomen
b. Muntah
c. Obstipasi/ diare
d. Perut kembung
e. Kejang hilang timbul
E. Komplikasi
a) Prolaps, merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan kulit
Prolaps dapat dibagi 3 tingkatan:
1. Penonjolan seluruh dinding colon termasuk peritonium kadang-kadang sampat
loop ilium.
2. Adanya strangulasi dan nekrosis pada usus yang mengalami penonjolan
3. Prolaps dapat terjadi oleh adanya faktor-faktor peristaltik usus meningkat,
fixasi usus tidak sempurna, mesocolon yang panjang, tekanan intra abdominal
tinggi, dinding abdomen tipis dan tonusnya yang lemah serta kemungkinan
omentum yang pendek dan tipis.
b) Iritasi Kulit
Hal ini terutama pada colostomy sebelah kanan karena feces yang keluar
mengandung enzim pencernaan yang bersifat iritatif. Juga terjadi karena cara
membersihkan kulit yang kasar, salah memasang kantong dan tidak tahan akan
plaster.
c) Diare
Makin ke proksimal colostominya makin encer feces yang keluar. Pada sigmoid
biasanya normal.
d) Stenosis Stoma
Kontraktur lumen terjadi penyempitan dari celahnya yang akan mengganggu pasase
normal feses.
e) Eviserasi
Dinding stoma terlepas dari dinding abdomen sehingga organ intra abdomen keluar
melalui celah.
f) Obstruksi/ penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya
pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan,
pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan
kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat
melakukannya sendiri di kamar mandi.
g) Infeksi
Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering menjadi penyebab
terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus
menerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan
mengganti kantong kolstomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.
h) Retraksi stoma/ mengkerut
Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan
juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami
pengkerutan.
i) Prolaps pada stoma
Prolaps merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan kulit.
Stenosis Penyempitan dari lumen stoma.
j) Perdarahan stoma
k) Hernia Paracolostomy
l) Pendarahan Stoma
m) lnfeksi luka operasi
n) Retraksi : karena fixasi yang kurang sempurna
o) Sepsis dan kematian
Untuk mencegah komplikasi, diperlukan colostomi dengan teknik benar
serta perawatan pasca bedah yang baik, selain itu pre-operatif yang memadai.

4. Klasifikasi Kolostomi
a. Jenis Kolostomi Berdasarkan Bentuk Kolostomi
1) Loop Colostomy
Biasanya dilakukan dalam kondisi kedaruratan medis yang nantinya
kolostomi tersebut akan ditutup. Jenis kolostomi ini biasanya mempunyai stoma
yang berukuran besar, dibentuk di kolon transversal, dan bersifat sementara.
2) End Colostomy
Terdiri dari satu stoma, yang dibentuk dari ujung proksimal usus dengan
bagian distal saluran GI dapat dibuang atau dijahit tertutup (disebut Kantong
Hartman) dan dibiarkan didalam rongga abdomen, end colostomy merupakan
hasil terapi bedah pada kanker kolorektal.
3) Double-Barrel Colostomy
Terdiri dari dua stoma yang berbeda yaitu stoma proksimal yang berfungsi
dan stoma distal yang tidak berfungsi.
b. Jenis Kolostomi berdasarkan sifat kolostomi
1) Kolostomi sementara dibuat misalnya pada penderita gawat perut dengan peritoritis
yang telah dilakukan reseksi sebagian kolon.
2) Kolostomi tetap dibuat pada reseksi rektoanal abdominoperineal menurut quenu-milles
berupa anus preternaturalis
F. Penatalaksanaan
1. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2. Meningkatkan kenyamanan.
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4. Mencegah komplikasi.
5. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan.
G. Pathway
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KOLOSTOMI

1.    Pengkajian
a.    Keadaan stoma :
1)   Warna stoma (normal warna kemerahan).
2)   Tanda-tanda perdarahan (perdarahan luka operasi).
3)   Tanda-tanda peradangan (tumor, rubor, color, dolor, fungsi laese).
4)   Posisi stoma.
b.    Apakah ada perubahan eliminasi tinja :
1)   Konsistensi, bau, warna feces.
2)   Apakah ada konstipasi / diare ?
3)   Apakah feces tertampung dengan baik ?
4)   Apakah pasien/ keluarga dapat mengurus feces sendiri ?
c.    Apakah ada gangguan rasa nyeri :
1)   Keluhan nyeri ada/ tidak.
2)   Hal-hal yang menyebabkan nyeri.
3)   Kualitas nyeri.
4)   Kapan nyeri timbul (terus menerus / berulang).
5)   Apakah pasien gelisah atau tidak.
d.   Apakah kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi
1)   Tidur nyenyak/ tidak.
2)   Apakah stoma mengganggu tidur/tidak.
3)   Adakah faktor lingkungan mempersulit tidur.
4)   Adakah faktor psikologis mempersulit tidur ?
e. Bagaimana konsep diri pasien ?
1)   Bagaimana persepsi pasien terhadap: identitas diri, harga diri, ideal diri, gambaran diri, &
peran.
f.  Apakah ada gangguan nutrisi :
1)   Bagaimana nafsu makan klien.
2)   BB normal atau tidak.
3)   Bagaimana kebiasaan makan pasien.
4)   Makanan yang menyebabkan diare.
5)   Makanan yang menyebabkan konstipasi.
g. Apakah pasien seorang yang terbuka ?
1)   Maukah pasien mengungkapkan masalahnya.
2)   Dapatkah pasien beradaptasi dgn lingkungan setelah tahu bagian tubuhnya diangkat.

F.     Diagnosa Keperawatan
1)        Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
2)        Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan pemasangan kolostomi
3)        Gangguan konsep diri/citra diri berhubungan dengan perubahan anatomis
4)        Gangguan istirahat tidur berhubungna dengan luka insisi akibat tindakan colostomy
5)        Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya luka pasca bedah di abdomen
6)        Nutrisi kuarang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat
G.    Intervensi keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN/KH INTERVENSI RASIONAL

Gangguan rasa TUJUAN: 1. Kaji keluhan dan skala nyer 1.Untuk mengetahui sifat 


nyaman nyeri Diharapkan rasa nyeri i dan tingkat nyeri
berhubungan berkurang/hilang 2. Motivasi untuk melakukan sehingga memudahkan 
dengan trauma KH: tekhnik pengaturan nafas dalam memberikan
jaringan -  Skala nyeri 0-10 dan mengalihkan perhatian tindakan
-  Wajah tampak rilek 3. Hindari sentuhan seminimal 2.      Relaksasi dan
mungkin untuk mengurangi retraksi dapat
rangsangan nyeri mengurangi
4.  Pertahankan puasa rangsangan nyeri 
5.  Berikan analgetik sesuai 3.      Sentuhan dapat
dengan program medis meningkatkan
rangsangan nyeri
4.      Untuk
mengistirahatkan usus 
5.      Analgesik
membantu memblok
jaras nyeri 
Kerusakan intregitas Tujuan : 1.      Jelaskan pentingnya 1.      Meningkatkan
kulit berhubungan  dapat merawat luka pada pasien pengetahuan pasien
dengan pemasangan mempertahankan kolostomi tentang kondisinya dan
kolostomi integritas kulit 2.      Observasi luka, catat tindakan yang akan
Kriteria hasil : karakteristik drainase dilakukan
-          Iritasi 3.      Kosongkan irigasi dan 2.      Perdarahan pasca
berkurang bersihkan kantong operasi terjadi selama
-          Luka kering . kolostomi secara ritun 48 jam pertama,
4.      Kolaborasi pemberian dimana infeksi dapat
antibiotik terjadi
3.      Menghilangkan
bakteri dan
mengurangi resiko
infeksi
4.      Mengurangi
resiko infeksi
Gangguan konsep Tujuan : 1.      Catat perilaku 1.      Dengan masalah
diri/citra diri Menyatakan menarik diri, peningkatan pada penilaian yang
berhubungan dengan penerimaan diri sesuai ketergantungan, dapat memerlukan
perubahan anatomis situasi manipulasi/tidak terlibat evaluasi lebih lanjut
dalam perawatan dan terapi lebih dekat
Kriteria hasil : 2.      Berikan kesempatan 2.      Menyentuh stoma
-          Menerima pada pasien atau orang menyakinkan
perubahan kedalam terdekat untuk memandang pasien/keluarga bahwa
konsep diri tanpa atau menyentuh stoma, hal itu tidak mudah
harga diri yang gunakan kesempatan untuk rusak dan gerakan pada
negative memberikan tanda positif stoma merupakan
-         Menunjukkan tentang penyembuhan peristaltic yang normal
penerimaan dengan penampilan normal dsb. 3.      Ketergantungan
melihat / menyentuh Tingkatkan pasien bahwa pada perawatan diri
stoma dan penerimaan memerlukan membantu untuk
berpartisipasi dalam waktu, baik secara fisik dan memperbaiki
perawatan diri emosi kepercayan diri dan
-         Menyatakan 3.      Berikan kesempatan penerimaan situasi
perasaan tentang pasien menerima kolostomi 4.      Meningkatkan
stoma / penyakit melalui partisipasi rasa control dan
Mulai menerima perawatan diri memberikan pesan
situasi secara 4.      Jadwalkan aktivitas pada pasien bahwa ia
konstruktif perawatan dengan pasien dapat menangani
masalah tersebut,
meningkatkan harga
diri
Gangguan istirahat Tujuan : 1.      Jelaskan perlunya 1.      Pasien lebih
tidur berhubungna Kebutuhan istirahat pengawasan fungsi usus dapat mentoleransi
dengan luka insisi dan tidur terpenuhi. dalam operasi awal gangguan dari staf bila
akibat tindakan Kriteria Evaluasi : 2.      Berikan system ia memahami alas
colostomy -          KIien dapat kantong adekuat, an/pentingnya
tidur tenang (6-8 jam kosongkan kantong perawatan
sehari). sebelum tidur, bila perlu 2.      Flatus/feses
-          Tidak ada pada jadwal yang teratur berlebihan terjadi
faktor lingkungan dan 3.      Biarka pasien meski diintervensi,
psikologis yang mengetahui bahwa stoma pengosongan pada
mempersulit tidur. tidak akan cedera bila tidur jadwal teratur
-          Klien kelihatan 4.      Dukung kelanjutan meminimalkan
segar (tidak kebiasaan ritual sebelum kebocoran
mengantuk). tidur 3.      Pasien akan
5.      Kolaborasi berikan mampu beristirahat
analgesic, sedative saat lebih baik bila merasa
tidur aman tentang
kolostomi stomanya
4.      Nyeri
mempengaruhi
kemampuan pasien
untuk jatuh/tetap tidur.
Obat yang tepat waktu
dapat meningkatkan
istirahat/tidur selama
periode awal pasca
operasi. Catat jaras
nyeri pada otak ada
dipusat tidur dan dapat
memmpengaruhi
pasien menjadi
terbangun
Intoleransi aktivitas Tujuan : 1.      Jelaskan pentingnya 1.      Gerakan
berhubungan dengan Diharapkan pasien gerakan/aktivitas bagi mengurangi spasme
adanya luka pasca dapat melaukan pasien otot akibat bedrest
bedah di abdomen aktivitas sesuai 2.      Bantu dan latih pasien 2.      Meningkatkan
kondisinya untuk melakukan rasa kepercayaan dan
KH: aktivitas/gerakan meminimal resiko
-          Px mampu 3.      Ubah posisi secara dekubitus
mika-miki tanpa periodic sesuai kondisi 3.      Perubahan posisi
bantuan pasien menurunkan insiden
-          Px dapat duduk 4.      Motivasi pasien untuk komplikasi kulit
sendiri tetap melakukan latihan 4.      Meningkatkan
rasa percaya diri dan
untuk semangat
sembuh
Nutrisi kurang dari Tujuan : 1.      Jelaskan pentingnya 1.      Nutrisi dapat
kebutuhan Diharapkan nafsu nutrisi pada pasien mempercepat
berhubungan dengan makan pasien 2.      Jelaskan makanan penyembuhan luka
asupan nutrisi tidak meningkat yang dianjurka dan yang 2.      Mencegah
adekuat KH: dipantangkan kondisi yang buruk
-          Bebas tanda 3.      Monitor makanan pada pasien
malnutrisi dalam porsi sedikit tapi 3.      Menurunkan
-           Pola makan 3 sering resiko mual, muntah
kali sehari 4.      Monitor makanan- 4.      Mencegah
makanan yang dikonsumsi timbulnya keracunan
5.      Kolaborasi dengan makanan atau kondisi
ahli gizi pasien yang buruk
5.      Membantu
mengkaji kebutuhan
nutrisi pasien dalam
perubahan pencernaan
dan funngsi usus

H.    Evaluasi
hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
1.    Informasi kesehatan terpenuhi
2.    Tidak mengalami injuri pascaprosedur bedah reseksi kolon
3.    Nyeri berkurang atau teradaptasi
4.    Intake nutrisi optimal sesuai tingkat toleransi individu
5.    Infeksi luka operasi tidak terjadi
6.    Kecemasan berkurang
7.    Peningkatan konsep diri atai gambaran diri
8.    Peningkatan aktivitas

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth.2001.  Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 vol 2.


Jakarta: EGC
Effendi, Nasrul. 1998.  Dasar Keperawatan  Edisi 2. Jakarta: EGC
Hariana, Drs H. Arif. 2005. Resep Mengobati Penyakit Swadaya
LEMBAR PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TN D DENGAN DIAGNOSA


MEDIS POST SC KOLOSTOMI
DI RUANG 21 RS SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh:

Nama : BADRIYANTI

NIM : 201710300511051

PRODI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MALANG

2020
FORMAT PENGUMPULAN DATA UMUM KEPERAWATAN
Tgl Pengkajian : 25 Maret 2020 No.Register : 8126xxx
Jam pengkajian : - Tgl Mrs : 24 Maret 2020
Ruang : 21 RSSA Kelompok : 21

I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien 2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. D Nama : Ny. Y
Umur : 45 Thn Umur : 28 Thn
Jenis Kelamin : L Jenis Kelamin : P
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SDN Pekerjaan : IRT
Pekerjaan : Guru SD Alamat : Merjosari
Gol. Darah : O Hubungan dengan Klien :
Anak
Alamat : Merjosari

II. KELUHAN UTAMA


1. Keluhan Utama Saat MRS
Klien mengatakan tidak nafsu makan, mual (+), muntah (-), klien
merasa berat badannya menurun. Klien mengatakan kulit di area
selangkangan menghitam dan kering, terkadang nyeri di area
tersebut. Klien juga mengeluhkan dirinya sering bolak-balik ke
kamar mandi untuk BAK, klien bingung mengapa ia menjadi sering
BAK. Klien mengeluhkan sering BAB tiba-tiba dengan waktu yang
tak teratur melalui lubang kolostominya. Klien saat ini sedang
mendapat terapi radiasi hari ke-20 dan kemoterapi oral hari pertama.
2. Alasan Masuk / dirawat di RS
Klien merupakan klien rujukan dari rumah sakit lain. Klien
mengeluhkan ada benjolan yang pecah pada area bokong hingga
keluar nanah dan lendir yang berbau. Klien mengeluhkan BAB
3. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Klien mengatakan pada daerah kolostomi nyeri
III. DIAGNOSA MEDIS

Post sc kolostomi
IV. RIWAYAT KESEHATAN
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Klien mengatakan ± 2 bulan SMRS merasakan ada benjolan (polip) pada area bokong dan
anus, kemudian atas saran orang tua, dioleskan benjolan tersebut dengan kentang, akhirnya
benjolan tersebut pecah.Penyakit penyerta HT, DM, Asma disangkal. Tidak ada keluarga
yang menderita sakit tumor atau sejenisnya. Klien sebelum masuk rumah sakit tidak begitu
suka mengkonsumsi sayuran dan buah. Klien merasa dulu sering mengalami susah BAB
atau konsistensi feses yang terlalu padat, namun tidak sampai nyeri atau tegang pada
abdomen. Klien suka mengkonsumsi aneka olahan daging. Klien tidak ada kegemaran
terhadap olahraga.

1. Aktivitas/Istirahat
Klien bekerja sebagai guru SD. Klien senang bercakap-cakap. Akktivitas di waktu
senggang neliputi membaca, mengobrol dengan orang sekitar. Waktu tidur tidak tentu,
klien merasa cukup dengan tidurnya, dan tidak merasa sulit tidur. Namun akhir-akhir ini
klien tidak dapat tidur kurang lebih sejak pukul 2 dini hari hingga subuh karena sakit pada
area selangkangan. Klien terlihat sedikit lemas, dan sering merasa bosan karena sudah
berada di RS sejak lama. Keadaan umum baik, kesadaran compus mentis, rentang gerak
baik, deformitas (-), tremor (-), postur saat berdiri kaki agak mengangkang, kekuatan otot
5555 | 5555 5555 | 5555
2. Sirkulasi
Tidak ada riwayat hipertensi / sakit jantung pada klien. Edema periorbital (-), edema
ekstremitas (-), kesemutan (-), kebas (-). TD: 100/70 mmHg, MAP: 80 mmHg, Frekuensi
nadi: 80x/menit, Suhu: 36◦C. Bunyi jantung S1 & S2, murmur (-), gallop (-). Warna kulit
pada telapak tangan pink kemerahan, pengisian kapiler <2detik, konjungtiva an anemis,
membran mukosa oral pink, sklera an ikterik.
2. Eliminasi
Pola BAB 4-5x sehari, tertampung dalam kantong kolostomi pada kuadran kiri bawah
abdomen, flatus (+). Karakter feses coklat muda, konsistensi (saat pengkajian) lunak,
namun klien mengatakan konsistensi kadang tidak tentu, kadang cair, kadang lunak.
Kantong kolostomi diganti hampir setiap ada feses karena klien merasa tidak nyaman.
Klien merasa masih belum terbiasa dengan pola BAB saat ini, klien ingin frekuensi BAB
seperti orang normal, 1-2x sehari. Klien mengatakan malu terkadang flatusnya keluar tiba-
tiba.Kantong kolostomi yang dimiliki klien terdapat 3 jenis, salah satunya adalah buatan
klien sendiri dengan menggunakan plastik bening, dibuat lubang sesuai ukuran stoma (40-
45mm), kemudian diberi double-tip untuk merekatkan ke abdomen. Kondisi stoma: pink
kemerahan, lembab, stoma menonjol ±0,5 cm, tidak terjadi iritasi pada kulit sekitar stoma.
Kulit peristomal tampak kering sedikit kehitaman, tidak ada kemerahan, tidak ada benjolan,
tidak ada bentukan jaringan scar. Luka pada kulit di pinggir stoma ± 0,3 cm, pus (-), darah
(-). Pola BAK 5-6x/hari, dilakukan secara mandiri di kamar mandi. Urin berwarna kuning
jernih. Klien mendapat pantangan untuk membasuhkan air di area selangkangan karena
klien sedang mendapat terapi radiasi (mengenai area tersebut), namun sering dilanggar
karena klien merasa tidak bersih hanya dengan tissue yang dibasahkan.
4. Makanan/Cairan
Diet yang diberikan adalah diet Makan Biasa (MB) pantang pedas 1700 kkal/hari. Klien
mengatakan jika tidak sedang mual ia dapat menghabiskan seluruh porsi makanannya,
namun jika mualnya kambuh, ia bisa tidak makan sama sekali di pagi hari, hanya habis
setengah porsi di siang hari, dan 3/4 porsi pada malam hari. Klien mengatakan tidak suka
makan yang manis-manis saat ini karena merasa mual. Klien mengatakan dalam satu hari
dapat minum ± 1800 hingga 2640 cc air putih (hitungan 1 botol air minum). Berat badan
klien SMRS 51 kg, 1 minggu sebelum pengkajian 44 kg, berat saat ini 41 kg. TB: 160 cm.
IMT: 16,20kg/m2 LILA: 20 cm. Klien sedang mendapat terapi radiasi, hari ke 20.
5. Hygiene
Klien mandi 2x sehari di kamar mandi, namun hanya mengelap badan (karena area
selangkangan dan lateral kanan abdomen tidak boleh dibasuh air). Klien menggunakan
pembalut karena terkadang keluar cairan dan lendir dari anusnya. Klien menggosok gigi
setiap mandi pagi dan sebelum tidur, serta mengganti pakaiannya setiap hari.
6. Neurosensori
Klien tidak mengeluhkan sakit kepala, status mental baik, kesadaran compus mentis,
orientasi waktu, tempat dan orang: baik, klien kooperatif, memori saat ini dan masa lalu
baik, penggunaan alat bantu baca (-), lensa kontak (-), alat bantu dengar (-), pupil isokor,
reaksi pupil 2mm/2mm.
7. Nyeri
Klien mengeluhkan nyeri pada area selangkangan, dengan skala 2-3. Biasanya terasa lebih
sakit di malam hari, menyebabkan klien terbangun dini hari. Klien terlihat mengerutkan
muka saat nyeri datang. Klien tampak berjalan perlahan dan mengangkang, dan melindungi
area yang sakit saat berbaring di tempat tidur.
8. Pernapasan
Klien tidak mengeluhkan sesak, tidak ada riwayat merokok. Klien tidak sedang batuk,
bunyi napas vesikuler, wheezing (-), ronki (-), krekels (-), RR:18x/menit, tidak ada
penggunaan otot bantu napas, klien asianosis.
9. Keamanan
Klien tidak memiliki riwayat alergi, suhu badan 36◦C, integritas kulit baik, hanya pada
bokong, perut dan selangkangan tampak kering, dan kehitaman. Kulit pada area
selangkangan tampak mengelupas dan kemerahan.
10. Interaksi Sosial
Klien berinteraksi dengan sesama pasien di kamar rawat dengan baik. Pada saat maghrib
(setelah sholat) klien memandu pasien yang ada di kamar untuk mengaji. Pasien yang ada
di sebelah Tn. D merasa senang dengan keberadaan Tn.D yang dapat dijadikan teman
ngobrol, berbagi cerita serta memberikan support.
Pemeriksaan penunjang pada Tn.D meliputi: 1. Pemeriksaan Laboratorium Hasil
Pemeriksaan Laboratoriom Tn. D
A. DARAH LENGKAP
Leukosit : .............................. ( N : 3.500 – 10.000 / µL
) Eritrosit : .............................. ( N : 1.2 juta – 1.5 juta
µL ) Trombosit : .............................. ( N : 150.000 –
350.000 / µL ) Haemoglobin : 7 ( N : 11.0 –
16.3 gr/dl ) Haematokrit : ............................... ( N : 35.0 –
50 gr / dl )
B. KIMIA
DARAH
Ureum : ............................. ( N : 10 – 50 mg /
dl ) Creatinin : ............................. ( N : 07 – 1.5
mg / dl ) SGOT : ............................. (N:2–
17 )
SGPT : ............................. ( N : 3 – 19 )
BUN : ............................. ( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg /
dl ) Bilirubin : ............................. ( N : 1,0 mg / dl )
Total Protein : ............................. ( N : 6.7 – 8.7 mg
/dl ) GD puasa : ............................ ( N : 100
mg/dl )
GD 2 jpp : ............................. ( N : 140 – 180 mg / dl )
C.ANALISA
ELEKTROLIT
Natrium : ............................. ( N : 136 – 145 mmol
/ l ) Kalium : ............................. ( N ; 3,5 – 5,0
mmol / l ) Clorida : ............................. ( N : 98 –
106 mmol / l ) Calsium : ............................. (N:
7.6 – 11.0 mg / dl ) Phospor : .............................
( N : 2.5 – 7.07 mg / dl )
2. Pemeriksaan Histopatologi
Hasil: Rektosigmoid adenocarcinoma poorly differentiated
3. Pemeriksaan MSCT-Scan abdomen (22 Maret 2013)
Hasil: Massa isodens inhomogen daerah rectosigmoid yang berbatasan
langsung dengan uterus dan memberikan enchancement inhomogen,
hepatomegali ringan, suspek metastase ke lien, gambaran ileus obstruktif
partial, MSCT-scan gallbladder, pancreas, ginjal dan vesica urinaria dalam
batas normal.
Terapi Obat :
Rantin Oral 2x1 18.00, & 06.00
Tramadol Oral 3x1 12.00, 18.00, & 06.00
Neurobion Oral 2x1 18.00, & 06.00
Sangobiad Oral 2x1 18.00, & 06.00
Meloderm Topikal 2x1 18.00, & 06.00
Radiocare Topikal 1x1 06.00
Xeloda Oral 2x2 20.00 & 07.00
A. Analisa data

No Analisa Data Masalah keperawatan


1. DS: Klien mengatakan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Mual, tidak nafsu makan
- Sering tidak sarapan, makan siang hanya
habis 1/2 porsi, makan malam tidak habis
satu porsi
- Merasa berat badannya menurun, sebelum
masuk RS BB 51 kg, seminggu lalu 44 kg
DO:
- Klien tampak kurus
- BB: 41 kg, TB: 160 cm, IMT: 16,02 kg/m2
- LILA: 20 cm
- Klien mengalami penurunan BB sebanyak
3 kg dalam satu minggu (dari 44 kg menjadi
41 kg)
- Klien mendapat terapi radiasi, hari ke 20
- Klien mendapat kemoterapi oral, hari ke 1
2. DS: klien menyatakan Kerusakan integritas kulit
- Sakit pada kulit dekat stoma dan
selangkangan, kulit juga terasa kering
- kadang tetap membasuh selangkangan
dengan air karena merasa kurang bersih jika
hanya dengan tisu basah
DO:
- Kulit pada area perut dan selangkangan
tampak kehitaman dan kering
- Tampak luka pada kulit pinggiran stoma
berukuran ± 0,3 cm, pus (-), darah (-)
- Terdapat kulit yang kemerahan dan
mengelupas pada area selangkangan
- Kien mendapat terapi radiasi, hari ke 20
- - Klien tampak berjalan perlahan dan
mengangkang
3. DS: Klien mengatakan: Nyeri akut
nyeri pada area selangkangan, serta nyeri
pada area luka di pinggiran stoma jika
dipegang atau terkena gesekan
DO:
- Skala nyeri 2 pada selangkangan jika
menggerakkan kaki
- Skala nyeri 2-3 pada luka di pinggiran
stoma jika dipegang, ditekan atau terkena
gesekan
- Klien tampak berjalan perlahan dan
mengangkang
- Klien tampak melindungi area yang sakit
saat berbaring di tempat tidur
4. DS: Klien mengatakan Inkontinensia alvi (Gangguan eliminasi
- Sering BAB tiba-tiba dengan waktu yang
tidak tentu fekal)
- Frekuensi BAB dalam sehari 4-5x
- Ingin BAB hanya 1-2x sehari seperti orang
normal
- Merasa terganggu dengan pola
eliminasinya saat ini
DO:
- Klien memiliki stoma/kolostomi pada
abdomen kuadran kiri bawah
- Bising usus 5x/menit
5. DS: Klien mengatakan Gangguan eliminasi urin
- Sering bolak balik kamar mandi untuk
BAK
- Merasa bingung kenapa ia jadi sering BAK
- BAK 5-6x sehari
DO:
- Klien mendapat terapi radiasi di area
abdomen bawah, hari ke 20

Rencana Asuhan Keperawatan


1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam, klien
menunjukkan tanda-tanda:
- Klien menghabiskan satu porsi makan pagi, siang dan malam setiap
harinya
- Klien tidak mengalami penurunan BB
- Adanya penambahan BB, IMT target: 16,5 kg/m2
Intervensi mandiri:
- Pantau asupan makanan setiap hari. Rasional: mengidentifikasi
kekuatan/defisiensi nutrisi berdasarkan asupan makanan
- Timbang BB serta hitung IMT berkala. Rasional: Mengidentifikasi status
nutrisi klien berdasarkan perhitungan IMT
- Awasi anoreksia, mual, muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan
terapi dan obat. Awasi frekuensi, volume dan konsistensi feses. Rasional:
mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi area pemecahan masalah
untuk meningkatkan pemasukan nutrisi
- Dorong dan berikan periode istirahat yang sering. Rasional: Membantu
menghemat tenaga, dan menurunkan kebutuhan metabolik
- Motivasi oral hygiene. Rasional: Meningkatkan nafsu makan
- Ciptakan suasana makan yang menyenangkan, makan bersama keluarga
yang menunggu / berkunjung, atau pasien lain di ruangan. Rasional:
Membuat kondisi makan yang lebih menyenangkan dan dapat
meningkatkan masukan nutrisi
Intervensi kolaborasi:
- Rujuk ke ahli gizi untuk penentuan komposisi diet. Rasional: Memberi
bantuan perencanaan diet dengan nutrisi adekuat
- Berikan medikasi anti emetic sesuai indikasi. Rasional: mengurangi rasa
mual
- Awasi pemeriksaan lab seperti BUN, protein serum, albumin. Rasional:
nilai yang rendah menunjukkan adanya malnutrisi.
2. Kerusakan Integritas Kulit
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 jam klien
menunjukkan tanda-tanda:
- Integritas kulit membaik: kulit dalam kondisi lembap dan tidak kering,
tidak ada kulit yang mengelupas dan kemerahan
- Tidak terjadi lecet atau luka baru pada kulit
Intervensi mandiri:
- Pantau kondisi kulit, area yang terkena terapi radiasi serta kulit di sekitar
kantong kolostomi. Rasional: Mengidentifikasi kondisi integritas kulit
untuk menentukan terapi yang diberikan.
- Beri perawatan kulit dengan sering, minimalkan kelembapan akibat
ekskresi dari stoma. Rasional: terlalu kering atau lembap, dapat merusak
kulit dan menciptakan kondisi bagi mikroorganisme untuk mempercepat
kerusakan (terutama dalam kondisi lembap)
- Pantau kondisi stoma, edukasi klien terkait karakteristik stoma yang sehat
dan tidak sehat, dan cara membersihkannya. Rasional: Membantu klien
mengenali tanda awal luka atau infeksi, infeksi pada stoma akan
berpengaruh pada kulit di sekitar stoma
Intervensi Kolaborasi:
- Beri & oleskan cream radiasi pada kulit yang terkena radiasi serta lotion
untuk kulit yang menjadi tempat perekatan dengan katong kolostomi,
berikan bedak bila perlu. Rasional: menjaga kelembapan kulit dan
mencegah tumbuhnya jamur pada skin barrier kantong kolostomi
3. Nyeri Akut
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 jam klien
menunjukkan tanda-tanda:
- Skala nyeri berkurang menjadi 0-1 pada area selangkangan, skala 0-1
pada luka di pinggiran stoma
- Klien dapat melakukan teknik relaksasi tarik napas dalam dengan baik
dan benar
Intervensi mandiri:
- Observasi dan catat lokasi nyeri, berat (skala 0-10), frekuensi dan
presipitasi nyeri. Rasional: Membantu membedakan penyebab nyeri dan
memeberikan informasi tentang kemajuan/perbaikan luka, terjadinya
komplikasi, dan keefektifan intervensi.
- Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk relaksasi dengan meredupkan
lampu, mengurangi tingkat kebisingan, membatasi pengunjung, anjurkan
klien untuk istirahat dengan posisi yang nyaman menurut klien. Rasional:
Memberikan rasa nyaman pada klien.
- Anjurkan menggunakan teknik relaksasi latihan napas dalam. Rasional:
Menggunakan istirahat, memusatkan kembali perhatian dapat
meningkatkan koping

4. Inkontinensia Alvi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 jam klien
menunjukkan tanda-tanda:
- Pengeluaran feses dapat dikendalikan, 1-2x sehari
- Terbentuknya kebiasaan defekasi rutin yang teratur
Intervensi mandiri:
- Kaji pola BAB klien setiap hari. Rasional: mengetahui pola eleminasi
klien serta respon klien
- Edukasi dan demonstrasi cara irigasi kolostomi sederhana. Rasional:
mengajarkan cara melakukan irigasi sederhana, agar klien dapat melakukan
irigasi meskipun tidak berada di RS
- Evaluasi respon klien setelah dilakukannya irigasi sederhana. Rasional:
mengetahui perasaan klien terhadap proses irigasi dan tindak lanjut
selanjutnya yang diinginkan klien
- Bantu lakukan irigasi kolostomi teratur setiap hari jika memungkinkan.
Rasional: membantu klien dalam membiasakan diri melakukan irigasi
kolostomi sebelum dirinya mampu secara mandiri
5. Gangguan Eliminasi Urin
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 jam klien
menunjukkan tanda-tanda:
- Klien tidak mengeluhkan terkait frekuensi BAKnya
- Kebutuhan cairan klien terpenuhi dengan baik
Intervensi mandiri:
- Monitor intake dan output cairan. Rasional: deteksi dini
ketidakseimbangan cairan tubuh akibat peningkatan frekuensi BAK
- Monitor frekuensi, jumlah dan karakteristik urin saat BAK. Rasional:
membantu mengidentifikasi status keseimbangan cairan tubuh klien.
- Motivasi klien untuk menekan atau menahan urinasi semampu klien.
Rasional: Mempertahankan kemampuan kandung kemih dan sfingter uretra
untuk menahan urin
- Edukasi klien untuk minimalkan minum sebelum tidur di malam hari.
Rasional: Meminimalkan gangguan untuk tidur
- Edukasi klien terkait penyebab gangguan pola eliminasi BAK. Rasional:
Memberikan ketenangan pada klien, agar klien tidak merasa terganggu
dengan kondisi saat ini.
B. Implementasi

1. Integritas kulit

25 Maret 2020 pkl 15.30 26 Maret 2020 pkl 09.00 27 Maret 2020 pkl 21.00
Implementasi Implementasi Implementasi
a. Mengkaji asupan makanan a. Mengkaji asupan makanan a. Mengkaji asupan makanan
hari ini hari ini hari ini
b. Mengkaji adanya b. Mengkaji adanya b. Memotivasi klien
mual/muntah mual/muntah meningkatkan asupan
c. Memotivasi klien c. Memotivasi klien makanan
meningkatkan asupan meningkatkan asupan c. Menimbang BB &
makanan, makanan menghutung IMT
dengan menambah lauk yang d. Memotivasi keluarga d. Memberi reinforcement
klien sukai di luar (suami klien) untuk positif atas penambahan
pantangan diet klien membantu klien meningkatkan BB klien
d. Menimbang BB & asupan makanan Evaluasi:
menghutung IMT dengan menyediakan makanan S: klien mengatakan tidak
e. Kolaborasi ahli gizi yang disukai klien mual hari ini, sarapan dan
Evaluasi: dan menemani klien saat makan siang habis satu porsi,
S: klien mengatakan tidak makan klien minum susu
mual hari ini, sarapan dan Evaluasi: yang diberikan ahli gizi tadi
makan siang habis satu porsi, S: klien mengatakan tidak pagi. Klien
plus jeruk satu buah mual dan muntah hari ini, mengatakan senang BBnya
O: klien tempak kurus, lemas sarapan habis satu porsi bertambah (setelah
(-), lemah (-). BB: 43kg, O: klien tempak kurus, lemas dilakukan pengukuran)
TB: 160cm, IMT: 16,80kg/m2 (-), lemah (-). IMT O: klien tempak kurus, lemas
. Diet makan hari ini terakhir (20 Mei 2013): (-), lemah (-). BB:
dinaikkan oleh ahli gizi 16,80kg/m2 44kg, TB: 160cm, IMT: 17,19
menjadi dari 1700 kkal A: Ketidakseimbangan nutrisi kg/m2
menjadi 2100 kkal ditambah kurang dari kebutuhan A: Ketidakseimbangan nutrisi
susu protein 26 masih terjadi: IMT belum kurang dari
g/hari mencapai target (17,0 kebutuhan teratasi: IMT sudah
A: Ketidakseimbangan nutrisi kg/m2) mencapai target
kurang dari kebutuhan P: Motivasi asupan makanan (17,0 kg/m2)
masih terjadi: IMT belum cemilan, kamis timbang BB P: Motivasi asupan makanan
mencapai target (17,0 dan hitung IMT, cemilan, timbang BB kembali,
kg/m2) motivasi meningkatkan BB di
P: Motivasi asupan makanan rumah hingga 48- 56 kg (IMT
cemilan, kamis timbang BB 18,75-21,88 kg/m2)
dan hitung IMT, kolaborasi
anti emetik

