Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FARMASI RUMAH SAKIT

Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)

Dosen Pengampu:

Medi Andriani M.Pharm, Sci

Di susun oleh:

Salsabilla (1848201046)

PROGRAM STUDI FARMASI

STIKES HARAPAN IBU JAMBI

TAHUN AJARAN 2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat, sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah  ini dalam bentuk maupun isinya
yang mungkin sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang DAFTAR OBAT
ESENSIAL NASIONAL.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu pedoman dan juga berguna untuk menambah
pengetahuan bagi para pembaca.

Jambi, 20 Desember 2020


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat adalah salah satu komponen yang tak tergantikan dalam pelayanan
kesehatan. Akses terhadap obat terutama obat esensial merupakansalah satu
hak asasi manusia. Obat esensial adalah obat terpilih yang palingdibutuhkan
dalam pelayanan kesehatan mencakup upaya diagnosis, profilaksis,terapi dan
rehabilitatif yang diupayakan tersedia di unit pelayanan kesehatansesuai
dengan fungsi dan tingkatannya.
Pedoman Pengobatan disusun secara sistematik untuk membantu dokter
dalam menegakkan diagnosis dan pengobatan yang optimal untuk suatu
penyakit tertentu. Pedoman Pengobatan disusun untuk setiap tingkat unit
pelayanan kesehatan, seperti Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas dan
Pedoman Diagnosis dan Terapi di Rumah Sakit. Pedoman Pengobatan
memuat informasi penyakit, terutama penyakit yang umum terjadi dan
keluhan keluhannya serta informasi tentang obatnya meliputi kekuatan, dosis
dan lama pengobatan.
Konsep Obat Esensial di Indonesia mulai diperkenalkan dengan
dikeluarkannya Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang pertama tahun
1980, dan dengan terbitnya Kebijakan Obat Nasional pada tahun 1983. DOEN
direvisi secara berkala setiap 3-4 tahun. DOEN yang terbit sekarang ini
merupakan revisi tahun 2008. Komitmen pemerintah melakukan revisi berkala
merupakan prestasi tersendiri.
Obat berbeda dengan komoditas perdagangan lainnya, karena selain
merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial.
Kebijakan depkes terhadap peningkatan akses obat diselenggarakan melalui
beberapa strata kebijakan yaitu peraturan pemerintah, Kepmenkes No.
791/MENKES/SK/V111/2008 tentang daftar Obat esensial Nasional 2008
indonesia sehat 2010, sistem Kesehatan Nasional (SKN), Kebijakan Obat
Nasional (KONAS, SKN 2004. KepMenKes No 004/2003 tentang Kebijakan
dan strategi desentralisasi bidang kesehatan dan KepmenKes No 1457/2003
tentang standar pelayanan minimal (SPM) merupakan petunjuk pelaksanaan
program kesehatan yang telah diserahkan kepada pemerintah daerah. Indikator
yang menyangkut obat antara lain, 100% pengadaan obat esensial dan obat
generik serta 90 % penulisan obat generik di pelayanan kesehatan dasar.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari DOEN
2. Untuk mengetahui sistem kebijakan DOEN
3. Untuk mengetahui penerapan dari konsep DOEN
4. Agar dapat menegetahui manfaat DOEN
5. Agar dapat mengetahui karakteristik DOEN
6. Agar dapat mengetahui daftar obat esensial

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa defenisi dari DOEN ?
2. Bagaimana sistem kebijakan DOEN ?
3. Bagaimana penerapan dari konsep DOEN ?
4. Apa manfaat dari DOEN ?
5. Apa saja yang menjadi kreteria dari DOEN ?
6. Obat apa saja yang termasuk dalam daftar obat esensial ?
BAB II
ISI
2.1 Defenisi DOEN

Obat esensial merupakan obat yang sangat dibutuhkan dalam kegiatan


kesehatan sebagai dasar dan sebagai bentuk diagnosis, profilaksis, terapi dan
rehabilitas. Pada obat esensial juga diterapkan berdasarkan ketepatan, keamanan,
kerasionalan pada saat obat itu digunakan. Dalam obat esensial juga berlaku
peningkatan daya guna dan hasil guna biaya yang tersedia sebagai salah satu
langkah untuk memperluas, memeratakan dan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan pada masyarakat oleh pemerintah. Pada awal paragraf telah dijelaskan
bahwa penggunaan obat esensial sangat diperlukan. Sehingga setiap populasi dan
telah ditetapkan oleh berbagai ahli yang ada pada daftar obat esensial nasional.
Obat esensial juga telah dipilih berdasarkan kebutuhan pelayanan kesehatan,
mncakup berbagai upaya diagnosis, profilaksis, terapi dan rehabilitasi, yang
diupayakan tersedia pada unit pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan
tingkatnya. Dari sisi medis, obat esensial dapat dikaitkan dengan obat pilihan
utama (drug of choice) untuk wilayah atau tempat pelayanan kesehatan tertentu.
Dalam hal ini, hanya obat yang terbukti memberikan manfaat klinik yang paling
besar, paling aman, paling ekonomis, dan paling sesuai dengan sistem pelayanan
kesehatan yang dimasukkan dalam DOEN. tujuan kebijakan obat esensial adalah
untuk meningkatkan ketepatan, keamanan, kerasionalan penggunaan dan
pengelolaan obat yang sekaligus meningkatkan daya guna biaya yang tersedia.

2.2 Sistem kebijakan DOEN


Pemilihan obat esensial harus terkait dengan pedoman terapi atau standar
pengobatan yang didasarkan padabukti ilmiah terbaik. Pelaksanaan seleksi obat
esensial diiakukan melaluipenelaahan ilmiah yang mendalam dan
pengambilankeputusan yang transparan dengan mellbatkan apoteker,farmakolog,
klinisi dan ahli kesehatan masyarakat dariberbagai strata sarana pelayanan
kesehatan dan lembagapendidikan tenaga kesehatan. Pelaksanaan revisi DOEN
diiakukan secara periodlk paling tidak setiap 3-4 tahun dengan melalui
prosespengambilan keputusan yang sama. Penyebarluasan DOEN kepada sarana
pelayanankesehatan sampai daerah terpencil, lembaga pendidikantenaga
kesehatan, balk dalam bentuk media cetak maupunelektronik

2.3 Penerapan dari konsep DOEN

Obat esensial adalah obat paling mendasar yang dibutuhkan oleh


pelayanan kesehatan. Jika dalam pelayanan kesehatan diperlukan obat di luar
DOEN, dapat disusun dalam Formularium (RS) atau Daftar obat terbatas lain
(Daftar Obat PKD, DPHO Askes). Penerapan Konsep Obat Esensial dilakukan
melalui Daftar Obat Esensial Nasional, Pedoman Pengobatan, Formularium
Rumah Sakit, Daftar obat terbatas lain dan Informatorium Obat Nasional
Indonesia yang merupakan komponen saling terkait untuk mencapai peningkatan
ketersediaan dan suplai obat serta kerasionalan penggunaan obat.

1. Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)

Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) merupakan daftar berisikan obat terpilih
yang paling dibutuhkan dan diupayakan tersedia di unit pelayanan kesehatan
sesuai dengan fungsi dan tingkatnya. DOEN merupakan standar nasional minimal
untuk pelayanan kesehatan.

Penerapan DOEN dimaksudkan untuk meningkatkan ketepatan, keamanan,


kerasionalan penggunaan dan pengelolaan obat yang sekaligus meningkatkan
daya guna dan hasil guna biaya yang tersedia sebagai salah satu langkah untuk
memperluas, memeratakan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Penerapan DOEN harus dilaksanakan secara konsisten dan terus
menerus di semua unit pelayanan kesehatan.

Bentuk kesediaan, kekuatan sediaan dan besar kemasan yang tercantum dalam
DOEN adalah mengikat. Besar kemasan untuk masing-masing unit pelayanan
kesehatan didasarkan pada efisiensi pengadaan dan distribusinya dikaitkan dengan
penggunaan.

2. Pedoman Pengobatan

Pedoman Pengobatan disusun secara sistematik untuk membantu dokter dalam


menegakkan diagnosis dan pengobatan yang optimal untuk suatu penyakit
tertentu. Pedoman Pengobatan disusun untuk setiap tingkat unit pelayanan
kesehatan, seperti Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas dan Pedoman
Diagnosis dan Terapi di Rumah Sakit. Pedoman Pengobatan memuat informasi
penyakit, terutama penyakit yang umum terjadi dan keluhan-keluhannya serta
informasi tentang obatnya meliputi kekuatan, dosis dan lama pengobatan.

3. Formularium Rumah Sakit


Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat yang disepakati beserta
infomasinya yang harus diterapkan di Rumah Sakit. Formularium Rumah Sakit
disusun oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) / Komite Farmasi dan Terapi
(KFT) Rumah Sakit berdasarkan DOEN dan disempurnakan dengan
mempertimbangkan obat lain yang terbukti secara ilmiah dibutuhkan untuk
pelayanan di Rumah Sakit tersebut. Penyusunan Formularium Rumah Sakit juga
mengacu pada pedoman pengobatan yang berlaku. Penerapan Formularium
Rumah Sakit harus selalu dipantau. Hasil pemantauan dipakai untuk pelaksanaan
evaluasi dan revisi agar sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran.

4. Formularium Spesialistik

Formularium Spesialistik merupakan suatu buku yang berisi informasi lengkap


obat- obat yang paling dibutuhkan oleh dokter spesialis bidang tertentu, untuk
pengelolaan pasien dengan indikasi penyakit tertentu.

Formularium Spesialistik disusun untuk meningkatkan ketaatan para dokter


spesialis Rumah Sakit terhadap Formularium Rumah Sakit yang selama ini masih
sangat rendah. Bidang spesialisasi tertentu bisa saja mempunyai banyak
subspesialisasi, misalnya bidang spesialisasi Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan, merupakan bidang spesialisasi yang mempunyai banyak
subspesialisasi, sehingga dapat disusund aftar obat esensial khusus untuk ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan.

Penyusunan Formularium Spesialistik melibatkan baik asosiasi profesi dokter


spesialis terkait maupun masing-masing subspesialisasinya. Dengan keikutsertaan
serta peran aktif para spesialis diharapkan para spesialis tersebut merasa memiliki
sehingga penggunaan obat rasional dapat diterapkan dengan baik.

5. Informatorium Obat Nasional Indonesia

Informatorium Obat Nasional Indonesia berisi informasi obat yang beredar dan
disajikan secara ringkas dan sangat relevan dengan kebutuhan dokter, apoteker
dan tenaga kesehatan lainnya. Informatorium Obat Nasional Indonesia diterbitkan
oleh Departemen Kesehatan untuk menjamin obyektivitas, kelengkapan dan tidak
menyesatkan. Informasi obat yang disajikan meliputi indikasi, efek samping,
dosis, cara penggunaan dan informasi lain yang penting bagi penderita.
Pengembangan Informatorium Obat Nasional Indonesia dilakukan berdasarkan
bukti yang didukung secara ilmiah yang berkaitan dengan kemanfaaatan dan
penggunaan obat.

2.4 Manfaat penggunaan DOEN


1. Memberikan keleluasaan bagi dokter untuk memilih obat yang tepat bagi
pasien.

2. Rasionalisasi dalam peresepan.

3. Menjamin ketersediaan obat bagi masyarakat.

4. Memudahkan dokter memilih obat.

5. Menyediakan obat dengan harga ekonomis dan terjangkau oleh setiap lapisan
masyarakat.

6. Menghindri tindakan pemberian obat paten tertentu secara terus menerus


kepada pasien.

7. Memberikan gambaran anggran pengeluaran obat bagi instansi-instansi


seperti: RS dan puskesmas.

