Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH EMULSIFIER

(Makalah Kimia Fisik)

Disusun Oleh :

Fairuzan Pasyah Al Hakim (1954051001)


Made Chendy C. M. V. (1954051011)
Putri Navisa (1912051061)
Rafi Andika Hermawan G. (1914051049)
Setyani Pramudhita (1914051015)
Sugaluh Yulianti (1914051053)
Hendriawan

Kelas : Teknologi Hasil Pertanian A


Dosen Pembimbing : Lathifa Indrianingtyas, S. T. P., M. Sc

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
І. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari hari kita menemukan bahan bahan yang


sebenarnnya tidak dapat bercampur dikarenakan perbedaan jenis larutan.
Suatu larutan dikatakan sebagai suatu campuran apabila larutan yang
dibuat terdiri dari dua atau lebih macam zat dan masih memiliki sifat
asalnnya. Campuran dikategorikan menjadi 2 yakni campuran homogen
dan campuran heterogen. Campuran heterogen adalah yang terjadi antara
dua macam zat atau lebih dengan partikel partikel yang masih dapat
dibedakan satu sama lainnya sedangkan, campuran homogen adalah suatu
campuran yang terjadi antara dua zat atau lebih dengan partikel-partikel
penyusun yang sulit atau tidak dapat dibedakan. Dalam kehidupan kita
sering menemukan campuran heterogen namun telah tercampur karena
penambahan suatu bahan yang dapat menyatukan dua zat tersebut. Zat
tersebut dinamakan emulsifier (Rahmadhani,dkk. 2012).

Campuran heterogen tidak dapat menyatu dikarenakan perbedaan jenis zat


dan tegangan permukaan yang berbeda. Emulsifier bekerja sebagai bahan
yang ditambahkan kedalam suatu campuran untuk menurunkan tegangan
permukaan sehingga larutan-larutan yang ingin disatukan dapat menyatu.
Fenomena menyatukan kedua jenis bahan tersebut menghasilkan produk
yang dikategorikan sebagai emulsi. Contoh produk emulsi adalah mentega,
mayonaise, es krim, dan susu dengan bahan baku yakni air dan minyak.
Air dan minyak memiliki karakteristik yang berbeda sehingga tidak dapat
bersatu. Untuk menyatukannya sebagai suatu produk dibutuhkan
emulsifier dan beberapa perlakuan tambahan sehingga terbentuk produk
yang tercampur dan stabil (Aziz, 2015).
Pada emulsi dikenal 3 jenis tipe-tipe emulsi diantaranya pertama, M/A
(minyak/air) Suatu emulsi dimana minyak terdispersi sebagai tetesan-
tetesan dalam fase air dan diistilahkan emulsi minyak dalam air. Kedua,
A/M (air/minyak) Jika air adalah fase terdispersi dan minyak adalah
medium pendispersi, maka emulsi disebut emulsi air dalam minyak.
Ketiga, emulsi Ganda Dikembangkan berdasarkan pencegahan pelepasan
bahan aktif. Dalam tipe emulsi ini dihadirkan 3 fase yang disebut bentuk
emulsi A/M/A atau M/A/M atau disebut “emulsi dalam emulsi”.Emulsi
mana yang terjadi, tergantung dari emulgatornya. Jika emulgator larut
dalam air, maka terbentuk emulsi O/W. Jika emulgator larut dalam minyak
maka terbentuk emulsi W/O ( Gennaro (1900 : 298).

Emulsi memiliki beberapa komponen yang tergolong fase terdispersi


yakni zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair
lain. Sedangkan hal yang berlawanan dengan fase terdispersi yakni fase
pendispersi adalah zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan
dasar (bahan pendukung) emulsi tersebut. Emulgator, adalah bagian dari
emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi. Yang kedua yaitu
komponen tambahan, adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan ke
dalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen
saporis, odoris, colouris, pengawet (preservative), dan anti oksidan.
(Syamsuni 2006: 119).

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah emulsi ini untuk menegetahui emulsifier


di pembuatan produk lotion dan semir sepatu cair.
II. ISI

2.1 Lotion

Lotion termasuk kedalam emulsi sebagai campuran dari dua fasa yaitu fasa
minyak dan air yang tidak dapat bercampur. Emulsifier yang ditambahkan
dalam lotion adalah asam lemak asam lemak yang di gunakan adalah asam
stearat. Emulsifier yang di gunakan dalam pembuatan lotion memiliki
gugus polar dan non polar secara bersamaan dalam satu molekul sehingga
pada satu sisi akan mengikat minyak dan disisi lain akan mengikat air
sehingga zat-zat yang ada dalam emulsi dapat di persatukan (Suryani,
2000).

Bahan yang terdapat di dalam lotion antara lain: Vitamin E dan C (non
polar ) sebagai antioksidan, asam stearat (non polar) sebagai emulgator,
metil paraben (non polar), propil paraben(non polar), dan propilen glikol
(non polar) sebagai pengawet, mineral air (polar) dan lanolin (non polar),
alkohol (non polar) sebagai emolien, aquades (polar) sebagai pelarut.

Mekanisme emulsifier yang terjadi di dalam lotion dapat dijelaskan


sebagai berikut: Lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak
dan fase air yang distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih
bahan aktif di dalamnya. Konsistensi yang berbentuk cair memungkinkan
pemakaian yang cepat dan merata pada permukaan kulit, sehingga mudah
menyebar dan segera kering setelah pengolesan serta meninggalkan
lapisan tipis pada permukaan kulit (Lachman dkk., 1994).
Untuk mencegah pemisahan dua fase (fase minyak dan fase air), maka
ditambahkan emulgator. Formulasi lotion dibuat dengan memvariasikan
konsentrasi trietanolamin yang dapat berfungsi sebagai agen pengalkali
lotion, juga sebagai agen pengemulsi (Rowe et al., 2003).

Semua bahan fase minyak (As. Stearat, Lanolin, Setil Alkohol, Propil
paraben) bahan-bahan tersebut termasuk ke dalam non polar dilarutkan
pada suhu 65-75°C di atas waterbath. Bahan fase air (Aquadest, Gliserin,
Trieanolamin, Metil paraben) yang termasuk ke dalam senyawa polar
dilarutkan terpisah pada suhu 65-75°C. Setelah semua bahan yang fase
sama terlarut, tambahkan campuran bahan fase air ke dalam cmapuran
bahan yang ber-fase minyak sedikit demi sedikit sambil melakukan
pengadukan yang konstan hingga membentuk emulsi.
Emulsifier yang digunakan pada produk ini adalah asam stearat. Asam
stearat merupakan basis krim yang umum digunakan bersama dengan
trietanolamin (TEA). Asam stearat yang telah dinetralkan sebagian dengan
TEA membentuk trietanolamin (Brataco), carbopol 940, parafin cair, asis
krim ketika dicampur dengan 5-15 kali berat cairan aqueous. Konsentrasi
asam stearat yang digunakan untuk sediaan krim antara 1-20% (Rowe et
al., 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses emulsi adalah


1. Suatu sistem emulsi pada dasarnya adalah suatu sistem yang tidak
stabil karena masing-masing partikel mempunyai kecenderungan
untuk bergabung dengan partikel lainya.
2. Emulsi yang baik tidak membentuk lapisan-lapisan, tidak terjadi
perubahan warna, dan konsistensi tetap.
3. Prinsip dasar tentang kestabilan emulsi adalah keseimbangan
antara gaya tarik menarik dan gaya tolak menolak yang terjadi
antar partikel dalam sistem emulsi.

2.2 Semir Sepatu Cair


Semir adalah suatu zat yang digunakan pada suatu benda dengan tujuan
untuk melapisi benda tersebut agar tampak lebih indah dan menarik.
Semir sepatu merupakan campuran beberapa zat kimia yang berfungsi
sebagai bahan pengkilap sepatu. Tekstur dari semir sepatu sangat
bergantung pada proses pembuatannya. Semir sepatu yang baik akan
mempunyai tekstur yang homogen, pasta yang lembut, serta daya kilap
yang baik.
Semir sepatu dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu semir sepatu dalam
bentuk padat dan semir sepatu dalam bentuk cair. Fungsi dari semir sepatu
diantaranya adalah untuk mengkilapkan, mempertahankan warna, menjaga
elastisitas, dan menghindarkan sepatu dari jamur ( Tim Kimia Terapan,
2011).

Beberapa bahan-bahan penting yang biasanya digunakan dalam proses


pembuatan semir sepatu diantaranya air, paraffin, carbon black, terpentin,
dan wax. Di antara bahan-bahan yang telah disebutkan diatas, masing-
masing memiliki sifat, karakteristik, dan jug fungsi yang berbeda. Sifat
dari bahan bahan tersebut yaitu :
1. Paraffin termasuk dalam senyawa nonpolar.
2. Carbon black termasuk dalam senyawa nonpolar.
3. Terpentin termasuk dalam senyawa nonpolar .
4. Air yang digunakan sebagai pelarut dengan sifatnya yang polar.
5. Wax termasuk dalam emulsifier atau zat pengemulsi.

Peralatan yang digunakan didalam pembuatan semir sepatu adalah


kompor, wadah penyimpanan, alat pengaduk, timbangan, termometer,
beberapa wadah-wadah kecil yang digunakan untuk meletakkan bahan-
bahan yang lain. Sedangkan, komposisi bahan-bahan yang digunakan
untuk membuat semir sepatu cair ini adalah sebagai berikut :
 Air : 5 ml
 Paraffin : 45 gr
 Carbon black : 3 gr
 Terpentin : 63 ml
 Wax : 15 gr

Apabila di lihat dari komposisi perbandingan yang terdapat di dalam


bahan baku pembuatan semir dapat disimpulkan bahwa ternyata semir
sepatu ini termasuk ke dalam tipe emulsi water in oil atau air di dalam
minyak (W/O). Dimana emulsi W/O ini adalah emulsi dengan air sebagai
fase terdispersi dan minyak sebagai fase pendispersi (Ruhaniah, 2006).
Emulsifier merupakan suatu zat yang dapat menurunkan tegangan
permukaan, sehingga air yang bersifat polar dapat bercampur dengan
minyak yang bersifat non polar. Emulsifier yang digunakan di dalam
pembuatan semir sepatu untuk mencampurkan minyak dan air adalah
Wax. Wax merupakan senyawa hidrokarbon yang biasanya terdapat di
dalam minyak bumi, dihasilkan dari hasil distilasi minyak bumi. Pada
umumnya wax adalah campuran ester yang berasal dari alkohol dan asam
karboksilat dengan panjang rantai karbon berkisar 16-36. Semakin panjang
rantai hidrokarbon maka ekor emulsifier akan semakin panjang, sehingga
sifat hidrofobik dari emulsifier ini akan semakin besar. Wax bersifat padat
pada suhu ruang dan akan melunak jika dipanaskan. Wax yang seperti lilin
lebah digunakan untuk membuat semir sepatu, semir ban, semir peralatan
rumah tangga, dan pembersih lantai ( Ruhaniah, 2006).

Mekanisme terjadinya emulsi di dalam pembuatan semir sepatu ini adalah


sebagai berikut :
Emulsifier yang kita gunakan adalah wax, dimana setiap emulsifier
memiliki bagian kepala dan bagian ekor seperti pada surfaktan. Bagian
kepala yang bersifat polar atau hidrofilik dan bagian ekor bersifat non
polar atau hidrofobik. Ketika pembuatan semir terjadi yang namanya
emulsi W/O ( water in oil), air sebagai fase terdispersi dan minyak sebagai
medium pendispersi. Maka bagian kepala emulsifier tadi akan mengikat
air yang berada di tengah-tengah minyak, sedangkan bagian ekornya akan
meningkat minyak yang mengelilingi air tersebut. Hal tersebut sesuai
dengan teori like dissolves like yang merupakan teori dasar kelarutan yang
berbunyi senyawa polar hanya akan larut dalam senyawa polar, senyawa
non polar hanya akan larut dalam senyawa non polar, sedangkan senyawa
polar tidak dapat larut dalam senyawa non polar begitu pula sebaliknya. 
Namun, emulsifier tidak akan berkerja semudah itu, perlu adanya suatu
perlakuan yang akan menstabilkan kedua jenis fase tersebut. Perlakukan
tersebut berupa pengocokan yang dilakukan secara perlahan sampai kedua
jenis zat tersebut benar-benar menyatu ( Aziz, 2015).
Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses terjadinya
emulsi antara lain sebagai berikut:
1. Peningkatan kecepatan dan lama waktu pengadukan berperan dalam
pembentukan emulsi dan tingkat kestabilan emulsi. Semakin lama
waktu pengadukan dan meningkatnya kecepatan pengadukan dapat
menurunkan viskositas dari emulsi namun juga dapat memperlama
waktu pemisahaan dari emulsi minyak dalam air (Tri,2008).
2. Teknik pembuatan
3. Penambahan garam atau elektrolit lemah dalam konsentrasi besar
mempengaruhi kestabilan emulsi.
xIII. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan tujuan dari makalah ini adalah emulsifier
dari lotion adalah asam stearate sedangkan emulsifier dari semir sepatu cair adalah
wax.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, M.A. 2015. Sifat Fisik Hasil Pertanian. (Emulsifier). Universitas Pattimura.
Ambon. 
Gennaro, A. R. 1990. Remingtons Pharmaceuticals Science 18th ed. Marc Public
Co. Easton.
Lachman,L., H. A. Lieeberman, dan J.L. Kanig.1994. Teori Dan Praktek Farmasi
Industry Edisi 3. Universitas Indonesia. Jakarta.
Rahmadhani, S., Wijaya, C.A., Fernando, R., Anggreini, P., dan Armen, M. 2012.
Pencampuran dan Emulsifikasi. Intitut Pertanian Bogor. Bogor.
Rowe,R.C.,P.J. Sheiskey, and P.J. Weller. 2003. Hand Book Of Pharmaceutical
Excipients Edisi Ke 4. Pharmaceutical Press. London.

Ruhaniah, H. 2006. Laporan Praktek Kerja Lapangan Pembuatan Emulsi S Cale


Wax Nonionic, Analisis Dan Aplikasi Padakertas Di Penelitian Dan
Laboratorium Pertamina. Universitas Indonesia. Jakarta.

Suryani, A., I. Sailah, E. Hambali. 2000. Teknologi Emulsi. Institute Pertanian


Bogor. Bogor.
Syamsuni, H. A. 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Tim Kimia Terapan. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Terapan. Universitas
Negeri Padang. Padang.

Tri, N. 2008. Pengaruh Formulasi Sediaan Losio Terhadap Efektfitas Minyak


Buah Merah Tabir Surya Dibandingkan Terhadapa Sediaan Tabir Surya Yang
Mengandung Oktinoksat. Skripsi Sarjana. Universitas Idonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai