3. Lapisan profunda
a) Divisi alar terletak diantara lapisan media fasia servikalis profunda dan divisi
prevertebra, yang berjalan dari dasar tengkorak sampai vertebra torakal II dan
bersatu dengan divisi viscera lapisan media fasia servikalis profunda. Divisi ala
melengkapi bagian posterolateral ruang retrofaring dan merupakan dinding
anterior dari danger space.
b) Divisi prevertebra berada pada bagian anterior korpus vertebra dan lateral
meluas ke prosesus tranversus serta menutupi otot-otot di daerah tersebut.
Berjalan dari dasar tengkorak sampai ke os koksigeus serta merupakan dinding
posterior dari danger space dan dinding anterior dari korpus vertebra. Ketiga
lapisan fasia servikalis profunda ini membentuk selubung karotis (carotid sheath)
yang berjalan dari dasar tengkorak melalui ruang faringomaksilaris sampai ke
toraks (Raharjo SP,2013)
Ruang potensial leher dalam dibagi menjadi ruang yang melibatkan daerah
sepanjang leher, ruang suprahioid dan ruang infrahioid.
Ruang sepanjang leher
Ruang ini meliputi ruang retrofaring, the danger space, ruang prevertebral dan
ruang vascular visceral. (Raharjo SP,2013).
Di bagian posterior ruang retrofaring terdapat danger space, disebut
demikian karena berisi jaringan ikat longgar sehingga resistensinya kecil terhadap
penyebaran infeksi dan berjalan mulai dari dasar tengkorak hingga ke diafragma.
Ruang prevertebral terletak diantara otot-otot prevertebral dan fasia prevertebral.
Infeksi di sini dapat menerobos ke lateral atau inferior ke dalam mediastinum
posterior (Bailey, 2006).
Ruang suprahioid
Ruang yang berada di atas tulang hioid antara lain adalah ruang
submandibular, ruang parafaring, ruang peritonsil, ruang mastikator, ruang
temporal dan ruang parotis. Ruang submandibular dibatasi di anterior dan lateral
oleh mandibula, bagian superior oleh mukosa lingual dan di postero-inferior oleh
hioid serta lapisan superfisial fascia servikalis profunda dibagian inferior (Bailey,
2006).
Ruang parafaring, disebut juga ruang faringomaksila, ruang perifaring atau
ruang faring lateral. Digambarkan berbentuk corong terbalik dengan dasarnya
berada di dasar tengkorak dan apeksnya di hioid. Ruang parafaring berhubungan
dengan beberapa ruang leher dalam termasuk submandibular, retrofaringeal, ruang
parotis dan ruang mastikator. Hal ini memiliki implikasi klinis penting dalam
penyebaran infeksi di ruang-ruang leher (Ballenger, 1997).
Ruang peritonsil dibentuk oleh kapsul dari tonsil palatina di medial, oleh
otot konstriktor faring superior di sisi lateral dan pilar anterior tonsil di superior
serta pilar posterior tonsil di inferior. Ruang ini mengandung jaringan ikat longgar
terutama yang dekat dengan palatum mole yang menjelaskan mengapa mayoritas
abses peritonsil berlokasi di pole posterior dari tonsil (Ballenger, 1997).
Ruang mastikator dibentuk oleh lapisan superfisial dari fascia servikalis
profunda dan membungkus masseter dibagian lateral dan m. pterigoid di medial.
Ruang mastikator berhubungan langsung dengan ruang temporal di bagian
superior di bawah zigoma (Raharjo SP,2013).
Ruang temporal dibatasi di lateral oleh lapisan superfisial fasia servikalis
yang melekat ke zigoma dan temporal ridge serta batas medialnya adalah
periosteum tulang temporal. Ruang ini dibagi menjadi ruang superfisial dan
profunda oleh m. Temporalis (Bailey, 2006).
Ruang parotid, selain berisi kelenjar parotis juga kelenjar limfe parotis, n.
fasialis dan vena fasialis posterior. Lapisan pembungkus memiliki bagian paling
lemah di permukaan supero-medial menyebabkan adanya hubungan langsung
ruangan ini dengan ruang parafaring (Ballenger, 1997; Surarso, 2011).
Ruang infrahioid
Ruang potensial yang ada di bawah tulang hioid adalah ruang visceral anterior.
Area ini dibungkus oleh lapisan media dari fasia servikalis profunda dan
mengandung kelenjar tiroid, esofagus dan trakea. Ruang potensial ini mulai dari
kartilago tiroid hingga ke anterior dari mediastinum superior dan arkus aorta
(Ballenger, 1997; Surarso, 2011)
3. Patofisiologi
Proses abses merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk
mencegah penyebaran atau perluasan infeksi ke bagian lain tubuh. Organisme
atau benda asing membunuh sel-sel lokal yang pada akhirnya menyebabkan
pelepasan sitokin. Sitokin tersebut memicu sebuah respon inflamasi
(peradangan), yang menarik kedatangan sejumlah besar sel-sel darah putih
(leukosit) ke area tersebut dan meningkatkan aliran darah setempat.
Struktur akhir dari suatu abses adalah dibentuknya dinding abses, atau
kapsul, oleh sel-sel sehat di sekeliling abses sebagai upaya untuk mencegah pus
menginfeksi struktur lain di sekitarnya. Meskipun demikian, seringkali proses
enkapsulasi tersebut justru cenderung menghalangi sel-sel imun untuk
menjangkau penyebab peradangan (agen infeksi atau benda asing) dan
melawan bakteri-bakteri yang terdapat dalam pus.Abses harus dibedakan
dengan empyema. Empyema mengacu pada akumulasi nanah di dalam kavitas
yang telah ada sebelumnya secara normal, sedangkan abses mengacu pada
akumulasi nanah di dalam kavitas yang baru terbentuk melalui proses
terjadinya abses tersebut.
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu
infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka
akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang
berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan
pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut
dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang
mati inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan
terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi
dinding pembatas abses, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah
penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam maka infeksi
bisa menyebar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung
kepada lokasi abses
B. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengeluh sakit saat menelan dan leher bengkak
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien mengeluh leher bengkak, semakin lama semakin sakit.
Pasien biasanya juga mengeluh susah menelan, sulit membuka mulut, sakit
pada tenggorokan, ludah banyak, dan pasien mengeluh napas bau.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya pasien pernah mengalami sakit / infeksi gigi dan tertelan benda
asing
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
e. Biasanya pasien memiliki riwayat penyakit keluarga seperti Ca atau DM
C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : biasanya pasien mengalami sakit ringan
b. Kesadaran : biasanya kesadaran pasien compos mentis
c. Tanda-tanda Vital
TD
Nadi
Suhu
Pernafasan
Kolaborasi:
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada
keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil