Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM PERSYARAFAN
MIGRAIN

DI SUSUN
OLEH

MUKHLIS SIDIK
NIM 1914401183
RPL.3

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI DIII RPL KEPERAWATAN
TAHUN 2020

LAPORAN PENDAHULUAN
MIGRAIN

A. DASAR TEORI
A.1. DEFINISI DIAGNOSA MEDIS
Migren adalah nyeri kepala berulang dengan adanya interval bebas gejala dan
sedikitnya memiliki 3 dari gejala berikut: nyeri perut, mual atau muntah, nyeri kepala
berdenyut, unilateral, adanya aura (visual, sensori, motorik), gejala berkurang dengan
tidur, dan adanya riwayat keluarga yang sama.
Menurut International Headache Society (IHS) migren adalah nyeri kepala
vaskular berulang dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam. Nyeri biasanya
sesisi (unilateral), sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat,
diperberat oleh aktivitas, dan dapat disertai dengan mual dan atau muntah, fotofobia,
dan fonofobia.

A.2. EPIDEMIOLOGI KASUS


Migren diperkirakan dua sampai tiga kali lebih sering pada perempuan
daripada laki-laki dan paling sering terjadi pada perempuan berusia kurang dari 40
tahun, cenderung dijumpai dalam satu keluarga dan diperkirakan memiliki dasar
genetik. Sekitar 70% hingga 80% penderita migren memiliki anggota keluarga dekat
yang menderita nyeri kepala. Di Indonesia maupun negara berkembang lainnya,
prevalensi penderita migren cukup sulit diketahui secara pasti karena sebagian besar
penderita tidak terdiagnosis dan terobati dengan baik.

A.3. ETIOLOGI
Penyebab nyeri kepala migren tidak diketahui. Faktor keturunan, stres,
olahraga, makanan tertentu seperti coklat, kopi berperan sebagai faktor predisposisi
migren. Perubahan hormonal, alergi makanan, paparan terhadap cahaya silau dan
suara yang bising berpengaruh terhadap migren. Hormon sangat berpengaruh terhadap
patofisiologi migren, terbukti dengan ditemukannya wanita yang lebih banyak
menderita migren pada usia pubertas. Rangsang nyeri dari struktur kranial lain,
terutama struktur miofasial dapat terintegrasi dengan rangsang nyeri vaskuler dari
pembuluh darah kepala. Kedua rangsang nyeri ini berkumpul di inti spinal nervus
trigeminus di batang otak, selanjutnya disalurkan ke talamus. Inti batang otak ini
mendapat pengaruh fasilitasi dan inhibisi dari supraspinal yang umumnya bergantung
pada faktor emosi dan psikososial.

A.4. TANDA & GEJALA


Gejala klinik yang sering dijumpai pada migren berupa nyeri kepala berulang,
biasanya unilateral dengan interval bebas gejala dengan disertai minimal tiga keluhan
seperti nyeri perut, mual atau muntah, nyeri kepala berdenyut, berhubungan dengan
aura (visual, sensorik ataupun motorik), membaik dengan tidur, dan adanya riwayat
keluarga migren.
Pada migren tanpa aura, selain keluhan diatas, dapat juga dijumpai keluhan
pucat, fotofobia, fonofobia, osmofobia, dan parestesia. Sedang pada migren dengan
aura, sebelum terjadinya nyeri kepala, biasanya didahului dengan aura. Aura visual
muncul dengan gejala pandangan kabur, skotoma, fotopsia, fortification spectra, dan
distorsi ireguler terhadap objek. Pada beberapa orang, terkadang disertai vertigo dan
lightheadedness. Aura sensorik muncul berupa parestesia perioral dan kebas atau mati
rasa pada tangan dan kaki. Migren dengan atau tanpa aura mempunyai patofisiologi
yang sama, tergantung intensitas iskemik pada serebral yang akan menimbulkan ada
atau tidak adanya aura.

A.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG & HASILNYA SECARA TEORITIS


Pemeriksaan penunjang bertujuan untuk menyingkirkan diagnosis banding.
1. CT scan dan MRI kepala
2. Pungsi lumbal

A.6. PENATALAKSANAAN MEDIS


Ada tiga aspek penting dalam perawatan: menghindari pencetus, mengontrol
gejala akut, dan pencegahan farmakologi. Pengobatan lebih efektif bila digunakan
pada masa awal serangan. Penggunaan obat yang sering dapat menyebabkan sakit
kepala kelebihan pengobatan, keadaan di mana sakit kepala menjadi lebih parah dan
lebih sering. Hal ini dapat timbul pada pemakaian triptans, ergotamines, dan
analgesik, terutama analgesik narkotik.

1. Analgesik
Jenis yang direkomendasikan sebagai perawatan awal untuk mereka dengan
gejala ringan hingga moderat adalah analgesik sederhana seperti obat anti
inflamasi non-steroid (NSAID) atau kombinasi dari asetaminofen, asam
acetilsalisilat, dan kafein.[11] Sejumlah NSAID memberikan bukti mendukung
penggunaannya. Ibuprofen terbukti memberikan menyembuhkan rasa nyeri pada
sebagian orang. Diclofenac telah terbukti efektif.
Aspirin dapat mengatasi nyeri migrain moderate hingga parah, dengan efektivitas
yang mirip sumatriptan. Ketorolac tersedia dalam formulasi intravena.
Parasetamol (juga dikenal sebagai asetaminofen), digunakan sendiri atau
dikombinasikan dengan metoklopramid, merupakan pengobatan efektif lainnya
dengan risiko merugikan yang rendah.
2. Triptan
Triptan seperti sumatriptan efektif baik untuk nyeri dan mual pada hampir 75%
penderita. Ini merupakan perawatan yang awalnya direkomendasikan untuk
mereka dengan nyeri moderat hingga parah atau mereka dengan gejala yang tidak
memberikan respon pada analgesik sederhana. Berbagai sediaan tersedia termasuk
bentuk oral, injeksi, nasal spray, dan tablet hisap. Secara umum, semua triptan
tampaknya sama efektifnya, dengan efek samping yang sama. Namun, seseorang
dapat memberikan respon yang lebih baik terhadap yang lebih spesifik. Umumnya
efek samping ringan, seperti flushing; bagaimanapun, kasus jarang seperti
penyakit jantung iskemik pernah terjadi. Sehingga obat ini tidak
direkomendasikan untuk seseorang dengan penyakit kardiovaskuler. Walaupun
secara historis tidak direkomendasikan untu mereka dengan migrain basiler tidak
ada bukti spesifik kerusakan karena penggunaannya pada populasi ini yang
mendukung peringatan ini. Obat ini tidak menyebabkan adiktif, tetapi dapat
menyebabkan sakit kepala karena kelebihan bila digunakan lebih dari 10 hari per
bulan.
3. Ergotamin
Ergotamin dan dihidroergotamin adalah pengobatan lama yang masih diresepkan
untuk migrain, yang terakhir merupakan nasal spray dan sediaan injeksi.
Pengobatan ini sama efektifnya dengan triptan, dan mengalami efek merugikan
yang biasanya tidak parah. Pada kasus sudah lemah, seperti pada status
migrainosus, ini merupakan pilihan perawatan yang efekftif.
4. Lainnya
Metoklopramida intravena atau lidokain intranasal adalah pilihan-pilihan potensial
lainnya. Metoklopramida adalah pengobatan yang direkomendasikan untuk
mereka yang berada di bagian UGD. Suatu dosis tunggal dari deksametason
intravena, ketika diberikan pada pengobatan standar dari suatu serangan migrain,
diasosiasikan dengan penurunan kekambuhan sakit kepala sebesar 26% dalam 72
jam berikutnya. Manipulasi tulang belakang untuk mengobati sakit kepala migrain
yang berkelanjutan terbukti tidak didukung. Direkomendasikan bahwa golongan
opioid dan barbiturat tidak digunakan.

A.7. PATOFISIOLOGI / PATHWAY

Patofisiologi migren masih belum jelas, namun ada tiga teori yang dapat
menjelaskan mekanisme terjadinya migren. Teori pertama adalah teori vaskular yang
menyebutkan bahwa pada serangan migren terjadi vasodilatasi arteri ekstra kranial.
Teori kedua adalah teori neurologi yang menyebutkan bahwa migren adalah akibat
perubahan neuronal yang terjadi di area otak yang berbeda dan dimediasi perubahan
sistem neurotransmisi. Teori ini fokus pada fenomena depolarisasi kortikal yang
menyebar yang menyebabkan munculnya aura. Teori ketiga menyebutkan tentang
perubahan vaskular akibat disfungsi neuronal sehingga terjadi vasodilatasi meningeal
Berdasarkan gejala klinis migren, terdapat tiga fase terjadinya migren yaitu
pencetus, aura dan nyeri kepala. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pencetus
melibatkan batang otak sebagai pembangkit migren dan mungkin berhubungan
dengan channelopathy familial. Setelah itu, aliran darah otak regional berkurang
yang diikuti depresi gelombang penyebaran kortikal. Pada penderita dengan aliran
darah otak yang menurun, maka aura akan muncul. Aliran darah otak yang
berkurang ini akan diikuti oleh vasodilatasi selama munculnya nyeri kepala, yang
mungkin akibat dari perubahan aktivitas neuron yang mensarafi arteri kranial.
Penelitian imunohistokimiawi mendapatkan adanya neurotransmiter selain
noradrenalin dan asetilkolin yang bersifat vasodilator yaitu 5-HT, vasoactive
intestinal peptide (VIP), nitric oxide (NO), substansi P, neurokinin A dan CGRP.
Vasodilatasi kranial menyebabkan aliran darah yang meningkat setiap kali jantung
berdetak sehingga terjadi pulsasi pada pembuluh darah yang terlibat. Pulsasi
tersebut akan dirasakan oleh reseptor regangan pada dinding vaskular dan
menyebabkan peningkatan sensorik saraf perivascular. (trigeminus). sehingga
terjadi nyeri kepala dan gejala lain. Rangsangan trigeminal ini akan mengeluarkan
neuropeptida sehingga vasodilatasi dan aktivitas saraf perivaskular bertambah.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
B.1. DAFTAR DX KEPERAWATAN YG MUNGKIN MUNCUL PADA KASUS
1. Diagnosis Keperawatan :.
Definisi :
DS & DO Yg mendukung :
Tujuan :

Rencana Intervensi :

2. Diagnosis Keperawatan :
Definisi :
DS & DO Yg mendukung :
Tujuan :
Rencana Intervensi :

3. Diagnosis Keperawatan :
Definisi :
DS & DO Yg mendukung :
Tujuan : kecemasan pasien teratasi
Rencana Intervensi :
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai