Anda di halaman 1dari 27

STUDI KASUS FARMASI RUMAH SAKIT DAN KLINIK

MIGRAN HEADACHE

Dosen Pengampu :

Dr. Gunawan Pamudji Widodo, M.Si., Apt

Disusun Oleh :

Apoteker Kelas A

Kelompok 3 / Kasus 3

Della Fibrilia 1720333586


Deni YudaAdi 1720333587

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian
Menurut International Headache Society, 2004, migren adalah nyeri
kepala dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam. Nyeri biasanya
unilateral, sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat dan
diperberat oleh aktivitas, dan dapat disertai mual, muntah, fotofobia dan
fonofobia.

Migren merupakan ganguan yang bersifat familial dengan karakteristik


serangan nyeri kepala yang episodic (berulang-ulang) dengan intensitas,
frekuensi dan lamanya yang berbeda-beda. Nyeri kepala biasanya bersifat
unilateral, umumnya disertai anoreksia, mual dan muntah.

B. Patofisiologis Migrain
Migren dianggap sebagai hasil dari aktivitas di dalam tigeminovaskular
yang menyebabkan pelepasan neuropeptida vasoaktif sehingga terjadi
vasodilatasi, ekstravasi plasma dural dan peradangan perivaskular. Gejala yang
berhubungan dengan aura diperkirakan merupakan akibat dari saraf yang tidak
berfungsi dan ditandai dengan berkurangnya gelombang aktivitas elektrik yang
disampaikan ke korteks serebral. Aura juga berkaitan dengan menurunnya aliran
darah ke otak.

Patogenesis migren disebabkan oleh ketidakseimbangan aktivitas sel saraf


(neuron) yang mengandung serotonin dan/atau jalur noradrenergik di inti (nuclei)
batang otak yang mengatur pembuluh darah otak dan persepsi nyeri.
Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah
intrakranial serta aktivasi sistem trigemenivaskuler.

Serotonin (5-hidroksitriptamin, atau 5-HT) merupakan mediator migren.


Obat anti migren akut seperti alkaloid ergot dan turunan triptan merupakan agonis
dari subtipe reseptor 5-HT1, vaskuler dan neuronal, sehingga menyebabkan
vasokontriksi dan hambatan pelepasan neuro-peptida vasoaktif dan transmisi
sinyal nyeri. Obat profilaksis migren menstabilkan neurotransmisi serotonin dan
meningkatkan ambang batas nyeri dengan cara antagonisme atau mengurangi
kerja reseptor 5-HT2, atau dengan cara mengatur pembuangan (discharge)
serotonin neuronal.

C. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan hasil penelitian multisenter berbasis rumah sakit pada 5 rumah
sakit di Indonesia, didapatkan prevalensi penderita nyeri kepala sebagai berikut :
Migren tanpa aura 10%, Migren dengan aura 1,8%, Episodik Tension type
Headache 31%, Chronic Tension type Headache (CTTH) 24%, Cluster Headache
0.5%, Mixed Headache 14%. Prevalensi migrain bervariai berdasarkan umur dan
jenis kelamin. Migrain dapat terjadi mulai masa kanak-kanak sampai dewasa.
Sekitar 65-75% penderita migrain adalah wanita. Insedensyna ira-kira dua kali
pria. Pada wanita, datangnya serangan berkaitan dengan datang bulan (beberapa
hari sebelym, selama atau akhir), selama 3 bulan pertama keamilan, biasanya tidak
mengalami nyeri kepala. Sejumlah kecil penderita mulai merasakan serangan pada
waktu hamil, umumnya pada trismester I. Selain itu 40 % wanita mengalami
sindrom premenstruasi dengan gejala berupa gangguan mental dan nyeri somatik
yang disebabkan oleh perubahan hormonal.
D. Manifestasi Klinis
1. UMUM
Migrain adalah jenis sakit kepala yang lazim ditemui, bersifat berat badan
kambuhan (reccurent) yang mempengaruhi fungsi tubuuh normal. Migrain termasuk
ke dalam gangguan sakit kepala primer dan dibagi menjadi dua subtipe besar, yaitu
migrain dengan aura dan tanpa aura.
2. Gejala
a. Migren adalah kondisi kronis dengan serangan-serangan yang berulang.
Kebanyakan ( namun tidak semua ) serangan - serangan migren berhubungan
dengan sakit-sakit kepala.
b. Sakit-sakit kepala migren biasanya digambarkan sebagai nyeri yang hebat,
berdenyut dan terus menerus yang melibatkan satu pelipis ( Adakalanya nyeri
berlokasi pada dahi, sekitar mata, atau pada belakang kepala ).
c. Nyeri biasanya unilateral ( pada satu sisi kepala ), meskipun kira-kira sepertiga
dari waktu nyeri adalah bilateral ( pada kedua sisi kepala ).
d. Sakit-sakit kepala unilateral secara khas merubah sisi-sisi dari satu serangan ke
serangan berikutnya. (Nyatanya, sakit-sakit kepala unilateral yang selalu
terjadi pada sisi yang sama harus menyiagakan dokter untuk
mempertimbangkan sakit kepala sekunder, contohnya, satu yang disebabkan
oleh tumor otak).
e. Sakit kepala migren biasanya diperburuk oleh aktivitas-aktivitas harian seperti
menaiki tangga.
f. Mual, muntah, diare, kepucatan muka, tangan-tangan dingin, kaki-kaki dingin,
dan kepekaan pada cahaya dan suara umumya disertai sakit-sakit kepala
migraine. Sebagai akibat dari kepekaan ini pada cahaya dan suara, penderita-
penderita migraine biasanya menyukai berbaring dalam kamar yang sunyi dan
gelap selama serangan. Serangan yang khas berlangsung antara 4 dan 72 jam.

3. Faktor Pencetus Terjadinya Migrain:


a. Menstruasi biasa pada hari pertama menstruasi atau sebelumnya/
perubahan hormonal.
Beberapa wanita yang menderita migren merasakan frekuensi serangan
akan meningkat saat masa menstruasi. Bahkan ada diantaranya yang hanya
merasakan serangan migren pada saat menstruasi. Istilah menstrual migraine
sering digunakan untuk menyebut migren yang terjadi pada wanita saat dua
hari sebelum menstruasi dan sehari setelahnya. Penurunan kadar estrogen
dalam darah menjadi biang keladi terjadinya migren.
b. Kafein
Caffeine terkandung dalam banyak produk-produk makanan (cola, tea,
coklat, kopi) dan analgesic-analgesic OTC. Caffeine dalam dosis-dosis yang
rendah dapat meningkatkan kesiap siagaan dan energi, namun caffeine dalam
dosis-dosis yang tinggi dapat menyebabkan insomnia, keiritasian, ketakutan
(anxiety), dan sakit-sakit kepala. Penggunaan yang berlebihan dari analgesic-
analgesic yang mengandung caffeine menyebabkan kembalinya sakit-sakit
kepala. Lebih jauh, individu-individu yang mengkonsumsi tingkat-tingkat
yang tinggi dari caffeine secara teratur adalah lebih mudah mengembangkan
sakit-sakit kepala penarikan (withdrawal headaches) ketika caffeine
dihentikan dengan tiba-tiba.
c. Puasa dan terlambat makan
Puasa dapat mencetuskan terjadinya migren oleh karena saat puasa terjadi
pelepasan hormon yang berhubungan dengan stress dan penurunan kadar gula
darah. Hal ini menyebabkan penderita migren tidak dianjurkan untuk berpuasa
dalam jangka waktu yang lama.
d. Makanan misalnya akohol, coklat, susu, keju dan buah-buahan.
Cokelat dilaporkan sebagai salah satu penyebab terjadinya migren, namun
hal ini dibantah oleh beberapa studi lainnya yang mengatakan tidak ada
hubungan antara cokelat dan sakit kepala migren. Anggur merah dipercaya
sebagai pencetus terjadinya migren, namun belum ada cukup bukti yang
mengatakan bahwa anggur putih juga bisa menyebabkan migren.Tiramin
(bahan kimia yang terdapat dalam keju, anggur, bir, sosis, dan acar) dapat
mencetuskan terjadinya migren, tetapi tidak terdapat bukti jika mengkonsumsi
tiramin dalam jumlah kecil akan menurunkan frekuensi serangan migren.
Penyedap masakan atau MSG dilaporkan dapat menyebabkan sakit kepala,
kemerahan pada wajah, berkeringat dan berdebar debar jika dikonsumsi dalam
jumlah yang besar pada saat perut kosong. Fenomena ini biasa disebut
Chinese restaurant syndrome. Aspartam atau pemanis buatan yang banyak
dijumpai pada minuman diet dan makanan ringan, dapat menjadi pencetus
migren bila dimakan dalam jumlah besar dan jangka waktu yang lama.
e. Cahaya kilat atau berkelip.
Cahaya - cahaya terang dan stimuli penglihatan lain yang berintensitas
tinggi dapat menyebabkan sakit-sakit kepala pada orang yang sehat serta
pasien - pasien dengan sakit-sakit kepala migren, namun orang yang
menderita migren nampaknya mempunyai ambang batas yang lebih rendah
dari normal untuk nyeri sakit kepala yang diinduksi cahaya. Sinar matahari,
televisi, dan cahaya - cahaya yang berkilat semuanya telah dilaporkan
mempercepat sakit-sakit kepala migren.
f. Psikis baik pada peristiwa duka ataupun pada peristiwa bahagia
(stress)
g. Banyak tidur atau kurang tidur
Gangguan mekanisme tidur seperti tidur terlalu lama, kurang tidur, sering
terjaga tengah malam, sangat erat hubungannya dengan migren dan sakit
kepala tegang, sehingga perbaikan dari mekanisme tidur ini akan sangat
membantu untuk mengurangi frekuensi timbulnya migren. Tidur yang baik
juga dilaporkan dapat memperpendek durasi serangan migren.

Tabel 1. Pemicu terjadinya migrain


BAB II
TATALAKSANA TERAPI

A. Algoritma Pengobatan untuk sakit kepala migren

Gambar 1. Algoritma Treatment pada nyeri kepala migren (Dipiro et al. 2012)
Gambar 5. Terapi farmakologi pada Acute Migrain

TERAPI ABORTIF
1. Serotonin agonis reseptor (triptans)
Triptan adalah terapi lini pertama yang sesuai untuk pasien dengan migrain
ringan sampai parah atau sebagai terapi penyelamatan ketika obat spesifik tidak
efektif. Tiptan merupakan agonis selektif reseptor 5HT1B dan 5HT1D.
Efek samping dari triptans termasuk parestesia, kelelahan, pusing, muka merah,
sensasi hangat, dan mengantuk. Pemberian obat secara intranasal dapat
menyebabkan ketidaknyamanan pada hidung.
Kontraindikasi: penyakit jantung iskemik, hipertensi yang tidak terkontrol,
serebrovaskular, penyakit, hemiplegia dan migrain basilar, dan kehamilan. Jangan
berikan triptans dalam waktu 24 jam administrasi derivatif ergotamine atau dalam
waktu 2 minggu dari terapi dengan inhibitor monoamine oxidase. Penggunaan
bersamaan triptans dengan selektif serotonin reuptake inhibitor atau serotonin-
norepinefrin reuptake inhibitor dapat menyebabkan sindrom serotonin, suatu
kondisi yang berpotensi mengancam jiwa.

2. Ergot Alkaloids And Derivatives


Alkaloid Ergot berguna untuk serangan migrain yang parah. Agonis
nonselektif reseptor 5HT1 yang menyempitkan pembuluh darah intrakranial dan
menghambat pengembangan inflamasi neurogenik dalam sistem
trigeminovaskular. Vena dan penyempitan arteri terjadi. Ergotamin tartrate tersedia
untuk oral, sublingual, dan pemakaian ke dubur.
Efek samping umum lainnya termasuk sakit perut, kelemahan, kelelahan,
parestesia, nyeri otot, diare, dan sesak dada. Gejala yang parah iskemia perifer
(ergotism) meliputi dingin, mati rasa, ekstremitas menyakitkan; ekstremitas
gangren, infark miokard (MI), nekrosis hati, dan usus dan otak iskemia memiliki
jarang terjadi dengan ergotamine.
Kontraindikasi penggunaan derivatif ergot termasuk gagal ginjal dan hati;
koroner,
serebral, atau perifer penyakit pembuluh darah; hipertensi yang tidak terkontrol;
sepsis; dan wanita yang sedang hamil atau menyusui.

TERAPI FARMAKOLOGI
1. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi pengobatan pada migren secara garis besar dibagi
menjadi dua yaitu terapi simtomatik atau akut berupa penghilangan gejala sakit
biasanya dengan pemberian analgesik, NSAID, Golongan Ergotamin, SRA dan
golongan Opioid pada pasien dengan episode migren akut dan terapi profilaksis
bertujuan untuk mengurangi kekambuhan biasanya pasien kronis yang tidak
responsif terhadap pengobatan berefek pendek. Adapun obat-obat yang biasanya
digunakan yaitu Golongan Antidepresan trisiklik, -Bloker, Antikonvulsan, Ca-
Chanal Bloker, NSAID (Neproxan). Obat-obat ini merupakan first line terapi pada
pasien migrain. Sedangkan Second line terapi diberikan apabila pasien tidak dapat
merespon dengan pemberian obat first line theraphy. Golongan obat Second line
terapi diantaranya Antiseizure, Muscle Relaxans, Antidepresan (Duloxetin), dan
natural agent (Petadolex).

1 Analgesik dan Anti Inflamasi Nonsteroid (NSAID)


Merupakan firstline pengobatan untuk ringan sampai serangan migrain
sedang. Aspirin, diklofenak, ibuprofen, ketorolak, naproksen natrium, asam
tolfenamik, dan kombinasi asetaminofen plus aspirin dan kefein menunjukkan
bukti manfaat yang paling efektif.
2 Alkaloid Ergot dan Turunannya
Alkaloid ergot merupakan agonis 5-HT yang bersifat nonselektif yang
digunakan untuk serangan migrain parah. Kerja nya membuat pembuluh darah
intrakranial menjadi konstriksi dan menghambat timbulnya peradangan/inflamasi
neurogenik di sistem trigeminovaskuler.
3 Agonis Reseptor Serotonin (Golongan Triptan)
Sumatriptan, zolmitriptan, rizatriptan, almotriliptan, frovatriptan, dan
eletriptan merupakan terapi lini pertama untuk pasien dengan migren sedang
sampai berat atau sebagai terapi darurat jika obat lain yang tak spesifik tidak
berhasil.
4 Golongan Opioid
Opioid dan turunannya (misal: meperidin, butorfanol, oksikodon,
hidromorfon) memberikan efek menyembuhkan migren jenis intractable (tidak
sembuh dengan obat lain) tetapi hanya boleh diberikan kepada pasien yang
jarang mengalami sakit kepala sedang sampai berat, dimana terapi konvensional
dikontraindikasikan atau sebagai pertolongan darurat setelah gagal merespon
obat konvensional.
5 Golongan Glukokortikoid
Pemberian golongan glukokortikoid oral atau parenteral jangka pendek
(misal prednison, deksametason, hidrokortison) berguna pada sakit kepala
membandel yang telah berlangsung selama beberapa hari. Golongan
kortikosteroid mungkin menjadi terapi darurat yang efektif, yaitu migren berat
yang berlangsung sampai 1 minggu.
B. Algoritma pengobatan untuk manajemen profilaksis migren

Gambar 2. Algoritma Profilaksis pada nyeri kepala migren (Dipiro et al. 2012)

TERAPI PROFILAKSIS MIGRAIN


Gambar 3. Terapi farmakologi profilaksis pada Migrain

1) Antagonis -Adrenergik
Golongan -bloker (propranolol, nadolol, timolol, atenolol, dan metoprolol) merupakan
obat yang paling banyak untuk mencegah migren.Obat ini harus digunakan dengan hati-hati
pada pasien dengan gagal jantung, penyakit pembuluh darah perifer, gangguan konduksi
atrioventrikular, asma, depresi, dan diabetes.
2) Golongan Antidepresan
Amitriptilin merupakan obat terpilih dari golongan antidepresan trisiklik.
Imipramin, doksepin, nortriptin, dan protriptin juga dapat digunakan.
3) Antikonvulsan
Asam valproat dan natrium divalproat dapat mengurangi keparahan, frekuensi
timbulnya dan lamanya sakit kepala antara 50% sampai 65% penderita migren.
Khasiat asam valproat sebagian disebabkan oleh penghambatan neuron serotonergik;
dari nukleus dorsal raphe.
4) Metisergid
Metisergid merupakan ergot alkaloid semisintetik yaitu suatu antagonis reseptor
5-HTZ yang poten. Bekerja dengan cara menstabilkan neurotransmisi serotonergik di
sistem trigeminovaskuler untuk menghambat timbulnya inflamasi neurogenik.
5) Penghambat Kanal Kalsium
Verapamil hanya memberikan manfaat sedang untuk mengurangi timbulnya
serangan.Obat ini hanya sedikit berguna untuk serangan migren berat.Biasanya
dianggap sebagai obat pencegahan lini kedua atau ketiga.
6) Obat Anti-inflamasi Nonsteroid (AINS)
Golongan AINS mempunyai khasiat sedang dalam menurunkan tingkat
keparahan, frekuensi, dan lamanya serangan.AINS digunakan secara berselang untuk
pencegahan sakit kepala yang kambuh dengan pola yang dapat diduga (misal, migren
karena menstruasi). Pengoatan harus dimulai 1sampai 2 hari sebelum sakit kepala
menyerang dan harus dilanjutkan sampai saat serangan terparah telah dilampaui.

BAB III
PEMBAHASAN
A. KASUS
Migrain Headache
Seorang ibu berusia 40 tahun, memiliki riwayat hipertensi sejak usia 33 tahun,
migrain sejak usia 34 tahun. Selama ini ia hanya menggunakan asetosal yang
dikombinasi dengan kafein saat serangan. Serangan migrainnya tanpa aura, rata-
rata serangan 4x per bulan. Ia single parent dengan 2 anak yang masih berusia 5
dan 8 tahun, ia sudah berpisah dari suaminya sejak 5 tahun yang lalu. Karirnya
cukup bagus, ia bekerja di bank swasta. Keadaan migrainnya memburuk saat ia
banyak pekerjaan atau bekerja lembur. Serangan semakin frekuentif rata-rata 2-3 x
dalam sebulan dan sudah tidak mempan lagi diobati dengan asetosal-kafein

Riwayat keluarga:
ibu tersebut memiliki bapak yang mempunyai riwayat hipertensi dan ibu
yang memiliki penyakit cluster headache.

Data klinis :
TD 170/100 mmHg, RR 22, HR 79, BB 75 kg, tinggi badan 150 cm.

Riwayat pengobatan hingga saat ini:


Pretreatmen dengan metoclopramide 10 mg per oral
Ergotamin 1 mg saat serangan dan dilanjutkan 1 mg tiap 30 menit.
Terapi hipertensi : Captopril tab 2x1 dan HCT tab 1x1

Tugas :
1. Adakah problem terapi pada penderita migrain tersebut?

2. Sesuaikah pilihan obat yang sudah diberikan pada pasien?

3. Bagaimana terapi profilaksis untuk pasien berkaitan dengan kondisi


hipertensi yang dimilikinya dan obat antihipertensi yang sudah dipakainya?
Bila tidak sesuai, apa obat yang anda rekomendasikan? Cari dan tunjukkan
guidance terapinya

4. Adakah terapi farmakologi lain yang dapat mengurangi nyeri?

5. Bagaimana terapi non farmakologi pada kasus migrain?


6. Informasi apa yang bisa anda sampaikan kepada pasien, terkait penggunaan
obat antimigrain?

B. PENYELESAIAN
ANALISIS KASUS
Penyelesaian kasus dengan menggunakan metode SOAP (Subjective, Objective,
Assement, dan Plan) pada kasus ini adalah sebagai berikut :

SUBYEKTIF
Nama :-
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Keluhan Utama : Migrain sejak umur 34 th, memiliki riwayat hipertensi,
serangan rata-rata 4x per bulan.
OBYEKTIF
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan :75 kg
Hasil lab dan tanda vital :
Data klinis :
TD 170/100,
RR 22,
HR79,
Form Data Base PasienUntuk Analisis Penggunaan Obat

FORM DATA BASE PASIEN


UNTUK ANALISIS PENGGUNAAN OBAT

IDENTITAS PASIEN
Nama :(wanita 40 tahun) No Rek Medik :-
Tempt/tgl lahir:- Dokter yg merawat : -
Alamat :-
Ras :-
Pekerjaan : pegawai bank swasta
Sosial :
Riwayat penyakit
Mengalami serangan migraine yang meningkat semenjak berpisah dengan
suaminya, single parent dan mempunyai 2 anak, hipertensi sejak usia 33 tahun,
migrain sejak usia 34 th.Keadaan nya semakin memburuk saat bekerja lembur.
Mengalami serangan migrain rata-rata 4 x per bulan ,Serangan semakin frekuentif
rata-rata 2-3x dan tidak mempan lagi diobati dengan asetosal-kafein.

Riwayat Keluarga
Ibu tersebut memiliki bapak yang mempunyai riwayat hipertensi dan ibu yang
memiliki penyakit cluster headache.
Riwayat Sosial
Kegiatan
Pola makan/diet Ya / tidak
- Vegetarian
- Ya / tidak
Merokok
Ya/ tidak
Meminum Alkohol
Meminum Obat herbal Ya/ tidak

Ya/ tidak

Riwayat Alergi :-

KELUHAN / TANDA UMUM


Subyektif Obyektif Nilai Normal Keterangan
Mengalami TD 170/100 120/80 mm Hg Hipertensi stage 2
serangan migrain RR 22 16-20 x/mnt Normal
HR79 60 100 Normal
sejak usia 34 th,
frekuensi serangan
4 x sebulan san
keadaan
memburukk karena
bekerja lembur.

Riwayat penyakit dan pengobatan

NAMA PENYAKIT TANGGAL/TAHUN NAMA OBAT

Aspirin dan kafein untuk mengurangi


Migrain __
nyeri
OBAT YANG DIGUNAKAN SAAT INI

No Nama Obat Indikasi Dosis Rute Interaksi ESO Outcome

1 Metoclopramide Mengurangi mual 10 mg PO Efek aditif dapat terjadi Reaksi ekstrapiramidal, Mengurangi mual
muntah bila metokloprami efek SSP: kegelisahan, muntah pada migren
diberikan bersama kantuk.
dengan alkohol,
hipnotik, sedatif
2 Ergotamine Kontriksi pada Vena 1 mg PO troleandomycin kardiovaskular: Mencegah sakit
meningkatkan kadar perubahan denyut kepala vaskuler
ergotamine plasma. jantung. GI: Mual; (migrain)
muntah.
3 Captopril Pengobatan hipertensi 6,5 12,5 mg PO Allopurinol: GI: Mual; sakit perut; Menurunkan
hipersensitivitas muntah tekanan darah tinggi.
Antasida: Semoga RESP: kronis batuk
menurunkan BA kering
captopril.
4 HCT Edema , hipertensi 25 100 mg/ PO Diazoxide: Dapat SSP: Pusing; ringan, GI: Mengurangi volume
hari menyebabkan Anorexia; iritasi lambung intravaskuler.
hiperglikemia
Diuretik loop :
menyebabkan diuresis
yang serius,
Sulfonilurea:
menurunkan efek
hipoglikemik
sulfonilurea
ASSASMENT

Problem medik Subyektif,obyektif Objektif Terapi DRP


Migraen serangan migrain rata-rata 4 x per Ergotamin Terapi tidak tepat
bulan ,Serangan semakin frekuentif
rata-rata 2-3x
Hipertensi stage 2 170/100 Captopril dan HCT Terapi tidak tepat

Mual muntah Aura mencium bau khas diikuti rasa - Metoclopramide Terapi tepat
nyeri sebelah di kepala disertai mual
muntah
1. PLAN
- Penggunaan Ergotamin untuk migrain sudah tidak dapat mencegah frekuensi
dari migrain pasien dan tidak ada perkembangan yang baik dalam pengobatan
migrain pasien maka ergotamin tidak diberikan dikarenakan migrain pasien
dicurigai karena penanganan hipertensi yang kurang tepat, menurut guidline
di DIPIRO 9th penanganan profilaksis untuk pasien migraen yang
dikarenakan penyakit lain yaitu hipertensi menggunakan obat antihipertensi
golongan beta blocker (Propanolol).
- Untuk hipertensi stage 2 : Captopril diganti dengan obat hipertensi golongan
beta blocker yaitu Propanolol yang diindikasikan untuk profilaksis migrain
dan tetapdikombinasi dengan HCT
- Metoclpramide tetap diberikan dikarenakan untuk pengobatan mual dan
muntah akibat migrain
2. Obat yang digunakan belum sesuai
3. Terapi Abortif
Naratriptan
Indikasi : Terapi lini pertama untuk pasien migren sedang sampai berat atau
sebagai terapi darurat jika obat lain yang tak spesifik tidak berhasil.
Pengobatan serangan migrain akut dengan atau tanpa aura
Dosis : 2,5 mg, diulang 4 jam bila terjadi serangan kembali hingga dosis
maks 5 mg/24 jam

ESO : Parestesia, astenia, fatigue, flushing, nyeri di dada, leher dan rahang;
perasaan mengantuk, pusing, mual dan berkeringat.

Farmakodinamik : Naratriptan merupakan agonis selektif serotonin (5-


hydroxytryptamine; 5-HT) jenis reseptor 1B dan 1D. Hal ini secara
struktural dan farmakologi yang terkait dengan selektif reseptor agonis
lainnya 5-HT1B / 1D. Naratriptan hanya memiliki afinitas yang lemah
untuk 5-HT1A, 5-HT5A, dan 5-HT7 reseptor dan tidak ada afinitas
yang signifikan atau aktivitas farmakologi pada 5-HT2, 5-HT3 atau 5-
HT4 reseptor subtipe atau alpha1-, alpha2-, atau beta-adrenergik,
dopamine1,; dopamine2; muscarinic, atau benzodiazepine reseptor.
Tindakan ini berkorelasi dengan dari migrain. Selain menyebabkan
vasokonstriksi, data eksperimen dari studi hewan menunjukkan bahwa
Naratriptan juga mengaktifkan reseptor 5-HT1 pada terminal perifer
dari saraf trigeminal innervating pembuluh darah kranial, yang juga
dapat berkontribusi untuk efek antimigrainous dari Naratriptan pada
manusia.

Mekanisme : Tiga tindakan farmakologis yang berbeda telah terlibat dalam efek
antimigren dari triptans: (1) stimulasi reseptor 5-HT1D presinaptik,
yang berfungsi untuk menghambat vasodilatasi dural dan peradangan;
(2) penghambatan langsung rangsangan sel inti trigeminal via 5-
HT1B / 1D agonis reseptor di batang otak dan (3) vasokonstriksi
meningeal, dural, otak atau pial kapal sebagai akibat dari pembuluh
darah 5-HT1B reseptor agonis

Absorsi : Diserap dengan baik (74% biovaility oral), penyerapan cepat dengan
konsentrasi plasma puncak setelah 2-5 jam. Tingkat penyerapan lebih
lambat selama serangan migrain.

Metabolisme : In vitro, Naratriptan dimetabolisme oleh berbagai isoenzim sitokrom


P450 ke sejumlah metabolit tidak aktif.

T : 5- 8 Jam

Terapi Profilaksis
Algoritma pengobatan untuk manajemen profilaksis migren
Gambar 2. Algoritma Profilaksis pada nyeri kepala migren (Dipiro et al. 2012)

TERAPI PROFILAKSIS MIGRAIN


Gambar 3. Terapi farmakologi profilaksis pada Migrain

Obat antihipertensi golongan Beta-Blocker


PROPANOLOL

Nama paten : Blokard, Inderal, Prestoral

Sediaan obat : Tablet


Mekanisme kerja : tidak begitu jelas, diduga karena menurunkan curah jantung,
menghambat pelepasan renin di ginjal, menghambat tonus simpatetik di pusat
vasomotor otak.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya
pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari. Sangat mudah berikatan dengan
protein dan akan bersaing dengan obat obat lain yang juga sangat mudah berikatan
dengan protein.

Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan


simpatik, sehingga menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat beta
dapat menembus barrier plasenta dan dapat masuk ke ASI.

Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren, stenosis subaortik


hepertrofi, miokard infark, feokromositoma

Kontraindikasi : syok kardiogenik, asma bronkial, brikadikardia dan blok jantung


tingkat II dan III, gagal jantung kongestif. Hati hati pemberian pada penderita
biabetes mellitus, wanita haminl dan menyusui.

Efek samping : bradikardia, insomnia, mual, muntah, bronkospasme, agranulositosis,


depresi.

Interaksi obat : hati hati bila diberikan bersama dengan reserpine karena
menambah berat hipotensi dan kalsium antagonis karena menimbulkan penekanan
kontraktilitas miokard. Henti jantung dapat terjadi bila diberikan bersama haloperidol.
Fenitoin, fenobarbital, rifampin meningkatkan kebersihan obat ini. Simetidin
menurunkan metabolism propranolol. Etanolol menurukan absorbsinya.

Dosis : dosis awal 2 x 40 mg/hr, diteruskan dosis pemeliharaan.


4. Terapi farmakologi lain untuk mengurangi nyeri dapat dengan antidepresan
golongan trisiklik yaitu amitriptillin

5. TERAPI NON FARMAKOLOGI


1. Istirahat yang cukup
2. Mengurangi konsumsi cafeinkafein (harus dibatasi tidak lebih dari 150 atau 200
mg per hari)
3. Makan yang bergizi dan teratur
4. Menepelkan es dikepala dan beristirahat atau tidur sejenak, biasanya diruangan
yang agak gelap tenang dan bermanfaat bagi pasien migrain
5. Menghindari faktor pemicu migrain seperti stress
MONITORING
1. Monitoring frekuensi, intensitas dan durasi sakit kepala
2. Monitoring ES obat
3. Monitoring mual muntah
4. Monitoring tekanan darah
5. Monitoring tersapi profilaksis untuk ES, outcome terapi dan komplikasi

DAFTAR PUSTAKA

DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, A.G., Posey, L.M.
(Eds). 2015. Pharmacotherapy a Pathophysiological Approach, 9rd ed
McGraw-Hill EducationSukandar, Elin Yulinah, dkk. 2008.
Adnyana, I. K., Andrajati, R., Setiadi, A. P., Sigit, J. I., Sukandar, E. Y. 2008.
ISO Farmakoterapi. PT. ISFI Penerbitan: Jakarta
BNF, 2007, British National Formulary 54th Edition, BMJ Publishing Group,
London
Journal Of Neurology And Neuroscience, iMedPub Journals2010 Vol.1 No.
2:2
Tatro D.S. (2003). A to Z Drug Facts. San Francisco: Facts and Comparisons.
Migraine Treatment From A to Z

Anda mungkin juga menyukai