DISFAGIA
I.
PENGERTIAN
Dysphagia didefinisikan sebagai kesulitan makan. Dysphagia adalah
perkataan yang berasal dari bahasa Yunani dys yang berarti kesulitan atau
gangguan, dan phagia berarti makan. Disfagia berhubungan dengan kesulitan
makan akibat gangguan dalam proses menelan. Kesulitan menelan dapat
terjadi pada semua kelompok usia, akibat dari kelainan kongenital, kerusakan
struktur, dan/atau kondisi medis tertentu.
Disfagia adalah kesulitan menelan yang dapat pula disertai dengan nyeri
menelan. Esofagus normal merupakan suatu aktifitas terkoordinasi yang rumit
dimana cairan dan makanan padat diteruskan dari mulut kelambung. Mekanisme
ini juga mencegah aspirasi makanan ke dalam paru, regurgitasi kehidung, dan
refluks melalui sfingter esophagus bawah. Oleh sebab itu disfagia menyebabkan
dua masalah yang berbeda yaitu: pertama, seringkali ada penyebab dasar yang
serius. Dan kedua, menyebabkan konsekuensi berbahaya (misal, aspirasi atau
malnutrisi) (Walsh, 1999).
II.
ANATOMI PATOLOGI
1. Rongga mulut
Bibir dan pipi terutama disusun oleh sebagian besar otot orbikularis
oris yang dipersarafi oleh saraf fasialis. Ruangan di antara mukosa pipi bagian
dalam dan gigi adalah vestibulum oris. Palatum dibentuk oleh tulang dari
palatum durum di bagian depan dan sebagian besar dari otot palatum mole di
bagian belakang. Dasar mulut di antara lidah dan gigi terdapat kelenjar
sublingual dan bagian dari kelenjar submandibula.
Muara duktus sub mandibularis terletak di depan dari frenulum lidah.
Lidah merupakan organ muskular yang aktif. Dua pertiga depan dapat
III.
FISIOLOGI
Selama proses menelan, otot-otot diaktifkan secara berurutan dan secara
teratur dipicu dengan dorongan kortikal atau input sensoris perifer. Begitu proses
menelan dimulai, jalur aktivasi otot beruntun tidak berubah dari otot-otot perioral
menuju kebawah. Jaringan saraf, yang bertanggung jawab untuk menelan
otomatis ini, disebut dengan pola generator pusat. Batang otak, termasuk nucleus
tractus solitarius dan nucleus ambiguus dengan formatio retikularis berhubungan
dengan kumpulan motoneuron kranial, diduga sebagai pola generator pusat.
untuk meluncurkan bolus kebawah. lidah dubantu oleh dinding faringeal, yang
melakukan gerakan untuk mendorong makanan kebawah.
Sphincter esophageal atas relaksasi selama fase faringeal untuk menelan
dan dan membuka oleh karena pergerakan os hyoid dan laring kedepan. Sphincter
akan menutup setelah makanan lewat, dan struktur faringeal akan kembali ke
posisi awal. Fase faringeal pada proses menelan adalah involunter dan
kesemuanya adalah reflek, jadi tidak ada aktivitas faringeal yang ter jadi sampai
reflek menelan dipicu. Reflek ini melibatkan traktus sensoris dan motoris dari
nervus kranialis IX (glossofaringeal) dan X (vagus).
4. Fase Esophageal
Pada fase esophageal, bolus didorong kebawah oleh gerakan peristaltik.
Sphincter esophageal bawah relaksasi pada saat mulai menelan, relaksasi ini
terjadi sampai bolus makanan mecapai lambung. Tidak seperti shincter esophageal
bagian atas, sphincter bagian bawah membuka bukan karena pengaruh otot-otot
ekstrinsik. Medulla mengendalikan reflek menelan involunter ini, meskipun
menelan volunter mungkin dimulai oleh korteks serebri. Suatu interval selama 820 detik mungkin diperlukan untuk kontraksi dalam menodorong bolus ke dalam
lambung.
IV.
ETIOLOGI
Disfagia sering disebabkan oleh penyakit otot dan neurologis. Penyakit ini
mengakibatkan
PATOFISIOLOGI
Transportasi normal bolus makanan yang ditelan lewat lintasan gerakan
menelan tergantung pada ukuran bolus makanan yang ditelan, diameter lumen
lintasan untuk gerakan menelan, dan kontraksi peristaltik (Price, 2006). Disfagia
dibedakan atas disfagia mekanis dan disfagia motorik.
1.
Disfagia mekanis
Disfagia mekanik dapat disebabkan oleh bolus makanan yang sangat besar,
adanya penyempitan instrinsik atau kompresi ekstrinsik lumen lintasan
untuk gerakan menelan. Pada orang dewasa, lumen esofagus dapat
mengembang hingga mencapai diameter 4 cm, jika esofagus tidak mampu
berdilatasi hingga 2,5 cm, gejala disfagia dapat terjadi tetapi keadaan ini
selalu terdapat kalau diameter esofagus tidak bisa mengembang hingga
diatas 1,3 cm. lesi yang melingkar lebih
daripada lesi yang mengenai sebagian lingkaran dari dinding esofagus saja
2. Disfagia motorik
Disfagia motorik dapat terjadi akibat kesulitan dalam memulai gerakan
menelan atau abnormalitas pada gerakan peristaltik dan akibat inhibisi
deglutisi yang disebabkan oleh penyakit pada otot lurik atau otot polos
esofagus. Disfagia motorik faring disebabkan oleh kelainan neuromuskuler
yang menyebabkan paralisis otot (Price, 2006)
VI.
KLASIFIKASI
1. Disfagia Mekanis
a. Luminal
Diakibatkan oleh: Bolus yang besar, Benda asing,
b. Penyempitan instrinsik
1)
pusat menelan
b. Kelainan pada otot lurik
1) Kelemahan otot (Paralisis bulbar, Neuromuskuler, Kelainan otot)
2) Kontraksi dengan awitan stimultan atau gangguan inhibisi deglutisi
(Faring dan esophagus, Sfingther esophagus bagian atas)
c. Kelainan pada otot polos esophagus
1) Paralisis otot esophagus yang menyebabkan kontraksi yang lemah
2) Kontraksi dengan awitan simultan atau gangguan inhibisi deglutis
3) Sfingter esophagus bagian bawah. (Harrison, 1999)
VII.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari disfagia dapat dilihat dengan adanya gangguan pada
menunjukkan kelemahan otot-otot palatum atau faring bagian atas. Suara serak,
nyeri menelan, dan nyeri telinga merupakan gejala tumor hipofaring. Sedang
aspirasi sering terjadi pada gangguan neurologik (Walsh, 1999).
Tanda dan gejala secara umum:
IX.
PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
Terapi terbaik untuk Disfagia adalah terapi langsung pada penyebab
disfagia itu sendiri, dapat diberikan obat seperti pada gangguan disfagia
akibat radang pada esophagus. Pengobatan dapat melibatkan latihan
otot untuk memperkuat otot-otot facial atau untuk meningkatkan koordinasi.
Pembedahan
1. Pembedahan gastrostomy
Pemasangan secara operasi suatu selang gastrostomy memerlukan
2.
minuman
minumannya. Orang
mungkin
lain
memerlukan
mungkin harus
pengental
menghindari
khusus
makanan
untuk
atau
X.
PENGKAJIAN
Pada Pemeriksaan fisik, periksa mekanisme motoris oral dan laryngeal.
Pemeriksaan nervus V dan VII-XII penting dalam menentukan bukti fisik dari
disfagia orofaringeal.
1.
2.
oral.
Periksa kesadaran dan status kognitif pasien karena dapat mempengaruhi
3.
4.
5.
6.
7.
menelan, amati pasien selama 1 menit atau lebih jika ada batuk tertunda.
8. Batasan keluhan disfagia (rongga mulut, orofaring, esofagus)
9.
Lama dan progresifitas keluhan disfagia
10. Saat timbulnya keluhan disfagia dalam proses menelan (makan padat,
cair, stress psikis dan fisik)
11. Keluhan penyerta : odinofagi, BB turun cepat, demam, sesak nafas,
12.
kardiovaskuler dll)
13. Penggunaan obat-obat yg mengganggu proses menelan (anastesi,
muskulorelaksan pusat)
14. Evaluasi pola hidup, usia, hygiene mulut, pola makanan
15. Riwayat operasi kepala dan leher sebelumnya
16. Pengkajian keperawatan yang perlu dilakukan pada pasien yang
mengalami gangguan menelan atau disphagya meliputi :
Riwayat penyakit
Riwayat stroke
XI.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan spesifik untuk menilai adanya kelainan anatomi atau
sumbatan mekanik :
Penunjang
1.
Barium Swallow
(Esofagogram)
Kegunaan
2. CT Scan
3. MRI
4. Laringoskopi direk
5.
Esofagoskopi
6.
Endoskopi
ultrasound
laring
Menilai lumen esofagus, biopsi
Menilai lesi submukosa
Penunjang
Kegunaan
1.
Modified barium
swallow
2.
Leksible fiber
optic faringoskop
Menilai pergerakan faring dan laring
3.
Video floroscopy
recording
4.
Scintigraphy
EMG
6.
Manometri
pHmetri 24 jam
Menilai gangguan motilitas peristaltik
Pemeriksaan refluks esofagitis
XII.
PATHWAY
Gangguan esophagus:
-
Peradangan inflamasi
Kelemahan
(diverticulum)
Penyempitan
Trauma
Obstruksi
Degenerative
Gangguan
Neurologis peristaltic
otot
esophagus
Nyeri saat
menelan
Anorexia
Resiko aspirasi
XIII. DIAGNOSA
1. Gangguan menelan b/d gangguan neuromuscular ( penurunan kekuatan
atau ekskursi otot/ penurunan syaraf menelan).
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa esofagus.
3. Risiko asirasi b/d ketidak mampuan menelan
XIV. INTERVENSI
No
1.
Diagnose
Gangguan
b/d
Noc
Nic
menelan Setelah dilakukan
1. Pantau gerakan
lidah klien saat
gangguan tindakan keperawatan
selama 2x24 jam,
makan
neuromuscular
( penurunan kekuatan
atau
ekskursi
penurunan
menelan).
otot/
syaraf
1.
2.
3.
klien
dapat
menunjukkan
perawatan
diri
:
makan yang ditandai
dengan :
Mengidentifikasi
factor
emosi/psikologis
yang
memengaruhi
menelan
Makan
tanpa
tersedak
atau
aspirasi
Tidak ada kerusakan
otot
tenggorok
atau
fasial,
menelan,
menggerakkan
lidah, atau reflex
muntah
2.
Pantau
adanya
penutupan
bibir
saat
makan,
minum,
dan
menelan
3. Kaji mulut dari
adanya makanan
setelah makan
Pendidikan
untuk
pasien/keluarga
4. Ajarkan pasien
untuk menggapai
makanan di bibir
atau di pipi dengan
menggunakan
lidah
5. Ajarkan
pasien/pemberi
perawatan tentang
tindakan
kegawatan
terhadap tersedak
Aktivitas kolaboratif
6. Konsultasikan
dengan ahli gizi
tentang makanan
yang
mudah
ditelan
7. Kolaborasikan
dengan ahli terapi
wicara
untuk
mengajarkan
keluarga
pasien
tentang
program
latihan menelan
Aktivitas Lain
8. Berikan
perawatan mulut,
jika diperlukan
9. Bantu
pasien
untuk
memposisikan
kepala fleksi ke
depan
untuk
menyiapkan
menelan.
2.
Nyeri
1. Gunakan laporan
dari pasien sendiri
sebagai
pilihan
pertama
untuk
mengumpulkan
informasi
pengkajian.
2. Dalam mengkaji
nyeri
pasien,
gunakan kata-kata
yang
konsisten
dengan usia dan
tingkat
perkembangan
pasien
Pendidikan
untuk
pasien
dan
keluarga
3. Instruksikan
pasien
untuk
menginformasikan
kepada
perawat
jika
pengurang
nyeri tidak dapat
dicapai
4. Informasikan
pada
pasien
tentang prosedur
yang
dapat
meningkatkan
nyeri dan tawarkan
saran koping
Aktivitas lain
5. Bantu
pasien
untuk
lebih
berfokus
pada
aktifitas daripada
nyeri/
ketidaknyamanan
dengan melakukan
pengalihan melalui
televisi, radio, tape
dan kunjungan.
3.
Risiko
ketidak
menelan
asirasi
b/d Setelah
dilakuakan
dan
tersedak
kriteria hasil:
1. Klien
bernafas
mudah
2. Asien
tidak
dengan
dapat
dengan
dapat
menelan,
mengunyah tanpa
terjadi aspirasi
3. Jalan nafas paten
DAFTAR PUSTAKA
Collier,J,2009. Nutrisi dalam Disfagia.diatetics.co.uk
1. Berikan posisi
tubuh
tegak/duduk/sete
ngah duduk pada
saat makan atau
minum
2.
Hindari posisi
kepala over
ekstensi pada saat
pasien mencoba
makan atau
minum
3. Berikan makanan
yang lunak yang
dapat diatur oleh
lidah untuk
didorong
masuk/ditelan
4. Hindari memberi
air dalam jumlah
yang banyak
sekaligus untuk
diteguk