Anda di halaman 1dari 12

KONSEP TEORI

A. PENGERTIAN
Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD)
didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung
ke dalam esofagus yang menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu (troublesome) di
esofagus maupun ekstra esofagus dan atau komplikasi.
GERD (Gastroesofageal Reflux Disease) adalah suatu penyakit yang jarang
terdiagnosis oleh dokter di Indonesia karena bila belum menimbulkan keluhan yang berat
seperti refluks esofagitis dokter belum bisa mendiagnosa.Refluks gastroesofagus adalah
masuknya isi lambung ke dalam esofagus yang terjadi secara intermiten pada orang,
terutama setelah makan.

B. ETIOLOGI
1. Menurunnya tonus LES (Lower Esophageal Sphincter)
2. Bersihan asam dari lumen esofagus menurun
3. Ketahanan epitel esofagus menurun
4. Bahan refluksat mengenai dinding esofagus yaitu Ph <2, adanya pepsin, garam
empedu, HCL.
5. Kelainan pada lambung
6. Infeksi H. Pylori dengan corpus predominan gastritis
7. Non acid refluks (refluks gas) menyebabkan hipersensitivitas
8. Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat refluks
9. Mengkonsumsi makanan berasam, coklat, minuman berkafein dan berkarbonat,
alkohol, merokok, dan obat-obatan yang bertentangan dengan fungsi esophageal
sphincter bagian bawah termasuk yang memiliki efek antikolinergik (seperti beberapa
antihistamin), penghambat saluran kalsium, progesteron, dan nitrat.
10. Kelaianan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan
D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis GERD dapat berupa gejala yang tipikal (esofagus) dan gejala atipikal
(ekstraesofagus). Gejala GERD 70 % merupakan tipikal, yaitu :
1. Heart Burn, yaitu sensasi terbakar di daerah retrosternal. Gejala heartburn adalah gejala
tersering.
2. Regurgitasi, yaitu kondisi dimana material lambung terasa di faring. Kemudian mulut
terasa asam dan pahit.
3. Disfagia. Biasanya terjadi oleh karena komplikasi berupa striktur (Yusuf, 2009)
Gejala Atipikal :
1. Batuk kronik dan kadang wheezing
2. Suara serak
3. Pneumonia
4. Fibrosis paru
5. Bronkiektasis
6. Nyeri dada nonkardiak (Yusuf, 2009).
Gejala lain :
1. Penurunan berat badan
2. Anemia
3. Hematemesis atau melena
4. Odinofagia (Bestari, 2011).

E. Pemeriksaan penunjang
a. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas merupakan standar baku untuk
diagnosis GERD dengan ditemukannya mucosal break di esophagus (esofagitis
refluks). Jika tidak ditemukan mucosal break pada pemeriksaan endoskopi saluran
cerna bagian atas pada pasien dengan gejala khas GERD, keadaan ini disebut non-
erosive reflux disease (NERD).
b. Esofagografi dengan barium
Dibandingkan dengan endoskopi, pemeriksaan ini kurang peka dan seringkali tidak
menunjukkan kelainan, terutama pada kasus esofagitis ringan. Pada keadaan yang
lebih berat, gambar radiology dapat berupa penebalan dinding dan lipatan mukosa,
ulkus, atau penyempitan lumen.
c. Monitoring pH 24 jam
Episode refluks gastroesofageal menimbulkan asidifikasi bagian distal esophagus.
Episode ini dapat dimonitor dan direkam dengan menempatkan mikroelektroda pH
pada bagian distal esophagus. Pengukuran pH pada esophagus bagian distal dapat
memastikan ada tidaknya refluks gastroesofageal. pH dibawah 4 pada jarak 5 cm di
atas LES dianggap diagnostik untuk refluks gastroesofageal.

F. Penatalaksanaan
Terapi GERD ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala-gejala
pasien, mengurangi frekuensi atau kekambuhan dan durasi refluks esofageal, mempercepat
penyembuhan mukosa yang terluka, dan mencegah berkembangnya komplikasi. Terapi
diarahkan pada peningkatan mekanisme pertahanan yang mencegah refluks dan atau
mengurangi faktor-faktor yang memperburuk agresifitas refluks atau kerusakan mukosa.
1. Modifikasi Gaya Hidup
a. Tidak merokok
b. Tempat tidur bagian kepala ditinggikan
c. Tidak minum alkohol
d. Diet rendah lemak
e. Hindari mengangkat barang berat
f. Penurunan berat badan pada pasien gemuk
g. Jangan makan terlalu kenyang
h. Hindari pakaian yang ketat, terutama di daerah pinggang
2. Obat – obatan
a. Antasid. Golongan obat ini cukup efektif dan aman dalam menghilangkan gejala
GERD tetapi tidak menyembuhkan lesi esofagitis.
b. Metoklopramid. Obat ini bekerja sebagai antagonis reseptor dopamine.
Efektivitasnya rendah dalam mengurangi gejala serta tidak berperan dalam
penyembuhan lesi di esophagus .
c. Domperidon. Golongan obat ini adalah antagonis reseptor dopamine dengan efek
samping yang lebih jarang golongan obat ini diketahui dapat meningkatkan tonus
LES serta mempercepat pengosongan lambung.
d. Sukralfat (Aluminium hidroksida + sukrosa oktasulfat). Berbeda dengan antasid
dan penekan sekresi asam, obat ini tidak memiliki efek langsung terhadap asam
lambung. Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan pertahanan mukosa
esophagus, sebagai buffer terhadap HCl di eesofagus serta dapat mengikat pepsin
dan garam empedu. Golongan obat ini cukup aman diberikan karena bekerja secara
topikal (sitoproteksi).
e. Penghambat pompa proton (Proton Pump Inhhibitor/PPI). Golongan obat ini
merupakan drug of choice dalam pengobatan GERD. Golongan obat-obatan ini
bekerja langsung pada pompa proton sel parietal dengan mempengaruhi enzim H,
K ATP-ase yang dianggap sebagai tahap akhir proses pembentukan asam lambung.

G. Komplikasi
Komplikasi GERD antara lain :
1. Esofagus barret, yaitu perubahan epitel skuamosa menjadi kolumner metaplastik.
2. Esofagitis ulseratif
3. Perdarahan
4. Striktur esofagus
5. Aspirasi
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Keadaan umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif
atau GCS dan respon verbal klien.
2. Tanda-tanda vital
Meliputi pemeriksaan :
1. Tekanan darah : sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda
2. Pulse rate
3. Respiratory rate
4. Suhu
3. Keluhan utama
Dikaji Awitan, durasi, kualitas dan karakteristik, tingkat keperahan. Lokasi, faktor
pencetus, manifestasi yang berhubungan :
Keluhan tipikal (esofagus) : heartburn, regurgitasi, dan disfagia.
Keluhan atipikal (eskstraesofagus) : batuk kronik, suara serak, pneumonia, fibrosis
paru, bronkiektasis, dan nyeri dada nonkardiak.
Keluhan lain : penurunan berat badan, anemia, hematemesis atau melena, odinofagia.
4. Riwayat kesehatan dahulu
a. Penyakit gastrointestinal lain
b. Obat-obatan yang mempengaruhi asam lambung
c. Alergi/reaksi respon imun
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Pola Fungsi Keperawatan
a. Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
Klien mengatakan agak sulit beraktivitas karena nyeri di daerah epigastrium,
seperti terbakar.
Data obyektif :
Tidak terjadi perubahan tingkat kesadaran.
Tidak terjadi perubahan tonus otot.
b. Eliminasi
Data Subyektif:
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan eliminasi.
Data obyektif:
Bising usus menurun (<12x/menit)
c. Makan/ minum
Data Subyektif:
Klien mengatakan mengalami mual muntah.
Klien mengatakan tidak nafsu makan.
Klien mengatakan susah menelan.
Klien mengatakan ada rasa pahit di lidah.
Data Obyektif:
Klien tampak tidak memakan makanan yang disediakan.
d. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
Klien mengatakan mengalami nyeri pada daerah epigastrium.
P : nyeri terjadi akibat perangsangan nervus pada esophagus oleh
cairan refluks.
Q : klien mengatakan nyeri terasa seperti terbakar
R : klien mengatakan nyeri terjadi pada daerah epigastrium.
S : klien mengatakan skala nyeri 1-10.
T : klien mengatakan nyerinya terjadi pada saat menelan
makanan. Nyeri pada dada menetap.
Data Obyektif:
Klien tampak meringis kesakitan.
Klien tampak memegang bagian yang nyeri.
Tekanan darah klien meningkat
Klien tampak gelisah
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit termasuk ekspresi
wajah dan posisi pasien, kesadaran yang dapat meliputi penilaian secara kualitatif seperti
compos mentis, apathis, somnolent, sopor, koma dan delirium.
b. Pemeriksaan tanda vital : Meliputi nadi (frekuensi, irama, kualitas), tekanan darah,
pernafasan (frekuensi, irama, kedalaman, pola pernafasan) dan suhu tubuh.
c. Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening. Kulit : Warna (meliputi pigmentasi,
sianosis, ikterus, pucat, eritema dan lain-lain), turgor, kelembaban kulit dan ada/tidaknya
edema. Rambut : Dapat dinilai dari warna, kelebatan, distribusi dan karakteristik lain.
Kelenjar getah bening : Dapat dinilai dari bentuknya serta tanda-tanda radang yang dapat
dinilai di daerah servikal anterior, inguinal, oksipital dan retroaurikuler.
d. Pemeriksaan kepala dan leher Kepala : Dapat dinilai dari bentuk dan ukuran kepala,
rambut dan kulit kepala, ubun-ubun (fontanel), wajahnya asimetris atau ada/tidaknya
pembengkakan, mata dilihat dari visus, palpebrae, alis bulu mata, konjungtiva, sklera,
pupil, lensa, pada bagian telinga dapat dinilai pada daun telinga, liang telinga, membran
timpani, mastoid, ketajaman pendengaran, hidung dan mulut ada tidaknya trismus
(kesukaran membuka mulut), bibir, gusi, ada tidaknya tanda radang, lidah, salivasi. Leher
: Kaku kuduk, ada tidaknya massa di leher, dengan ditentukan ukuran, bentuk, posisi,
konsistensi dan ada tidaknya nyeri telan
e. Pemeriksaan dada : Yang diperiksa pada pemeriksaan dada adalah organ paru dan
jantung. Secara umum ditanyakan bentuk dadanya, keadaan paru yang meliputi simetris
apa tidaknya, pergerakan nafas, ada/tidaknya fremitus suara, krepitasi serta dapat dilihat
batas pada saat perkusi didapatkan bunyi perkusinya, bagaimana(hipersonor atau
timpani), apabila udara di paru atau pleura bertambah, redup atau pekak, apabila terjadi
konsolidasi jarngan paru, dan lain-lain serta pada saat auskultasi paru dapat ditentukan
suara nafas normal atau tambahan seperti ronchi, basah dan kering, krepitasi, bunyi
gesekan dan lain-lai pada daerah lobus kanan atas, lobus kiri bawah, kemudian pada
pemeriksaan jantung dapat diperiksa tentang denyut apeks/iktus kordis dan aktivitas
ventrikel, getaran bising (thriil), bunyi jantung, atau bising jantung dan lain-lain
f. Pemeriksaan abdomen : data yang dikumpulkan adalah data pemeriksaan tentang ukuran
atau bentuk perut, dinding perut, bising usus, adanya ketegangan dinding perut atau
adanya nyeri tekan serta dilakukan palpasi pada organ hati, limpa, ginjal, kandung kencing
yang ditentukan ada tidaknya dan pembesaran pada organ tersebut, kemudian
pemeriksaan pada daerah anus, rektum serta genetalianya.
g. Pemeriksaan anggota gerak dan neurologis : diperiksa adanya rentang gerak,
keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman tangan, otot kaki, dan lain-lain.

B. DIAGNOSA
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual dan muntah /
pengeluaran yang berlebihan.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual, muntah.
3. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus.

C. INTERVENSI
Perencanaan
No. Diagnosa Rasional
Kriteria Hasil Intervensi
1. Defisit volume cairan Setelah dilakukan1. Monitor status hidrasi.1. Perubahan pada kapasitas
berhubungan dengan tindakan gaster dan mual sangat
pemasukan yang kurang, keperawatan mempengaruhi masukan
mual dan muntah / selama .....x 24 dan kebutuahan cairan,
pengeluaran yang jam, defisit volume peningkatan risiko
berlebihan. cairan pada dehidrasi.
klien dapat
Definisi: penurunan cairan diatasi dengan2. Kaji tanda vital, catat
2. Indikator
intravaskuler, interstisial kriteria hasil: perubahan TD, dehidrasi/hipovolemia,
dan atau interseluler. takikardi, turgor kulit keadekuatan penggantian
Mengarah ke dehidrasi Mempertahankan dan kelembaban cairan.
kehilangan cairan dengan urine output sesuai membran mukosa.
pengeluaran sodium. dengan usia BB, BJ
urine normal skala3. Berikan cairan
4 tambahan IV sesuai
3. Menggantikan kehilangan
indikasi. cairan dan memperbaiki
keseimbangan cairan dalam
fase segera dan pasien
mampu memenuhi cairan
Tidak ada tanda- per oral.
tanda dehidrasi,
elastisitas turgor 4. Memungkinkan
kulit baik dan tidak4. Dorong masukan oral penghentian tindakan
ada rasa haus yang bila mampu dukungan cairan infasif dan
berlebihan skala 4 kembali ke normal.

