HASIL PERIKANAN
OLEH :
Paper ini disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Teknologi Produk
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen
pengampu mata kuliah Teknologi Produk Tradisional Hasil Perikanan dan kepada
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari unsur sempurna.
Untuk itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
Semoga paper ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR………………………………………… i
DAFTAR ISI………………………………………………..…. ii
DAFTAR TABEL…………………………………………….. iv
I. PENGASAPAN IKAN……………………………………… 1
1.1Pengertian Pengasapan…………………………...... 1
1.2 Jenis – jenis Pengasapan………………………….. 2
1.3 Fungsi Asap……………………………………….. 5
1.4 Kandungan Asap………………………………….. 5
1.5 Faktor yang Mempengaruhi Pengasapan…………. 7
1.6 Proses Pengasapan Ikan…………………………… 8
Pertanyaan…………….……………………….. 9
II. PENGGARAMAN……………………………………….. 12
2.1 Pengertian Penggaraman………………………….. 12
2.2 Metode Penggaraman…………………………….. 13
2.3 Pelaksanaan Penggaraman ……………………….. 15
2.4 Kekurangaan Pengawetan Penggaraman ………… 19
Pertanyaan …………….……………………… 20
III. PENGERINGAN………………………………………. 22
Gambar Halaman
1. Pengasapan ikan………………………………………… 1
2 .Pengasapan Panas……………………………………….. 2
3. Ekstrak asap cair………………………………………… 4
4. Skema Proses Pengasapan………………………………. 9
5. Perebusan daging……………………………………….. 48
6. Perbusan bakso………………………………………….. 48
7. Perebusan telur………………………………………….. 49
8. Pengukusan kue basah………………………………….. 49
9. Pengukusan ………………………..…………………… 49
10. Contoh pengukusan……..…………………………….. 51
11. Perebusan sayur………………..……………………… 51
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
termasuk cara pengawetan ikan yang telah diterapkan secara turun - temurun.
senyawa kimia yang berasal dari asap kayu ke dalam daging ikan, disertai dengan
curing meliputi seluruh proses yang dimulai dari tahap persiapan bahan mentah
ikan ditujukan untuk pengawetan, akan tetapi peran tersebut kini telah bergeser ke
arah pembentukan flavour, warna dan aroma khas ikan asap . Faktor penting
dalam penentuan kualitas pengasapan ikan adalah suhu dan lama pengasapan.
(Suparmi,dkk.2016)
1.Pengasapan Dingin
rendah, yaitu tidak lebih tinggi dari suhu 330C (sekitar 15-330C). Pengasapan ini
dilakukan agak jauh dari dari sumber asap sehingga membutuhkan waktu yang
suhu rendah dimaksudkan agar daging ikan tidak menjadi masak atau protein
setengah masak dan sebelum ikan asap dimakan masih perlu diolah kembali.
2.Pengasapan Panas
yang cukup tinggi yaitu 80 - 900C. Karena suhu pengasapan yang tinggi , maka
waktu pengasapan lebih cepat, yaitu 3 – 8 jam bahkan ada yang hanya 2 jam.
Melalui suhu yang tinggi, daging ikan menjadi masak dan tidak perlu diolah
terlebih dahulu sebelum disantap. Jarak sumber asap berada dekat dengan ikan
dikarenakan adanya asap. Jika suhu yang digunakan 30-50oC maka disebut
pangasapan panas dengan suhu rendah dan jika suhu 50-90oC, maka disebut
3.Pengasapan Elektrik
Ikan asap elektrik dibuat dengan asap dari pembakaran serbuk gergaji
yang dilewatkan medan listrik dengan tegangan tinggi. Ikanpun mengalami tahap
dipasang kayu melintang di bagian atas dan dililiti kabel listrik. Ikan digantung
4.Pengasapan Cair
Menurut Dwi Yanuar,dkk (2015) mengatakan bahwa asap merupakan
suatu suspensi partikel padat dan cair dalam medium gas. Sedangkan asap cair
merupakan campuran larutan dari dispersi asap kayu dalam air yang dibuat
Asap cair (liquid) pada dasarnya merupakan asam cukanya (vinegar) kayu
yang diperoleh dari destilasi kering terhadap kayu. Vinegar kayu dipisahkan dari
dapur secukupnya, kemudian ikan direndam dalam larutan asap tersebut selama
beberapa jam. Faktor penting yang perlu diperhatikan pada pengasapan liquid,
adalah konsentrasi, suhu larutan asap, serta waktu perendaman, setelah itu
warna serta rasa untuk produk makanan antara lain ikan. Pada proses pengasapan
ikan dengan asap cair, unsur yang berperan dalam peningkatan daya awet ikan
adalah asam, derivat fenol, dan karbonil. Unsur - unsur kimia tersebut antara lain
(Suparmi,dkk.2016).
asap dengan jaringan daging ikan pada saat proses pengasapan berlangsung.
Bahan bakar yang umumnya digunakan adalah kayu, dapat pula serbuk
gergaji, sabuk kelapa, ampas tebu. Komponen bahan organik yang dibakar
asap yang mengandung bahan organik akan bereaksi dengan ikan dan
menghasilkan aroma asap. Saat dibakar, semua kompoen berubah, air berubah
menjadi uap dan butiran – butiran air. Jika jumlah oksigen cukup banyak, maka
hasil pembakaran tersebut akan berupa uap air, gas, asam arang, dan abu hasil
pembakaran tidak terbentuk asap. Apabila jumlah oksigen tidak mencukupi, akan
terbentuk asap yang terdiri CO2, alkohol, aldehid, asam organik, dan lainnya.
Maka asap merupakan campuran dari cairan, gas, dan padatan yang terdiri dari :
3. Zat-zat lain yang mudah menguap seperti alkohol dan aldehid dalam
4. Zat-zat padat yang tidak terbakar yang ikut terbawa arus asap
(Suparmi,2016).
biak, jamur tidak tumbuh, dan antioksidan sehingga cukup berperan mencengah
oksidasi lemak pada ikan. Fenol dan formaldehid membentuk lapisan damar
Hal serupa juga dikatakan oleh Dwi Yanuar,dkk (2015) bahwa fenol
merupakan salah satu indikator kualitas ikan asap, komponen fenol berperan
menimbulkan bau dan rasa yang kurang enak. Kayu yang rusak, lapuk atau
berjamur juga tidak baik karena membawa bau organisme yang tumbuh pada
bahan tersebut. Kayu yang baik adalah yang keras, lambat terbakar, mengandung
Formaldehid 30 - 50
Tar 1295
Fenol 25 - 40
pengasapan. Agar penempelan dan pelarutan asap berjalan efektif, suhu awal
tinggi, maka lapisan air pada permukanan tubuh ikan akan cepat menguap dan
daging ikan cepat matang sehingga akan menghambat proses penempelan asap.
Setelah warna dan aroma terbentuk dengan baik, suhu pengasapan dapat
dinaikkan untuk membantu proses pengeringan dan pematangan ikan. Faktor lain
yang mempengaruhi pengasapan adalah kelembaban udara, jenis kayu, jumlah
pengasapan ikan.
Baha baku harus betul –betul segar agar diperoleh produk akhir yang
bermutu tinggi. Sortasi dan pencucian dilakukan agar ikan bersih dari kotoran dan
2. Penimbangan, penyiangan
disiangi, dan diasapi. Penyiangan dilakukan dengan menbuang isi perut dan
dan untuk mempertahankan ikan agar tidak cepat rusak. Kemudian ikan ditiriskan
Ikan diletakkan pada hamparan rak – rak secara berselingan, agar rak –rak
dapat ditempati secara optimal dengan jumlah ikan yang akan diasap. Setiap
beberapa saat harus dilakukan penggantian rak dan ikan selalu dibolak – balik
Pemilihan kayu akan mempengaruhi hasil akhir ikan asap. Lama proses
pengasapan akan tergantung pada jenis dan ukuran ikan. Pengasapan harus
dilakukan secara bertahap dengan menaikkan suhu secara perlahan agar seluruh
Ikan segar
Penimbangan
Sortasi
Penyiangan
Perendaman (garam2,5%)
Penyusunan Ikan
Proses pengasapan
Ikan asap
Daftar Pustaka
Diah Lestari.2010.Asap cair dan aplikasinya pada produk perikanan. Jurnal Balai
Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan
Vol5
Glosari
tetap.
karbonil.
materi tanaman.
.
BAB II. PENGGARAMAN
murah.
tahan lama, sehingga dapat disimpan atau didistribusikan ke daerah yang jauh
4. Produk ikan asin harganya murah, sehingga dapat terjangkau oleh semua lapisan
masyarakat.
garam. Garam yang digunakan adalah jenis garam napur (NaCl), baik berupa
berikut:
1. Garam menyerap air dari dalam tubuh ikan melalui proses osmosa. Akibatnya
kandungan air dalam tubuh ikan yang menjadi media hidup bakteri menjadi
proses kemunduran mutu ikan oleh bakteri dapat dihambat atau dihentikan.
2. Selain menyerap kandungan air dari tubuh ikan, garam juga menyerap air dari
dalam tubuh bakteri sehingga bekteri akan mengalami plasmolisis (pemisahan inti
seperti pengeringan ataupun dengan perebusan. Sehingga kita bisa menjumpai tiga
macam produk ikan asin, yaitu : ikan asin basah, ikan asin kering dan ikan asin
dengan ikan. Pada umumnya, ikan yang berukuran besar dibuang isi perut dan
wadah yang kedap air. Ikan disusun rapi dalam wadah selapis demi selapis dengan
setiap lapisan ikan ditaburi garam. Lapisan paling atas dan paling bawah wadah
merupakan lapisan garam. Garam yang digunakan pada proses penggaraman
Pada waktu ikan bersentuhan dengan kulit / daging ikan (yang basah/berair),
garam itu mula-mula akan membentuk larutan pekat. Larutan ini kemudian akan
meresap kedalam daging ikan melalui proses osmosa. Jadi, kristal garam tidak
langsung menyerap air, tetapi terlebih dahulu berubah jadi larutan. Semakin lama
larutan akan semakin banyak dan ini berarti kandungan air dalam tubuh ikan
semakin berkurang.
air terdapat 30 – 35 gram garam). Ikan yang akan digarami dimasukkan kedalam
larutan garam tersebut, kemudian bagian atas wadah ditutup dan diberi pemberat
agar semua ikan terendam. Lama waktu perendaman tergantung pada ukuran
karena adanya kandungan air yang keluar dari tubuh ikan, sementara itu molekul
garam masuk kedalam tubuh ikan. Proses osmosa akan berhenti apabila kepekatan
(dry salting) tetapi tidak mengunakan bak /wadah penyimpanan. Ikan dicampur
dengan garam dan dibiarkan diatas lantai atau geladak kapal, larutan air yang
terbentuk dibiarkan mengalir dan terbuang. Kelemahan dari cara ini adalah
memerlukan jumlah lebih banyak dan proses penggaraman berlangsung sangat
lambat.
2.3.1 Persiapan
kesegaran dan ukuran ikannya. Hal ini dilakukan untuk penyeragaman penetrasi
- Sediakan garam sebanyak 10 – 35 % dari berat total ikan yang akan diproses,
2. Penyediaan peralatan
- Siapkan wadah bak kedap air yang terbuat dari semen, kayu, fibre atau plastik.
- Siapkan penutup bak sesuai ukuran bak dilengkapi dengan pemberat untuk
- Pisau atau golok yang tajam untuk membersihkan dan menyiangi ikan.
- Timbangan untuk menimbang ikan yang telah dibersihkan serta jumlah garam
yang dibutuhkan.
- Keranjang plastik atau bambu untuk mengangkut ikan sebelum dan setelah
proses penggaraman.
- Tempat penjemuran atau para-para yang tingginya kurang lebih 1 meter diatas
permukaan tanah. Sebaiknya para-para dibuat miring 15o ke arah datangnya angin
- Pada ikan berukuran besar, perlu dilakukan penyiangan dengan membuang isi
perut, insang dan sisik. Kemudian tubuh ikan dibelah menjadi dua sepanjang garis
penggaraman.
- Pada ikan yang berukuran sedang, cukup dibersihkan insang, sisik dan isi perut.
- Pada ikan kecil seperti teri atau petek, cukup dicuci dengan air bersih saja, tidak
perlu disiangi.
- Proses pencucian dilakukan dengan air bersih yang mengalir, agar ikan benar-
benar bersih.
- Tiriskan ikan yang telah dicuci bersih dalam wadah keranjang plastik atau
bambu yang telah disediakan. Pada proses penirisan ini, ikan disusun rapi dengan
perut menghadap ke bawah agar tidak ada air yang menggenang dirongga
perutnya.
- Setelah ikan agak kering, timbanglah ikan agar dapat mengetahui jumlah garam
- Sediakan kristal garam sesuai dengan jumlah ikan yang akan diproses. Untuk
ikan besar sediakan garam 20 – 30 % dari berat ikan, ikan ukuran sedang 15 – 20
% sedangkan ikan berukuran kecil cukup 5 %. Gunakan garam murni agar hasil
diolah. Lapisan ini berfungsi sebagai alas ikan pada saat proses penggaraman.
- Susunlah ikan dengan rapi diatas lapisan garam tadi. Usahakan bagian perut
ikan menghadap kebawah. Diatas lapisan ikan yang sudah tersusun, taburkan
kembali garam secukupnya. Lakukan itu sampai semua ikan tertampung didalam
wadah, setiap lapisan ikan selalu diselingi oleh lapisan garam. Pada lapisan atas
- Tutuplah bak atau wadah dengan papan yang telah diberi pemberat agar proses
daging ikan menjadi kencang dan padat. Lamanya penggaraman tergantung jenis,
untuk ikan ukuran sedang dan 6 – 12 jam untuk ikan ukuran kecil.
- Langkah selanjutnya, ikan diangkat dari tempat penggaraman. Ikan dicuci dan
- Bila proses perendaman akan menghabiskan waktu lebih dari 24 jam, gunakan
larutan garam yang lewat jenuh agar kemapuan menarik cairan dalam tubuh ikan
menjadi lebih besar dan cepat. Dengan menggunakan larutan lewat jenuh, maka
berlangsung.
- Untuk mengetahui larutan sudah jenuh atau belum, bisa dilakukan dengan
memasukka biji kemiri matang kedalam larutan yang sudah dibuat. Bila biji
kemiri tenggelam berarti larutan belum jenuh, bila biji kemiri mengapung
- Susunlah ikan dengan rapi secara berlapis didalam wadah yang telah
disediakan. Tambahkan larutan garam yang sudah dibuat sampai semua ikan
terendam.
- Tutuplan bak dengan papan dan diberi pemberat supaya semua ikan tetap
- Bila konsentrasi cairan didalam dan di luar tubuh ikan sudah sama, maka proses
- Ikan diangkat dari bak penggaraman, kemudian dicuci dan ditiriskan. Setelah
- Seperti metode sebelumnya, ikan dipisahkan sesuai jenis, ukuran dan tingkat
kesegaran.
- Karena tidak menggunakan wadah, ikan ditumpuk pada suatu bidang datar lau
ditaburi garam secukupnya sampai seluruh permukaan tubuh ikan tertutup oleh
garam. Tumpukan ikan tersebut ditutup dengan plastik agar tidak dihinggapi lalat.
- Proses penggaraman dianggap selesai bila telah terjadi perubahan tekstur pada
2. Pada penggaraman dengan metode wet salting yaitu pada saat proses ikan
dimasukkan larutan garam, jika terlalu sering diaduk akan menyebabkan ikan
3. Pada penggaraman basah banyak sisik-sisik ikan yang terlepas dan menempel
pada ikan lainnya sehingga menjadikan ikan tersebut kurang menarik dan
produk yang jelek, karena unsur selain NaCl akan mempengaruhi mutu mutu ikan
penggaraman. Selain itu produk ikan asin yang dihasilkan bersifat higroskopis.
c) Garam yang mengandung MgCl2 dan MgSO4 akan menghasilkan ikan asin yang
pahit.
d) Garam yang mengandung Cu dan Fe dapat mengakibatkan ikan asin berwarna
e) Garam yang mengandung CaCl2 akan menyebabkan ikan berwarna putih (pucat),
Garam yang baik dapat diperoleh dengan pengendalian waktu dalam proses
pengendapan garam. Tetepi cara ini sulit dilakukan untuk menghasilkan garam
berkualitas baik. Sehingga kristal garam hasil endapan biasanya diolah lagi di
Pertanyaan
5. Kenapa pada ikan besaar perlu dilakukan nya penyiangan pada saat
penggaraman?
6. Berapa persen garam yang di berikaan pada ikan yang berukuran sedang?
Reo, Albert R.2013.Mutu Ikan Kakap Merah yang Diolah dengan Perbedaan
Kosentrasi Larutan Garam dan Lama Pengeringan.Jurnal Perikanan dan
Kelautan Tropis.9(1):35-44.
Glosari
lapis.
3. Garam : Garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion negatif, sehingga
kimia makanan.
BAB III. PENGERINGAN
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan, dengan cara menguapkan sebagian
besar air yang dikandungnya dengan menggunakan enersi panas. Tujuannya untuk
sampai kadar 15% – 20% karena bakteri tidak dapat tumbuh pada nilai aw
dibawah 0,91 dan jamur tidak dapat tumbuh pada aw dibawah 0,70 – 0,75.
vitamin-vitamin dan zat warna rusak, akan tetapi kandungan protein, karbohidrat,
batas dimana mikroba tidak dapat tumbuh lagi di dalamnya. Pengeringan dapat
pula diartikan sebagai suatu penerapan panas dalam kondisi terkendali , untuk
mengeluarkan sebagian besar air dalam bahan pangan melalui evaporasi (pada
asin kering. Karena itu, setelah selesai proses penggaraman selalu diikuti dengan
dapatdisimpan cukup
ikan dapat dikurangi sampai batas tertentu dalam waktu yang lebih cepat.
Tubuh ikan mengandung 56–80% air. Jika kandungan air ini dikurangi,
makanan. Pada kadar air 40%, bakteri sudah tidak bisa aktif, tetapi sporanya
dan aktif lagi jika kadar air naik. Terbatasnya kadar air akan menyebabkan
karena itu, ikan hampir selalu digarami sebelum dilakukan pengeringan untuk
terhenti/terhambat.
pengepakan
dan penyimpanan yang baik, kadar air akannaik dengan cepat sampai 50%
- Bahan menjadi lebih awet dengan volume bahan menjadi lebih kecil
pengepakan
sifat bahan yang dikeringkan berupa ukuran bahan, kadar air awal, dan tekanan
Semakin tinggi suhu udara pengering semakin besar energy panas yang dibawa
udara, sehingga semakin banyak jumlah massa cairan yang diuapkan dari
tinggi akan mengakibatkan cepat pula massa uap air yang dipindahkan dari bahan
ke atmosfer.
khusus dan mahal serta dapat dikerjakan oleh siapa saja. Namun kelemahan
merata dan pelaksanaannya tergantung oleh alam. Jarang diperoleh ikan asin
kering yang berkualitas tinggi, selain itu memerlukan tempat yang luas dan
apalagi jika tidak ada angin. Oleh karena itu pengeringan ikan di musim
bagian permukaan daging ikan tersebut dapat dicegah dengan cara sebagai
berikut :
misal ikan dijemur dari pagi hari hingga siang hari, kemudian pada siang hari
tenda, alat pengeringsurya tidak langsung, dan alat pengering ikan sederhana.
Keuntungannya, alat dapat dibuat dari bahan-bahan yang relatif murah dan
mudah diperoleh, dapat memanfaatkan sinar surya yang kurang terik waktu hujan
bukan ikan kering yang diperoleh, tetapi ikan matang (seperti dipanggang).
suhunya makin tinggi, lebih tinggi dari suhu udara diluar ruang
mengurangi kecepatan
Ikan yangdikeringkan tidak terkontaminasi oleh lalat, kotoran dan debu, saat
4. Pengeringan Mekanis
yang sederhana, praktis, murah, dan dapat dilakukan terus menerus dengan
ruang yang berisi ikan dalam rak-rak pengering melalui pertolongan kipas
angin. Setelah cukup kering, ikan dikeluarkan dan diganti dengan yang lain,
5. Pengering Beku
beku, bahan basah diletakkan pada wadah yang tersedia dalam lemari yang
bahan tetap dapat membeku dan berada di bawah titik tripel air. Dalam
keadaan itu air bahan yang membeku dapat langsung diuapkan tanpa mencair
agar tetap terjadi sublimasi laju pindah panas harus tetap rendah.
Apabila laju pindah panasnya tinggi, suhu bahan menjadi naik dan berada di atas
titik tripel air sehingga es pada bahan akan mencair. Suhu yang tinggi juga
lebih baik daripada ikan yang dikeringkan dengan cara lain. Ikan lebih ringan
karena lebih banyak yang keluar dan lebih tahan lama. Proses
Namun penerapan teknologi tersebut dalam praktek industry masih belum dapat
6. Pengering Terowongan
berbentuk butiran, sayatan/irisan, dan bentuk padatan lainnya. Bahan yang akan
memungkinkan udara panas dengan bebas dapat melewati tiap baki, sehingga
dimuati dengan baki yang berisi bahan basah, dimasukkan satu persatu ke dalam
lorong (tunnel) dengan interval waktu yang sesuai untuk pengeringan bahan.
Ketika suatu rak/truk yang berisi bahan basah masuk ke dalam terowongan, maka
keluar dari ujung yang lain. Terowongan tersebut merupakan ruangan yang
1. Lampu radian.
2. Permukaan pijar dari logam atau keramik yang dipanaskan dengan listrik,
1. Pengeringan ikan Herring berlangsung 2-3 kali lebih cepat dengan sinar
2. Pemakaian baja dan keramik sebagai pemancar panas radiasi lebih baik
3. Panas radiasi harus diberikan dari kedua sisi ikan, tetapi dapat juga
Pertanyaan
Glosari
1.Aktivitas air (AW) :banyaknya jumlah air bebas didalam suatu bahan makanan
sel
3.Enzim :biomolekulberupa protein yang berfungsi sebagai katalis
uap air)
5.Nilai gizi : nilai dari pada makanan ditinjau dari segi kandungan
mudah ditransportasikan
dahulu
10.Spora : satu atau beberapa sel yang terbungkus oleh lapisan
pelindung
BAB IV. FERMENTASI
Fermentasi adalah proses penguraian daging ikan oleh enzim yang akan
berikut: suasana lembab, adanya oksigen dalam jumlah terbatas/ semi aerob dan
mendapatkan bau, rasa, dan tekstur khas produk fermentasi yang diinginkan
dengan bentuk dan sifat yang sama sekali berbeda (berubah) dari keadaan
sederhana dalam keadaan yang terkontol. Selama proses fermentasi, protein ikan
akan terhidrolisis menjadi asam-asam amino dan peptida, kemudian asam – asam
amino akan terurai lebih lanjut menjadi komponen-komponen lain yang berperan
dan format.
pada proses ikan fermentasi, yaitu garam yang diproses melalui penguapan air laut
dengan sinar matahari (solar salt), garam tambang (mined salt), dan garam yang
diproses dengan menguapkan larutan dari deposit garam (evaporated salt) (Rafqi,
2015).
Menurut Adawyah (2014), Fermentasi garam dapat dibedakan dengan dua
cara, yaitu:
berlemak tinggi.
patogen.
akibat aktivitas bakteri asam laktat yang dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
lainnya menjadi asam laktat, etanol, asam asetat, asam format, dan CO2
dan jamur.
2009):
Ketersediaan oksigen
Suhu
pH campuran fermentasi
lama waktu fermentasi. Jika terlalu lama akan menyebabkan ikan atau
1. Peda
atau pada waktu fermentasi akan terjadi perubahan kimia antara lain proses reaksi
pada lemak yang memberikan cita rasa khas. Jenis ikan yang biasa digunakan
pada pembuatan peda antara lain ikan kembung, ikan layang, selar, ikan mas,
Peda bermutu bagus yang ditunjukkan dengan warna daging merah basah
mengandung air 44-47%, lemak 7-14%, protein 21-22%, dan garam 15-17%. Peda
yang bermutu lebih rendah dengan warna daging putih kering mempunyai
kandungan air hampir sama dengan peda mutu bagus, lemak 2-7%, protein 26-
berasal dari ikan itu sendiri atau air garam yang ditambahkan. Mikroba tersebut
Hallococcus yang termasuk bakteri gram negatif. Sedangkan untuk bakteri gram
(Adawyah, 2014).
Berikut alat, bahan, dan cara pengolahan ikan peda (Siregar, 2011):
1. Alat:
2. Bahan :
Ikan kembung 10 kg
Garam 2,5 kg
3. Cara pengolahan
Cuci ikan dan timbang beratnya untuk menentukan banyaknya garam yang
Campurkan ikan dan garam, kemudian susun ikan dalam bak/pan plastik
Pada permukaan paling atas diberikan lapisan garam lebih tebal (+1 jam),
tutup dengan penutup dari pepen / tampah dan beri pemberat. Simpan di
Bongkar ikan, kemudian cuci dengan air dan tiriskan pada rak peniris
Lumuri ikan dengan garam dan susun berlapis dalam pendil/ peti yang
Tutuplah bagian atas dengan merang/ daun pisang kering dan diberi
pemberat di atasnya
Terasi udang dibuat dari udang atau rebon segar atau campurannya yang
dicampur dengan adonan dan bahan tambahan lainnya kemudian dikeringkan dan
difermentasikan. Sebenarnya, tak hanya udang yang bisa digunakan sebagai bahan
terasi. Berbagai macam jenis ikan, (biasanya) terutama ikan-ikan yang sudah
mengalami kerusakan fisik dan tidak memenuhi grade untuk olahan industri, bisa
sekitar 27-30%, air 50-70%, dan garam 15-20%. Sedangkan terasi yang dibuat
dari ikan kandungan proteinnya 20-45%, kadar air 35-50%, garam 10-25% dan
komponen lemak dalam jumlah yang kecil sedangkan kandungan vitamin B12
penambahan garam pada ikan terutama dari jenis Micrococci dan penurunan pada
3. Kecap ikan
Kecap ikan adalah cairan yan diperoleh dari hasil fermentasi ikan di dalam
Kecap ikan memiki cita rasa yang berbeda dengan kecap yang dibuat dari
kacang kedelai. Warna bening kekuningan sampai coklat muda dengan rasa asin
komponen nitrogen, kecap ikan juga mengandung mineral yang penting bagi
Mikroba yang telah berhasil diisolasi dari produk kecap ikan antara lain
Beberapa jenis bakteri yang berperan dalam tahapan pembuatan kecap ikan
BAHAN :
PERALATAN :
Kompor
Blender
Saringan
Ember
Pisau
Botol penyimpanan kecap
Panci
Wadah plastik untuk
fermentasi
CARA MEMBUAT KECAP IKAN :
Prosedur Kerja pengolahan kecap dengan skema atau diagram alur proses olah
pembuatan kecap ikan asin dapat dilihat di tabel sebagai berikut :
4. Bekasam
asam. Ikan yang digunakan biasanya ikan air tawar seperti lele, ikan mas, tawes,
ikan gabus, nila, dan mujair. Pengolahan bekasam dilakukan dengan penambahan
sumber karbohidrat dan dalam kondisi anaerobik (Irianto dan Giyatmi, 2009).
proksimat bekasam ikan mas kadar air 58,40%-66,95%, kadar protein 4,80-
6,91%, kadar lemak 5,00-5,72% dan kadar abu 6,11-8,67%, sedangkan kadar
1. Ikan Mas 1 Kg
2. Garam 1 sendok
3. Nasi 2 sendok
2. Ikan yang sudah dicuci bersih tadi diberi garam secukupnya, lalu diremas2
4. Kemudian simpan di toples dan tutup hingga rapat, dan fermentasi selama 2
minggu.
5. Bekasang
Bekasang adalah produk yang diolah dari isi perut ikan cakalang dan
makanan seperti halnya kecap ikan dan terasi. Bekasang memiliki rasa dan aroma
8,77%, kadar lemak 2,60% dan kadar abu 8,80%. Sedangkan kadar garamnya
6,69%. Asam amino essensial yang dominan pada bekasang adalah arginin,
6. Wadi
adalah ikan yang masih utuh namun menghasilkan aroma fermentatif, bentuknya
tidak mengalami perubahan atau tetap serupa dengan bahan baku dan merupakan
tangan orang dewasa itu ditaburi garam selama sehari semalam. Keesokan
potongan ikan itu direndam larutan gula aren sehari semalam. Keesokan harinya,
potongan ikan ditiriskan dan ditaburi irisan bawang putih agar beraroma harum.
beras itu pun sebelumnya juga menjalani serangkaian proses. Diawali pencucian,
tersebut digiling kasar. Sekitar seminggu kemudian, potongan ikan yang sudah
ditaburi beras menjadi wadi. Ikan terfermentasi yang menyengat baunya, tetapi
lezat rasanya.
7. Cincalok
di Kepulauan Riau ini berupa udang berukuran kecil yang proses fermentasinya
terjadi dengan bantuan mikrob. Salah satu mikrob yang berperan penting adalah
kelompok bakteri asam laktat. Makanan ini juga ditemui di daerah Malaka dan
termasuk bahan untuk masakan peranakan. Bahan makanan ini digunakan untuk
Cincalok biasanya terbuat dari udang kecil (udang rebon). Bahan mentah
harus dalam keadaan segar. Komposisi proksimat cincalok adalah kadar air
69,76%, kadar protein 16,23% dan kadar abu 12,43%. Kadar garam dan asam
laktat masing-masing adalah 10,11% dan 2,34% (Irianto dan Giyatmi, 2009).
3. taburkan garam
8. Silase ikan
digunakan sebagai sumber protein pada pakan ternak, ikan, udang, dan lainnya.
Pada dasarnya silase ikan adalah suatu produk cair yang dibuat dari ikan, bagian
dari ikan atau sisa-sisa olahan hasil perikanan yang di dalam pengolahannya tidak
ada bahan lain yang ditambahkan kecuali asam dan proses pencairan massa ikan
disebabkan oleh enzim yang terdapat pada ikan itu sendiri (Irianto dan Giyatmi,
2009).
1) Alat
Pisau
Alat penggiling daging
Baskom
Sendok (pengaduk)
2) Bahan
Ikan rucah
Garam
Limbah pengolahan
Asam formiat 3%
Asam propionat 1%
Ada beberapa metode pembuatan silase dari bahan limbah pangan sebagai
1. Metode Asam (Ikan berlemak rendah). Ikan atau sisa olahan dicincang dan
(1:1)/100 kg ikan, diaduk 3-4 kali/ hari selama 4 hari pertama agar homogen.
Biasanya hari ke 5 ikan sudah mencair atau menjadi silase. Simpan silase
2. Metode Asam (Ikan berlemak tinggi). Ikan atau sisa olahan dicincang
ditambahkan kanji (tapioca) sebanyak 20 % berat ikan dan tuangkan air panas
12,5% larutan sumber bakteri asam laktat (asinan kubis). Campuran tersebut
9. Ikan Tukai
Ikan tukai adalah produk fermentasi ikan berasal dari Painan, Sumatera
Barat. Metode pengolahan ikan tukai mirip dengan ikan peda, tetapi cara
memanggangnya cukup matang sampai rasa dan aroma spesifik ikan tukai
diperoleh. Kadar air ikan tukai adalah 51,01% dan kadar garamnya adalah 5,05%.
Kadar air yang tinggi dan kadar garam yang relatif rendah merupakan kondisi
yang baik untuk pertumbuhan bakteri halofilik ringan (Irianto dan Giyatmi, 2009).
Ikan Segar
Pencucian
Di jemur 10 jam
Dijemur sampai
kering
Ikan Tukai
Proses pembuatan ikan tukai dengan cara ikan dicuci dan direndam dalam
larutan garam 20% selama dua jam. Setelah itu, ikan ditiriskan dan dijemur
selama 10 jam. Ikan setengah kering tersebut disusun dalam lubang di bawah
tanah dan ditutup dengan tanah untuk proses fermentasi. Ukuran lubang adalah
plastik berwarna hitam. Biasanya bagian bawah dialasi dengan daun talas dan
antara lapisan ikan diberi pembatas dengan daun kedondong. Suhu fermentasi
pada lubang di bawah tanah sekitar 27-30℃. Setelah proses pemeraman selama 2-
menghasilkan asam laktat. Genus bakteri yang diketahui sebagai bakteri asam
Lactococcus
digunakan pada fermentasi susu. L. lactic berbentuk oval, berdiameter 0,5-1,0 𝜇𝑚,
berpasangan atau rantai pendek, non motil, tidak membentuk spora dan fakultatif
anaerobik hingga mikroaerofil. Secara umum, L. Lactic tumbuh baik pada suhu
20-30℃, tetapi tidak tumbuh pada media yang mengandung kadar NaCl 6,5% atau
pH hingga sekitar 4,5 dalam media cair yang cocok. L. Lactic mampu
dan maltosa. Habitat alami L. Lactic adalah tanaman hijau, silase, lingkungan
Streptococcus
merupakan bakteri gram positif yang berbentuk bulat hingga oval, berdiameter
0,7-0,9𝜇𝑚, serta dapat berada dalam bentuk berpasangan sampai rantai panjang.
Sel tubuh baik pada suhu 37-40℃, tetapi juga dapat tumbuh pada suhu 52℃. S.
cair hingga 4,0, memproduksi asam laktat, tetapi secara umum tidak dapat
memfermentasi galaktosa dan sukrosa. Sel dapat bertahan hidup pada suhu
60℃ selama 30 menit. Habitat alami S. thermophilus belum diketahui tetapi pada
Leuconostoc
katalase negatif, dan fakultatif anaerobik. Bakteri ini tumbuh baik pada suhu 20-
30℃, dan memfernentasi glukosa menjadi asam laktat, CO2, etanol, atau asam
Spesies Leuconostoc tumbuh dalam susu, tetapi tidak tumbuh dalam susu
beku atau kental, tidak dapat menghidrosis argarin, dapat menghasilkan dekstran
menghasilkan diasetil dan CO2. Beberapa spesies dapat bertahan hidup pada suhu
silase, susu dan beberapa susu olahan, serta daging mentah dan daging olahan
(Sopandi, 2014).
Oenococcus
Weissella
Pediococcus
Sel Pediococcus berbentuk bulat, berpasangan atau membentuk kubus
(tetrad), tunggal atau rantai, gram positif, nonmortil, tidak membentuk spora, serta
fakultatif anaerob. Bakteri ini tumbuh pada suhu 25-40 ℃, beberapa spesies
tumbuh pada suhu 50℃, dapat memfermetasi glukosa menjadi asam laktat, dapat
silosa, tetapi kemampuan tersebut bergantung spesies. Secara umum, bakteri ini
tidak dapat memfermentasi laktosa khususnya dalam susu. Bekteri ini ditemukan
pada makanan, sayuran, silase, bir, susu, sayuran fermentasi, daging dan ikan
(Ray, 2004).
Lactobacillus
Dapat ditemukan pada tanaman, sayuran, biji, susu dan olahan susu,
daging, dan olahan daging dan daging fermentasi. Beberapa jenis bakteri ini
spesies ini digunakan dalam fermentasi terkontrol atau fermentasi alami untuk
seperti keju dan yoghurt. Bakteri ini tumbuh baik pada suhu 45℃ dan dapat
fermentasi dan juga ditambahkan ke dalam susu pasteurisasi, dibuat dalam bentuk
penting dalam fermentasi kefir, yaitu produk susu fermentasi tradisional yang
Oenococcus
metabolisme malat menjadi asam laktat dan CO2. Proses tersebut mengurangi
Selain bakteri asam laktat, pada saat ini telah digunakan beberapa genus
fermentasi.
1. Bifidobacterium
merupakan bakteri gram positif, berbentuk bulat dengan ukuran yang bervariasi,
sel tunggal atau rantai dengan ukuran yang berbeda-beda, tidak membentuk spora,
nonmotil, dan anaerob, walaupun demikian beberapa jenis toleran terhadap O2.
Bifidobacterium dapat memfermentasi laktat dan asam asetat dengan rasio molar
2:3, tidak memproduksi CO2, tetapi dapat memfermentasi laktosa, galaktosa, dan
species (Ray, 2004). Propionibacterium telah diisolasi dari susu, beberapa jenis
3. Brevibacterium
bakteri telah diaplikasikan dalam produksi keju serta industri fermentasi lain. B.
Sel non motil, gram positif, dan mampu tumbuh pada kadar garam tinggi dengan
4. Acetobacter
Satu spesies dari genus ini, yaitu A. aceli digunakan untuk memproduksi
asam asetat dari alkohol. Bakteri termasuk gram negatif, aerob, berbentuk batang
dengan ukuran 0,5-1,5𝜇m, sel tunggal, berpasangan atau rantai, motil atau non-
motil, katalase positif, dapat mengoksidasi etanol menjadi asam asetat, asam laktat
menjadi CO2, dan H2O, serta tumbuh baik pada suhu 25-30 ℃ . Bakteri ini
umumnya ditemukan dalam buah, sake, minuman palm, cuka, bir, jus tebu, fingi
teh, dan tanah. Beberapa species telah digunakan untuk sintesis selulosa (Ray,
2004).
Pertanyaan
6. Sebutkan jenis bakteri yang berperan pada tahap awal pembuatan kecap ikan?
Daftar Pustaka
National Geographic Indonesia. 2013. Wadi, fermentasi ikan ala Dayak dan
Banjar. http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/12/wadi-fermentasi-
ikan-ala-dayak-dan-banjar. https://id.wikipedia.org/wiki/Cincalok
Glosari
Terkontrol : Diatur
BAB V. PERBUSAN DAN PENGUKUSAN
5.1Definisi Perebusan
mendidih (100'C) dengan waktu yang bervariasi tergantung sifat, jenis, dan
wajan pengukusan sehingga bahan pangan terpapar oleh uap panas sehingga
bisa berdampak negatif terhadap beberapa sifat bahan pangan. Contoh pengaruh
negatif yang mungkin terjadi adalah terjadinya degrasi warna dan kandungan
beberapa vitamin yang rentan terhadap suhu tinggi seperti vitamin C dan vitmain
E.
Zat gizi yang mudah hilang dalam proses perebusan: vitamin (B kompleks
dan C) karena larut air dan rusak oleh pemanasan. Adapun mineral lebih banyak
Sayur buang bagian yang tidak bisa dimakan, cuci dahulu sebelum
dipotong agar vitamin dan mineral tidak hanyut bersama air cucian à rebus dengan
air yang tidak terlalu banyak & suhu tidak terlalu panas à angkat setelah ½
Pengukusan
pengolahan bahan pangan melalui pemanasan menggunakan uap air dalam wadah
tertutup. Alat pengukus dikenal sebagai kukusan. Cara pengolahan ini dianggap
sebagai salah satu cara terbaik untuk mengolah bahan makanan karena menekan
pengurangan nilai gizi dari bahan makanan. Pengukusan lebih baik dalam
dibuat dengan mengukus beras yang sebelumnya telah direbus. Masakan Cina
· Sama seperti perebusan zat gizi yang mudah hilang dalam proses perebusan:
· Ex. Sayur, persiapan yang harus diperhatikan adalah saat memotong dan
mencuci sayuran.
· Pengukusan lebih baik dari pada perebusan karena sayur tidak direndam dalam
air saat pemasakan sehingga vit dan mineral yang hilang lebih sedikit
menyebabkan perubahan warna, cita rasa atau nilai gizi yang tidak dikehendaki
kadar air dalam bahan baku, sehingga tekstur bahan menjadi kompak. Dalam
bahan makanan, yaitu dapat mengurangi zat gizi bahan. Besarnya penurunan zat
gizi akibat proses pengukusan tergantung dari cara mengukus dan jenis makanan
yang dikukus. Keragaman susut zat gizi diantara berbagai cara pengukusan
memiliki susut gizi yang lebih kecil dibandingkan dengan perebusan (Harris dan
Karmas, 1989).
mengeraskan (membuat liat) protein daging, ikan, dan telur. Air yang mendidih
dengan cepat akan mengurai kehalusan makanan (delicated food) (Widyati, 2001).
Bahan pangan yang dimasak dengan menggunakan air akan meningkatkan daya
molekul air dan akan memberikan cukup energi pada molekul-molekul air
tersebut sehingga dapat mengatasi daya tarik-menarik antar molekul dalam bahan
pangan tersebut, karena itu daya kelarutan pada bahan yang melibatkan ikatan
(Widyati, 2001).
Pertanyaan
bahan pangan
Daftar pustaka
http://www.warnetgadis.com/2016/12/makalah-perebusan-dan-pengukusan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengukusan
https://www.scribd.com/doc/227819409/Tingkat-Kelarutan-Mineral-Dalam-
Pengukusan-Dan-Perebusan-Baru
http://mediapenyuluhanperikananpati.blogspot.co.id/2014/03/manfaat-
pengukusan-.html