Kelompok 8
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada penyusun makalah yang berjudul PENDIRIAN INDUSTRI OBAT
SEDIAAN CAIR NON BETA LAKTAM sehingga dapat selesai dalam jangka waktu yang
telah ditetapkan.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Teknologi Sediaan Farmasi yang
diberikan oleh Prof. Teti Indrawati, MS. Apt yang mungkin dapat membantu teman-teman
dalam mempelajari hal-hal penting dalam mata kuliah ini. Makalah ini dapat kami selesaikan
karena hasil kerja sama tim yang terkoordinir dengan baik. Karena itu pada kesempatan ini
kami ingin mengucapkan rasa syukur karena telah menyelesaikan tugas ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan berguna bagi pembaca. Akhir
kata penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Penyusun
2
1 DAFTAR ISI
2.4 Tahapan Untuk Mendapatkan Izin Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam
Dari Departemen Kesehatan ..................................................................................... 11
3
2.7 Sarana, Prasarana, SDM, dan Produksi Industri Obat Sediaan Cair Non β-
Lactam ......................................................................................................................... 24
3.2.1 Persyaratan Untuk Memperoleh Izin Industri PT. RISNATA PHARMA .....................41
3.2.2 Tahapan Untuk Mendapatkan Izin Industri PT. RISNATA PHARMA Dari Departemen
Kesehatan .......................................................................................................................42
3.2.3 Persetujuan RIP PT. RISNATA PHARMA ...................................................................43
3.2.4 Persetujuan Prinsip PT. RISNATA PHARMA ..............................................................43
3.2.5 Permohonan Izin Industri PT. RISNATA PHARMA ....................................................44
3.2.6 Tahapan Mendapatkan Izin Industri PT. RISNATA PHARMA ...................................44
3.3 Sarana, Prasarana, SDM, dan Produksi Industri PT. RISNATA PHARMA ... 45
KESIMPULAN ................................................................................................................... 54
5
BAB I
7 PENDAHULUAN
6
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Cara Mendirikan Perseroan Terbatas (PT) ?
2. Bagaimana Cara Mendapatkan Izin Industri Obat Sediaan Cair Non Β-Lactam ?
3. Bagaimana Sarana, Prasarana, SDM, Dan Produksi Industri Obat Sediaan Cair
Non Β-Lactam ?
4. Kapan pelaksanaan produksi Industri Obat Sediaan Cair Non Beta lactam ?
5. Bagaimana Analisis SWOT Industri Obat Sediaan Cair Non Β-Lactam ?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Cara Mendirikan Perseroan Terbatas (PT).
2. Untuk Mengetahui Cara Mendapatkan Izin Industri Obat Sediaan Cair Non Β-
Lactam.
3. Untuk Mengetahui Sarana, Prasarana, SDM, Dan Produksi Industri Obat Sediaan
Cair Non Β-Lactam.
4. Untuk Mengetahui Perolehan Biaya Dan BEP Pada Industri Obat Sediaan Cair
Non Β-Lactam.
5. Untuk Mengetahui Analisis SWOT Industri Obat Sediaan Cair Non Β-Lactam.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
b) Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan,
lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana diatur
dalam undang-undang tentang Pasar Modal.
8) Akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan la in berkaitan dengan
pendirian Perseroan.
9) Keterangan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat sekurang-kurangnya:
a) nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan
kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama, tempat kedudukan dan
alamat lengkap serta nomor dan tanggal keputusan menteri mengenai
pengesahan badan hukum dari pendiri Perseroan;
b) nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal,
kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama kali
diangkat;
c) nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah
saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor.
10) Dalam pembuatan akta pendirian, pendiri dapat diwakili oleh orang lain
berdasarkan surat kuasa.
11) Untuk memperoleh keputusan menteri mengenai pengesahan badan hukum
Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4), pendiri bersama-sama
mengajukan permohonan melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi
badan hukum secaraelektronik kepada Menteri dengan mengisi format isian yang
memuat sekurang-kurangnya:
a) nama dan tempat kedudukan Perseroan;
b) jangka waktu berdirinya Perseroan;
c) maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan;
d) jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;
e) alamat lengkap Perseroan.
12) Pengisian format isian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didahului
dengan pengajuan nama Perseroan.
13) Dalam hal pendiri tidak mengajukan sendiri permohonan sebagaimana dimaksud,
pendiri hanya dapat memberi kuasa kepada notaris.
14) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengajuan dan pemakaian nama
Perseroan diatur dengan peraturan pemerintah.
15) Permohonan untuk memperoleh keputusan menteri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) harus diajukan kepada Menteri paling lambat 60 (enam puluh) hari
9
terhitung sejak tanggal akta pendirian ditandatangani, dilengkapi keterangan
mengenai dokumen pendukung.
16) Ketentuan mengenai dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan peraturan menteri.
17) Apabila format isian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan keterangan
mengenai dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Menteri langsung menyatakan
tidak berkeberatan atas permoho nan yang bersangkutan secara elektronik.
18) Apabila format isian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan keterangan
mengenai dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Menteri langsung
memberitahukan penolakan beserta alasannya kepada pemohon secara elektronik.
19) Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal
pernyataan tidak berkeberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pemohon
yang bersangkutan wajib menyampaikan secara fisik surat permohonan yang
dilampiri dokumen pendukung.
20) Apabila semua persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) telah dipenuhi
secara lengkap, paling lambat 14 (empat belas) hari, Menteri menerbitkan
keputusan tentang pengesahan badan hukum Perseroan yang ditandatangani secara
elektronik.
2.4 Tahapan Untuk Mendapatkan Izin Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam
Dari Departemen Kesehatan
Untuk memperoleh izin Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam diperlukan
persetujuan prinsip. Permohonan Persetujuan Prinsip diajukan secara tertulis kepada
Direktur Jenderal BPOM. Persetujuan Prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal BPOM
setelah Industri Obat Herbal Terstandar memperoleh persetujuan Rencana Induk
Pembangunan (RIP) dari Kepala Badan. Dalam hal permohonan persetujuan prinsip
telah diberikan, Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam dapat langsung melakukan
11
persiapan, pembangunan, pengadaan, pemasangan, dan instalasi peralatan, termasuk
produksi percobaan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
12
5. Pernyataan direksi dan komisaris tidak pernah terlibat pealanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang farmasi;
6. Fotokopi sertifikat tanah;
7. Fotokopi surat izin tempat usaha berdasarkan undang-undang gangguan (HO);
8. Fotokopi surat tanda daftar perusahaan;
9. Fotokopi surat izin usaha perdagangan;
10. Fotokopi nomor induk wajib pajak (NPWP);
11. Persetujuan lokasi dari Pemerintah Daerah Provinsi;
12. Persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP);
13. Rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat;
14. Asli surat pernyataan ketersediaan bekerja penuh dari masing-masing apoteker
penanggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab pengawasan mutu,
apoteker penanggung jawab pemastian mutu.
15. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-maing apoteker penangnggung jawab
produksi, apoteker penanggung jawab pengawasan mutu, apoteker penanggung
jawab pemastian mutu.
16. Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal paling lama dalam waktu 14
(empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima atau ditolak.
17. Jika persetujuan prinsip diterima, maka Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam
akan melaksanakan pembangunan fisik, Industri Obat Herbal Terstandar wajib
menyampaikan laporan informasi kemajuan pembangunan fisik setiap 6 (enam)
bulan sekali kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
18. Dalam pelaksanaan penyelesaian pembangunan fisik, atas permohonan pemohon
Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam diberikan jangka waktu 3 (tiga) tahun
dan dapat diperpanjang oleh Direktur Jenderal untuk paling lama 1 (satu) tahun.
19. Persetujuan prinsip akan batal demi hukum apabila setelah jangka waktu 3 (tiga)
tahun dan/atau setelah jangka waktu 1 (satu) tahun perpanjangan Industri Obat
Sediaan Cair Non β-Lactam belum menyelesaikan pembangunan fisik.
20. Persetujuan prinsip berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diubah berdasarkan
permohonan dari pemohon izin Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam yang
bersangkutan.
13
2.4.3 Permohonan Izin
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1799/MENKES/PER/XII/2010
Permohonan Izin Industri Obat Herbal Terstandar harus ditandatangani oleh Direktur
Utama dan Apoteker penanggung jawab pemastian mutu. Permohonan Izin Obat
Sediaan Cair Non β-Lactam diajukan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan
kepada Kepala Badan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Tata cara pengajuan
Permohonan Izin adalah sebagai berikut:
1. Permohonan Izin Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam diajukan dengan
kelengkapan sebagai berikut:
2. Fotokopi Persetujuan Prinsip Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam;
3. Surat persetujuan penamanan modal untuk industri farmasi dalam rangka
penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri;
4. Daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan;
5. Jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya;
6. Fotokopi sertifikat upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan
lingkungan dan analisis mengenai dampak lingkungan;
7. Rekomendasi kelengkapan adminsitratif izin Industri Obat Sediaan Cair Non β-
Lactam dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi;
8. Rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB dari Kepala Badan;
9. Daftar pustaka wajib seperti Farmakope Indonesia edisi terakhir;
10. Asli surat pernyataan bekerja full time dari masing masing apoteker produksi,
pengawasan mutu dan pemasitan mutu;
11. Fotokopi surat pengangkatan masing-masing apoteker;
12. Fotokopi Ijazah dan STRA masing-masing apoteker;
13. Surat pernyatan komisaris dan direksi tidak terlibat pelanggaran undang-undang
14. Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya tembusan
permohonan Kepala Badan akan melakukan audit pemenuhan persyaratan CPOB.
Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya tembusan
permohonan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi melakukan verifikasi kelengkapan
persyaratan administratif. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak
dinyatakan memenuhi persyaratan CPOB, Kepala Badan mengeluarkan
rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB kepada Direktur Jenderal dengan
tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan pemohon.
14
15. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi
kelengkapan persyaratan administratif, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
mengeluarkan rekomendasi pemenuhan persyaratan administratif kepada Direktur
Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan pemohon.
16. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima rekomendasi
serta persyaratan lainnya, Direktur Jenderal menerbitkan Izin Industri Obat
Sediaan Cair Non β-Lactam.
2.5 Tahapan Untuk Mendapatkan Izin Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam
2.5.1 Izin Usaha Industri (IUI)
Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 41/M-
IND/PER/6/2008 tentang ketentuan dan tata cara Perizinan Izin Usaha Industri, Izin
Perluasan dan tanda daftar industri. Persyaratan Izin Usaha Industri (IUI)
1. Mengisi formulir permohonan
2. Fotocopy KTP Direksi dan Dewan Komisaris
3. Fotocopy NPWP
4. Fotocopy akte pendirian Perusahaan
5. Fotocopy Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
6. Surat Keterangan Domisili Perusahaan
7. Surat Rekomendasi dari Lurah dan Camat setempat
8. Fotocopy UKL/UPL serta dan atau AMDAL bagi perusahaan industri yang
mengandung dampak pencemaran
9. Fotocopy Surat Izin Gangguan/HO
10. Fotocopy SIUP dan TDP
11. Persyaratan tambahan yang mungkin dibutuhkan oleh masing-masing
kabupaten/kota
15
2.5.2 Wajib Daftar Perusahaan (WDP)
Setiap perusahaan, termasuk perusahaan asing yang berkedudukan dan
menjalankan usahanya di wilayah Negara Republik Indonesia dan telah memiliki izin,
wajib didaftarkan dalam Daftar Perusahaan. Perusahaan adalah meliputi bentuk usaha
PerseroanTerbatas (PT), Koperasi, Persekutuan
Komanditer (CV), Firma (Fa),Perorangan dan perusahaan lain yang
melaksanakan kegiatan usahadengan tujuan memperoleh keuntungan atau laba.Daftar
Perusahaan adalah daftar catatan resmi yang diadakanmenurut atau berdasarkan
ketentuan Undang-Undang WDP danatau peraturan-peraturan pelaksanaannya dan
memuat hal-hal yangwajib didaftarkan oleh setiap perusahaan serta disahkan oleh
pejabatyang berwenang dari Kantor Pendaftaran Perusahaan. Kelengkapan
Persyaratan Wajib Daftar Perusahaan (WDP), sebagai berikut:
a) Fotokopi akta pendirian perseroan;
b) Fotokopi data akta pendirian perseroan;
c) Fotokopi akta perubahan pendirian perseroan (apabila ada);
d) Fotokopi KTP atau paspor Direktur Utama/penanggung jawab perusahaan;
e) Fotokopi Izin Usaha/surat keterangan yang dipersamakan;
f) Fotokopi surat permohonan pengesahan badan hukum dari notaris kepada Menteri
Kehakiman dan HAM dan bukti pembayaran administrasi proses pengesahan
badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM.