Berat badan stabil


skala 4

Hematokrit
menurun skala 4

Tidak ada ascites


skala 4

2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan1. Diskusikan pada


1. Dengan memilih makanan
nutrisi kurang dari tindakan pasien makanan yang yang disukai pasien maka
kebutuhan tubuh keperawatan disukainya dan selera makan si pasien akan
berhubungan dengan selama .....x 24 bertambah dan dapat
intake kurang akibat jam, nutrisi pada makanan yang tidak mengurangi rasa mual dan
mual dan muntah. klien dapat diatasi disukainya. muntah.
dengan kriteria
Definisi: intake nutrisi hasil: 2. Setelah tindakan
tidak cukup untuk pembagian, kapasitas gaster
keperluan metabolisme Status hasil: 2. Buat jadwal masukan menurun kurang dari 50 ml,
tubuh Peningkatan berat tiap jam. Anjurkan sehingga perlu makan
badan sesuai mengukur sedikit/sering.
dengan tujuan skala cairan/makanan dan
4 minum sedikit demi
sedikit atau makan
Tidak ada tanda- secara perlahan.
tanda malnutrisi
3. Menurunkan kemungkinan
skala 4 3. Beritahu pasien untuk
aspirasi.
duduk saat
Tidak ada makan/minum.
4. Makan berlebihan dapat
penurunan berat
mengakibatkan mual dan
4. Tekankan pentingnya
badan yang berarti
muntah
menyadari kenyang dan
skala 4
menghentikan
masukan.
Mengidentifikasi
skala nutrisi skala 4
5. Timbang berat badan
5. Pengawasan
tiap hari. Buat jadwal
Stamina dan energi
kehilangan dan alat
teratur setelah pulang.
ada skala 4
pengkajian kebutuhan
nutrisi
6. Kolaborasi dengan ahli
gizi

6. Perlu bantuan dalam


perencanaan diet yang
memenuhi kebutuhan
nutrisi
3. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan1. Kurangi faktor1. Dengan berkurangnya
dengan inflamasi lapisan tindakan presipitasi nyeri faktor pencetus nyeri maka
esofagus keperawatan pasien tidak terlalu
selama ......x 24 merasakan intensitas nyeri.
jam, pasien tidak 2. Menurunkan tegangan
mengalami nyeri,2. Tingkatkan istirahat abdomen dan meningkatkan
dengan kriteria rasa kontrol.
hasil:
3. Pemberian informasi yang
Mampu mengontrol3. Berikan informasi berulang dapat mengurangi
nyeri (tahu tentang nyeri seperti rasa kecemasan pasien
penyebab nyeri, penyebab nyeri, berapa terhadap rasa nyerinya.
mampu lama nyeri akan
menggunakan berkurang, dan
tehnik antisipasi
nonfarmakologi ketidaknyamanan
untuk mengurangi prosedur. 4. Meningkatkan relaksasi,
nyeri, mencari memfokuskan kembali
bantuan) 4. Ajarkan tentang teknik perhatian dan meningkatkan
nonfarmakologi seperti kemampuan koping.
Melaporkan bahwa teknik relaksasi nafas
nyeri berkurang dalam, distraksi dan
dengan kompres hangat/dingin.
menggunakan 5. Perlu penanganan obat
5. Berikan analgesik
manajemen nyeri untuk memudahkan istirahat
untuk mengurangi
adekuat dan penyembuhan
nyeri
Mampu mengenali
nyeri (skala,
intensitas, frekuensi
dan tanda

Tanda vital dalam


rentang normal

DAFTAR PUSTAKA
Bestari, Muhammad Begawan. 2015. Penatalaksanaan Gastroesofageal Reflux Disease
(GERD). Divisi Gastroentero-Hepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran / RS Dr. Hasan Sadikin Bandung CDK 188 / vol. 42 no.
7 / November 2015.
Sujono, Hadi. 2014. Gastroenterologi Edisi VII. Bandung: Penerbit PT Alumni.
Yusuf, Ismail. 2013. Diagnosis Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) Secara Klinis.PPDS
Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Vol. 22, No.3, Edition September - November 2013.

Anda mungkin juga menyukai