Anda di halaman 1dari 40

MANAJEMEN FARMASI

Organizing and Actuating

Oleh:
Ade Magdalena
Agin Delthia Sautaki
Andri Arfaldi
Destaria Sisca Rosa
Dwi Kartika Sari
Frehmi Yulianti
Harry Hermawan

Prodi:
S1-VIIA
Dosen:
Fina Aryani, M.Sc, Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya
kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Organizing and Actuating.
Makalah ini diajukan ataupun dibuat untuk memenuhi tugas terstruktur dari
mata kuliah Manajemen Farmasi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terutama kepada dosen pembimbing mata kuliah yaitu Bu Fina Aryani, M.Sc, Apt
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi para mahasiswa dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.

Pekanbaru,

Oktober 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI iii


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang 4


1.2 Rumusan masalah

1.3 Tujuan makalah

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Rumah Sakit


2.2 Fungsi Rumah Sakit
2.3 Tipe Rumah Sakit
2.4 Rumah Sakit Tipe C.......................................................................................
2.5 Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit.........................................................
2.6 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit..........................................
2.7 Konsep POAC dalam Managemen Farmasi...................................................
BAB III PEMBAHASAN
3.1 ORGANIZING
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang


optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan
pemeliharaan,
(preventif),
(rehabilitatif),

peningkatan

penyembuhan
yang

kesehatan
penyakit

dilaksanakan

(promotif), pencegahan penyakit

(kuratif)
secara

dan

pemulihan

menyeluruh,

kesehatan

terpadu

dan

berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan


pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah sakit.
Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan
rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien.
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di
rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut
diperjelas dalam Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan
farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan
obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi
semua lapisan masyarakat.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi,
mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama (drug oriented)
ke paradigma baru (patient oriented) dengan filosofi Pharmaceutical Care

(pelayanan kefarmasian). Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan


yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan
masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
Instalasi farmasi adalah fasilitas penyelenggara pelayanan medik,
pelayanan penunjang medik, kegiatan penelitian, pengembangan, pendidikan,
pelatihan dan pemeliharaan sarana rumah sakit. Farmasi rumah sakit adalah
seluruh aspek kefarmasian yang dilakukan di suatu rumah sakit. Instalasi Farmasi
Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian/unit/divisi atau fasilitas di rumah sakit,
tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan
untuk keperluan rumah sakit itu sendiri.
IFRS dapat didefenisikan sebagai suatu departemen atau unit atau bagian
dirumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa
orang apoteker yang memenuhi persyaratan
yang

berlaku

dan

kompeten

secara

peraturan

perundang-undangan

profesional, tempat atau fasilitas

penyelenggara yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan


kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan pari purna, mencakup perencanaan,
pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan /

sediaan farmasi,

dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal dan rawat jalan,
pengendalian mutu, dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh
perbekalan kesehatan di rumah sakit, pelayanan farmasi klinik umum dan
spesialis, mencakup layanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang
merupakan program rumah sakit secara keseluruhan.
Saat ini kenyataannya sebagian besar rumah sakit di Indonesia belum
melakukan kegiatan pelayanan farmasi seperti yang diharapkan, mengingat
beberapa kendala antara lain kemampuan tenaga farmasi, terbatasnya kemampuan
manajemen rumah sakit akan fungsi farmasi rumah sakit, kebijakan manajemen
rumah sakit, terbatasnya pengetahuan pihak pihak terkait tentang pelayanan
farmasi rumah sakit. Akibat kondisi ini maka pelayanan farmasi rumah sakit

masih bersifat konvensional yang hanya berorientasi pada produk yaitu sebtas
penyediaan dan pendistribusian.
Mengingat Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit sebagaimana
tercantum dalam Standar Pelayanan Rumah Sakit masih bersifat umum, maka
untuk membantu pihak rumah sakit dalam

menginplementasikan Standar

Pelayanan Rumah Sakit tersebut perlu dibuat Standar Pelayanan Farmsi di


Rumah Sakit. Sehubungan dengan berbagai kendala sebgaimana tersebut diatas,
maka sudah saatnya pula farmasi rumah sakit menginventarisasi semua kegiatan
farmasi yang harus dijalankan dan berusaha menginplementasikan secara prioritas
dan simultan sesuai kondisi rumah sakit.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Definisi Rumah Sakit


Rumah sakit adalah suatu organisasi yang unik dan komplek karena

merupakan institusi yang padat karya, mempunyai sifat-sifat dan ciri serta
fungsifungsi yang khusus dalam proses menghasilkan jasa medik dan mempunyai
berbagai kelompok profesi dalam pelayanan penderita. Rumah sakit adalah suatu
organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana
kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kesehatan, asuhan
keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang
diderita oleh pasien (Qauliyah, 2008).
2.2

Fungsi Rumah Sakit

Menurut Milton Roemer dan Friedman dalam bukunya Doctors In Hostpitals


fungsi rumah sakit adalah :
a. Harus ada pelayanan rawat inap dengan fasilitas diagnostik dan
terapetiknya.
b. Harus memiliki pelayanan rawat jalan.
c. Rumah Sakit juga bertugas untuk melakukan pendidikan pelatihan.
d. Rumah Sakit perlu melakukan penelitian dibidang kedokteran dan
kesehatan.
e. Bertanggung jawab untuk program pencegahan penyakit dan penyuluhan
f. kesehatan bagi populasi di sekitarnya (Aditama, 2002).
Dalam

pelaksanaan

tugasnya

rumah

sakit

mempunyai

fungsi

menyelenggarakan pelayanan medis, penunjang medis dan non medis pelayanan

dan asuhan keperawatan, pelayanan rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian


dan pengembangan serta administrasi dan keuangan (Sahadia, 2011)
2.3

Tipe Rumah Sakit

Penggolongan tipe rumah sakitdidasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan, fisik


dan peralatan. Ada lima tipe yaitu:
1. Rumah Sakit Tipe A
Rumah sakit tipe A adalah Rumah Sakit yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas oleh pemerintah
ditetapkan sebagai rujukan tertinggi (Top Referral Hospital) atau disebut
pula sebagai Rumah Sakit pusat.
2. Rumah Sakit Tipe B
Rumah sakit tipe B adalah rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas.Rumah sakit ini
didirikan disetiap Ibu Kota Propinsi yang menampung pelayanan rujukan
dari rumah sakit Kabupaten.
3. Rumah Sakit Tipe C
Rumah sakit tipe C adalah rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis terbatas.Rumah sakit ini didirikan disetiap
Ibu Kota Kabupaten (Regency hospital) yang menampung pelayanan
rujukan dari Puskesmas.
4. Rumah Sakit Tipe D
Rumah sakit tipe D adalah rumah sakit yang bersifat transisi dengan
kemampuan hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan
gigi.Rumah sakit ini menampung rujukan yang berasal dari Puskesmas.
5. Rumah Sakit Tipe E
Rumah sakit tipe E adalah rumah sakit khusus (spesial hospital) yang
menyelenggarakan hanya satu macam pelayan kesehatan kedokteran
saja.Saat ini banyak rumah sakit kelas ini ditemukan misalnya, rumah sakit
kusta, paru, jantung, jiwa, kanker, ibu dan anak (Anonim, 2011).
2.4
2.4.1

Rumah Sakit Tipe C


Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum kelas C paling sedikit

meliputi:
a. pelayanan medic, terdiri dari :

pelayanan gawat darurat, harus diselenggarakan 24 (dua puluh

empat) jam sehari secara terus menerus.


pelayanan medik umum, meliputi pelayanan medik dasar, medik

gigi mulut, kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana.


pelayanan medik spesialis dasar, meliputi pelayanan penyakit

dalam, kesehatan anak, bedah, dan obstetri dan ginekologi.


pelayanan medik spesialis penunjang, meliputi pelayanan

anestesiologi, radiologi, dan


patologi klinik.
pelayanan medik spesialis lain,
pelayanan medik subspesialis; dan
pelayanan medik spesialis gigi dan mulut.
b. pelayanan kefarmasian, meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik.
c. pelayanan keperawatan dan kebidanan, meliputi asuhan keperawatan
dan asuhan kebidanan.
d. pelayanan penunjang klinik, pelayanan bank darah, perawatan intensif
untuk semua golongan umur dan jenis penyakit, gizi, sterilisasi
instrumen dan rekam medik.
e. pelayanan penunjang nonklinik; meliputi pelayanan laundry/linen, jasa
boga/dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah,
gudang, ambulans, system informasi dan komunikasi, pemulasaraan
jenazah, system penanggulangan kebakaran, pengelolaan gas medik,
dan pengelolaan air bersih
f. pelayanan rawat inap, harus dilengkapi dengan fasilitas sebagai
berikut:
jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 30% (tiga
puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik

Pemerintah;
jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 20% (dua
puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik

swasta;
jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima persen)
dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah dan
Rumah Sakit milik swasta

2.4.2

Sumber Daya manusia Rumah Sakit Umum kelas C terdiri atas:


a. tenaga medis; 9 (sembilan) dokter umum untuk pelayanan medik
dasar; 2 (dua) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut; 2
(dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medic spesialis
dasar; 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medic
spesialis penunjang; dan 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis
pelayanan medic spesialis gigi mulut.
b. tenaga kefarmasian; 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi
farmasi Rumah Sakit; 2 (dua) apoteker yang bertugas di rawat inap
yang dibantu oleh paling sedikit 4 (empat) orang tenaga teknis
kefarmasian; 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh
paling sedikit 8 (delapan) orang tenaga teknis kefarmasian; 1 (satu)
orang apoteker sebagai koordinator penerimaan, distribusi dan
produksi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik
di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis
kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja
pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.
c. tenaga keperawatan; dihitung dengan perbandingan 2 (dua) perawat
untuk 3 (tiga) tempat tidur.
d. tenaga kesehatan lain;
e. tenaga nonkesehatan.

2.5

Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dapat didefinisikan sebagai suatu

departemen atau unit di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker
dan dibantu oleh asisten apoteker yang memenuhi

persyaratan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara professional, tempat atau


fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta
pelayanan kefarmasian, yang terdiri dari pelayanan paripurna, mencakup
perencanaan, mencakup perencanaan, pengadaan,

produksi, penyimpanan

10

perbekalan kesehatan atau sediaan farmasi; dispensing obat berdasarkan resep


bagi penderita rawat inap dan rawat jalan; pengendalian mutu; dan pengendalian
distribusi dan

penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit;

pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis, mencakup pelayanan langsung pada
penderita dan pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit secara
keseluruhan (Siregar, 2004:25).
2.6

Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan standar


pelayanan farmasi di rumah sakit yang dikeluarkan oleh direktorat jendral
pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan tahun 2004, evaluasinya mengacu pada
pedoman survey akreditas rumah sakit yang digunakan secara rasional, disamping
ketentuan masing-masing rumah sakit.
Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit antara lain:
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi

yang

profesional

berdasarkan
c. prosedur kefarmasian dan etik profesi.
d. Melaksanakan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).
e. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk
f.
g.
h.
i.
j.
k.

meningkatkan
mutu pelayanan kefarmasian.
Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.
Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit(Siregar dan Amalia, 2004).

Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit antara lain:


a. Pengelolaan perbekalan farmasi
1) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit yang
merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang
terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis,
menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,
standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.

11

2) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal yang


merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah
ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode
konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
3) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah
dibuat sesuai kebutuhan yang berlaku melalui pembelian (tender dan
langsung), produksi sediaan farmasi (produksi steril dan nonsteril), serta
sumbangan/droping/hibah.
4) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit yang merupakan kegiatan membuat, mengubah
bentuk dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril dan nonsteril untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
5) Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian.
6) Menyimpan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit
yang dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu, kestabilan,
mudah tidaknya terbakar, tahan atau tidaknya terhadap cahaya disertai
system informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi
sesuai kebutuhan.
7) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit pelayanan di rumah sakit
untuk pasien rawat inap (sentralisasi dan atau desentralisasi dengan system
persediaan lengkap, sistem resep perseorangan, sistem unit dose dan
sistem kombinasi oleh satelit farmasi), pasien rawat jalan (sentralisalisasi
dan atau desentralisasi dengan sistem resep perseorangan oleh apotek
rumah sakit) dan untuk pendistribusian perbekalan farmasi diluar jam
kerja (apotek rumah sakit/satelit farmasi yang dibuka 24 jam dan ruang
rawat

yang menyediakan perbekalan farmasi emergency)(Siregar dan

Amalia, 2004).
b. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan

12

1) Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien meliputi seleksi persyaratan


administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis.
2) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan
alat kesehatan.
3) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan.
4) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.
5) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan dan pasien/keluarga
pasien.
6) Memberi konseling kepada pasien/keluarga pasien.
7) Melakukan pencampuran obat suntik.
8) Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.
9) Melakukan penanganan obat kanker.
10) Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.
11) Melakukan pencatatan setiap kegiatan.
1) Melaporkan seluruh kegiatan(Siregar dan Amalia, 2004).
2.7

Konsep POAC dalam Managemen Farmasi


a. Planning (Perencanaan)
Fungsi perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen
karena perencanaan merupakan tuntunan terhadap proses pencapaian
tujuan secara efektif dan efisien. Menurut Swanburg (2000), planing
adalah

memutuskan

seberapa

luas

akan

dilakukan,

bagaimana

melakukannya dan siapa yang melakukannya.


Didalam proses keperawatan perencanaan membantu untuk
menjamin bahwa klien atau pasien akan menerima pelayanan kesehatan
yang mereka butuhkan serta pelayanan ini diberikan oleh pekerja
keperawatan agar mendapat hasil yang memuaskan sesuai tujuan.
1. Tujuan perencanaan
a. Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan
tujuan
b. Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia efektif
c. Membantu dalam koping terhadap situasi krisis
d. Efektif dalam hal biaya

13

e. Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan


berdasarkan masa lalu dan akan datang
f. Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
2. Tahapan dalam perencanaan
a. Menetapkan tujuan
b. Merumuskan keadaan sekarang
c. Mengidentifikasi kemudahan dan hambatan
d. Mengembangkan serangkaian kegiatan
I. Jenis perencanaan :

Perencanaan strategi
Perencanaan yang sifatnya jangka panjang yang ditetapkan oleh
pemimpin dan merupakan arahan umum suatu organisasi.
Digunakan untuk mendapatkan dan mengembangkan pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga digunakan untuk
merevisi pelayanan yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan
masa kini.

Perencanaan operasional
Menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan digunakan serta
menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa
orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan
prosedur serta menggambarkan cara menyiapkan orang-orang
untuk bekerja dan prosedur untuk mengevaluasi perawatan pasien.

3. Manfaat perencanaan
a. Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan
b. Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasi
lebih jelas
c. Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat

14

d. Memberikan

cara

pemberian

perintah

yang

tepat

untuk

pelaksanann
e. Memudahkan koordinasi
f. Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah
dipahami
g. Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
h. Menghemat waktu dan dana
4. Keuntungan perencanaan
a. Meningkatkan peluang sukses
b. Membutuhkan pemikiran analitas
c. Mengarahkan orang ketindakan
d. Memodifikasi gaya manajemen
e. Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
f. Meningkatkan keterlibatan anggota
5. Kelemahan perencanaan
a. Kemungkinan

perkerjaan

yang

tercakup

dalam

perencaan

berlebihan pada konstribusi nyata


b. Cenderung menunda kegiatan
c. Terkadang kemungkinan membatasi inovasi dan inisiatif
d. Kadang-kadang hasil yang lebih baik didapatkan oleh penyelesaian
situasional individual dan penanganan suatu masalah pada saat
masalah itu terjadi
e. Terdapat rencana yang diikuti oleh/atau dengan rencana yang
tiadak konsisten
b.

Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,
mengelompokkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan
tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam

15

rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk


memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material
dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Muninjaya, 1999)
1. Manfaat pengorganisasian, akan dapat diketahui:
a. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok
b. Hubungan organisatoris antara orang-orang didalam organisai
tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya
c. Pendelegasian wewenang
d. Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik
2. Tahapan dalam pengorganisasian
a. Tujuan organisasi harus dipahami staf, tugas ini sudah tertuang
dalam fungsi manajemen
b. Membagi habis pekerjaaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan
c. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan
yang praktis
d. Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilakukan oleh saff
dan menyediakan fasilitas yang diperlukan
e. Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas
f. Mendelegasikan wewenang

c.

Actuating (Penggerak)
Actuating adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan
perencanaan manejerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya
menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau
dengan

kesadaran

secara

bersama-sama

untuk

mencapai

tujuan

16

dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah


kepemimpinan. Actuating adalah Pelaksanaan untuk bekerja. Untuk
melaksanakan secara fisik kegiatan dari aktivitas tesebut, makamanajer
mengambil tindakan-tindakannya kearah itu. Seperti : Leadership
( pimpinan ), perintah, komunikasi dan conseling( nasehat). Actuating
disebut juga gerakan aksi mencakup kegiatan yang dilakukan seorang
manager untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh
unsur-unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat
tercapai.
d.

Controlling ( Pengendalian/evaluasi)
Controlling adalah proses pemeriksaan apakah segala sesuatu yang
terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang
dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditetapkan, yang bertujuan untuk
menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak
terjadi lagi (Fayol, 1949 dikutip Swanburg, 2002
Tugas

seorang

manajerial

dalam

usaha

menjalankan

dan

mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan


beberapa prinsip berikut:
1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya
mudah diukur.
2. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya
mencapai tujuan organisasi.

17

3. Standard untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua
staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan
komitmen terhadap kegiatan program.
4. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa
sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia,
serta alat untuk memperbaiki kinerja.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1

ORGANIZING

A.

Fasilitas Rumah Sakit


1. Poliklinik / Rawat Jalan

NO
1
2
3
4
5
6
7

Jadwal poliklinik rawat jalan RS Tipe C


Poliklinik
Klinik Spesialis Gigi dan Mulut ( bedah mulut,
Ortodentik, edodonti )
Klinik Spesialis Penyakit Dalam
Klinik Spesialis Bedah ( Umum, Orthopedi,
Urologi, Syaraf)
Klinik Spesialis Obstetri
Klinik Spesialis Anak
Klinik Spesialis Mata
Klinik Spesialis Ginekologi
Jumlah

Jumlah
3
2
2
2
1
1
1
12

2. Rawat Inap

18

Rumah sakit ini memiliki 10 ruang rawat inap yang terdiri dari bangsal
kebidanan, bangsal bedah, bangsal interna, bangsal anak, dan bangsal
umum. Adapun kapasitas ruang perawatan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:

No
1
2
3
4
5

Jumlah Tempat Tidur Rawat Inap


Nama bangsal
Jumlah TT
Bangsal Kebidanan
15
Bangsal Bedah
15
Bangsal Interna
10
Bangsal Anak
30
Bangsal Umum
20

6.

Bangsal Ginekologi

10

Bangsal Obstetri

10

Bangsal anestesiologi

10

Bangsal radiologi

10

10

Bangsal patologi klinik.

20

Jumlah

150

3. Instalasi Gawat darurat


Instalasi Gawat Darurat (IGD) dibuka selama 24 jam dengan memberikan
pelayanan:

Triase

Resusitasi

Tindakan pelayanan bedah dan non bedah ( dengan zona merah dan
kuning)

IGD maternal (dengan zona hijau)

Ruang isolasi (dengan jumlah tempat tidur sebanyak 17 TT


4. Medical Checkup
Pelayanan MCU buka tiap hari kerja jam 7.30-14.00, dengan jenis
pemeriksaan MCU terdiri dari beberapa paket:

Paket panel lengkap diabetes melitus

Paket panel resiko jantung koroner

Paket panel fungsi hati

Paket panel tes fungsi ginjal

Paket panel resiko jantung (Koroner & Stroke)

Paket panel lengkap fungsi hati

Paket panel evaluasi kadar lemak

19

Paket panel narkoba


Paket permintaan sendiri
Paket hemat general medical check up paket A
Paket hemat general medical check up paket B
Paket hemat medical check up karyawan
Uji kesehatan

5. Instalasi Hemodialisa
Hemodialisa adalah tindakan pengobatan pengganti fungsi ginjal
yang rusak dengan cara membersihkan darah dari racun yang menumpuk
dengan menggunakan mesin Hemodialisa (HD). Unit Hemodialisa
merupakan unit pelayanan digunakan untuk melengkapi pelayanan di
RSUD Kota Tangerang, dengan jumlah tempat tidur sebanyak 4 TT dan
waktu pelayanan dibuka setiap hari kerja jam 7.30-14.00 WIB
6. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
A. Struktur Organisasi

20

B.

URAIAN TUGAS
1. Kepala Instalasi Farmasi
a.
Bertanggung jawab atas hasil kerja satu orang atau lebih dari suatu
b.
c.
d.
e.

organisasi
Penentu kebijakan
Motivator farmasis guna mendapatkan hasil kinerja yang baik
Memonitor perkembangan farmasis
Membuat plan kerja untuk mengembangkan farmasi di Rumah Sakit
untuk menjamin kualitas pelayanan yang baik

2. Bidang-Bidang di bawah Wk. PPF


a.
b.
c.
d.
e.

Subinstalasi Perencanaan dan Pengadaan


Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
Menyiapkan perencanaan kebutuhan rutin perbekalan untuk triwulan
Mengadakan perbekalan farmasi
Menerima perbekalam farmasi sesuai spesifikasi yang berlaku
Menyimpan perbekalan farmasi

21

f. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan


a.
b.
c.
d.

Subinstalasi Penerimaan dan Penyimpanan


Melaksanakan penerimaan perbelkalan farmasi yang diadakan di RS
Melaksanakan penyimpanan perbekalan farmasi yang dimiliki RS
Melaksanakan pengiriman perbekalan farmasi dari gudang ke distribusi
Penerimaan pengeluaran dari persediaan perbekalan farmasi yang ada di
gudang perbekalan

Sub Instalasi CSSD (Central Sterile Supply Department)


a. Melaksanakan proses steril alat kesehatan.
b. Menyiapkan dan menyalurkan alat kesehatan steril.
c. Melaksanakan proses peminjaman dan penerimaan kembali alat kesehatan
steril di lingkuangan rumah sakit.
d. Berperan serta secara aktif dalam tim pengendali infeksi.
e. Menyelenggarakan bantuan pendidikan atau pelatihan tenaga kesehatan.
3. Bidang-Bidang di bawah Wk. PFK
a. Melaksanakan pelayanan farmasi klinik
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan
e. Memberikan informasi obat kepada dokter, perawat, apoteker, maupun
pasien/keluarga.
Subinstalasi Rawat jalan
a. Melakukan Receiving,

Skrining,

Labeling,

Dispensi,

dan

Konseling kepada pasien


b. Melakukan konseling dan informasi obat ke pasien rawt jalan
c. Melakukan indent (pemesanan ke sub farmasi distribusi) untuk
stock di IFRS (sub rawat jalan)
d. Melakukan pemantauan karyawan di IFRS rawat jalan dan
delegasi tugas
e. Menerima arahan dan melaporkan kepada kepala IFRS segala
f.

pelaksanaan tugas
Melakukan keep book d IFRS rawat jalan

22

Subinstalasi Rawat Inap


a. Melakukan medication molley pasien di rawat inap
b. Melakukan dan memonitor ward stock
c. Melakukan indent ( pemesanan ke sub farmasi distribusi) untuk
stock oabat di IFRS rawat inap dan delegasi tugas
d. Melakukan pemantauan karyawan di IFRS rawati inap dan delegasi
tugas
e. Melaporkan kepaa IFRS segala pelaksanaan tugasan
f. Melakukan rekam meik di IFRS rawat inap
4. Bidang-bidang di bawah Wk. P3M
a. Memberikan pendidikan / pengetahuan kepada tenaga kefarmasian
b. Mengawasi / membimbing calon apoteker
c. Melakukan penelitian yang berkaitan dengan kefarmasian
d. Melakukan pemantauan, penilaian, tindakan, evaluasi dan umpan balik
dalam pengendalian mutu
Sub Instalasi Pendidikan, Penelitian dan Penjaminan Mutu
a. Mengkoordinir program pendidikan dan pelatihan.
b. Bekerjasama dengan institusi lain untuk melakukan penelitian.
c. Mengembangkan dan memperbaiki sistem/ metode pelayanan
instalasi farmasi.
d. Mengkoordinir sistem informasi obat.
e. Melakukan pemantauan, penilaian, tindakan, evaluasi dan umpan
balik dalam pengendalian mutu
C.

Sumber Daya Manusia dan Wewenang


Dalam usaha memperlancarkan dan memudahkan pelayanan, maka
instalasi farmasi RSUD Kota Tangerang melakukan pembagian wewenang
dan tanggung jawab kepada masing-masing karyawan.
1. Apoteker
Organisasi Farmasi Rumah Sakit dipimpin oleh seorang Apoteker
yang dalam melaksanakan tugas kefarmasiannya dibantu oleh tenaga ahli
madya farmasi (D3) dan tenaga penengah farmasi (AA). Sesuai dengan isi
surat keputusan menteri kesehatan No. 1197/Menkes/SK/X/2004. Peranan
Apoteker di farmasi Rumah Sakit dapat dijabarkan mulai dari peranannya

23

sebagai penunjang penyempurnaan pelayanan terhadap penderita sampai


partisipasinya dalam pendidikan dan pelatihan sebagai berikut :
A. Peranan dalam manajemen Farmasi Rumah sakit.
Pimpinan farmasi Rumah Sakit mengelolah farmasi Rumah Sakit
secara terpadu dengan prosedur pengelolaan Rumah Sakit secara
keseluruhan. Namun demikian ia harus mengelola sendiri beberapa
aspek tanggung jawab administrartif dan manajemen, seperti:
Perencanaan dan kebijakan farmasi Rumah Sakit secara terpadu,
Anggaran biaya, Kontrol persediaan, Pemeliharaan catatan dan
pembuatan laporan untuk pimpinan Rumah Sakit.
B. Peranan sebagai pusat informasi obat
Apoteker di Rumah Sakit mempunyai peranan yang esensial dalam
memberikan informasi mengenai obat dan bahan yang diperlukan oleh
dokter, perawat, paramedik, dan pasien. Hal itu disebabkan dokter atau
staf medik memerlukan informasi yang siap pakai, yaitu relevan,
akurat, dan tepat pada tempat dan saat diperlukan untuk mengambil
keputusan agar pengobatan mencapai sasaran.
C. Peranan dalam penyimpana obat
Apoteker farmasi Rumah Sakit berperan dalam penyimpanan
semua obat dan perbekalan farmasi sesuai dengan persyaratan dan
dalam kondisi yang tepat.
D. Peranandalam distribusi obat
Peranan Apoteker dalam distribusi obat ialah dalam hal
pemeriksaan kelengkapan resep dan menganalisa kerasionalan dari
resep yang menyangkut tentang tepat pasien, tepat obat, tepat dosis,
tepat rute penggunaan obat, tepat waktu penggunaan obat, tepat
penyimpanan obat, serta tepat dalam memberikan informasi mengenai
obat kepada tenaga kesehatan maupun pasien.
E. Peranan dalam pendidikan
Apoteker farmasi Rumah Sakit ikut berperan dalam program
pendidikan Rumah Sakit, baik program internal maupun eksternal.
F. Peranan dalam kontrol kualitas obat
Apoteker melakukan kontrol kualitas galenika, analitik, dialogis,
mikrobilogis, fisika dan kimiawi suatu obat.
2. Tenaga Teknis Kefarmasian

24

tenaga teknis kefarmasian bagian memiliki dua fungsi yaitu tugas


fungsional dan tugas administrasi yang dikerjakan di bawah pengawasan
apoteker.
Memberikan pelayanan resep baik rawat jalan dan rawat inap meliputi
penerimaan resep, penghargaan, pelabelan, peracikan obat, penyerahan
sampai pengemasan, dan memberikan edukasi kepada pasien tentang

cara pemakaian obat.


Menjaga komunikasi dengan perawat dan dokter.
Mengatur perbekalan farmasi
Mencatat segala sesuatu di dalam buku operan jika melakukan

perpindahan kerja.
Pencatatan stok obat dan bahan habis pakai didalam buku permintaan

barang gudang.
Mencatat pengeluaran obat dan BHP
Mencatat pengembalian dan pembelian obat/BHP .

3. Asistan Apoteker
Asisten Apoteker yang dimuat dalam Keputusan Mentri Kesehatan
RI Ni.1332/MenKes/SK/X/2002 adalah mereka yang

berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan


kefarmasian sebagai Asisten Apoteker. Tugas utama Asisten Apoteker
adalah membantu meringankan tugas Apoteker Penanggung Jawab
Apoteker yang meliputi :
a. Pembuatan, pengelolaan,
pencampuran,

peracikan,

penyimpanan,

dan

pengubahan

penyerahan

bentuk,

pbat

atau

bahan obat.
b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan sediaan
farmasi lainnya.
c. Pelayanan informasi mengenai sediaan farmasi.
4. Pekarya Farmasi.
Pekarya Farmasi merupakan tenaga umum yang merupakan
lulusan SMA tanpa dasar pendidikan maupun pengetahuan tentang
kefarmasian yang bekerja di Apotek untuk membantu Apoteker maupun
Asisten Apoteker. Tugasnya Pekarya Farmasi antara lain :
a. Membantu Peracikan

25

b. Membantu Penyimpanan Perbekalan Farmasi.


G. Bagian Instalasi Farmasi dan Pengelolaan
1. Gudang Farmasi
Gudang farmasi adalah tempat penyimpanan obat-obatan, alat
perbekalan farmasi, dan alat kesehatan untuk pemenuhan pelayanan
kesehatan Rumah Sakit An-Nur. Gudang farmasi Rumah Sakit An-Nur
terletak pada satu tempat dengan ruang instalasi farmasi. Dalam gudang
teradapat rak penyimpanan perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan,
serta berbagai macam arsip-arsip seperti resep pasien rawat inap, resep
pasien rawat jalan, faktur. Penyimpanan perbekalan farmasi dan perbekaan
kesehatan ditempatkan dalam rak yang berbeda serta dilakukan pemisahan.
Gudang farmasi rumah sakit an-nur dikelola oleh dua karyawan yang
memiliki tugas dan tanggung jawab dalam hal:
a. Pembendelan :
Resep, kartu kuning, price list, stelling
b. Produksi
:
Pengenceran ( alkohol, perhydrol ) , handrub
c. Pelabelan
d. Paket ranap pasien (kelengkapan paket, packing paket mandi, waslap)
e. Stok gudang (Cek stok dan ketersediaan stok)
f.
Membantu pencatatan asisten apoteker penanggung jawab
administrasi
g. Buku cap farmasi (PBF)
2. Apotek
a. Instalasi Farmasi
Instalasi Farmasi adalah unit distribusi perbekalan farmasi
baik dalam bentuk obat ataupun alat kesehatan di Rumah Sakit ini.
Loket farmasi dilengkapi dengan seperangkat komputer yang
digunakan untuk pemberian harga obat pasien.
Ruang racikan memiliki prasarana berupa seperangkat
komputer yang berfungsi untuk pengarsipan data mengenai
farmasi, meja racik yang dilengkapi dengan buku data obat pasien
ranap. Dua buah lemari kayu tempat penyimpanan sediaan oral dan
injeksi. Selain itu ruangan ini juga dilengkapi dengan lemari
pendingin yang digunakan untuk menyimpan sediaan yang harus
disimpan pada suhu dibawah 270 C. Satu buah dispenser dan satu

26

buah wastafel. Dua buah lemari alumuniun yang digunakan untuk


penyimpanan alat-alat kesehatan. Satu buah lemari penyimpanan
obat psikotropika dan narkotika yang sisi atasnya untuk
penyimpanan plastik obat, timbangan, dan potongan-potongan
kertas untuk data pasin. Penyimpanan obat narkotika dan
psikotropika di IFRS ini disimpan dalam lemari kayu yang terdiri
dari dua pintu dan terpisah dari sediaan lain. Kunci lemari di
simpan oleh apoteker, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 29/MenKes/Per/X/1978 pasal 6 tentang penyimpanan obat
narkotik dan aturan tentang standar lemari narkotik.
Pada gudang farmasi terdapat beberapa rak untuk
menyimpan obat dan alat kesehatan, serta file dokumen-dokumen
penting seperti faktur, resep dokter spesialis dan dokter umum pada
bulan sebelumnya. Alat-alat kesehatan di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit ini ditempatkan pada rak yang berbeda dengan rak obat.
Sistem penataan alat kesehatan berdasarkan jenis masing-masing,
seperti benang operasi, jarum suntik, dan lain-lain.
b. Pengelolaan Sediaan Farmasi
Pengelolaan sediaan farmasi di Instalasi farmasi Rumah
Sakit ini

menerapkan sistem pengelolaan Drug Management

Cycling, sistem pengelolaan Drug Management Cycling yakni


sebagai berikut:
1. Seleksi Obat.
Beberapa faktor yang mendasari adanya seleksi obat di sub
bagian farmasi Rumah Sakit ini yaitu:
a) Permintaan atau usulan dokter yang telah disesuaikan dengan
kebutuhan pasien
b) Permintaan instalasi lain
c) Jenis obat yang fast moving
d) Pertimbangan harga obat.
Obat yang diseleksi tersebut dipresentasikan oleh pengaju
dalam sebuah rapat yang dilakukan tiap tahunnya kemudian
dibahas oleh tim manajemen yang mana hasilnya akan menjadi
dasar dalam penyusunan Formularium Rumah Sakit, yaitu suatu

27

pedoman obat-obatan yang tersedia di rumah sakit dan menjadi


acuan para dokter untuk menuliskan resep. Formularium rumah
sakit diharapkan mewakili kebutuhan atau keinginan para dokter
yang bertujuan untuk meminimalisasikan resep yang mengandung
obat non formularium.
2.

Perencanaan
Perencanaan merupakan proses pemilihan perbekalan

farmasi yang akan dibeli, jumlah dan harga perbekalan farmasi


sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk menghindari
kekosongan obat dengan metode tertentu. Dasar perencanaan
perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit ini adalah
formularium rumah sakit.
3.

Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan

kebutuhan yang sudah direncanakan dan disetujui. Ruang lingkup


pengadaan meliputi pembelian, produksi, dan hibah. Pengadaan
atau pemesanan perbekalan farmasi dilakukan di PBF atau
distributor yang telah melakukan kerjasama dengan Rumah sakit
ini.
Pengadaan merupakan proses untuk penyediaan obat yang
dibutuhkan di Unit Pelayanan Kesehatan. Tujuan pengadaan obat
adalah agar tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai
kebutuhan dengan mutu yang terjamin serta dapat diperoleh pada
saat diperlukan. Unit Instalasi Farmasi Rumah Sakit menggunakan
sistem pembelian langsung dan sistem konsinyasi. di mana sistem
pembelian langsung yaitu obat-obat yang dibeli sesuai dengan yang
dibutuhkan untuk beberapa hari dengan memesan langsung kepada
distributor, sedangkan sistem konsinyasi yaitu sebagian distributor
akan menyediakan barang di Farmasi dengan status barang sebagai
titipan. Setelah terjual pihak RS akan membayar kepada pihak
distributor sejumlah obat-obat yang terjual. Instalasi

Farmasi

28

Rumah Sakit ini bertanggung jawab dalam pengadaan perbekalan


farmasi di seluruh unit atau instalasi yang terdapat di Rumah Sakit
ini. Dalam permintaan pengadaan barang, tiap penanggung jawab
unit wajib mengisi formulir pengajuan obat yang ditandatangani
oleh penunjang medis.

Untuk permintaan yang membutuhkan

biaya lebih dari satu juta maka pengajuan langsung disampaikan


kepada tim pembelian.
4.

Penyimpanan
Sistem penataan obat paten dan generik di Instalasi Farmasi

Rumah Sakit ini menerapkan metode pemisahan jenis sediaan obat


berdasarkan bentuk sediaan dan diurutkan secara alphabetis,
namun untuk obat oral golongan antibiotik dipisahkan dengan obat
golongan lain. Sediaan injeksi dan tablet memiliki lemari
penyimpanan khusus. sedangkan untuk sediaan cair seperti sirup,
obat tetes, obat semprot, dan berbagai macam obat luar lainnya
masih dijadikan satu. Hal ini dikarenakan sediaan tersebut
termasuk dalam obat slow moving yang dalam pengadaannya tidak
dalam jumlah besar. Sistem penataan juga didasarkan pada sistem
pengeluaran yang digunakan yakni sistem FIFO atau barang masuk
pertama kali akan dikeluarkan terlebih dahulu dan sistem FEFO
atau barang yang mendekati waktu kadaluarsa dikeluarkan terlebih
dahulu.
Obat yang termasuk dalam kategori LASA dalam
penyimpanannya ditambahkan lebel khusus dan diberi jarak antar
kedua obat atau dipisah dengan obat yang lainnya, hal ini
dilakukan untuk mencegah kesalahan dalam pemberian obat.
Contoh obat yang terlihat sama (look alike) yaitu celebrex 100 dan
celebrex 50, sedangkan untuk obat terdengar sama yaitu ephedrin
dengan epinefrin. Obat yang termasuk dalam kategori high alert
dalam penyimpanan diberi label khusus karena kategori obat ini

29

membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaannya. Contoh


obat high alert yaitu KCL 40%.
3. Kualifikasi Tenaga Kerja
1. Kepala Instalasi Farmasi
Kualifikasi: Apoteker / Master Farmasi Rumah Sakit / Farmasi Klinik
2. Wakil Kepala Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Kualifikasi: Apoteker
3. Wakil Kepala Pelayanan Farmasi Klinik
Kualifikasi: Master Farmasi Klinik
4. Wakil Kepala Pendidikan Penelitian dan Penjaminan Mutu
Kualifikasi: Apoteker
5. Bidang-Bidang di bawah Koordinasi Wk. PPF
a.
Apoteker, jumlah 1 orang untuk bidang perbekalan steril
b. Tenaga teknis kefarmasian, jumlah 5 orang
c.
Pembantu Pelaksana, jumlah 2 orang
6. Bidang-Bidang di bawah Koordinasi Wk. PFK
a.
Master Farmasi Klinik, jumlah 2 orang untuk pusat informasi obat
b. Apoteker, jumlah 20 orang untuk pelayanan farmasi klinik
c.
Tenaga teknis kefarmasian, jumlah 8 orang untuk pelayanan farmasi
klinik
7. Bidang-Bidang di bawah Koordinasi Wk. P3M
Apoteker,
jumlah 2 orang untuk bidang pendidikan, penelitian,
pengendalian mutu
8. Administrasi
Tenaga administrasi, jumlah 5 orang
4. Ketenagaan atau SDM
Sumber Daya di Rumah Sakit ini Terdiri dari:
a. Dokter umum: 7 orang
b. Dokter spesialis: 14 orang
c. Dokter gigi: 3 orang
d. Pegawai khusus kefarmasian :
Apoteker
: 26
Master Farmasi Klinik
:3
Tenaga Teknis Kefarmasian : 13
e. Perawat: 50 orang
f. Tenaga kesehatan lainnya:
a. Kesehatan lingkungan: 6 orang
b. Penata rongten:
c. Analis: 10 orang
d. Gizi: 11 orang
e. Fisioterapi: 4 orang
g. Tenaga non kesehatan:

30

a. Security
b. Cleaning service

3.2

: 30 orang
: 50 orang

ACTUATING
1. Seleksi
Seleksi dilakukan oleh Panitia Farmasi dan Terapi. Apoteker
menjabat sebagai sekretaris dari Panitia Farmasi dan Terapi (PFT). PFT
bertugas untuk menyusun formularium obat yang merupakan buku standar
obat di Rumah Sakit. Kriteria pemilihan obat adalah untuk kandungan
obat, di mana terdapat dua obat paten dan satu obat generik. Untuk obat
paten tersebut, terdiri dari satu produk original dan satu produk paten yang
harganya terjangkau.
2. Perencanaan
Kegiatan pokok dalam perencanaan pengadaan obat meliputi kegiatan
seleksi obat atau perkiraan kebutuhan (memilih obat yang akan dibeli dan
menentukan jumlah obat yang akan dibeli) dalam rangka pengadaan untuk
menghindari kekosongan obat maka Rumah Sakit menyusun perkiraan
kebutuhan obat dengan menggunakan metode konsumsi obat tahun
sebelumnya dan metode epidemiologi yang didasarkan pada frekuensi
penyakit, jumlah kunjungan dan standar pengobatan yang digunakan.
Perencanaan pengadaan obat di Rumah Sakit di dasarkan pada:
1. Banyaknya permintaan dari ruang perawatan
2. Jumlah kebutuhan obat untuk pelayanaan di farmasi
3. Jumlah stock barang digudang
Perencanaan obatpun di sesuaikan dengan anggaran yang tersedia
dari Rumah Sakit.
Penyusunan daftar perencanaan tersebut dapat ditinjau dari:
a. Banyaknya permintaan dari ruang perawatan
b. Jumlah kebutuhan obat untuk pelayanan di Farmasi
c. Jumlah stock barang di gudang

31

3. Pengadaan
Pengadaan merupakan proses untuk penyediaan obat yang
dibutuhkan di Unit Pelayanan Kesehatan. Tujuan pengadaan obat adalah
agar tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan
dengan mutu yang terjamin serta dapat diperoleh pada saat diperlukan.
Unit Instalasi Farmasi Rumah Sakit menggunakan sistem pembelian
langsung dan sistem konsinyasi. di mana sistem pembelian langsung yaitu
obat-obat yang dibeli sesuai dengan yang dibutuhkan untuk beberapa hari
dengan memesan langsung kepada distributor, sedangkan sistem
konsinyasi yaitu sebagian distributor akan menyediakan barang di Farmasi
dengan status barang sebagai titipan. Setelah terjual pihak RS akan
membayar kepada pihak distributor sejumlah obat-obat yang terjual.
4. Pendistribusian
Distribusi adalah serangkaian kegiatan yang menyangkut aspekaspek penerimaan dan pengecekan, penyimpanan dan penyerahan kepada
pasien rawat jalan dan pasien rawat inap dalam menunjang pelayanan
medis untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada.
Penerimaan barang dari pedagang besar sudah dilakukan sesuai
dengan prosedur yang ada, gimana barang yang diterima diperiksa
berdasarkan jenis sediaan farmasi, jumlah barang yang dibeli,tanggal
kadaluarsa, kondisi fisik barang diterima barulah setelah itu barang di
terima baru di sahkan oleh tandatangan dan stempel Rumah Sakit. Hal ini
dilakukan untuk menghindari obat dengan jumlah kurang dan kondisi
rusak.
Kegiatan dalam distribusi meliputi antara lain;
a. Pemindahan obat dari gudang ke kamar obat
Dimana Assisten Apoteker mengecek semua stok obat dikamar obat,
kemudian AA mengajukan permintaan obat ke gudang sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan, petugas gudang memenuhi permintaan AA. Jika
obat kosong maka penjaga gudang koordinasi dengan pembelian. Setelah
obat diterima maka AA meletakkan obat dilemari obat sesuai dengan
kriteria obat.
b. Pemindahan obat dari kamar obat ke pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap.

32

Petugas Farmasi melayani kebutuhan pasien sesuai dengan permintaan


pasien.
5. Penerimaan
Penerimaan obat dilakukan oleh petugas farmasi yang telah
diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian dalam melakukan pengecekan
terhadap jenis barang, jumlah barang, kondisi fisik barang dan kadaluarsa
barang. Setelah itu dapat dilakukan pengesahan terhadap barang tersebut.
Obat-obatan di gudang persediaan Rumah Sakit di tata secara
alfabet, sehingga tidak tampak berantakan. Metode penyimpanan yang
digunakan Rumah Sakit adalah FIFO dan FEFO hal ini digunakan untuk
menghindari jumlah obat-obat yang sehingga membuat Rumah Sakit
merugi.
Penerimaan barang dilakukan oleh petugas farmasi di gudang dan
melakukan pengecekan terhadap jenis barang, jumlah barang, kondisi fisik
barang dan kadaluarsa barang. Setelah pengecekan terhadap barang,
dilakukan pengesahan terhadap barang tersebut di faktur dan diberi
stempel.
6. Penyimpanan
Suatu kegiatan pengamanan dengan cara menempatkan obatobatan yang dinilai aman sesuai dengan tempatnya, dengan tujuan untuk
memelihara mutu obat dan memudahkan dalam pencarian dan

a.
b.
c.
d.

pengawasan.
Barang disimpan sesuai kriteria penyimpanan yaitu:
Berdasarkan jenis sediaan (tablet, sirup, krim / Salep, injeksi, cairan infus)
Berdasarkan alfabet
Berdasarkan first in first out (FIFO) dan first expired first out (FEFO)
Berdasarkan golongan obat

STANDART PROCEDURE OPERATIONAL


PENYIMPANAN OBAT DI INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT

33

NO. DOKUMEN

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Pengertian

NO. REVISI

HALAMAN

Ditetapkan Oleh :

TANGGAL
TERBIT

Direktur RS

Prosedur penyimpanan obat-obat (obat paten, generik,


injeksi, infus) di instalasi farmasi.

Tujuan

1.Untuk menjaga mutu sediaan farmasi


2.Untuk memudahkan dalam pelayanan

Kebijakan
Prosedur

1. Pisahkan penyimpanan obat-obat kategori


V(vital)

ditempat

sendiri,

beri

khusus, susun menurut alfabet


2. Obat disimpan berdasarkan

tanda

jenisnya,

tablet, syrup, injeksi dalam ampul, vial,


cairan infus dan sebagainya, disusun
menurut alfabet
3. Jangan meletakkan

sediaan

farmasi

langsung diatas lantai, simpanlah dalam


rak/lemari atau di atas palet.
4. Periksa apakah ada kerusakan,

pada

kemasan (strip sobek, menggelembung,


ampul retak, tutup vial rusak, tutup segel
botol rusak, warna cairan keruh, dan
sebagainya
5. Periksa tanggal kadaluarsanya. Obat yang
tanggal kadaluarsanya pendek sebaiknya
digunakan terlebih dahulu.
6. Beri tanda/ label nama obat pada wadah
penyimpanan

34

7. Stock disusun berdasarkan sistem FIFO


dan FEFO
8. Bila obat disimpan dalam dus/ kardus besar,
maka pada dus harus tertera : jumlah isi, nama
obat, tanggal expire date, nama pabrik, tanggal
penerimaan obat.

Unit terkait

Farmasi
Logistik medis

7. Pemusnahan dan Penarikan


Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan
cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai bila:
a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu.
b. Telah kadaluwarsa.
c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan.
d. Dicabut izin edarnya.
Tahapan pemusnahan Obat terdiri dari:
a. membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang akan dimusnahkan.
b. menyiapkan Berita Acara Pemusnahan.
c. mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada
pihak terkait.
d. menyiapkan tempat pemusnahan.
e. melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan
serta
f. peraturan yang berlaku.
Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh

35

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Penarikan Sediaan Farmasi,


Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan oleh BPOM atau
pabrikan asal. Rumah Sakit harus mempunyai sistem pencatatan terhadap
kegiatan penarikan.
8. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai. Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus
bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di Rumah Sakit.
Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai adalah:
a. melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow
moving).
b. melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu
tiga bulan berturut-turut (death stock).
c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.
9. Administrasi
Pencatatan dan pelaporan ini merupakan unsur penting yang ikut
menentukan keberhasilan seluruh rangkaian pengelolaan obat. kegiatannya
antara lain:
a. LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) Dibuat
setiap awal bulan untuk laporan bulanan
b. Kartu stok
Untuk masing-masing item obat harus diisi setiap ada mutasi stok.
c. Buku pengeluaran obat dari kamar obat ke pasien rawat jalan dan
pasien rawat inap
d. Laporan pemakaian obat narkotika, narkotika khusus morphin
injeksi, dan obat psikotropika.
Semua pelaporan dilaporkan ke Dinas Kesehatan dan Balai Pom
setiap bulan, sedangkan pelaporan kepada pihak menajemen meliputi:
laporan keuangan, statistic resep mengikuti lembar dan item resep untuk
dilaporkan setiap bulan.

36

Pelayanan obat akan ikut menentukan efektifitas upaya pengobatan


yang dilakukan oleh tenaga medis kepada pasien. pelayanan obat
mempunyai peran penting untuk menjaga citra Rumah Sakit dan
merupakan tahapan akhir dari suatu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Rumah sakit adalah suatu organisasi yang unik dan komplek karena
merupakan institusi yang padat karya, mempunyai sifat-sifat dan ciri serta
fungsifungsi yang khusus dalam proses menghasilkan jasa medik dan
mempunyai berbagai kelompok profesi dalam pelayanan penderita.

37

Dalam

pelaksanaan

tugasnya

rumah

sakit

mempunyai

fungsi

menyelenggarakan pelayanan medis, penunjang medis dan non medis


pelayanan dan asuhan keperawatan, pelayanan rujukan, pendidikan dan

pelatihan, penelitian dan pengembangan serta administrasi dan keuangan.


Penggolongan tipe rumah sakit di dasarkan pada unsur pelayanan,
ketenagaan, fisik dan peralatan. Ada lima tipe yaitu: Rumah Sakit Tipe A,
Rumah Sakit Tipe B, Rumah Sakit Tipe C, Rumah Sakit Tipe D, Rumah

Sakit Tipe E.
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dapat didefinisikan sebagai suatu
departemen atau unit di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang
apoteker dan dibantu oleh asisten apoteker yang memenuhi persyaratan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara

professional.
Fungsi perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen karena
perencanaan merupakan tuntunan terhadap proses pencapaian tujuan

secara efektif dan efisien.


Pengorganisasian
adalah

suatu

langkah

untuk

menetapkan,

mengelompokkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan


tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam

rangka mencapai tujuan.


Actuating adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota
kelompok berusaha untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan

perencanaan manejerial dan usaha-usaha organisasi.


Controlling adalah proses pemeriksaan apakah segala sesuatu yang terjadi
sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan,
serta prinsip-prinsip yang ditetapkan, yang bertujuan untuk menunjukkan
kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi

38

DAFTAR PUSTAKA
Aditama, YT (2002). Rumah Sakit dan Konsumen. Jakarta PPFKM UI
Siregar, Charles. JP., 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Cetakan
I, Penerbit EGC, Jakarta.
Siregar, J.P.C dan Amalia, L. (2004). Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan.
Jakarta: EGC. Hal. 7, 13-15, 17-19.
Qauliyah, Asta, Pengertian dan Fungsi Rumah Sakit (Jurnal Elektronik),
Dipublikasikan

pada

01

January

2008,

diakses

April

2011;

http://astaqauliyah.com/2008/01/pengertian-dan-fungsi-rumah-sakit/

39

40

Anda mungkin juga menyukai