Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kolostomi merupakan sebuah lubang yang dibuat oleh dokter ahli
bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses ( M Bouwhuizen,
1991 dalam Murwani, 2009). Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan
yang berupa mukosa kemerahan disebut dengan stoma. Kolostomi dapat
dibuat secara permanen ataupun temporer (sementara) yang disesuaikan
dengan kebutuhan klien ( Murwani 2009).
Tindakan kolostomi paling sering dilakukan karena adanya karsinoma
kolon dan rektum. Angka kejadian kasus kolostomi menurut WHO tahun
2013 sekitar 608.000 orang di dunia meninggal akibat kanker kolon dan
rektum setiap tahunnya. Sedangkan di indonesia sendiri setiap tahunnya
sekitar 1.666 orang meninggal akibat kanker kolon dan rektum.
Kolostomi biasanya disebabkan oleh kanker kolorektal, pecahnya
divertikulitis, perforasi usus, trauma usus atau penyakit kerusakan sumsum
tulang belakang sehingga tidak adanya kontrol dalam buang air besar. Dari
beberapa penyebab kolostomi, penyebab tersering menurut Indonesian
Ostomy Association (INOA) (2010) adalah kanker kolorektal. Kanker
kolorektal merupakan penyakit keganasan yang menyerang usus besar. Pasien
kolostomi harus diajarkan bagaimana cara mengelola kolostomi sejak awal
pembentukan yaitu ketika mereka masih di rumah sakit. Sehingga ketika
pasien sudah meninggalkan rumah sakit mereka sudah mampu melakukan
perawatan kolostomi secara mandiri.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulisan kasus ini bertujuan untuk memperoleh gambaran,
pemahaman dan pengalaman tentang pelaksanaan asuhan keperawatan
pada pasien dengan kolostomi.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Kasus Kolostomi di Rumah Sakit
Umum Merauke.
b. Mampu menganalisa data yang ditemukan, menegakkan diagnosa
keperawatan serta menentukan prioritas masalah pada Kasus
Kolostomi di Rumah Sakit Umum Merauke.
c. Mampu membuat dan menyusun rencana asuhan keperawatan pada
Kasus Kolostomi di Rumah Sakit Umum Merauke.
d. Mampu melaksanakan implementasi sesuai perencanaan yang telah
disusun pada Kasus Kolostomi di Rumah Sakit Umum Merauke.
e. Mampu melakukan evaluasi dan mendokumentasikan asuhan
keperawatan pada Kasus Kolostomi di Rumah Sakit Umum Merauke.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Institusi pendidikan Program Studi Diploma III Keperawatan
Merauke
Menjadikan standar penilaian dalam mengevaluasi kemampuan
mahasiswa dalam memahami ilmu yang telah diberikan oleh institusi.
2. Bagi Lahan Praktik Rumah Sakit Umum Merauke.
Sebagai masukan kepada tenaga keperawatan untuk lebih
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan kolostomi.
3. Bagi keluarga pasien di Ruang Bedah Wanita
Pasien dapat memperoleh perawatan yang terbaik, pengobatan
yang efektif dan melakukan perubahan pola hidup guna mencegah
komplikasi penyakit dan mendapatkan informasi mengenai penyebab,
gejala, dan proses penanganan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.
4. Bagi Mahasiswa Program Studi Diploma III Keperawatan Merauke
Mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan menambah
keterampilan dalam pelaksanaan memberikan asuhan keperawatan,
khususnya pada pasien dengan kolostomi
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan untuk kasus ini adalah metode deskriptif
dalam bentuk studi kasus, yaitu:
1. Tinjauan Kepustakaan
Memperoleh data dengan menggunakan referensi yang ada kaitannya
dengan masalah yang diangkat penyusun.
2. Tinjauan Kasus
Untuk kasus asuhan keperawatan maka pendekatan yang digunakan
adalah proses keperawatan komperhensif yang meliputi :
a. Pengkajian data dan analisa data,
b. Penetapan diagnosa keperawatan,
c. Penyusunan perencanaan,
d. Pelaksanaan serta evaluasi.