Proses penerbitan TDP adalah 10 hari kerja setelah persyaratan lengkap dan benar
diterima. Masa berlaku TDP adalah 5 tahun sejak diterbitkan dan wajib diperbaharui
selambat-lambatnya 3 bulansebelum masa berlaku habis.
2.5.6 Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dan Surat Izin Gangguan (HO)
1. Membuat surat izin tetangga
2. Membuat surat keterangan domisili perusahaan
3. Melengkapi Persyaratan SITU dan HO ;
a) Fotocopy KTP permohonan
b) Foto permohonan ukuran 3 x 4 cm sebanyak 2 buah
c) Formulir isian lengkap dan sudah ditandatangani
d) Fotocopy pelunasan PBB tahun berjalan
e) Fotocopy IMB (Izin Mendirikan Bangunan)
f) Fotocopy sertifikat tanah atau akta tanah
17
g) Denah lokasi tempat usaha
h) Surat pernyataan tidak keberatan dari tetangga (Izin Tetangga) yang diketahui
RT/RW
i) Izin sewa atau kontrak
j) Surat keterangan domisili perusahaan
k) Fotocopy akta pendirian perusahaan dari notaris
l) Berita acara pemeriksaan lapangan
Pada prinsipnya Perseroan Terbatas (PT) merupakan suatu perikatan antara 2 orang
atau lebih sehingga pendirian PT mesti dijalankan oleh 2 orang atau lebih. Perikatan
itu dilakukan dengan cara pembuatan Akta Pendirian PT dihadapan Notaris.
Untuk selanjutnya Akta Notaris Pendirian PT memuat nama perseroan,
maksud dan tujuan perseroan, kedudukan perseroan, besarnya modal dasar dan saham
perusahaan, pembagian masing-masing saham persero (susunan pemegang saham),
siapa saja yang ada didalam perseroan menjadi pengurus (susunan direksi dan
komisaris), jangka waktu berdirinya perseroan, bidang usaha perseroan serta
kesepakatan-kesepakatan lain yang dikehendaki para pendiri perseroan dan aturan-
aturan lain berdasarkan peraturan pemerintahan yang dituangkan dalam anggaran
dasar perseroan.
Untuk selanjutnya setelah pengajuan permohonan perusahaan yang ditujukan kepada
Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Ditjen
AHU guna memperoleh Surat Keputusan Pengesahan Pendirian Badan Hukum
Perseroan Terbatas.
20
2.5.11 Izin BPOM
Izin BPOM merupakan surat izin yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat
dan Makanan guna melindungi masyarakat terhadap bahaya konsumsi suatu produk
makanan dan minuman serta obat-obatan. Produsen makanan, minuman serta obat
yang disajikan dalam suatu kemasan tertentu, wajib mendaftarkan produknya ke
BPOM guna memperoleh izin penjualan dan peredaran di masyarakat. Pendaftaran
produk makanan tersebut dilakukan dengan cara datang langsung ke kantor Badai
POM yang terletak di Jln. Pasteur No.25 Pasir Kaliki, Cicendo. Kota. Bandung Jawa
Barat, pada jam kantor. Registrasi produk obat dilakukan di Gedung B atau Gedung
Biru yang merupakan layanan satu atap.
21
14. Diagram alir proses produksi produk yang disertifikasi
15. Peta lokasi pabrik (untuk perusahaan/pabrik baru)
16. Tata letak/lay out pabrik (untuk perusahaan /pabrik baru). Jika pabrik
merupakan bagian dari sebuah site/komplek pabrik, maka lampirkan juga lay
out site pabrik keseluruhan.
17. Pernyataan fasilitas produksi bebas dari unsur babi
18. Daftar alamat pabrik, maklon, gudang (termasuk gudang produk
intermediet), dan fasilitas persiapan pra produksi (contoh fasilitas
pencampuran, penimbangan, pengeringan)
19. Profil perusahaan (untuk perusahaan baru)
20. Rancangan perjalanan audit dari keberangkatan sampai pulang (khusus audit
luar negeri)
21. Surat Depkes
22. NPWP
23. Domisili
b. Persyaratan Bahan dalam Sertifikasi Halal
1. Semua bahan (bahan baku, bahan pembantu dan bahan penolong) yang
digunakan harus memenuhi standar halal bahan
2. Bahan yang berupa intermediet atau raw product tidak boleh dihasilkan dari
fasilitas produksi yang juga digunakan untuk membuat produk yang
menggunakan babi atau turunannya sebagai salah satu bahannya
3. Perusahaan yang menerapkan pengkodean bahan atau produk harus dapat
menjamin traceability (bahan, produsen, status halal). Pengkodean juga harus
menjamin bahan dengan kode sama berstatus halal sama.
22
2.6 Masa Berlaku Perizinan Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam
Izin Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam berlaku seterusnya selama
industri yang bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan. Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam yang akan melakukan
perubahan bermakna terhadap pemenuhan persyaratan CPOB, baik untuk perubahan
kapasitas dan atau fasilitas produk wajib melapor dan mendapat persetujuan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Setiap perubahan alamat lokasi yang sama atau perubahan alamat dan pindah
lokasi, perubahan penanggung jawab atau nama industri harus dilakukan perubahan
izin dengan mengajukan permohonan perubahan izin kepada Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dengan tembusan kepada
Kelapa BPOM dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
Perubahan akte pendirian perseroan terbatas harus dilaporkan kepada Direktur
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dengan
tembusan kepada kelapa Badan POM dan kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
Setiap orang yang bertanggung jawab atas tempat dilakukannya pemerikasaan oleh
tenaga pengawas mempunyai hak untuk menolak pemeriksaan apabila tenaga
pengawas yang bersangkutan tidak dilengkapi dengan tanda pengenal dan surat
perintah pemeriksaan.Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan adanya dugaan atau
patut diduga adanya pelanggaran pidana di bidang obat dan atau bahan obat, segera
dilakukan penyidikan oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berwenang
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Pelanggaran terhadap ketentuan dalam peraturan telah ditetapkan dapat dikenakan
sanksi administratif berupa:
a. Peringatan secara tertulis: sanksi ini diberikan oleh Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan;
b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu an atau perintah untuk penarikan
kembali obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan,
khasiat/kemanfaatan atau mutu;
c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat, jika terbukti tidak memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan, atau mutu;
d. Penghentian sementara kegiatan dapat dikenakan untuk seluruh kegiatan atau
sebagian kegiatan;
23
e. Pembekuan izin industri farmasi: sanksi ini diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan;
f. Pencabutan izin industri farmasi.
2.7 Sarana, Prasarana, SDM, dan Produksi Industri Obat Sediaan Cair Non β-
Lactam
2.7.1 Sarana
Bangunan, fasilitas dan peralatan untuk pembuatan obat Sediaan Cair Non β-
Lactam hendaklah memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta
disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan
operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk
memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, dan
memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan
pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat
menurunkan mutu obat Sediaan Cair Non β-Lactam. Bangunan industri harus
didirikan dilokasi yang terhindar dari pencemaran dan tidak mencemari lingkungan.
Bangunan Industri harus memenuhi persyaratan hygiene dan sanitasi. Bangunan
industri harus memiliki ruang-ruang pembuatan yang rancang bangun dan luasnya
sesuai dengan bentuk , sifat dan jumlah obat tradisional yang dibuat , jenis dan jumlah
peralatan yang digunakan , jumlah karyawan yang bekerja serta fungsi ruangan.
Sebagai berikut:
24
5. Penyimpanan dari ketentuan pada butir 2 dan butir 3 harus memperoleh izin tertulis
dari Direktur Jenderal atau Kepala Kantor Wilayah.
25
6. metode vakum atau pencucian lebih diutamakan. Jika metode pencucian
diterapkan, peralatan hendaklah segera dikeringkan untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme. Pembersihan dengan menggunakan udara
tekan dan sikat hendaklah dilaksanakan dengan hati-hati dan bila mungkin
dihindarkan, karena metode tsb. dapat meningkatkan risiko kontaminasi
terhadap produk;
7. semua peralatan khusus untuk pengolahan bahan mudah terbakar atau bahan
kimia atau yang ditempatkan di area di mana digunakan bahan mudah
terbakar, hendaklah dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang kedap
eksplosi serta di bumikan dengan benar;
8. hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian
yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan. Peralatan yang
digunakan untuk menimbang, mengukur, memeriksa dan mencatat
hendaklah diperiksa ketepatannya dan dikalibrasi sesuai program dan
prosedur yang ditetapkan. Hasil pemeriksaan dan kalibrasi hendaklah
dicatat dan disimpan dengan baik;
9. Filter cairan yang digunakan untuk proses produksi hendaklah tidak
melepaskan serat ke dalam produk. Filter yang mengandung asbes tidak
boleh digunakan walaupun sesudahnya disaring kembali menggunakan filter
khusus yang tidak melepaskan serat; dan Pipa air suling, air de-ionisasi dan
bila perlu pipa air lain untuk produksi hendaklah disanitasi sesuai prosedur
tertulis tervalidasi. Prosedur tersebut hendaklah berisi rincian batas cemaran
mikroba dan tindakan yang harus dilakukan.
26
a. Organisasi, Kualifikasi dan Tanggung jawab
Struktur organisasi industri farmasi hendaklah sedemikian rupa sehingga
bagian produksi, pengawasan mutu, manajemen mutu (pemastian mutu) dipimpin oleh
orang yang berbeda serta tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain.
Masing-masing personil
hendaklah diberi wewenang penuh dan sarana yang memadai yang diperlukan untuk
dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Hendaklah personil tersebut tidak
mempunyai kepentingan lain di luar organisasi yang dapat menghambat atau
membatasi kewajibannya dalam melaksanakan tanggung jawab atau yang dapat
menimbulkan konflik kepentingan pribadi atau finansial.
Kepala bagian Produksi hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan
terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang
memadai dalam bidang pembuatan obat dan keterampilan manajerial sehingga
memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara profesional. Kepala bagian
Produksi hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam produksi
obat.
Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah seorang apoteker terkualifikasi
dan memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai
dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya
secara profesional. Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah diberi kewenangan
dan tanggung jawab penuh dalam peng-awasan mutu
Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah seorang
apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai,
memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga
memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara profesional. Kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah diberi kewenangan dan tanggung
jawab penuh untuk melaksanakan tugas yang berhubungan dengan sistem mutu/
pemastian mutu.
Masing-masing kepala bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu) memiliki tanggung jawab bersama dalam menerapkan semua
aspek yang berkaitan dengan mutu, yang berdasarkan peraturan Badan POM
mencakup:
otorisasi prosedur tertulis dan dokumen lain, termasuk amandemen;
pemantauan dan pengendalian ling-kungan pembuatan obat;
higiene pabrik;
27
validasi proses;
pelatihan;
persetujuan dan pemantauan terhadap pemasok bahan;
persetujuan dan pemantauan terhadap pembuat obat berdasarkan kontrak;
penetapan dan pemantauan kondisi penyimpanan bahan dan produk;
penyimpanan catatan;
pemantauan pemenuhan terhadap persyaratan CPOB;
inspeksi, penyelidikan dan pengam-bilan sampel, untuk pemantauan faktor yang
mungkin berdampak terhadap mutu produk.
29
secara teratur baik selama ada maupun tidak ada kegiatan produksi untuk
memastikan pemenuhan terhadap spesifikasi yang dirancang sebelumnya.
13. Area di mana dilakukan kegiatan yang menimbulkan debu misalnya pada saat
pengambilan sampel, penimbangan bahan atau produk, pencampuran dan
pengolahan bahan atau produk, pengemasan produk serbuk, memerlukan sarana
penunjang khusus untuk mencegah pencemaran silang dan memudahkan
pembersihan.
14. Tata letak ruang area pengemasan hendaklah dirancang khusus untuk mencegah
campur baur atau pencemaran silang.
15. Area produksi hendaklah mendapat penerangan yang memadai, terutama di mana
pengawasan visual dilakukan pada saat proses berjalan.
16. Pengawasan selama-proses dapat dilakukan di dalam area produksi sepanjang
kegiatan tersebut tidak menimbulkan risiko terhadap produksi obat tradisional.
17. Pintu area produksi yang berhubungan langsung ke lingkungan luar, seperti pintu
bahaya kebakaran, hendaklah ditutup rapat. Pintu tersebut hendaklah diamankan
sedemikian rupa sehingga hanya dapat digunakan dalam keadaan darurat sebagai
pintu ke luar. Pintu di dalam area produksi yang berfungsi sebagai barier terhadap
pencemaran-silang hendaklah selalu ditutup apabila sedang tidak digunakan.
10
31
11 BAB III
12 PEMBAHASAN
32
3.1.3 Visi dan Misi PT. RISNATA PHARMA
VISI : Menjadi perusahaan farmasi yang memiliki komitmen untuk selalu
menghasilkan produk farmasi yang berkualitas.
MISI : Mengutamakan mutu dan kepercayaan konsumen akan produk melalui
system pemasaran dengan nilai-nilai kejujuran dan ekonomis
33
3.1.5 Struktur Organisasi PT. RISNATA PHARMA
Dewan Komisaris
Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan dan memberikan nasihat atau
masukan kepada Direksi.
Komite Audit
Komite Audit bertugas dan bertanggung jawab untuk memberikan pendapat kepada
Dewan Komisaris mengenai laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh Direksi kepada
Dewan Komisaris dan mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Komisaris,
selain itu Komite Audit juga bertugas dan bertanggung jawab dalam menelaah laporan
keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan kepada publik.
Direksi
Direksi bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan
Perseroan dalam mencapai maksud dan tujuannya Perusahaan. Setiap anggota Direksi
wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab dalam menjalankan tugasnya dengan
mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Anggaran dasar
Perusahaan.
Sekretaris Perusahaan
Penghubung perusahaan dedngan investr, analis dan masyarakat yang bertanggung jawab
untuk memastikan kepatuhan perusahaan kepada peraturan-peraturan dan Ikut menjamin
kelancaran kegiatan perusahaan serta bertanggung jawab akan aktifitas rutin dan
memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki.
Audit Internal
34
Internal auditor dalam suatu perusahaan mempunyai fungsi yaitu mengadakan
pengawasan atas pembukuan yang sejalan dengan meningkatnya sistem informasi
akutansi.
Direktur Utama
Tugas dari Direktur Utama yaitu mengkoordinasi semua kegiatan yang berhubungan
dengan ketenagakerjaan dan membuat peraturan bagi karyawan.
Direktur Keuangan
Tugasnya yaitu mengkoordinasi semua kegiatan keuangan, merencanakan anggaran
perusahaan, membuat draf gaji dan menentukan kebijakan pengeluaran dan pemasukan
perusahaan.
Manajer Produksi
Manajer Produksi bertugas untuk membuat rencana produksi sesuai dengan target
pemasaran. Bekerjasama dengan Laboratorium dalam pelaksanaan proses produksi.
Manajer R & D
Tugasnya yaitu melakukan penelitian dan pengembangan produk baru, mengawasi
pelaksanaan teknis dan kualitas produksi, menetapkan standar bahan baku dan produk
jadi, serta membuat laporan internal produksi.
Manajer Keuangan
Mengkoordinasi semua kegiatan dibagian keuangan, termasuk didalamnya membuat
anggaran, disposisi transaksi keuangan, membuat laporan realisasi anggaran gaji, serta
membuat laporan secara berkala untuk mengetahui perkembangan perusahaan.
Manajer Akuntansi
Tugasnya yaitu membuat laporan secara berkala untuk mengetahui perkembangan usaha
yang dijalankan, membantu kepala bagian administrasi dalam membuat pembukuan baik
dalam pembuatan faktur-faktur pembelian dan pemasaran barang dari perusahaan lain.
35
3.1.6 Sumber Daya Manusia Industri PT. RISNATA PHARMA
Jabatan Pendidikan Jumlah
Direktur S3 1
Dewan Komisaris Min. S2 2
Sekretaris Min. S1 2
Manajer Teknik dan Produksi Min. S2 1
Manajer Keuangan dan Marketing
Min. S2 1
Manajer Umum dan Personalia Min. S2 1
Supervisor Marketing Min. S1 1
Supervisor Keuangan Min. S1 1
Supervisor Produksi Min. S1 1
Supervisor Teknik Min. S1 1
Supervisor Umum Min. S1 1
Supervisor Personalia Min. S1 1
Kepala Seksi Lab/R&D Min. S1 1
Kepala Seksi Proses Min. S1 4
Kepala Seksi Utilitas Min. S1 1
Kepala Seksi Mesin Instrumentasi Min. S1 1
36
3.1.7 Tahap-Tahap Pendirian PT. RISNATA PHARMA
Pendirian PT. RISNATA PHARMA melalui beberapa tahap:
1. Pengecekan & Pendaftaran Nama Perseroan
Pengecekan dilakukan untuk mengetahui Apakah nama perseroan yang anda
pilih sudah dimiliki perusahaan lain atau belum, jika belum nama tersebut
langsung bisa didaftarkan oleh NOTARIS melalui SISMINBAKUM
Jika perusahaan sudah dimiliki, maka anda harus mengganti dengan nama yang
lain.
Lama Proses 1 Hari Kerja
2. Pembuatan Akta Pendirian PT
AKTA PENDIRIAN PT dibuat dan ditandatangani oleh NOTARIS yang dan
dibuat dalam bahasa Indonesia sesuai dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun
1995 Tentang Pendirian “Perseroan Terbatas”
Lama Proses 1 Hari Kerja
Persyaratan: melampirkan Copy KTP Pendiri Perseroan dan Copy KTP
Pengurus jika berbeda dengan Pendiri Perseroan
3. Surat Keterangan Domisili Perusahaan
Permohonan Surat Keterangan Domisilidiajukan kepada Kepala Kantor
Kelurahan setempat sesuai dengan Alamat Kantor perusahaan berada, sebagai
bukti keterangan/keberadaan alamat perusahaan,
Lama Proses 2 Hari Kerja
Persyaratan lain yang dibutuhkan :
1) Copy Kontrak/Sewa tempat usaha dan surat keterangan dari pemilik
gedung atau bukti kepemilikan tempat usaha.
2) Asli pengantar RT/RW untuk domisili di perumahan
3) Copy PBB tahun terkahir
4. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
Permohonan pendaftaran nomor pokok wajib pajak diajukan kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan keberadaan domisili perusahaan.
Lama Proses 2 Hari kerja
Persyaratanlain yang dibutuhkan : Copy Bukti PBB tahun terkahir atau Bukti
PPN atas sewa/kontrak Tempat usaha bagi yang berdomisili di Gedung
Perkantoran.
37
5. Pengesahan Menteri Kehakiman & Ham RI
Permohonan ini diajukan kepada Menteri Kehakiman & HAM RI
untukmendapatkan pengesahan ANGGARAN DASAR PERSEROAN (AKTA
PENDIRIAN) sebagai Badan Hukum PT sesuai Undang-undang Nomor 1
tahun 1995 tentang“PERSEROAN TERBATAS”
Lama Proses 25 Hari Kerja setelah Permohonan diajukan
Persyaratan lain yang dibutuhkan :
1. Bukti setor bank senilai modal disetor dalam Akta Pendirian.
2. Bukti PNBP sebagai pembayaran Berita Acara Negara.
3. Asli Akta Pendirian.
6. UUG/SITU
Surat Izin Tempat Usaha Ini diperlukan untuk proses Izin Usaha Industri/Tanda
Daftar Industri, SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) atau untuk Izin kegiatan
usaha yang dipersyaratkan adanya UUG/SITU berdasarkan Undang - undang
Gangguan.
7. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)
Permohonan SIUP diajukan kepada Dinas
PerdaganganKota/Kabupaten/Propinsi sesuai dengan keberadaan domisili
Perusahaan.
Lama Proses: 10 Hari Kerja
Penggolongan SIUP terdiri dari SIUP Besar, Menengah dan Kecil dengan
ketentuan sebagai berikut:
SIUP Besar untuk Modal disetor diatas 500 Juta,
SIUP Menengah untuk Modal disetor diatas 200 juta s.d 500 juta.
SIUP Kecil untuk Modal disetor s.d 200 juta.
8. TDP (Tanda Daftar Perusahaan)
Permohonan pendaftaran diajukan kepada Kantor Dinas Perindustrian &
Perdagangan Kota/Kabupaten cq. Kantor Pendaftaran perusahaan sesuai
dengan domisili perusahaan.
Bagi perusahaan yang telah terdaftar akan diberikan sertifikat TANDA
DAFTAR PERUSAHAAN sebagai bukti bahwa Perusahaan/Badan Usaha
telah melakukan Wajib Daftar Perusahaan berdasarkan Undang-undang Nomor
3 Tahun 1982 Tentang “WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN”.
Lama Proses 12 Hari Kerja
38
9. Pengumuman Dalam Berita Acara Negara RI
Setelah perusahaan melakukan wajib daftar perusahaan dan telah mendapatkan
pengesahan dari Menteri Kehakiman & HAM RI, maka harus diumumkan
dalam berita negara dan Perusahaan yang telah diumumkan dalam berita
negara, maka perusahaan tersebut telah sempurna statusnya sebagai Badan
Hukum.
Lama Proses 60-90 Hari Kerja
3.1.8 Produksi
a. Bangunan
1) Area penimbangan
2) Area produksi
3) Area penyimpanan
4) Area pengawasan mutu
5) Sarana pendukung seperti ruang istirahat, kantin, toilet, ruang ganti
pakaian, bengkel perbaikan dan perawatan mesin, dan sarana pemeliharaan
hewan.
b. Kelengkapan Bangunan Industri
1) Tenaga listrik
2) Lampu penerangan
3) Ventilasi
4) Sumber air
5) Alat pemadam
6) Sanitasi
c. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat sediaaan cair non Beta-laktam hendaklah
memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta
ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat cair non Beta-laktam
terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan
pembersihan serta perawatan.
d. Bahan
Bahan Istilah umum yang dipakai untuk menunjukkan bahan dasar (Zat
Aktif), bahan tambahan, reagensia, pelarut, bahan pembantu proses, produk
antara, dan bahan penandaan (label).
e. Produk
39
Produk yang akan dipasarkan berupa produk Obat Sediaan Cair Non β-
Lactam seperti sediaan sirup golongan sulfonamida yaitu kotrimoksazole
240mg/5ml (200 mg sulfametaxazole dan 40 mg Trimetoprim). Industri obat ini
memiliki prospek yang baik karena dalam produksinya menggunakan teknologi
tinggi, memerlukan tenaga kerja yang memiliki keterampilan/keahlian khusus
dalam mengaplikasikan mesin. Kecenderungan masyarakat yang sadar akan
kesehatan untuk mengkonsumsi obat pada saat sakit semakin menguatkan
potensi industri obat ini, yang nantinya akan menambah nilai pasar customer
untuk berlangganan.
3.1.9 Pendistribusian
a. Perusahaan Besar Farmasi (PBF)
Industri kosmetik dari PT. RISNATA PHARMA bekerjasama dengan 3 PBF yang
meliputi PBF ZAM CEMERLANG, PBF LIN WEY dan PBF MULIA FARMA.
b. Target Pemasaran
Target pemasaran akan dipasarkan diseluruh wilayah Indonesia.
c. Promosi
Perusahaan akan melakukan promosi kosmetik dengan cara :
Melalui internet merupakan cara efektif dan efisien pilihan utama karena pada
umumnya masyarakat jaman sekarang rata rata sudah memakai internet walaupun
beberapa orang masih belum menggunakannya
Melakukan penjualan langsung, karena langsung bertemu dengan pembelinya
dan bisa langsung promosikan Sediaan antibiotik dengan menggunakan resep dari
Dokter.
Memalui brosur, pamphlet
40
3.2 Perizinan Industri PT. RISNATA PHARMA
41
4. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang Apoteker Warga Negara
Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi,
dan pengawasan mutu; dan
5. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung ataupun tidak langsung
dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.
Dikecualikan dari persyaratan di atas poin 1 dan 2, bagi pemohon izin industri
farmasi milik Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
3.2.2 Tahapan Untuk Mendapatkan Izin Industri PT. RISNATA PHARMA Dari
Departemen Kesehatan
Untuk memperoleh izin Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam diperlukan
persetujuan prinsip. Permohonan Persetujuan Prinsip diajukan secara tertulis kepada
Direktur Jenderal BPOM. Persetujuan Prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal BPOM
setelah Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam memperoleh persetujuan Rencana
Induk Pembangunan (RIP) dari Kepala Badan. Dalam hal permohonan persetujuan
prinsip telah diberikan, Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam dapat langsung
melakukan persiapan, pembangunan, pengadaan, pemasangan, dan instalasi peralatan,
termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pendirian Industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam wajib memenuhi
ketentuan di bidang tata ruang dan lingkungan hidup dan wajib memenuhi persyaratan
CPOB dan dibuktikan dengan sertifikat yang berlaku selama 5 (lima) tahun sepanjang
memenuhi persyaratan.
42
3.2.3 Persetujuan RIP PT. RISNATA PHARMA
43
3.2.5 Permohonan Izin Industri PT. RISNATA PHARMA
44
3.3 Sarana, Prasarana, SDM, dan Produksi Industri PT. RISNATA PHARMA
Area tanah yang akan dirancang yaitu berluaskan 10 HA dengan luas bangunan
5,2 HA. Dengan luas tanah yang cukup besar ini sehingga dapat memudahkan
mengatur pengelolaan lahan dengan leluasa. Luas area tanah ini akan digunakan untuk
membangun beberapa bangunan seperti lahan kebun dengan luas 1,8 HA area
penerimaan material dengan luas bangunan 800 meter2, pengambilan contoh material
dengan luas bangunan 400 meter2 , penyimpanan barang datang dan karantina dengan
luas 8000 meter2, gudang bahan awal dengan luas bangunan 800 meter2, penimbangan
dan penyerahan 600 meter2, pengolahan dengan luas bangunan 800 meter2,
penyimpanan produk ruahan dengan luas bagunan 8000 meter2 , pengemasan dengan
luas bangunan 200 meter2, karantina, gudang produk jadi, tempat bongkar muat,
laboratorium dengan luas bangunan 300 meter2, tempat pencucian peralatan dengan
luas bangunan 200 meter2, dan sisa lahan akan digunakan untuk mendirikan masjid
dengan luas 55 meter2 , kantin 30 meter2,dan toilet 10 meter2, dan pos keamanan 5
meter2 dan jalan menuju pabrik dengan luas 1000 meter.
45
3.3.2 Prasarana Industri PT. RISNATA PHARMA
Peralatan yang digunakan dalam Produksi obat sediaan cair Non β-Lactam
(golongan sulfonamida) di PT. RISNATA PHARMA berupa alat-alat yang telah
memenuhi standar CPOB dengan desain dan kontruksi yang simple. peralatan untuk
menunjang produksi antara lain :
a) mesin pencampuran,
b) positive displacement pump
c) centrifugal pump
d) mesin pemindahan panas,
e) mesin filtrasi,
f) mesin filling (filteram type dan plunger)
g) mesin fermentasi
h) mesin labelling
3.3.4 Ruang Lingkup Cara Pembuatan Obat Sediaan Cair Non β-Lactam yang Baik PT.
RISNATA PHARMA
a. Manajemen Mutu
PT. RISNATA PHARMAmembuat obat sediaan cair Non β-Lactam dengan
tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan tercantum dalam dokumen izin edar
(registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena
tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen puncak PT. RISNATA
PHARMAbertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan
Mutu”, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua
departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai
tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, maka PT. RISNATA
PHARMAmembuat sistem Pemastian Mutu yang didesain secara menyeluruh dan
diterapkan secara benar serta mengkorporasi Cara Pembuatan Obat sediaan cair Non
β-Lactam Yang Baik sesuai dengan CPOB termasuk di dalamnya Pengawasan Mutu
dan Manajemen Risiko Mutu
46
b. Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem
pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat sediaan cair Non β-Lactam
yang benar. Oleh sebab itu PT. RISNATA PHARMAmerekrut karyawan yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Setiap
karyawan PT. RISNATA PHARMAmemahami tugas dan tanggung jawabnya masing-
masing serta memahami prinsip dalam Cara Pembuatan Obat Yang Baik serta setiap
karyawan juga memperoleh pelatihan awal yang berkesinambungan, termasuk
instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaannya.
c. Dokumentasi
47
f. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak pada PT. RISNATA
PHARMAdibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindarkan
kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan tidak sesuai dengan
mutu yang diharapkan. Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak
dibuat secara jelas sehingga masing-masing pihak mengerti dan memahami tanggung
jawab dan kewajiban masing-masing.
g. Cara Penyimpanan dan Pengiriman Obat yang Baik
Penyimpanan dan pengiriman merupakan bagian yang penting dalam kegiatan dan
manajemen rantai pemasokan produk yang terintegrasi pada PT. RISNATA
PHARMADokumen ini menetapkan langkah yang tepat untuk membantu pemenuhan
tanggung jawab bagi semua yang terlibat dalam kegiatan pengiriman dan
penyimpanan produk. Dokumen ini memberikan pedoman bagi penyimpanan dan
pengiriman produk jadi dari pabrik ke distributor.
h. Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan kembali Produk dan
Produk Kembalian
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi
kerusakan obat pada PT.NUMINO Medica dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur
tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak disusun suatu sistem,
mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran
secara cepat dan efektif.
i. Inspeksi Diri
48
3.3.5 Perolehan Biaya dan BEP Industri PT. RISNATA PHARMA
1. Biaya Perizinan
Rp 75.000.000.000,-
49
3. Anggaran Gaji Pegawai
Jabatan Pendidikan Jumlah Gaji/bulan Jumlah
(Rp) Gaji/bulan
(Rp)
Direktur S3 1 12.000.000 12.000.000
Dewan Komisaris Min. S2 2 10.000.000 20.000.000
Sekretaris Min. S1 2 3.000.000 6.000.000
Manajer Teknik dan Produksi Min. S2 1 7.000.000 7.000.000
Manajer Keuangan dan
Min. S2 1 7.000.000 7.000.000
Marketing
Manajer Umum dan Personalia Min. S2 1 7.000.000 7.000.000
Supervisor Marketing Min. S1 1 5.000.000 5.000.000
Supervisor Keuangan Min. S1 1 5.000.000 5.000.000
Supervisor Produksi Min. S1 1 5.000.000 5.000.000
Supervisor Teknik Min. S1 1 5.000.000 5.000.000
Supervisor Umum Min. S1 1 5.000.000 5.000.000
Supervisor Personalia Min. S1 1 5.000.000 5.000.000
Kepala Seksi Lab/R&D Min. S1 1 4.000.000 4.000.000
Kepala Seksi Proses Min. S1 4 4.000.000 16.000.000
Kepala Seksi Utilitas Min. S1 1 4.000.000 4.000.000
Kepala Seksi Mesin Instrumentasi Min. S1 1 4.000.000 4.000.000
50
Karyawan Proses Min. S1 20 3.000.000 60.000.000
Karyawan Laboratorium
Min. S1 5 3.000.000 15.000.000
QC/QA dan R&D
Total 56 232.000.000
JADI :
Anggaran untuk keseluruhan pendirian industri obat sediaan cair Non β-Lactam produksi PT.
RISNATA PHARMA yaitu membutuhkan dana sebesar :
51
Pengeluaran 1 thn pertama
3. BEP
BEP dalam 1 tahun dapat dihitung sebagai berikut
BEP harga produksi : Total biaya / Volume produksi
: Rp 6.500.000.000/ (5.000x12)
: Rp 108.333
Artinya, pada tingkat harga sebesar Rp 108.333 usaha ini berada pada titik
impas.
BEP volume : Total biaya / Harga
: Rp 6.500.000.000/ Rp 1.500.000
: 4,333
52
Artinya, pada jumlah produksi sebanyak 4.333 box, perusahaan tidak
mengalami keuntungan dan kerugian (impas)
53
13 BAB IV
14 PENUTUP
KESIMPULAN
1. Pendirian PT. RISNATA PHARMA membutuhkan waktu 84 hari (3 bulan) dengan
biaya sebesar Rp.25.000.000. dan melalui beberapa proses dan tahapan permohonan
sesuai dengan persyaratan yang terdapat Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas.
2. Proses mendapatkan izin usaha industri farmasi PT RISNATA PHARMA terdiri dari
permohonan rencana induk pembangunan (RIP) dan permohonan persetujuan prinsip.
dan harus memperoleh Izin Usaha, Tahapan Mendapatkan Izin Industri PT. ISNATA
PHARMA Izin Usaha Industri (IUI) , Wajib Daftar Perusahaan(WDP) , Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU) , Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) Surat Izin Tempat Usaha (SITU) Surat Izin Usaha
Industri (SIUI), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Tanda Daftar Industri (TDI), Surat
Izin Mendirikan Bangunan (SIMB), Izin BPOM, Sertifikat Halal MUI.
3. a) PT.RISNATA PHARMA di dirikan di Jalan Sesama Blok. 3 No. 6 Karawang,
Jawa Barat 17550. Dengan luas Area tanah 10 HA dan luas bangunan 5,2 HA. Dengan
biaya anggaran sebesar Rp.75.000.000,-
b) Peralatan yang digunakan dalam Produksi obat sediaan cair Non β-Lactam
(golongan sulfonamida) di PT. RISNATA PHARMA telah memenuhi standar
CPOB Dengan biaya anggaran sebesar Rp.5.500.000.000
c) PT RISNATA PHARMA akan merekrut karyawan sebanyak 56 orang dengan
biaya anggaran gaji pegawai sebesar Rp. 232.000.000
d) Produksi pada PT. RISNATA PHARMA dilaksanakan dengan mengikuti prosedur
tervalidasi yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat
Yang Baik, memerlukan anggaran total Rp. 1.000.000.000.
e) Sediaam cair Non β-Lactam produksi PT. RISNATA PHARMA pada tahun
pertama, jumlah yang terjual 5.000 box perbulan (50 botol/box) dengan harga
@Rp1.500.000/box, diperoleh pendapatan pada tahun pertama sebesar Rp
90.000.000.000. Pengeluaran 1 tahun pertama Rp 6.500.000.000. BEP dalam 1
tahun diperoleh hasil perusahaan tidak mengalami keuntungan dan kerugian
(impas) yaitu Rp 108.333
54
4. Pelaksanaan produksi PT. RISNATA PHARMA dimulai pada tahun 2023 diproduksi
di di Jalan Sesama Blok. 3 No. 6 Karawang dan dipasarkan keseluruh wilayah
Indonesia.
5. Metode Analisis SWOT PT. RISNATA PHARMA Strength (keunggulan) dengan
biaya yang relatif terjangkau, produk yang dibuat dapat digunakan untuk semua
kalangan masyarakat, bahan baku produk yang terjamin dan higienis, Weakness
(kelemahan) Kelemahan dari industri Obat Sediaan Cair Non β-Lactam yaitu, bahan
baku obat yang belum tersedia di Indonesia sehingga masih bergantung pada bahan
baku impor Opportunity (Peluang) Peluang dari industri Obat Sediaan Cair Non β-
Lactam, yaitu proses distribusi mudah, sudah memiliki relasi usaha dalam bidang
distribusi, Threat (Ancaman) Persaingan pasar Obat Sediaan Cair Non β-Lactam
sangat kuat.
55
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI. 2018. Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).BPOM.RI
Depkes, RI. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang kesehatan.
Jakarta
Depkes, RI. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas. Jakarta
Lavari Hafhazah, 2016. Strategi Bisnis Pt. Unilever Dalam Persaingan Produk
56