2. Inkontinensia Alvi

25 Maret 2020 pkl 09.00 26 Maret 2020 pkl 15.00 27 Maret 2020 pkl 18.00
Implementasi Implementasi Implementasi:
a. Mengkaji pola BAB klien hari a. Mengkaji pola BAB 24 jam a Mengkaji pola BAB klien hari
ini terakhir, mendengarkan BU ini
b. Menanyakan kembali perasaan dalam 1 menit b Mengevaluasi kembali
dan keinginan klien terhadap c. Menjelaskan tentang tujuan perasaan klien
pola BAB irigasi kolostomi, prosedur secara terkait pola BABnya
c. Menghitung BU dalam satu singkat serta c Menghitung BU dalam satu
menit efek yang dirasakan, menit
d. Membuat kontrak & menanyakan kembali kesediaan d Menjelaskan tindak lanjut
menjelaskan tentang tujuan dan klien terapi irigasi
prosedur irigasi kolostomi e. Menyiapkan klien dan kolostomi
sederhana mendekatkan alat, memasang Evaluasi:
Evaluasi: pengalas S: klien mengatakan ingin
S: Klien mengatakan ingin BAB f. Menggunakan sarung tangan & melanjutkan
hanya 1-2x/hari, klien melakukan stoma tuse irigasi kolostomi kemarin karena
mengatakan BAB hari ini baru g. Melakukan proses irigasi merasa lebih enak setelahnya,
1x dengan konsistensi lunak, kolostomi sederhana, alat: plabot hari ini
klien setuju untuk irigasi hari NaCl 500cc berisi klien sudah BAB 1x, BAB sudah
rabu pagi air hangat, kateter folley, selang lancar, konsistensi lunak
O: tidak ada feses pada kantong infus, bengkok, alas, tiang infus, O: tidak ada feses pada kantong
kolostomi, BU:4x/menit, klien spuit 50cc kolostomi, BU:5x/menit, kondisi
tampak antusias mendengar i. Mengkaji kondisi klien 30 stoma pink kemerahan, tidak
tentang irigasi kolostomi menit setelah irigasi dilakukan mengerut, hanya seperti mundur
A: Inkontinensia alvi masih Evaluasi: dari
terjadi S: Klien mengatakan belum BAB sebelumnya (menonjol <0,3 cm).
P: Irigasi kolostomi sederhana dari kemarin malam. Klien A: Inkontinensia alvi masih
mengatakan ingin terjadi,
sekali pola BABnya teratur, 1-2x intervensi irigasi kolostomi tidak
sehari. Klien mengatakan tidak dilanjutkan
nyaman P: Cek kondisi stoma, laporkan
dengan posisi duduk. Klien dokter
mengatakan agak nyeri pada saat terkait kondisi stoma yang sedikit
dilakukan stoma tertarik ke dalam
tuse. Klien mengatakan merasa
nyaman saat air hangat
dimasukkan ke dalam
stoma. 30 menit setelah proses
selesai, klien mengatakan ingin
lagi dilakukan
irigasi kolostomi, karena feses
padat telah berhasil keluar dari
stoma dan
klien sudah mengganti kantong
dengan yang baru
O: BU 3x/menit (lemah), terdapat
tahanan saat dilakukan stoma
tuse dengan
kelingking ±4cm, air langsung
mengalir keluar saat dialirkan
melalui kateter
folley, air juga mengalir kembali
saat dimasukkan dengan spuit
50cc, feses (-
), lendir (-), flatus (-). 20 menit
kemudian tampak ada feses padat
keluar dari
stoma, tertampung di kantong
yang baru diganti. Klien terlihat
senang dan
antusias.
A: Inkontinensia alvi masih
terjadi: pola BAB klien belum
normal
P: Tunda irigasi kolon
selanjutnya, kolaborasi dokter
terkait respon klien dan
rencana tindak lanjut. Motivasi
klien banyak konsumsi buah dan
sayur

Anda mungkin juga menyukai