Anda di halaman 1dari 12

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No.

1 FEBRUARI 2019 ISSN 2302 - 2493

PEMANFAATAN VCO MENGANDUNG KAROTENOID TOMAT


DAN KARAGENAN DALAM PEMBUATAN LOTION

Riddel M. M. Y. Tumbelaka1), Lidya I. Momuat1), Audy D. Wuntu1)


1)
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unsrat Manado, 95115
riddeltumbelaka@gmail.com

ABSTRACT

Research has been conducted on the making of Lotion using VCO containing Tomato
Carotenoids and Carrageenan with a mass concentration of 3%. The stability of Lotion is
determined by the stability of the emulsion in the Lotion preparation. The resulting Lotion was
tested for quality according to SNI 16-4399-1996 standards, namely pH, density, viscosity, and
total microbial test. In addition, the resulting Lotion was tested for total carotenoids based on the
reading results of UV-Vis Spectrophotometry. The results showed that the highest carotenoids in
A1 samples were 129.99 mg / L and the lowest was in A6 samples 38.15 mg / L. And the results of
the Lotion quality test found in Lotion by using carrageenan were better than Lotion using cetyl
alcohol.

Keywords: VCO, carrageenan, carotenoids, Lotion, SNI

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang Pembuatan Lotion menggunakan VCO mengandung


Karotenoid Tomat dan Karagenan dengan konsentrasi massa 3%. Kestabilan dari Lotion ditentukan
dengan kestabilan emulsi dalam sediaan Lotion. Lotion yang dihasilkan diuji kualitas menurut
standar SNI 16-4399-1996 yaitu uji pH, massa jenis, viskositas, dan total mikroba. Selain itu,
Lotion yang dihasilkan diuji total karotenoid berdasarkan hasi pembacaan Spektrofotometri UV-
Vis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang memiliki Karotenoid tertinggi pada sampel A1
sebanyak 129,99 mg/L dan terendah pada sampel A6 38,15 mg/L. Dan hasil uji kualitas Lotion
didapati Lotion dengan menggunakan karagenan lebih baik dibandingkan dengan Lotion
menggunakan setil alkohol.

Kata kunci: VCO, karagenan, karotenoid, Lotion, SNI

94
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 1 FEBRUARI 2019 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN atribut kualitas utama, yang secara


Tanaman Kelapa (Cocos nucifera) langsung berhubungan dengan
tersebar luas di Indonesia. Tahun 2011 pemasaran. Karotenoid selain sebagai
luas area perkebunan kelapa Indonesia penentu warna, juga bermanfaat bagi
sebesar 3.752.000 Ha dengan jumlah kesehatan (Novita et al., 2015). Semakin
produksi 3.204.050 ton (Direktorat tinggi kadar likopen pada buah tomat
Jendral Perkebunan Kementerian semakin tinggi pula aktivitas antioksidan
Pertanian, 2012). Kelapa merupakan (Maung et al., 2016).
salah satu dari tumbuhan yang paling Beragam produk minyak kelapa
berguna di dunia, khususnya di daerah telah dihasilkan, di antaranya Virgin
tropis. Semua bagian kelapa baik itu dari Coconut Oil mengandung karotenoid
sabut, tempurung, air, dan daging buah tomat (VCO+tomat) (Momuat et al.,
memiliki kegunaan. Untuk penggunaan di 2009). Senyawa karotenoid merupakan
bidang kosmetik dan pengobatan yang senyawa antioksidan larut minyak yang
paling banyak digunakan adalah bagian dapat berfungsi sebagai scavenger radikal
daging buahnya yang dapat diolah bebas dalam tubuh dan kulit (Skibsted,
menjadi minyak kelapa. Minyak kelapa 2012). Karenanya, VCO+tomat dapat
telah digunakan oleh masyarakat tropis dimanfaatkan baik dalam industri pangan
selain untuk kegiatan memasak, namun (misal: minyak makan) maupun non-
digunakan juga sebagai pelembut kulit, pangan (misal: kosmetik).
memperkuat kesehatan rambut, dan Lotion merupakan salah satu
menurut Sukartin (2005), dapat bahan turunan minyak yang biasa
digunakan juga sebagai bahan baku digunakan pada kulit. Lotion
shampoo, sabun, dan krim perawatan didefinisikan sebagai campuran dua fase
kulit. yang tidak bercampur, distabilkan dengan
Virgin Coconut Oil (VCO) sistem emulsi, dan berbentuk cairan yang
mempunyai berbagai keunggulan dapat dituang jika ditempatkan pada suhu
dibandingkan dengan minyak kelapa ruang (Schmitt, 1996). Pada penelitian
biasa, maupun minyak nabati lainnya. ini, Lotion dibuat dengan memanfaatkan
VCO memliki kandungan asam lemak VCO+tomat sebagai minyak yang
jenuh sebesar 92% yang berfungsi teremulsi dalam air. Untuk membuat
sebagai senyawa yang mencegah Lotion dibutuhkan Emulsifying agent
timbulnya ketengikan akibat oksidasi. agar system emulsinya menjadi stabil.
Dalam hal inilah dapat dilihat keunggulan Menurut Ramasari et al. (2012)
VCO dibandingkan minyak kelapa Karagenan merupakan salah satu
lainnya (Novarianto dan Tulalo, 2007), emulsifying agent alami yang diekstrak
Struktur VCO yang kecil memudahkan dari rumput laut. Struktur karagenan yang
kulit dan sabun untuk menyerapnya. memiliki bagian polar dan non polar
Ekstrak buah tomat mengandung befungsi sebagai agen pengemulsi dalam
pigmen karotenoid, terutama likopen dan pembuatan Lotion. Setil alkohol juga
β-karoten yang merupakan komponen berperan sebagai agen pengemulsi yang
utama penentu warna pada buah tomat memiliki gugus lipofil dan membantu
masak (Langingi et al, 2012). Warna dan menjaga tekstur dan daya sebar dari
tekstur pada tomat segar merupakan Lotion.

95
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 1 FEBRUARI 2019 ISSN 2302 - 2493

Dalam penelitian ini produk Lotion 700C dengan perbandingan 1:1 (1gram
dibuat dari olahan minyak kelapa yaitu daging kelapa : 1 mL air) dalam baskom.
VCO yang mengandung ekstak Kemudian daging kelapa diperas dengan
karatenoid tomat menggunakan air dan disaring, santan yang diperoleh
emulsifying agent karagenan dan setil kemudian didiamkan selama 2 jam untuk
alkohol. Lotion yang dibuat selanjutnya memisahkan krim dan skim (Langingi et
diamati kualitasnya menurut SNI No. 16- al., 2012).
4399-1996. Pembuatan VCO mengandung
Ekstrak Tomat
METODE PENELITIAN Sebanyak 300 mL Ekstrak Tomat
Alat dan Bahan Penelitian ditambahkan dengan 700 mL krim santan
Bahan yang digunakan yaitu sehingga total campuran menjadi 1000
Daging kelapa, tomat, asam stearate, mL (Konsentrasi ekstrak tomat 30%).
karagenan, paraffin cair, gliserin, Kemudian diaduk dan diamkan selama 18
trietanolamin (TEA), metil paraben, setil jam. Dilakukan pemisahan antara air
alkohol, Plate Count Agar (PCA), pada lapisan bawah dengan minyak dan
aquades, air. blondo pada lapisan atas, dengan
Alat yang digunakan yaitu membuka keran pada bagian wadah.
Seperangkat alat gelas, neraca analitik, Disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm
blender, saringan 65 mesh, pemanas, selama 15 menit untuk memisahkan
wadah pemisah, alat sentrifugasi, batang minyak dari blondo. Blondo akan
pengaduk, stirrer, pipet tetes, pH meter, mengendap pada dasar tabung sedangkan
bola, cawan petri. minyak akan berada pada lapisan atas
Pembuatan santan (Langingi et al., 2012).
Daging kelapa yang telah diparut
dicampurkan dengan air panas bersuhu
Pembuatan sediaan Lotion VCO+ekstrak Tomat
Tabel 1. Formulasi Lotion
Komposisi (%massa)
Bahan
A1 A2 A3 A4 A5 A6
Fase Minyak
Asam Stearat 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Parafin Cair - 3,5 7,0 - 7,0 3,5
VCO+Ekstrak tomat 7,0 3,5 - 7,0 3,5 -
Fase Air
Karagenan - - - 3,0 3,0 3,0
Setil Alkohol 0,5 0,5 0,5 - - -
Gliserin 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
TEA 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Metil paraben 0,1 0,1 0,1 0,1 0.1 0,1
Aquades 83,9 83,9 83,9 82,4 82,4 82,4
Total 100 100 100 100 100 100

Formulasi Lotion pada penelitian bahan yang larut minyak (fase minyak
ini tertera pada tabel 2. Bahan-bahan atau sediaan 1) dan bahan yang larut air
yang digunakan dalam pembuatan Lotion (fase air atau sediaan 2). Bahan-bahan
dipisahkan menjadi dua bagian yaitu yang termasuk fase minyak yaitu asam

96
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 1 FEBRUARI 2019 ISSN 2302 - 2493

stearat, VCO dan parafin cair massanya (b). Bobot jenis Lotion
dimasukkan ke dalam gelas piala. ditentukan dengan rumus :
Karagenan yang digunakan terlebih Bobot jenis
dahulu dilarutkan ke dalam air sebelum 𝑏−𝑎
= ………Pers. 1
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 (25 𝑚𝐿)
dicampurkan ke dalam fase air. Bahan-
Uji viskositas
bahan yang termasuk fase air adalah
Pengukuran Viskositas dilakukan
gliserin, TEA, larutan karagenan, setil
dengan metode bola jatuh. Bola yang
alkohol.
digunakan ditimbang, kemudian sampel
Sediaan 1 dan 2 dipanaskan dan
Lotion dimasukkan ke dalam gelas ukur
diaduk pada suhu 70-75oC secara terpisah
25 mL lalu masukkan bola ke dalam
hingga homogen (Sediaan 1 selama 10
gelas ukur. Dihitung waktu yang
menit, sediaan 2 selama 25 menit).
dibutuhkan bola untuk mencapai tanda ter
Sediaan 1 dan 2 yang telah homogen
5 mL dari 15 mL. Dihitung juga panjang
tersebut dicampur dan diaduk dengan
lintasan yang dilewati bola. Viskositas
pengaduk. Proses pencampuran kedua
dihitung dengan menggunakan rumus
sediaan yang berbeda tersebut dilakukan
2𝑟 2𝑔(𝜌 ′−𝜌)
pada suhu 70oC. Proses pengadukan Viskositas= ……….Pers. 2
9𝑣
dilakukan hingga campuran kedua Ket : r = Jari-jari bola (m)
sediaan homogen dan mencapai suhu g = Percepatan gravitasi (m/s2)
40oC (sediaan 3). Pengawet (metil v = Kecepatan bola (m/s)
paraben) dimasukkan ke dalam sediaan 3 ρ’= Massa jenis bola (Kg/m3)
pada suhu 35oC kemudian dilakukan ρ = Massa jenis fluida (Kg/m3)
pengadukan dengan stirrer selama kurang
lebih satu menit (Anita, 2008). Analisis total mikroba
Uji Kualitas Lotion Pengukuran total mikroba
Homogenitas berdasarkan SNI 19-2897-1992 adalah
Sampel diletakkan pada cawan sebagai berikut, secara aseptis ditimbang
petri kemudian dilihat homogenitasnya. Lotion sebanyak 1 gram dan dimasukkan
Uji pH ke dalam larutan pengencer sebanyak 1
Pengukuran pH pada Lotion mL kemudian dihomogenkan. Sebanyak
dilakukan menggunakan pH meter yang 1 ml sampel, diinokulasikan pada cawan
telah dikalibrasi dengan buffer equimolar petri steril. Media Plate Count Agar
pH 7 dan buffer kalium hidroksi ftalat pH (PCA) yang steril pada suhu 45–55 oC
4. Elektroda dicelupkan ke dalam sediaan dituangkan pada cawan petri sebanyak 20
yang telah diencerkan dengan aquades, ml. Cawan petri digoyang dan dibiarkan
diamati pH yang dihasilkan (Ekowati & memadat. Inkubasi dilakukan pada suhu
Hanifah, 2016). kamar selama 24 jam. Jumlah koloni
Bobot Jenis yang tumbuh dilaporkan sebagai total
Pengukuran ini dilakukan dengan mikroba.
menggunakan piknometer. Massa Total Karotenoid
piknometer ditimbang terlebih dahulu Kandungan Karotenoid diukur
dan dicatat (a). Kemudian sampel Lotion dengan menggunakan metode
dimasukkan ke dalam piknometer sampai Spektrofotometri. Sampel ditimbang
penuh lalu ditutup, ditimbang dan dicatat sebanyak 2 gram dan dilarutkan dalam 10

97
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 1 FEBRUARI 2019 ISSN 2302 - 2493

mL Aseton p.a sampai karotenoid larut Didiamkan selama 18 jam, dengan


kemudian disaring. Filtrat yang didapat tujuan terjadi pemisahan antara air dan
ditempatkan dalam kuvet dan diukur total minyak. Pemisahan terjadi karena adanya
karotenoid dengan spektrofotometer pada perbedaan kepolaran dan massa jenis
panjang gelombang 480 nm, 645 nm, dan (densitas) dari minyak dan air. Air yang
663 nm. Setelah didapat nilai absorbansi memiliki densitas lebih tinggi dari
kandungan karotenoid dihitung dengan minyak akan terletak pada bagian bawah,
rumus : dan minyak yang memiliki densitas lebih
Total Karotenoid (μmol/L) = rendah dari air akan terletak pada bagian
(𝐴480 + 0,114 𝑥 𝐴663− 0,638 𝑥 𝐴645) 𝑉 𝑥 103 atas. Proses pendiaman ini juga dilakukan
112,5 𝑥 𝑊
dengan menutup bagian atas wadah tapi
tidak terlalu rapat, untuk menghindari
HASIL DAN PEMBAHASAN terbentuknya bakteri anaerob dalam VCO
Pembuatan VCO mengandung yang dihasilkan. Setelah dipisahkan dari
Ekstrak Tomat air dan diambil minyaknya, disentrifugasi
Pembuatan Virgin Coconut Oil
dengan kecepatan 3000 rpm selama 15
(VCO) dengan ekstrak tomat, didahului
menit untuk memisahkan minyak dari
dengan pembuatan santan dari kelapa.
blondo. Minyak terdapat pada bagian atas
Air yang digunakan dalam pembuatan
tabung sedangkan blondo didasar tabung
santan terlebih dahulu dipanaskan hingga
sentrifugasi.
suhu 70ºC agar supaya kelapa parut yang
Pembuatan sediaan Lotion
digunakan dalam pembuatan santan boleh
VCO+ekstrak Tomat
terlarut dan minyak yang terdapat dalam
Pembuatan Lotion VCO+ekstrak
kelapa dapat dikeluarkan. Dan santan
tomat, dilakukan dengan menggunakan
yang diambil adalah hasil santan perasan
emulsifying agent setil alkohol dan
pertama yang biasa dikenal dengan istilah
karagenan secara terpisah. Setiap alat
kepala santan. Seperti yang diketahui
gelas dan wadah disterilkan dengan
hasil santan perasan pertama merupakan
pemanasan untuk menghindari adanya
hasil santan yang mengandung lebih
mikroba yang dapat menyebabkan
banyak minyak, yang berpengaruh pada
pembusukan pada sediaan Lotion yang
hasil pembuatan VCO. Proses pendiaman
dihasilkan. Pembuatan Lotion dimulai
selama 2 jam bertujuan untuk
dengan mencampurkan bahan sesuai
memisahkan krim dan skim. Krim santan
fasenya yaitu fase air dan fase minyak
terdapat pada lapisan atas dan skim
pada suhu 70 ºC. Fase air pada sampel
terdapat pada lapisan bagian bawah.
A4, A5 dan A6 menggunakan
Untuk hasil santan yang dihasilkan dapat
emulsifying agent karagenan. Larutan
dilihat dalam Lampiran 4.
karagenan dibuat terlebih dahulu dengan
Kemudian Krim santan yang
cara ditimbang sebanyak 3 gram
dihasilkan dicampur dengan ekstrak
karagenan kemudian ditambahkan
tomat dan digunakan perbandingan
aquades yang dipanaskan dan
minyak dan ekstrak tomat adalah 7:3.
didinginkan kembali sampai suhu 35 ºC
Ekstra tomat dapat menjadi sumber
sebanyak 80,9 mL. Digunakannya
karotenoid sehingga dapat dihasilkan
aquades yang dipanaskan bertujuan untuk
VCO dengan kandungan karotenoid.
mematikan mikroba yang masih terdapat

98
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 1 FEBRUARI 2019 ISSN 2302 - 2493

dalam aquades, sehingga mengurangi penguapan air dari Lotion sehingga


adanya mikroba dalam hasil Lotion yang mencegah terbentuk kekentalan yang
didapatkan. Penambahan aquades berlebih dan viskositasnya tidak semakin
dilakukan sedikit demi sedikit sambil besar. Karagenan berperan sebagai bahan
larutan tetap diaduk, yang bertujuan pengental sehingga penggunaan
untuk menghindari adanya penggumpalan karagenan mempengaruhi penampakan
pada larutan karagenan. Setelah larutan skin Lotion. Karagenan termasuk salah
karagenan terbentuk, larutan dipanaskan satu polimer alami yang digunakan
pada suhu 70 ºC, dan dimasukkan bahan sebagai pengental dalam Lotion.
TEA dan gliserin sambil terus diaduk Karagenan merupakan salah satu jenis
selama 25 menit. Pemanasan dan hidrokoloid, yaitu suatu polimer larut
pengadukan berfungsi untuk dalam air yang mampu mengentalkan
memudahkan proses emulsifikasi. larutan. Parafin cair bersifat sebagai
Kemudian fase minyak dipanaskan emollient (Rowe et al., 2009) sehingga
dengan suhu 70 ºC sambil terus diaduk dapat mencegah dehidrasi pada kulit dan
selama 10 menit. Perbedaan lamanya juga dapat memberikan efek moisturizer
waktu pengadukan karena adanya (meningkatkan kandungan air). Efek
perbedaan fase antara fase minyak dan moisturizer Lotion juga disebabkan
fase air. adanya asam-asam lemak jenuh rantai
Setelah itu, fase air dan fase sedang dan asam lemak tak jenuh pada
minyak dicampurkan dan diaduk selama VCO. Tidak semua asam lemak pada
1 menit. Efektivitas proses emulsifikasi VCO yang dapat memberikan efek
ditentukan oleh efisiensi pembentukan moisturizer. Hanya asam kaprat (C10),
dan stabilisasi dari gumpalan antara air asam laurat (C12), asam miristat (C14),
dan minyak yang terbentuk. Penambahan asam oleat (C18-1), asam linoleat (C18-2),
emulsifying agent bertujuan untuk dan asam linolenat (C18-3). Asam-asam
menurunkan tegangan permukaan antara lemak tersebut akan bertindak sebagai
fase minyak dan fase air. Turunnya agen yang dapat mempertahankan
tegangan menyebabkan emulsifying agent kelembapan kulit dengan mengurangi
membentuk lapisan yang mengelilingi penguapan air pada kulit. Metil paraben
fase minyak sehingga terbentuk tetesan yang berfungsi sebagai pengawet
dimana butiran minyak terdispersi ke antijamur digunakan pada produk Lotion
dalam air. Setil alkohol dan asam stearat untuk mencegah pertumbuhan jamur.
dalam sediaan Lotion berfungsi sebagai Pengawet harus ditambahkan pada suhu
thicking agent atau agen pengental yang yang tepat pada saat proses pembuatan
menjaga stabilitas dengan mengentalkan skin Lotion, yaitu antara suhu 35°C -
fase air. Penambahan 45°C agar tidak merusak bahan aktif
TEA(Trietanolamin) yang bersifat basa yang terdapat dalam pengawet tersebut.
berfungsi untuk menurunkan keasaman Mikroba yang terdapat dalam suatu
dari asam stearat yang dapat produk dapat menyebabkan emulsi tidak
menyebabkan iritasi pada kulit. Sifat basa stabil.
pada TEA menstabilkan pH dari asam Uji Kualitas Lotion
stearat. Gliserin bersifat higroskopis yang Homogenitas
berfungsi mencegah adanya proses

99
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 1 FEBRUARI 2019 ISSN 2302 - 2493

Uji Homogenitas dilakukan untuk Adapun hasil yang didapatkan disajikan


melihat kestabilan emulsi dari Lotion. dalam Tabel 2.
Tabel 2. Homogenitas Lotion
Sampel Ulangan 1 Ulangan 2
A1 Homogen Homogen
A2 Homogen Homogen
A3 Homogen Homogen
A4 Homogen Homogen
A5 Homogen Homogen
A6 Homogen Homogen

Suatu emulsi dapat dikatakan uji Homogenitas didapatkan hasil bahwa


homogen apabila tidak terlihat adanya stabilitas emulsi terbentuk dengan baik.
pemisahan antara komponen penyusun Uji pH
emulsi tersebut. Homogenitas sistem Uji pH dilakukan untuk mengukur
emulsi dipengaruhi oleh teknik atau cara tingkat keasaman sampel Lotion.
pencampuran yang dilakukan serta alat Pengukuran pH dilakukan dengan
yang digunakan pada proses pembuatan menggunakan pH meter. Hasil yang
emulsi tersebut (Rieger 1994). Dari hasil didapat tersaji dalam Tabel 3.
Tabel 3. pH Lotion
Sampel Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata
A1 7,7 7,69 7,695
A2 7,4 7,4 7,4
A3 7,97 7,95 7,96
A4 6,85 6,69 6,77
A5 6,72 6,67 6,695
A6 6,62 6,44 6,53

Tabel 3 menyajikan hasil pengukuran asam) akan menyebabkan kulit kering


terhadap nilai pH yaitu berikisar antara dan iritasi, karena terjadinya kerusakan
7,4 -7,96 untuk Lotion yang epidermis kulit. Penggunaan setil alkohol
menggunakan setil akohol (A1 - A3) dan membuat pH Lotion menjadi lebih tinggi
antara 6,53-6,695 untuk Lotion yang bila dibandingkan dengan menggunakan
menggunakan karagenan (A4 – A6). karagenan. Dapat dilihat bahwa hasil pH
Nilai pH semua sampel Lotion memenuhi tertinggi dimiliki oleh Lotion sediaan A3
syarat SNI yaitu berkisar antara 4,5 - 8,0. dan pH terendah dimiliki oleh Lotion
Dari data yang didapatkan untuk Lotion sediaan A6.
yang menggunakan setil alkohol (A1-A3) Bobot jenis Lotion
hasil pH yang terbaik dimiliki oleh pengukuran bobot jenis Lotion
sampel A2 (Lotion VCO+paraffin cair) menggunakan alat piknometer. Hasil
yang memiliki pH mendekati nilai 7 perhitungan massa jenis Lotion dapat
(netral). Jika Lotion yang dimiliki dilihat dalam Tabel 4.
memiliki pH yang lebih rendah (suasana
Tabel 4. Bobot Jenis Lotion
Sampel Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-rata
A1 0,964 0,974 0,969
A2 0,872 0,975 0,923

100
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 1 FEBRUARI 2019 ISSN 2302 - 2493

A3 0,846 0,830 0,838


A4 0,972 1,007 0.9895
A5 1,007 1,001 1.004
A6 0,976 0,983 0.9795

Nilai bobot jenis Lotion yang Pengukuran Viskositas Lotion


menggunakan karagenan memiliki bobot dilakukan dengan metode bola jatuh dan
jenis yang lebih kecil dibandingkan didapati nilai keofisien viskositas yang
dengan Lotion yang menggunakan setil menyatakan tingkat kekentalan atau
alkohol. Hal ini dikarenakan pada Lotion viskositas sampel Lotion. Untuk
yang menggunakan karagenan, fungsi menentukan nilai viskositas, terlebih
karagenan yaitu sebagai pengembang dahulu ditentukan waktu jatuh bola dalam
yang menyebabkan volume dari Lotion fluida (sampel). Adapun hasil
menjadi lebih besar sehingga nilai bobot perhitungan waktu jatuh bola untuk
jenis menjadi lebih rendah. Nilai bobot masing-masing sampel disajikan dalam
jenis yang dimiliki oleh tiap sampel Tabel 5. Perhitungan waktu jatuh bola
Lotion berkisar antara 0,838 – 1.004. digunakan untuk menentukan kecepatan
Syarat bobot jenis Lotion menurut SNI gerak bola dalam tabung reaksi dari
adalah 0,95-1,05. Pada penelitian ini, skalah 15 mL ke 5 mL. Jarak antara skala
Lotion A2 dan A3 yang menggunakan 15 mL dan 5 mL pada tabung reaksi 25
setil alohol tidak memenuhi SNI. mL adalah 0,042 m
Uji Viskositas
Tabel 5. Perhitungan bola jatuh
Sampel t1 t2 t3 t rata-rata
A1 4,68 4,91 4,57 4,72
A2 3,98 4,01 4,07 4,02
A3 3,91 3,79 3,94 3,88
A4 4,85 4,97 4,82 4,88
A5 4,97 4,81 4,92 4,9
A6 4,91 4,94 5 4,95

Hasil pengujian rata-rata viskositas menggunakan persamaan 2 tersaji dalam


berdasarkan waktu pada tabel 5 dengan Tabel 6.
Tabel 6. Perhitungan Viskositas
Sampel Viskositas (cP)
A1 33795,13
A2 29185,77
A3 29003,37
A4 34720,93
A5 34702,91
A6 35368,66

Hasil viskositas yang didapat cenderung Viskositas dari sampel Lotion yang
sama, dan memenuhi syarat SNI. menggunakan setil alkohol (A1–A3)

101
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 1 FEBRUARI 2019 ISSN 2302 - 2493

memiliki nilai vikositas yang cenderung hanya berperan sebagai surfaktan pada
lebih rendah daripada sampel Lotion yang sintesis Lotion. Dapat dilihat bahwa nilai
menggunakan karagenan (A4-A6). Hal visositas juga berpengaruh pada massa
ini disebabkan oleh karagenan bertindak jenis. Semakin tinggi viskositas semakin
sebagai agen pengental pada Lotion yang besar pula massa jenis Lotion yang
menyebabkan viskositas atau dihasilkan.
kekentalannya bertambah. Berbeda Analisa total mikroba
dengan penggunaan setil alkohol yang
Tabel 7. Analisa Total mikorba
Sampel Ulangan 1 Ulangan 2 Total
koloni/gram
A1 40 47 43,5
A2 15 24 19,5
A3 11 19 15
A4 4 2 3
A5 14 12 13
Absorbansi Total Karotenoid
Sampel
480 nm 663 nm 645 nm (μmol/L)

A6 3 2 2,5

Uji total mikroba adalah uji untuk termasuk mikroorganisme pathogenik


mengetahui ada atau tidak adanya tidak diinginkan dalam kosmetika karena
mikroba dalam skin Lotion yang dapat menyebabkan terjadinya
dihasilkan. Uji ini merupakan salah satu deteriorasi atau penurunan mutu pada
uji yang penting karena kontaminasi kualitas produk seiring waktu pemakaian
mikroba dapat menyebabkan pemisahan dan akan menyebabkan iritasi kulit
fase, penyusutan berat produk, dan bau (Mitsui 1997).
yang tidak sedap. Skin Lotion merupakan Uji total mikroba pada skin Lotion
suatu produk yang memiliki jangka menunjukkan bahwa tidak terdapat
waktu pemakaian yang cukup lama, mikroba pada skin Lotion yang
sehingga adanya mikroba dalam skin dihasilkan. Penggunaan bahan pengawet
Lotion dapat menjadi masalah terhadap yaitu metil paraben pada formulasi
daya awet skin Lotion. Pemakaian terbukti efektif untuk mencegah
pengawet sangat dibutuhkan dalam tumbuhnya mikroba yang dapat merusak
formulasi skin Lotion. Kontaminasi produk skin Lotion.
mikroorganisme walaupun bukan Total Karotenoid
Tabel 8. Total Karotenoid

102
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 1 FEBRUARI 2019 ISSN 2302 - 2493

A1 0,202 0,182 0,181 4,77


A2 0,140 0,126 0,127 3,26
A3 0,079 0,067 0,068 1,92
A4 0,179 0,172 0,173 3,92
A5 0,152 0,134 0,135 3,61
A6 0,060 0,052 0,054 1,40
VCO 1,344 0,080 0,080 57,87

Tabel 8 Menunjukan total karotenoid dari memenuhi SNI. Lotion


VCO dan sampel Lotion. Dari tabel dapat menggunakan Setil Alkohol tidak
dilihat hasil total karotenoid tertinggi memenuhi syarat bobot jenis
pada sampel Lotion A1 dan terendah untuk sampel A2 dan A3.
pada sampel Lotion A6. Untuk sampel
Lotion menggunakan setil alkohol (A1, DAFTAR PUSTAKA
A2, dan A3) didapati total karotenoid [SNI] Standar Nasional Indonesia
lebih besar dibandingkan A2 dan A3 164399. 1996. Sediaan Tabir
sedangkan untuk Lotion menggunakan Surya. Badan Standarisasi
karagenan (A4, A5, dan A6) Lotion A4 Nasional, Jakarta.
didapati total karotenoid lebih besar [SNI] Standar Nasional Indonesia
dibandingkan A5 dan A6 . Hal ini 192897. 1992. Penentuan Total
dikarenakan pada Lotion A1 Mikroba. Badan Standarisasi
menggunakan VCO lebih banyak Nasional, Jakarta.
dibandingkan dengan Lotion A2 dan A3. Andayani, R., Maimunah., & Lisawati,
VCO yang digunakan dalam pembuatan Y. 2008. Penentuan Aktivitas
Lotion merupakan penyumbang Antioksidan, Kadar Fenolat
karotenoid dalam sampel karena dalam Total dan Likopen pada Buah
VCO terlarut karotenoid yang berasal Tomat (Solanum lycopersicum
dari tomat. Hal ini dilihat dari hasil uji L). Jurnal Sains dan Teknologi
total karotenoid pada sampel VCO. Farmasi. 13(1) : 31-37.
Anggadiredja J, T, Zatnika A, Purwoto
KESIMPULAN H, Istini S. 2006. Rumput Laut.
Berdasarkan penelitian yang telah Jakarta: Penebar Swadaya
dilakukan dapat disimpulkan bahwa : Angka S, L, & Suhartono M, T. 2000.
a. VCO mengandung ekstrak tomat Bioteknologi Hasil Laut. Bogor:
dapat dibuat Lotion dengan Pusat Kajian Pesisir dan Lautan,
karagenan sebagai emulsifying Institut Pertanian Bogor.
agent. Anita, S. B. 2008. Aplikasi Karagenan
b. Untuk Lotion menggunakan dalam Pembuatan Skin Lotion
emulsifying agent Karagenan [skripsi]. FPIK IPB, Bogor.
(A4,A5 dan A6) memenuhi SNI Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk
sedangkan untuk emulsifying Sediaan Farmasi. UI-Press,
agent Setil Alkohol (A1, A2 dan Jakarta.
A3) hampir keseluruhan

103
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 1 FEBRUARI 2019 ISSN 2302 - 2493

Badan Pusat Statistik. 2011. Data Hydrolases Unrelated to κ-and ι-


Produksi Tomat. Diunduh dari Carrageenases. Journal of
http://www.bps.go.id/ Biochemistry 10: 105-115
Davis, K. J., & Goldberg A. I. 1987. Halliwel, B. & Gutteridge, J. M. C. 2001.
Protein damaged by Oxygen Free Radicals in Biology and
radicals are Rapidly Degraded to Medicine. Oxford University
Extracts of Red Blood Cells. Press, London.
Journal of Biology Chemistry. Jitputti, J., Kitiyanan, B., Rangsunvigit.,
2(62) : 8227-8234 Bunyakiat, K., Attanatho, L., &
Di Mascio, P., Kaiser, S., & Sies H. Jenvanitpanjakul, P. 2006.
1989. Lycopene as the Most Transesterification of Crude
Efficient Biological Carotenoid Palm Kernel Oil and Crude
Singlet Oxygen Quencher. Coconut Oil by Different Solid
Archives of Biochemistry and Catalysts. Chemical Engineering
Biophysics. Journal. 116(1) : 61-66.
Dreher T. M., Glass J., Connor A. J. O., Langingi, R., Momuat, L. I., &
& Steven G. W. 1997. Effect of Kumaunang, M. G. 2012.
Rheology on Coalescence Rates Pembuatan Sabun Mandi Padat
and Emulsion Stability. AIChE dari VCO yang Mengandung
Journal Vol 45 No 6. Karatenoid Wortel. Jurnal MIPA
Dorobantu L. S., Yeung A. K. C., Foght UNSRAT Online. 1 (1) : 20-23.
J. M, Gray M. R. Stabilization of Lu, Y., et al. 1995. A New Carotenoid,
Oil Water Emulsion by Peroxide Oxidation Products
Hydrophobic Bacteria. Journal from Lycopene. Journal of
of Microbiology Vol 70 No 10. Biochemistry. 5(9) : 2153-2155.
Ekowati, D. & Hanifah, I. R. 2016. Min, D. B. & Boff J. M. 2002.
Potensi Tongkol Jagung (Zea Chemistry and Reaction of
Mays L.) sebagai Sunscreen Singlet Oxygen in Foods. Food
dalam Sediaan Hand Body Science and Food Safety. 1(1):
Lotion. Jurnal Ilmiah 58-72.
Manuntung. 2(2) : 198-207. Mansor, T. S. T., Man, C. Y. B.,
Fardiaz D. 1989. Hidrokoloid. Shuhaimi, M., Afiq A. M. J., &
Laboratorium Kimia dan Nurul F. K. M. 2012.
Biokimia Pangan. Bogor: Pusat Physicochemical Properties of
Antar Universitas Pangan dan Virgin Coconut Oil Extracted
Gizi, Institut Pertanian Bogor. from Different Processing
Glicksman M. 1983. Food Hydrocolloids. Methods. International Food
Florida: CRC Press. Research Journal. 19(3) : 837-
Guibet M., Colin S., Barbeyron T., & 845
Genicot S. 2006. Degradation of Maong, R., Rorong, J. A. & Fatimah, F.
λ-Carrageenan by 2016. Aktivitas Ekstrak Buah
Pseudoalteromonas Tomat (Lycopersicum
carrageenovora λ-Carrageenase: esculentum Mill) sebagai
a New Family of Glycoside Penstabil Oksigen Singlet dalam

104
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 1 FEBRUARI 2019 ISSN 2302 - 2493

Reaksi Fotooksidasi Asam Rieger M. 1994. Emulsi. Di dalam :


Linoleat . Jurnal Mipa Unsrat Lachman et al. 1994. Teori dan
Online. 5 (1) : 60-64. Praktek Farmasi Industri. Ed ke-
Mitsui. 1997. New Cosmetic Science. 2. Suyatmi S, penerjemah.
NewYork: Elsevier. Jakarta: UI Press. Terjemahan
Momuat, L. I., Sangi, M. S., & Purwati dari Theory and Pharmacy
N. P. 2011. Pengaruh VCO Practical Industry. Ed ke-2.
Mengandung Ekstrak Wortel Rieger M. 2000. Harry’s Cosmeticology.
terhadap Peroksidasi Lipid Ed ke-8. New York: Chemical
Plasma. Jurnal Ilmiah Sains. Publishing Co Inc.
11(2) : 296-301. Schmitt, W. H. & Williams, D. F. 1996.
Nevin, K. G. & Rajamohan, T. 2004. Chemistry and Technology of
Beneficial effect of Virgin Cosmetics and Toiletries
Coconut Oil on Lipid Industry. Blackie Academy and
Parameters and in Vitro LDL Profesional, London.
Oxidation. Clinical Shahidi, F. 1997. Natural Antioxidant.
Biochemistry. 30(1) : 830-835. Department of Biochemistry
Novarianto, H. & Tulalo, M. 2007. Memorial University of
Kandungan Asam Laurat pada Newfounland St. Jhon’s,
Berbagai Varietas Kelapa Newfoundland, AOCS Press.
sebagai Bahan Baku VCO. Canada.
Jurnal Littri. 13(1) : 28-33. Soehardi, S. 2004. Memelihara
Novita, M., Satriana. & Hasmarita, E. Kesehatan Jasmani Melalui
2015. Kandungan Likopen dan Makanan. ITB, Bandung.
Karotenoid Buah Tomat Surtinah. 2007. Kajian Tentang
(Lycopersicum Pyriforme) pada Hubungan Pertumbuhan
Berbagai Tingkat Kematangan : Vegetatif Dengan Produksi
Pengaruh Pelapisan Dengan Tanaman Tomat (Lycopersicum
Kitosan dan Penyimpanan. esculentum, Mill) PS.
Jurnal Teknologi dan Industri Agronomi, Staf Pengajar
Pertanian Indonesia. 7(1) : 35- Fakultas Pertanian Universitas
39. Lancang Kuning , Vol. 4 No 1.
Polo KFD. 1998. A Short Textbook of Suryani A., Sailah I., & Hambali E. 2000.
Cosmeticology. Ed ke-1. Teknologi Emulsi. IPB, Bogor.
Jerman: Verlag fur Chemische Tirono, M. & Sabit M. 2011. Efek Suhu
Industrie pada Proses Pengarangan
Ramasari, E. L., Ma’ruf, W. F., & Riyadi, terhadap Nilai Kalor Arang
P. H. 2012. Aplikasi Karagenan Tempurung Kelapa (Coconut
sebagai Emulsifier di dalam Shell Charcoal). Jurnal
pembuatan Sosis Ikan Tenggiri Neutrino. 3(2) : 143-152.
(Scomberomorus guttatus) pada Tugiyono, H. 2006. Bertanam Tomat.
Penyimpanan Suhu Ruang. Penebar Swadaya, Jakarta.
Jurnal Perikanan. 1(2) : 1-8.

105

Anda mungkin juga menyukai