Asuhan keperawatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data atau


informasi dalam pengkajian dapat digunakan teknik :
a. Wawancara
Data didapatkan melalui tanya jawab, wawancara ini bersifat subyektif
dan obyektif karena pasien dapat mengungkapkan keluhannya secara
langsung dan perawat dapat melihat respon yang dirasakan pasien.

b. Observasi
Dengan metode ini didapatkan data yang dapat menunjang dalam
pemantauan keadaan perkembangan pasien.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan seminar terdiri dari 5 bab, dimana tiap-tiap bab disesuaikan dengan
sub bab, antara lain:
Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan.
Bab II : Tinjauan Teoritis
Menguraikan tentang teori yang mendasari penulisan seminar ini
yang terdiri dari anatomi dan fisiologi serta konsep dasar medis
yang meliputi: pengertian, klasifikasi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksanaan. Sedangkan konsep dasar asuhan keperawatan
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan
rasional, evaluasi serta pathway.
Bab III : Tinjauan Kasus
Tinjauan kasus merupakan asuhan keperawatan yang meliputi:
pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi dan evaluasi.
Bab IV : Pembahasan
Terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, evaluasi, faktor pendukung dan faktor penghambat.
Bab V : Penutup
Terdiri dari simpulan dan saran.
Daftar pustaka
Lampiran
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi
1. Sistem Pencernaan
Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang merupakan
makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap tubuh dengan
jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan, dan pencampuran)
dengan enzim dan zat cair dari mulai dari mulut (oris) sampai anus.
a. Mulut
Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan, terdiri
dari:
1) Bagian luar yang sempit atau festibula yaitu ruang diantara gusi,
gigi, bibir dan pipi.
2) Bagian rongga mulut bagian dalam, yang dibatasi sisinya oleh
tulang maksilaris, palatum dan mandibularis, disebelah belakang
bersambung dengan faring.
Selaput lendir dimulut ditutupi epitelium yang berlapis-lapis,
dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir.
Selaput ini kaya akan pembuluh darah dan memuat banyak ujung akhir
saraf sensoris.Levator anguli oris mengangkat dan depressor anguli
oris menekan ujung mulut.
Palatum, terdiri atas dua bagian yaitu :
1) Palatum durum (palatum keras) tersusun atas tajuk-tajuk palatum
dan sebelah depan tulang maksilaris dan lebih kebelakang terdiri
dari 2 tulang palatum.
2) Palatum mole (palatum lunak) terletak dibelakang merupakan
lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan
fibrosa dan selaput lendir.
Didalam rongga mulut terdapat :
1) Geligi, ada 2 (dua) macam yaitu:
a) Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan.
Lengkap pada umur 2½ tahun jumlahnya 20 buah disebut juga
gigi susu, terdiri dari 8 buah gigi seri (dens insisivus), 4 buah
gigi taring (dens kaninus) dan 8 buah gigi geraham
(premolare).
b) Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun
jumlahnya 32 buah terdiri dari; 8 buah gigi seri (dens insisiws),
4 buah gigi taring (dens kaninus), 8 buah gigi geraham
(molare) dan 12 buah gigi geraham (premolare).

Fungsi gigi terdiri dari; gigi seri untuk memotong makanan,


gigi taring gunanya untuk memutuskan makanan yang keras dan
liat, dan gigi geraham gunanya untuk mengunyah makanan yang
sudah dipotong-potong.
2) Lidah
Lidah dibagi menjadi 3 (tiga) bagian :
a) Pangkal lidah (Radiks lingua), bagian belakang terdapat
epiglotis yang berfungsimenutup jalan napas pada waktu kita
menelan makanan, agar makanantidak masuk ke jalan napas.
b) Punggung lidah (Dorsum lingua), terdapat puting-puting
pengecap atau ujung saraf pengecap.
c) Ujung lidah (Apeks lingua)
Lidah berfungsi mengaduk makanan, membentuk suara,
sebagai alat pengecap dan menelan, serta merasakan makanan.
3) Kelenjar ludah
Disekitar rongga mulut terdapat tiga buah kelenjar ludah yaitu:
a) Kelenjar parotis
b) Kelenjar submaksilaris
c) Kelenjar sublingualis
b. Faring
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung
limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung dengan
perantaraan lubang bernama koan. Bagian superior disebut nasofaring,
Pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan
ruang gendang telinga.

c. Esofagus
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan
lambung, panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk
kardiak dibawah lambung. Lapisan dinding dari dalam ke luar, lapisan
selaput lendir (mukosa), lapisan submukosa, lapisan otot melingkar
sirkuler dan lapisan otot memanjang longitudinal.
Esofagus terletak di belakang trakea dan di depan tulang
punggung setelah melalui toraks menembus diafragma masuk ke
dalam abdomen menyambung dengan lambung.
Esofagus dibagi mejadi tiga bagian:
1) Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
2) Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
3) Bagaian inferior (terutama terdiri dari otot halus)

d. Gaster atau Lambung


Merupakan bagian saluran yang dapat mengembang paling
banyak terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas
fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik,
terletak dibawah diafragma didepan pankreas dan limpa, menempel
disebelah kiri fundus uteri.
Fungsi lambung terdiri dari :
1) Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan
makanan oleh peristaltik lambung dan getah lambung
2) Getah cerna lambung yang dihasilkan:
a) Pepsin fungsinya; memecah putih telur menjadi asam amino
(albumin dan pepton).
b) Asam garam (HCl) fungsinya; mengasamkan makanan, sebagai
anti septik dan desinfektan, dan membuat suasana asam pada
pepsinogen sehingga menjadi pepsin.
c) Renin fungsinya; sebagai ragi yang membekukan susu dan
membentukkasein dari kasinogen (kasinogen dan protein susu).
3) Lapisan lambung: jumlahnya sedikit memecah lemak yang
merangsang sekresi getah lambung.

e. Usus Halus atau Intestinum Minor


Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar.Usus halus terdiri dari
tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejenum), usus penyerapan (illeum).Pada usus dua belas jari terdapat
dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu
Bagian-bagian usus halus :
1) Usus dua belas jari (duodenum) adalah bagian pertama usus halus
yang panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda, dan kepalanya
mengelilingi kepala pankreas. Saluran empedu dan saluran
pankreas masuk ke dalam duodenum pada satu lubang yang
disebut ampulla hepatopankreatika, ampulla vateri, 10 cm dari
pilorus.
2) Usus kosong (jejenum), menempati dua perlima sebelah atas pada
usus halus yang selebihnya.
3) Usus penyerapan (illeum), menempati tiga perlima akhir.
f. Usus Besar atau Intestinum Mayor
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara
usus buntu dan rektum.
1) Fungsi usus besar:
a) Menyerap air dari makanan
b) Tempat tinggal bakteri ecoli
c) Tempat feses
2) Bagian-bagian usus besar atau kolon:
a) Kolon asendens. Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen
sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di
bawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura
hepatika.
b) Kolon transversum. Panjangnya ± 38 cm, membujur dari kolon
asendens sampai ke kolon desendens berada di bawah
abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatika dan sebelah
kiri terdapat fleksura lienalis.
c) Kolon desendens. Panjangnya ± 25 cm, terletak di bawah
abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah dari fleksura
lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon
sigmoid.
d) Kolon sigmoid. Merupakan lanjutan dari kolon desendens
terletak miring, dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya
menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan
rektum.
e) Rektum. Terletak di bawah kolon sigmoid yang
menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak dalam
rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis.
g. Rektum
Rektum dalam bahasa latin regere (meluruskan,mengatur). Organ
ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan
untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali
material akan dikembalikan ke usus besar, dimana penyerapan air akan
kembali dilakukan, jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama,
konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.

h. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang
menghubungkan rektum dengan dunia luar (udara luar). Terletak di
dasar pelvis bagian posterior dari peritoneum. Dindingnya diperkuat
oleh 3 otot sfingter yaitu:
1) Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut
kehendak.
2) Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.
3) Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja sesuai kehendak.
B. Konsep Dasar Medis
1. Colostomy
a. Definisi
Colostomy adalah tindakan pembedahan untuk membuka kolon
melalui dinding abdomendan dapat dilakukan pada salah satu segmen
intestinal. Dengan kolostomi bagian kolon yang berpenyakit dipotong
lalu dibuang dan bagian yang sehat dikeluarkan dari perut membentuk
stoma.
Colostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu
hubungan buatan antara colon dengan permukaan kulit pada dinding
perut. Hubungan ini dapat bersifat sementara atau menetap selamanya.
(llmu Bedah, Thiodorer Schrock, MD, 1983).
Colostomy adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh
dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses
(M. Bouwhuizen, 1991).

b. Etiologi
1) Hereditas
2) Masukan lemak
3) Penyakit inflamasi
4) Homo seksualitas
5) Polip kolon

c. Klasifikasi kolostomy berdasarkan lokasi


1) Jenis kolostomi berdasarkan lokasinya;
a) Transversokolostomi merupakan kolostomi di kolon
transversum,
b) Sigmoidostomi yaitu kolostomi di sigmoid,
c) Kolostomi desenden yaitu kolostomi di kolon desenden
d) Kolostomi asenden, adalah kolostomi di asenden (Suriadi,
2006)
2) Jenis-jenis kolostomi lama penggunaan
Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu,
sehingga jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan
pasien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen maupun
sementara.
a) Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan
apabila pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi
secara normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau
pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak
memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen
biasanya berupa kolostomi single barrel (dengan satu ujung
lubang).
b) Kolostomi temporer atau sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan
dekompresi kolon atau untuk mengalirkan feses sementara
dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan
abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini
mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui
abdomen yang disebut kolostomi double barrel.
Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa
mukosa kemerahan yang disebut stoma. Pada minggu pertama post
kolostomi biasanya masih terjadi pembengkakan sehingga stoma
tampak membesar. Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya
disertai dengan tindakan laparotomi (pembukaan dinding abdomen).
Luka laparotomi sangat beresiko mengalami infeksi karena letaknya
bersebelahan dengan lubang stoma yang kemungkinan banyak
mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka laparotomi,
perawat harus selalu memonitor kondisi luka dan segera merawat
luka dan mengganti balutan jika balutan terkontaminasi feses.
Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika kantong
kolostomi telah terisi feses atau jika kontong kolostomi bocor dan
feses cair mengotori abdomen. Perawat juga harus mempertahankan
kulit pasien disekitar stoma tetap kering, hal ini penting untuk
menghindari terjadinya iritasi pada kulit dan untuk kenyamanan
pasien.
Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi
zink salep atau konsultasi pada dokter ahli jika pasien alergi terhadap
perekat kantong kolostomi. Pada pasien yang alergi tersebut
mungkin perlu dipikirkan untuk memodifikasi kantong kolostomi
agar kulit pasien tidak teriritasi.
c) Berdasarkan lubang kolostomy
Dibagi menjadi 3:
1) Single barreled stoma
Yaitu dibuat dari bagian proksimal usus. Segmen
distal dapat dibuang atau ditutup. 
2) Double barreled
Biasanya meliputi kolon transversum. Kedua ujung
kolon yang direksesi dikeluarkan melalui dinding
abdominal mengakibatkan dua stoma.Stoma distal hanya
mengalirkan mukus dan stoma proksimal mengalirkan
feses.
3) Kolostomi lop-lop
Yaitu kolon transversum dikeluarkan melalui dinding
abdomen dan diikat ditempat dengan glass rod.Kemudian 5-10
hari usus membentuk adesi pada dinding abdomen, lubang dibuat
dipermukaan terpajan dari usus dengan menggunakan pemotong.
d. Patofisiologi
Klien yang mengalami kelainan pada usus seperti: obstruksi
usus, kanker kolon,kolitis ulceratif, penyakit Divertikuler akan
dilakukan pembedahan yang disebut dengan kolostomi yaitu lubang
dibuat dari segmen kolon ( asecenden, tranversum dan
sigmoid ).Lubang tersebut ada yang bersifat sementara dan
permanen.Kolostomi asenden dan transversum bersifat
sementara,sedangkan kolostomi sigmoid bersifat permanen.
Kolostomi yang bersifat sementara akan dilakukan penutupan.
e. Manifestasi
1) Nyeri abdomen
2) Muntah
3) Diare
4) Melena
5) Konstipasi
6) Perut kembung
7) Kejang hilang timbul
f. Komplikasi
1) Prolaps, merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih
dari permukaan kulit.
Prolaps dapat dibagi 3 tingkatan:
a) Penonjolan seluruh dinding colon termasuk peritonium
kadang-kadang sampat loop ilium.
b) Adanya strangulasi dan nekrosis pada usus yang mengalami
penonjolan.
c) Prolaps dapat terjadi oleh adanya faktor-faktor peristaltik
usus meningkat, fixasi usus tidak sempurna, mesocolon yang
panjang, tekanan intra abdominal tinggi, dinding abdomen
tipis dan tonusnya yang lemah serta kemungkinan omentum
yang pendek dan tipis.
2) lritasi Kulit
Hal ini terutama pada colostomy sebelah kanan karena
feces yang keluar mengandung enzim pencernaan yang bersifat
iritatif. Juga terjadi karena cara membersihkan kulit yang kasar,
salah memasang kantong dan tidak tahan akan plaster.
3) Diare
Makin ke proksimal colostominya makin encer feces yang
keluar. Pada sigmoid biasanya normal.
4) Stenosis Stoma
Kontraktur lumen terjadi penyempitan dari celahnya yang
akan mengganggu pasase normal feses.
5) Eviserasi
Dinding stoma terlepas dari dinding abdomen sehingga
organ intra abdomen keluar melalui celah.
6) Obstruksi atau penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan
usus atau adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan untuk
menghindari terjadinya sumbatan, pasien perlu dilakukan irigasi
kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan kolostomi permanen
tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat
melakukannya sendiri di kamar mandi.
7) Infeksi
Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering
menjadi penyebab terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma, oleh
karena itu pemantauan yang terus menerus sangat diperlukan dan
tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti kantong
kolostomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.
8) Retraksi stoma atau mengkerut
Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi
yang terlalu sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang
terbentuk disekitar stoma yang mengalami pengkerutan.
9) Prolaps pada stoma
Prolaps merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau
lebih dari permukaan kulit.
10) Perdarahan stoma
11) Hernia Paracolostomy
12) Pendarahan Stoma
13) lnfeksi luka operasi
14) Retraksi : karena fixasi yang kurang sempurna
15) Sepsis dan kematian
Untuk mencegah komplikasi, diperlukan colostomi dengan
teknik benar serta perawatan pasca bedah yang baik, selain itu
pre-operatif yang memadai.
g. Indikasi kolostomi
Indikasi colostomy yang permanent. Pada penyakit usus yang
ganas seperti carsinoma pada usus. Kondisi infeksi tertentu pada
colon:
1) Trauma kolon dan sigmoid
2) Diversi pada anus malformasi
3) Diversi pada penyakit Hirschsprung
4) Diversi untuk kelainan lain pada rekto sigmoid anal kanal
h. Pemeriksaan penunjang
1) Foto polos abdomen 3 posisi
2) Colon inloop
3) Colonoscopy
4) USG abdomen
2. Reanostomosis
a. Definisi
Reanastomosis adalah penggabungan dua ujung usus yang sehat
setelah usus yang sakit usus dipotong oleh dokter bedah.
Reanastomosis kontras dengan kolostomi, ketika ujung usus dialihkan
secara permanen atau disambung lagi pada operasi kemudian.
Suatu tindakan pembedahan dengan memotong sebagian
segmen usus yang rusak atau tidak memungkinan untuk dipertahankan
lagi karena berbagai sebab, untukkemudian disambung kembali
b. Ruang lingkup
Adanya kelainan yang menyebabkan kerusakan baik sebagian
atau seluruh lingkaran usus sehingga ticlak memungkinkan lagi untuk
dipertahankan maka dilakukan reseksi usus untuk kemudian
disambung kembali.
c. Indikasi operasi
Perforasi usus oleh karena trauma atau infeksi usus dengan
bagian usus yang tidaksehat, tumor usus halus dan usus besar yang
masih dapat dilakukan reseksi.
d. Kontra indikasi
Keadaan umum tidak memungkinkan dilakukan operasi
e. Pemeriksaan penunjang
1) Roentgen BOF½ duduk, dan Left lateral Decubitus (LLD) untuk
melihat udara bebas
2) Colon in loop
3) Barium Follow through
f. Teknik Operasi
1) Posisi pasien tidur terlentang
2) Insisi di linea mediana dengan panjang sesuai perkiraan bagian
usus yang mengalami perforasi atau nekrosis.
3) Insisi diperdalam sampai mencapai cavum peritoneum
4) Seluruh pus, fases dan cairan kotor yang terdapat dalam cavum
abdomen dihisap keluar
5) Dilakukan indentifikasi bagian usus yang mengalami nekrosis
secara sistematis dan seterusnya.

Sebelum melakukan reseksi, pastikan dahulu bahwa usus tidak


sehat sehingga adaindikasi untuk dilakukan reseksi. Tanda usus tidak
sehat adalah permukaannya tidak mengkilap, tampak kering, warna
kebiruan bahkan kehitaman, tidak ada kontraksi, tidak berdarah dan tidak
ada pulsasi pembuluh darah, serta seromuskuler terkelupas.
Keluarkan bagian usus yang tidak sehat tersebut diluar cavum
abdomen, berikan alas dengan kain kasa dibawahnya untuk mencegah
kontaminasi kedalam cavum peritoneum.
Identifikasi lokasi pembuluh darah yang memberikan suplai pada
usus yang tidak sehat tersebut, kemudian ligasi pembuluh darah tersebut.
Lakukan pemotonganmesenterium menuju tepi-tepi usus yang tidak sehat
tersebut secara segmental.Tepi-tepi usus dipotong dengan
menggunakan pisau, hindari menggunakan diatermi karena akan
merusak lapisan usus. Rawat perdarahan dengan diatermi. Evaluasi
kembali vaibilitas tepi-tepiusus yang telah dipotong.
Dekatkan kedua tepi usus yang telah dipotong untuk
membandingkan diameter lumen yang akan disambung. Jika terdapat
perbedaan diameter lumen maka dilakukan eksisi tepi usus tersebut
sehingga tedadi kesamaan diameter lumen.Dilakukan teugel pada
ujung-ujung usus dengan benang silk 3/0 jarum nontraumatik.
Kemudian dilakukan penjahitan secara seromuskuler dengan benang
non absorbable multi filament sintetik 3/0 secara kontinu mulai dari
sisi belakang usus hal yang lama kemudian diulangi untuk sisi depan
usus. Jarak antara jahitan satu dengan lainnya kira-kira 1/2 cm.
Pastikan tepi-tepi serosa usus telah tertutuprapat. Setelah itu evaluasi
kembali viabilitas usus, pastikan lumen tidak terlalu sempit dengan cara
mempertemukan ujung jari dengan ibu jari operator pada lokasi
anastomosis
g. Komplikasi Operasi
1) Kebocoran anastomosis
2) Infeksi
3) Perdarahan
4) Sepsis
h. Perawatan pasca Bedah
1) Penderita dipuasakan. Lama puasa tergantung lokasi usus dan
jenis kelainan yang mendasarinya.
2) Selama puasa penderita diberikan Total Parenteral Nutrisi
dengan jenis dan komposisi tergantung fasilitas yang ada.
3) Pemeriksaan laboratorium yang dikerjakan selama perawatan
adalah Darah Lengkap, albumin serum, Natrium dan Kalium
serum.
4) Kelainan hasil laboratorium hares segera dikoreksi.
5) Kondisi luka, kondisi abdomen, serta kondisi klinis penderita
secara keseluruhan.
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kolostomi
a. Pengkajian
Menurut (Doungoes 1999) teori pengkajian pada pasien post colostomy
adalah:
1) Identitas data
Identitas data umum (identitas klien ada juga identitas orang tua
atau wali).
2) Diagnosa Medis.
3) Riwayat kesehatan sekarang
a) Saat masuk rumah sakit
Keluhan utama penyebab klien sampai masuk rumah sakit
b) Saat pengkajian
Keluhan klien saat sedang dikaji oleh perawat
4) Pengkajian Data Dasar
a) Aktivitas atau istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise cepat lelah, perasaan
gelisah dan ansietas, pembatasan aktivitas atau kerja
sehubungan dengan proses penyakit.
b) Integritas ego
Gejala: ansietas, ketakutan, emosi kesal, perasaan tak berdaya
atau tidak ada harapan, faktor stress akut atau kronis,
misalnya : hubungan keluarga atau pekerjaan,
pengobatan yang mahal, faktor budaya peningkatan
prevalensi pada populasi yahudi, sering meningkat pada
individu Eropa Utara dan keturunan Anglo- Saxon.
Tanda: menolak, perhatian menyempit, depresi.
c) Eliminasi
Gejala: episode diare yang tak dapat diperkirakan, hilang timbul,
sering tak terkontrol, flatus lembut, konstipasi hilang
timbul, riwayat batu ginjal (meningkat oksalat pada
urine).
d) Makanan atau Cairan
Gejala: anoreksia, mual atau muntah, penurunan berat badan,
tidak toleran pada diet atau sensitif misalnya : produk
susu, makanan berlemak.
Tanda: penurunan lemak subkutan atau massa otot, kelemahan,
tonus otot buruk dan turgor kulit buruk, membran
mukosa pucat.
e) Higiene
Tanda: ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri bau
badan.
f) Nyeri atau Kenyamanan
Gejala: nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadran
kanan bawah, nyeri abdomen tengah bawah
(keterlibatan jejenum), nyeri tekan menyebar ke bagian
periumbilikal, titik nyeri berpindah, nyeri tekan
(artritis), nyeri mata, fotofobia (iritis).
Tanda: nyeri tekan abdomen atau distensi
g) Keamanan
Gejala: riwayat lupus eritematosus, anemia hemolitik, vaskulitis,
artritis (memperbutuk gejala dengan eksaserbasi
penyakit usus), peningkatan suhu 39,6-40°c
(eksaserbasi akut), penglihatan kabur, alergi terhadap
makanan atau produk susu (mengeluarkan histamin
kedalam usus dan mempunyai efek inflamasi).
Tanda: lesi kulit mungkin ada misalnya : eritema nodusum
(meningkat, nyeri tekan, kemerahan, dan bengkak)
pada tangan, muka, pioderma gangrenosa ( lesi tekan
purulen atau lepuh dengan batas keunguan) pada paha,
kaki dan mata kaki, uveitis, konjungtivitis atau iritis.
h) Interaksi sosial
Gejala: masalah berhubungan atau peran sehubungan dengan
kondisi, ketidakmampuan aktif secara sosial.
5) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan stoma :
(1) Warna stoma (normal warna kemerahan).
(2) Tanda-tanda perdarahan (perdarahan luka operasi).
(3) Tanda-tanda peradangan (tumor, rubor, color, dolor, fungsi
laese).
(4) Posisi stoma.
b) Apakah ada perubahan eliminasi tinja :
(1) Konsistensi, bau, warna feces.
(2) Apakah ada konstipasi, diare ?
(3) Apakah feces tertampung dengan baik ?
(4) Apakah pasien keluarga dapat mengurus feces sendiri ?
c) Apakah ada gangguan rasa nyeri :
(1) Keluhan nyeri ada atau tidak.
(2) Hal-hal yang menyebabkan nyeri.
(3) Kualitas nyeri.
(4) Kapan nyeri timbul (terus menerus- menerus, berulang)
(5) Apakah pasien gelisah atau tidak.
d) Apakah kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi
(1) Tidur nyenyak, tidak.
(2) Apakah stoma mengganggu tidur atau tidak.
(3) Adakah faktor lingkungan mempersulit tidur.
(4) Adakah faktor psikologis mempersulit tidur ?
e) Bagaimana konsep diri pasien ?
f) Bagaimana persepsi pasien terhadap: identitas diri, harga diri,
ideal diri, gambaran diri, & peran.
g) Apakah ada gangguan nutrisi :
(1) Bagaimana nafsu makan klien.
(2) BB normal atau tidak.
(3) Bagaimana kebiasaan makan pasien.
(4) Makanan yang menyebabkan diare.
(5) Makanan yang menyebabkan konstipasi.
(6) Apakah pasien seorang yang terbuka ?
(a) Maukah pasien mengungkapkan masalahnya.
(b) Dapatkah pasien beradaptasi dengan lingkungan setelah
tahu bagian tubuhnya diangkat.
(7) Prioritas Perawatan Ditujukan Kepada:
(a) Pengkajian mengenai penyesuaian psikologis.
(b) Pencegahan terhadap komplikasi.
(c) Pemberian dukungan untuk rnerawat anak.
(d) Menyediakan informasi bagi keluarga.

b. Diagnosa Keperawatan (Menurut Doungoes, 1999)


1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinitas jaringan luka
post operasi
2. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan pemasangan
kolostomi
3. Gangguan konsep diri atau citra diri berhubungan dengan perubahan
anatomis
4. Gangguan istirahat tidur berhubungna dengan luka insisi akibat
tindakan colostomy
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya luka pasca bedah di
abdomen
6. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
7. Resiko infeksi b/d adanya luka operasi
c. Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan luka
post operasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x 24
jam diharapkan rasa nyeri pasien berkurang atau hilang
dengan

Kriteria Hasil:

1) Skala nyeri berkurang dari 6 menjasi 5


2) Pasien tampak tenang
3) Wajah pasien tampak rileks
Tabel 1. Intervensi dan Rasional Diagnosa 1

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri 1. Untuk mengetahui tingkat nyeri

2. Ajarkan pasien mengenai teknik sehinggaa memudahkan dalam

nafas dalam dan mengalihkan memberikan tindakan

perhatian 2. Relaksasi dan retraksi dapat

3. Hindari sentuhan seminimal mengurangi rangsangan nyeri 

mungkin untuk mengurangi 3. Sentuhan dapat meningkatkan

rangsangan nyeri rangsangan nyeri

4. Pertahankan puasa 4. Unttuk mengistirahatkan usus 

5. Berikan analgetik sesuai dengan 5. Analgesik membantu memblok

program medis jaras nyeri 

2. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan pemasangan


kolostomi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selam 3x 24
jam diharapkan pasien dapat mempertahankan integritas kulit
dengan
Kriteria Hasil:
1) Iritasi berkurang
2) Luka kering
Tabel 2. Intervensi dan Rasional Diagnosa 2

Intervensi Rasional
1. Jelaskan pentingnya merawat luka 1. Meningkatkan pengetahuan pasien
pada pasien kolostomi tentang kondisinya dan tindakan
2. Observasi luka, catat karakteristik yang akan dilakukan
drainase 2. Perdarahan pasca operasi terjadi
3. Kosongkan irigasi dan bersihkan selama 48 jam pertama, dimana
kantong kolostomi secara ritun infeksi dapat terjadi
4. Kolaborasi pemberian antibiotic 3. Menghilangkan bakteri dan
mengurangi resiko infeksi
4. Mengurangi resiko infeksi

3. Gangguan konsep diri atau citra diri berhubungan dengan perubahan


anatomis
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selam 3x 24
jam dapat menyatakan penerima diri sesuai situasi dengan
Kriteria Hasil:
1) Menerima perubahan kedalam konsep diri tanpa harga diri yang
negative
2) Menunjukkan penerimaan dengan melihat atau menyentuh stoma
dan berpartisipasi dalam perawatan diri
3) Menyatakan perasaan tentang stoma atau penyakit
mulai menerima situasi secara konstruktif
Tabel 3. Intervensi dan Rasional Diagnosa 3

Rasional Intervensi
1. Catat perilaku menarik diri, 1. Dengan masalah pada penilaian
peningkatan ketergantungan, yang dapat memrlukan evaluasi
manipulasi atau tidak terlibat lebih lanjut dan terapi lebih dekat
dalam perawatan 2. Menyentuh stoma menyakinkan
2. Berikan kesempatan pada pasien pasien atau keluarga bahwa hal itu
atau orang terdekat untuk tidak mudah rusak dan gerakan pada
memandang atau menyentuh stoma merupakan peristaltic yang
stoma, gunakan kesempatan normal
untuk memberikan tanda positif 3. Ketergantungan pada perawatan diri
tentang penyembuhan membantu untuk memperbaiki
penampilan normal dsb. kepercayan diri dan penerimaan
Tingkatkan pasien bahwa situasi
penerimaan memerlukan waktu, 4. Meningkatkan rasa control dan
baik secara fisik dan emosi memberikan pesan pada pasien
3. Berikan kesempatan pasien bahwa ia dapat menangani masalah
menerima kolostomi melalui tersebut, meningkatkan harga diri
partisipasi perawatan diri
4. Jadwalkan aktivitas perawatan
dengan pasien

4. Gangguan istirahat tidur berhubungna dengan luka insisi akibat


tindakan colostomy
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x 24
jam diharapkan kebutuhan istirahat dapat terpenuhi dengan
Kriteria Hasil:
1) KIien dapat tidur tenang (6-8 jam sehari).
2) Tidak ada faktor lingkungan dan psikologis yang mempersulit
tidur.
3) Klien kelihatan segar (tidak mengantuk).
Tabel 4. Intervensi dan Rasional Diagnosa 4

Intervensi Rasional
1. Jelaskan perlunya pengawasan 1. Pasien lebih dapat mentoleransi
fungsi usus dalam operasi awal gangguan dari staf bila ia
2. Berikan sistem kantong adekuat, memahami alasan atau
kosongkan kantong sebelum tidur, pentingnya perawatan
bila perlu pada jadwal yang teratur 2. Flatus atau feses berlebihan
3. Biarka pasien mengetahui bahwa terjadi meski diintervensi,
stoma tidak akan cedera bila tidur pengosongan pada jadwal teratur
4. Dukung kelanjutan kebiasaan ritual meminimalkan kebocoran
sebelum tidur 3. Pasien akan mampu beristirahat
5. Kolaborasi berikan analgesic, lebih baik bila merasa aman
sedative saat tidur tentang kolostomi stomanya
4. Nyeri mempengaruhi
kemampuan pasien untuk jatuh
atau tetap tidur.
5. Obat yang tepat waktu dapat
meningkatkan istirahat/tidur
selama periode awal pasca
operasi. Catat jaras nyeri pada
otak ada dipusat tidur dan dapat
memmpengaruhi pasien menjadi
terbangun

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x 24
jam diharapkan pasien dapat melaukan aktivitas sesuai
kondisinya dengan
Kriteria Hasil:
1) Pasien mampu mika-miki tanpa bantuan
2) Pasien dapat duduk sendiri
Tabel 5. Intervensi dan Rasional Diagnosa 5

Intervensi Rasional
1. Jelaskan pentingnya gerakan atau 1. Gerakan mengurangi spasme otot
aktivitas bagi pasien akibat bedrest
2. Bantu dan latih pasien untuk 2. Meningkatkan rasa kepercayaan
melakukan aktivitas atau gerakan dan meminimal resiko decubitus
3. Ubah posisi secara periodic sesuai 3. Perubahan posisi menurunkan
kondisi pasien insiden komplikasi kulit
4. Motivasi pasien untuk tetap 4. Meningkatkan rasa percaya diri
melakukan latihan dan untuk semangat sembuh

6. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan ketidakmampuan mencerna makanan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
diharapakan nafsu makan pasien meningkat dengan
Kriteria Hasil:
1) Bebas tanda malnutrisi
2) Pola makan 3 kali sehari
Tabel 6. Intervensi dan Rasional Diagnosa 6

Intervensi Rasional
1. Jelaskan pentingnya nutrisi pada 1. Nutrisi dapat mempercepat
pasien penyembuhan luka
2. Jelaskan makanan yang dianjurka 2. Mencegah kondisi yang buruk
dan yang dipantangkan pada pasien
3. Monitor makanan dalam porsi 3. Menurunkan resiko mual,
sedikit tapi sering muntah
4. Monitor makanan-makanan yang 4. Mencegah timbulnya keracunan
dikonsumsi makanan atau kondisi pasien
5. Penatalaksanaan dengan ahli gizi yang buruk
5. Membantu mengkaji kebutuhan
nutrisi pasien dalam perubahan
pencernaan dan funngsi usus

7. Resiko infeksi b/d luka operasi


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x 24
jam diharapkan resiko infeksi tidak terjadi dengan
Kriteria Hasil:

1) Luka bersih; tidak ada kemerahan disekitar luka


2) Tidak ada pus disekitar luka
3) Suhu normal 36-37,5 ° c
4) Lekosit 4- 11 ribu
Tabel 7. Intervensi dan Rasional Diagnosa 7
Intervensi Rasional
1. Ukur tanda- tanda vital 1. Menetapkan data dasar
2. Kaji tanda- tanda infeksi 2. Menentukan intervensi selanjutnya
3. Pertahankan teknik aseptic 3. Mencegah terjadinya infeksi
4. Anjurkan keluarga untuk tidak 4. Meminimalisir penyebaran infeksi
menyentuh daerah luka nosokomial

Anda mungkin juga menyukai