2.5 Kriteria obat esensial

Pemilihan obat esensial didasarkan atas kriteria menurut WHO berikut :

 Memiliki rasio manfaat resiko (benefit risk ratio) yang paling


menguntungkan penderita.
 Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan ketersediaan hayati
(bioavailabilitas).
 Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan.
 Praktis dalam penggunaan dan penyerahan yang disesuaikan dengan
tenaga, sarana dan fasilitas kesehatan.
 Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh penderita.
 Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung.
 Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang
serupa, pilihan dijatuhkan pada :

1.Obat yang sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah.

2. Obat dengan sifat farmakokinetik yang diketahui paling


menguntungkan.

3.Obat yang stabilitasnya lebih baik.

4. Mudah diperoleh.

5. Obat yang telah dikenal.


 Obat jadi kombinasi tetap, harus memenuhi kriteria berikut :

a. Obat hanya bermanfaat bagi penderita dalam bentuk kombinasi tetap.

b. Kombinasi tetap harus menunjukkan khasiat dan keamanan yang


lebih tinggi dari pada masing-masing komponen.

c. Perbandingan dosis komponen kombinasi tetap merupakan


perbandingan yang tepat untuk sebagian besar penderita

 Yang memerlukan kombinasi tersebut, yakni:

a. Kombinasi tetap harus meningkatkan rasio manfaat biaya (benefit-cost


ratio).

b. Untuk antibiotika kombinasi tetap harus dapat mencegah atau


mengurangi terjadinya resistensi dan efek merugikan lainnya.
2.6 Daftar obat esensial

1. Analgesik

Merupakan istilah yang digunakan untuk kelompok obat penahan


rasa sakit. Obat analgesik termasuk obat anti radang non-steroid (NSAID)
bukan saja meredakan rasa sakit juga dapat meredakan demam. Analgesik
yang bersifat narkotik seperti opioid dan opidium bisa menekan sistem saraf
utama dan merubah persepsi terhadap kesakitan (noesipsi). Obat jenis ini
lebih bisa mengurangi rasa sakit bila dibandingkan dengan NSAID.

Analgesik sendiri dibagi menjadi dua, yakni:

a. Analgesik Opioid (Analgesik Narkotika)

Merupakan kelompok obat yang memiliki sifat seperti opium atau


morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk menghilangkan atau
meredakan rasa nyeri. Tetapi, analgesik opioid dapat menimbulkan adiksi
atau ketergantungan maka usaha untuk mendapatkan sesuatu analgesik masih
tetap diteruskan dengan tujuan mendapatkan analgesik yang kuat dengan
morfin tanpa bahaya adiksi.

Ada 3 golongan obat jenis ini yaitu ;

1. Obat yag berasal dari opium-morfin.


2. Senyawa seministentik morfin.
3. Senyawa sintetik berefek seperti morfin.
4. Analgesik lainnya.

Seperti golongan salisilat seperti aspirin, golongan para amino fenol,


seperti paracetamol dan golongan lainnya seperti ibuprofen, asam mefenamat,
naproken dan masih banyak lagi.

2. Antipiretik

Merupakan obat yang digunakan untuk menurunkan suhu tubuh


dalam keadaan demam. Namun, tidak mempengaruhi suhu tubuh normal jika
tidak dalam keadaan demam. Antipiretik bertindak pada hipotalamus untuk
mengurangi kenaikan suhu yng diprakarsai oleh interleukin. Setelah itu, suhu
akan berfungsi pada suhu yang lebih rendah sehingga terjadi pengurangan
demam. Antipirentik yang sering digunakan adalah aspirin, asetaminofen dan
lainnya.

3. Anastetika
Obat-obatan yang dapat menimbulkan anesthesia atau narkosa yakni,
keadaan depresi umum yang bersifat reversible dari berbagai pusat di SSP,
dimana seluruh perasaan dan keadaa ditiadakan. Jadi, anestetika digunakan
untuk menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai
prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.

Anestesi dibedakan menjadi dua, yakni anestesi umum dan anestesi


lokal. Anestesi umum adalah hilangnya rasa sakit disertai dengan hilangnya
kesadaran. Sedangkan, anestesi lokal adalah hilangya rasa sakit tanpa
hilangnya kesadaran.

4. Antidotum

Merupakan obat penawar racun. Antidotum lebih difokuskan


terhadap over dosis atau dosis toksik dari suatu obat. Kondisi suatu obat dapat
menimbulkan keracunan bila melebihi kondisi amannya. Selain itu,
metabolisme tubuh setiap orang terhadap dosis obat jug mempengaruhi.

Pada keracunan yag dibutuhkan antidotum yang memnag terbukti


menolong efek keracunan obat tertentu, misalnya asam folinat untuk
keracunan metotrexat.

Agent Nalokson, atrpin, cheleting, natrium tiosulfat, metilen biru


meruapakan antidotum spesifik yang dapt ampuh dan sering menimbulkan
reaksi pengobatan yang dramatis. Namun, sebagian terbesar kasus keracunan
harus dipuaskan dengn pengobatan gejalanya saja, dan inipun haya untuk
menjaga fungsi vital tubuh yaitu, pernafasan dan sirkulasi darah.

Racun akan didetoksifikasi oleh hepar atau secara alami dan racun
atau metabolitnya akan diekskresi melalui ginjal dan hati. Selama keracunan
perlu dipertahankan pernapasan dan sistem kardiovakuler (fungsi vital).

5. Antihistamin

Antihistamin atau atagonis hitamin adalah zat yang mampu


mencegah penglupasan atau kerja histamin. Istilah anti histamin dapat
digunakan untuk menjelaskan antagonis histamin yang manapun.

Namun sering sekali istilah ini dgunakan untuk merujuk kepada


antihistamin klasik yang bekerja pada reseptor histamin. Antihistamin ini
biasnya digunakan untuk mengobati reaksi alergi yang disebabkan tanggpan
berlebihan tubuh terahadap alergen atau penyebab alergi yang tumbuh seperti
serbuk sari tanaman. Terdapat beberapa jenis histamin berdasarkan sasarra
kerjanya terhadap reseptor secara klinis digunakan untuk mengobati alergi :

 Difenhidramina
 Loratadina
 Desloratadina
 Meclinzine
 Quentiapine
 Prometazina.

6. Antimiggrain

Adalah obat yang dimaksudkan untuk mengurangi efek atau intensitas


migrain (sakit kepala sebelah), contohnya:

a. Triptans

b. Zolmitriptan

7. Anti flamasi

Adalah respon normal terhadap cedera. Ketika terjadi cedera, zat


seperti histamine, brandikinin dan PG serta serotonin. Anti flamasi bekerja
mengikat enzim cycloxigense dan lipogenase sehingga menghambat sintesis
PG dan Leokotorin. Hambatan tersebut antara lain menyebabkan stabilitas sel
menigkat, permebialitas membrane menurun, dan nyeri berkurang.

Berdasarkan cara kejrja diatas ada dua jenis anti inflamasi yang
sering digunakan dalam klinik, yaitu golongan kortikosteroid dan nonstroid.
Dari dua golongan anti inflamasi yang sering digunakan adalah AINS, karena
golongan steroid dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek seperti:

1) Iritasi lambung

2) Moon face

3) Menekan imunitas

4) Tulang keropos.

8. Diuretik

Adalah suatu obat yang digunakan untuk meningkatkan jumlah urine


(duiresis) dengan jalan menghambat reasorbsi air dan natrium serta mineral
lain pada tubulus ginjal. Penggunaan diuretic terbanyak adalah anti hopertensi
dan gagal jantung.
Penggolongan kerja diuretik adalah sebagai berikut:

a. Golongan tiasid dan sperti tiasid.

b. Golongan diurutok kuat.

c. Diuritik hemat kalium

d. Penghambat anhidrase karbonik.

9. Antikonvulsi

Antikonvuksi digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati


bangkitaneppilepsi (epilepticseizure). Golongan obat ini lebih tepat
dinamakan antiepilepsi, sebab obat ini jarang digunakan untuk gejalan
konvulusi penyakit lain. Bromida, obat pertama yang digunkan untuk terapi
epeliepsi telah ditinggalkan karena ditemukan berbagai anti epilepsi baru
yang lebih efektif.

10. Anti epileptika

Adalah obat yang dapat menanggulangi serangan epilepsi berat


khasiat anti konvulasinya, yakni meredahkan konvulasi (kejang klonus
hebat). Disamping kebanyakan obat juga bersedatid (meredakan). Semua obat
anti konvulsi memiliki masa paruh panjang, dieliminasi, berkumulasi dalam
tubuh tanpa penggunaan kronis.

11. Antieoplastik

Obat-obatan ini mencapai hasil terapeuti dengan berbagai macam cara,


memiliki lebih banyak spesifikasi obat. Manfaat efektifnya terhadap leukimia
limfatik, penyakit tumor wilms dan kanker payudara. Obat-obatan ini
mempunyai banyak reaksi sampingan sehubungan dengan cara
pemberiannya, biasakan dengan obat-obatan yang telah digunakan. Sebagian
besar diberikan pada lingukungan rumah sakit.

12. Psikofarma

Obat-obatan ini adalah yang digunakan untuk klien dengan gangguan


mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang bersifat
neuropletika (bekerja pada sistem saraf).

Pengobatan pada gangguan mental bersifat komperhensif, yang meliputi:


 Teori biologis (somatik), mencakup pemberian obat psikofarma,
lobektomi dan electro therapy (ECT)
 Psikoterapeutik
 Terapi modalitas.

13. Antiseptik

Antiseptik dan desinfektan digunakan untuk mencegah infeksi.


Keduanya berbeda dengan antimikroba karena selain bentuk umumya larutan,
pemakainnya selalu diaplikasikan di tempat yang kemungkinan terdapat
mikroba(kontak langsung) dan bekerja tdak selektif. Efeknya karena
menyebabkan denaturasi protein, menginaktifasi enzim dan merusak
membran sel pada kosentrasi tetentu.

Antiseptik digunakan pada sel hidup sedangkan desinfektam


digunakan pada benda mati. Seperti pada peralatan medis, ruang operasi
untuk sterilisasi. Contohnya alkohol konsentrasi 40-70%, dalam hal antiseptik
sebagai peralatan kulit untuk injeksi sedangkan desinfektam untuk peralatan
medis.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Obat esensial adalah obat yang paling banyak dibutuhkan untuk


layanan kesehatan masyarakat dan tercantum dalam Daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN) yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI. Obat esensial
merupakan obat yang sangat dibutuhkan dalam kegiatan kesehatan sebagai
dasar dan sebagai bentuk diagnosis, profilaksis, terapi dan rehabilitas. Pada
obat esensial juga diterapkan berdasarkan ketepatan, keamanan, kerasionalan
pada saat obat itu digunakan. Adapun manfaat dari pengguanaan obat
esesnsial: Memberikan keleluasaan bagi dokter untuk memilih obat yang
tepat bagi pasien, rasionalisasi dalam peresepan, menjamin ketersediaan obat
bagi masyarakat, memudahkan dokter memilih obat. Menyediakan obat
dengan harga ekonomis dan terjangkau oleh setiap lapisan masyarakat.
Menghindri tindakan pemberian obat paten tertentu secara terus menerus
kepada pasien. Memberikan gambaran anggran pengeluaran obat bagi
instansi-instansi seperti: RS dan puskesmas. Sedangkan dalam pembagian
obat esensial sendiri terbagi atas beberapa jenis antara lain: analgesik,
anastetika, antidotum, Antihistamin dan lain sebagainya.

3.2 Saran

Penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk


kebaikan kedepannya agar penyusun dapat menyajikan karya tulis yang lebih
baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Siregar, Charles. JP,. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Cetakan.
I. Jakarta: Penerbit EGC..
Anonim. 2013. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
312/MENKES/SK/IX/2013.
Anonim. 2008. Daftar Obat Esensial Nasional. Dapertemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Anonim. 2011. Daftar Obat Esensial Nasional. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai