Disusun oleh:
Nama Praktikan
Abiyoga Gibran
Dea Sotyania Liputamasri
Edi Sugiarto
Novelia Wardhani Caturputri
Shinta Dewi
Sita Swadesti Asnan Putri
NIM
13/348299/TK/40878
13/348293/TK/40872
13/348228/TK/40839
13/348261/TK/40850
13/348248/TK/40845
13/349243/TK/41068
Tanda Tangan
Asisten 2,
Muhamad Hartono
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan..................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................................
B. Tujuan Percobaan.........................................................................................
C. Tinjuan Pustaka............................................................................................
11
3. Cara Kerja...................................................................................................... 12
4. Analisis Data................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 15
LAPORAN SEMENTARA ......................................................................................
16
BAB I
PENDAHULUAN
A LATAR BELAKANG
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang terdapat pada daun dan
buah tumbuhan tertentu. Pada buah jeruk terdapat kandungan asam sitrat sekitar 68%. Selain itu asam sitrat juga ditemukan pada buah pir, nanas, arbei, dan ceri.
Produksi asam sitrat seluruh dunia terutama dimanfaatkan untuk industri
makanan dan minuman sekitar 70%, industri farmasi 12%, dan sisaya 18%
untuk berbagai industri lainnya. Pada industri makanan dan minuman asam sitrat
digunakan untuk berbagai keperluan karena kelarutan asam sitrat yang relatif
tinggi, tidak beracun, dan menghasilkan rasa asam yang disukai diantaranya sebagai
pengawet alami, pencegah rusaknya warna dan aroma, menjaga turbiditas,
penghambat terjadinya oksidasi, zat pembersih yang ramah lingkungan, serta
antioksidan..
Salah satu cara untuk mendapatkan larutan asam sitrat dalam air adalah
dengan cara pengendapan. Dalam prosesnya, larutan asam sitrat direaksikan
dengan kalsium hidroksida Ca(OH)2 sehingga membentuk garam kalsium sitrat
Ca3(C6H5O7)2 yang memiliki kelarutan yang sangat kecil dalam air, menurut reaksi
berikut:
2 C6H8O7(aq) + 3 Ca(OH)2(s) Ca3(C6H5O7)2 + 6 H2O(l)
(1)
(2)
B TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Menentukan hubungan antara massa Ca(OH)2 ditambahkan terhadap persen
recovery asam sitrat.
2. Membandingkan massa endapan akhir hasil percobaan dan teoretis.
C TINJAUAN PUSTAKA
a
Asam Sitrat
Asam sitrat merupakan suatu padatan yang berwarna bening atau
transparan dengan rumus molekul C6H8O7 dan berat molekulnya 192,2
gram/gmol. Asam sitrat terbentuk sebagai komponen alami dari berbagai buah,
terutama dari jeruk limun, jeruk nipis di dalam jaringan tubuh hewan (Mcketta,
1979). Struktur molekul asam sitrat adalah sebagai berikut :
O
H
OH
OH
C
OH
H
OH
b Kalsium hidroksida
Kalsium hidroksida merupakan senyawa basa kuat. Senyawa ini memiliki
nilai Ksp 7,457 x 10-6 dan 6,86 x 10-6 M3 dalam air serta nilai Gmix 28,959 dan
34,404 kJ/mol pada suhu 20oC dan 70oC (Ali & Ali, 2013).
Dalam upaya pengendapan asam sitrat menggunakan kalsium hidroksida,
terdapat kemungkinan terjadi reaksi samping, yakni reaksi pengendapan
kalsium hidroksida dan pembentukan kalsium karbonat.
Ca ( OH )2(aq) Ca ( OH )2(s)
(3)
(4)
Oleh karena hal tersebut, dalam recovery kalsium sitrat, Ca(OH)2 tidak
ditambahkan secara berlebih, melainkan secara stoikiometris terhadap C6H8O7.
c
Pengendapan
Pemisahan dan pemurnian merupakan suatu proses pemisahan dua zat
atau lebih yang saling bercampur serta merupakan proses yang berguna untuk
mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar atau tercampur.
Sedangkan campuran adalah setiap contoh materi yang tidak murni, yaitu
bukan sebuah unsur atau sebuah senyawa. Susunan suatu campuran berbeda
dengan sebuah zat, dengan kata lain campuran dapat bervariasi, dan juga
campuran dapat berupa campuran homogen dan campuran heterogen (Ralph H
Petrucci-Seminar, 1987).
Campuran dapat dikatakan sebagai suatu materi yang dibuat dari
penggabungan dua zat berlainan atau lebih menjadi satu zat fisik. Masingmasing zat dalam campuran ini akan tetap mempertahakan sifat-sifat aslinya.
Sifat-sifat suatu campuran antara lain:
senyawa yang mempunyai susunan seragam di dalam suatu contoh namun akan
berbeda susunan pada contoh yang lain, selain itu campuran homogen juga
merupakan penggabungan zat tunggal atau lebih yang semua partikelnya
menyebar merata sehingga membentuk satu fase. Campuran dapat dikatakan
campuran homogen jika bidang batas antar komponennya tidak terlihat
sehingga komponen-komponen penyusun campuran tersebut sudah tidak dapat
dibedakan lagi walau dengan menggunakan mikroskop ultra sekalipun. Selain
itu campuran homogen mempunyai komposisi yang sama pada setiap
bagiannya dan juga memiliki sifat-sifat yang sama di seluruh cairan.
Campuran heterogen adalah campuran yang komponen-komponennya
dapat memisahkan diri secara fisik karena perbedaan sifatnya dan di dalam
campuran heterogen perbandingan komponen yang satu dengan yang lainnya
tidak sama dalam setiap bagian karena penggabungan antara dua zat atau lebih
tidak merata. Dan juga campuran dapat dikatakan campuran heterogen jika
antara komponennya masih terdapat bidang batas dan sering kali bidang batas
tersebut dapat dibedakan tanpa menggunakan mikroskop, hanya dengan mata
telanjang. Campuran heterogen memiliki dua fase, sehingga sifat-sifatnya tidak
seragam (Ralph H Petrucci-Seminar, 1987).
Campuran dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika atau kimia.
Pemisahan secara fisika tidak mengubah zat selama pemisahan, sedangkan
secara kimia, satu komponen atau lebih direaksikan dengan zat lain sehingga
dapat dipisahkan. Cara atau teknik pemisahan campuran bergantung pada jenis,
wujud, dan sifat komponen yang terkandung didalamnya (Syukri S., 1999).
Proses pemisahan atau pengambilan suatu zat dalam suatu larutan dapat
dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah pengendapan.
Pengendapan dapat terjadi ketika larutan telah jenuh, yaitu saat kemampuan
pelarut telah maksimum untuk melarutkan zat terlarut, sehingga kelebihan
sedikit zat terlarut akan menyebabkan endapan. Endapan adalah zat yang
terpisahkan dari suatu larutan dalam bentuk padatan. Endapan terjadi karena
zat yang terjadi tidak atau sukar larut didalam air atau pelarutnya. Salah satu
faktor yang memengaruhi pengendapan adalah kelarutan. (Vogel, 1990).
pH
Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan. Beberapa
contoh yang lebih penting dari garam-garam tersebut dalam kimia analitik
adalah oksalat, sulfida, hidroksida, karbonat dan fosfat. Ion hidrogen
bereaksi dengan ion garam membentuk asam lemah, dengan demikian
meningkatkan kelarutan garam.
Suhu
Kenaikan suhu akan meningkatkan kelarutan endapan yang reaksinya
bersifat endotermis (membutuhkan panas). Pada reaksi yang bersifat
eksotermis, kenaikan suhu akan menurunkan kelarutan suatu endapan.
Tekanan
Pengaruh tekanan terhadap nilai kelarutan relatif kecil karena umum
terhadap nilai kelarutan relatif kecil karena umumnya reaksi pengendapan
terjadi pada tekanan atmosferis. Diperlukan tekanan yang cukup tinggi
untuk mengubah volume larutan sehingga nilai kelarutan dapat berubah.
Jenis pelarut
a
Pelarut polar
Senyawa polar akan mudah larut pada pelarut polar. Contohnya,
alkohol, garam dapur, gula, dan semua asam merupakan senyawa polar
yang mudah larut dalam pelarut polar seperti air.
(5)
y+
K=
(6)
Di dalam larutan jenuh AxBy konsentrasi AxBy yang terlarut tidak berubah
selama AxBy padat masih terdapat dalam larutan dan suhu percobaan tetap.
Konsentrasi AxBy relatif tetap, maka
A
A
y +
[ x B y ]=
K .
(7)
Karena harga K tetap dan harga konsentrasi AxBy merupakan tetapan baru.
Tetapan baru ini dinyatakan dengan notasi Ksp, maka persamaan di atas dapat
ditulis:
A
y +
Ksp A x B y =
Dengan,
(8)
Ksp A x B y
A x By
y +
B
Hasil kali konsentrasi ion dalam larutan garam yang sukar larut dalam
air setelah masing-masing konsentrasi dipangkatkan dengan koefisien menurut
persamaan ionisasinya tidak dapat melampaui harga Ksp-nya. Berarti, Ksp
adalah batas maksimal hasil kali konsentrasi ion-ion dalam larutan jenuh
elektrolit yang sukar larut dalam air.
C6H8O7 (l)
(9)
(10)
Ka
C6H5O73-(aq) + 3 H+(aq)
3
C 6 H 5 O7
+
H
[C 6 H 8 O7 ]=
(11)
(12)
Nilai dari [H+] diperoleh dari [C6H8O7], sehingga diperoleh persamaan seperti
berikut ini:
3
C 6 H 5 O7
3
3 C 6 H 5 O7
[C 6 H 8 O7 ]=
3
C 6 H 5 O7
27
[C 6 H 8 O7 ]=
(13)
Ksp
Ca3(C6H5O7)2(s)
2 C6H5O73-(aq) + 3 Ca2+(aq)
(14)
(15)
10
3
+
C a
Ks p1 /2
C 6 H 5 O 7=
(16)
(17)
(18)
CAO
C6 H 5 O 7
4
+ [C6H5O73-] = CAO 2n
27
(20)
11
Ks p1 /2
3 /2
[ Co 3 n ]
= CAO 2n
27
Ks p2 + Ks p1/ 2 ( C O3 n )9 /2( C O 3 n )6 ( C AO 2 n )=0
Ka
(22)
Pada percobaan ini akan dibandingkan massa endapan hasil percobaan dengan
massa endapan teoritis. Massa endapan teoritis diperoleh dari penjabaran berikut.
mteoritis=mendapan garam kalsium sitrat
(23)
(24)
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
A BAHAN
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
a
12
Keterangan:
1. Gelas ukur
2. Larutan Asam Sitrat dan
Kalsium Hidroksida sisa
3. Padatan Kalsium Sitrat
kemudian dilarutkan
dengan aquadest di dalam labu ukur 250 mL sehingga didapatkan larutan NaOH 0,1
N.
13
B ANALISIS DATA
1 Standarisasi Larutan NaOH dengan H2C2O4
14
m xn
Mr x V NaOH
(25)
= massa NaOH, mg
Mr
N NaOH =
N H 2 C2 O 4 x V H 2 C 2 O4
V NaOH
(26)
(27)
V H 2 C 2 O4
berat H 2 C2 O4
V NaOH x V H 2 C2 O4 awal
Mr H 2 C2 O4
N
NaOH = 2
(28)
dengan, NNaOH
VNaOH
titrasi, N
V H C O = volum H2C2O4 untuk titrasi, mL
2
N NaOH avg =
2
(30)
(31)
15
dengan, N C H O
6
VCHO
6
NNaOH
VNaOH
mCa(OH )2
Mr Ca(OH )2
(32)
m Ca(OH)2
Mr Ca(OH)2
O)=
7 2
mCa (C H O ) kering
Mr Ca (C H O )
3
dengan, n Ca3(C6H5O7)2
(33)
(34)
7 2
7 2
m Ca3(C6H5O7)2
Mr Ca3(C6H5O7)2
(35)
mteoritis
Vlar
= volume larutan, mL
Mrendapan
16
(36)
DAFTAR PUSTAKA
Ali, S., and Ali S., A., 2013, Determination of Thermodynamic Parameters from the
Dissolution of Calcium Hydroxide in Mixed Solvent Systems vol. 3, p. 4-5, by
pH-Metric Method, J. Chem. Biophys.
American
Chemical
Society
(2006). Reagent
chemicals:
specifications
and
17
LAMPIRAN
A. DATA PERCOBAAN
o
Suhu percobaan
: 29
: 126,0356
gram
Volume aquadest
: 600
mL
: 15,7528
gram
: 250
mL
Massa NaOH
: 10,0240
gram
Volume NaOH
: 250
mL
10
12,6
10
12,4
10
12,6
Daftar II. Data Hasil Titrasi Asam Sitrat dengan Larutan Natrium Hidroksida
No
10
32,7
10
32,9
10
32,7
18
II
Gelas Beker
III
5,0026
6,5017
8,0009
9,5057
11,0011
22,9384
22,9234
22,0239
20,6189
25,9178
34,3795
44,7960
49,2950
48,2355
57,1538
11,4411
21,8726
26,2116
28,6761
31,2360
Data
Massa Ca(OH)2
Umpan (g)
Massa krus+
kertas saring (g)
Massa krus+
kertas saring +
endapan setelah
pengeringan (g)
Hasil Endapan
(g)
IV
B. ANALISIS DATA
Standarisasi Larutan NaOH dengan H2C2O4
m xn
Mr x V NaOH
(25)
= massa NaOH, mg
Mr
N NaOH =
N H 2 C2 O 4 x V H 2 C 2 O4
V NaOH
(26)
(27)
V H 2 C 2 O4
berat H 2 C2 O4
V NaOH x V H 2 C2 O4 awal
Mr H 2 C2 O4
N
NaOH= 2
(28)
dengan, NNaOH
VNaOH
titrasi, N
V H C O = volum H2C2O4 untuk titrasi, mL
2
N NaOH avg =
dengan, N C H O
6
VCHO
6
(30)
(31)
NNaOH
VNaOH
20
nCa(OH )2=
dengan, n Ca(OH)2
mCa (OH )2
(32)
Mr Ca(OH )2
m Ca(OH)2
Mr Ca(OH)2
O)
5 7 2
(33)
mCa (C H O ) kering
Mr Ca (C H O )
3
dengan, n Ca3(C6H5O7)2
(34)
7 2
7 2
m Ca3(C6H5O7)2
Mr Ca3(C6H5O7)2
(35)
mteoritis
Vlar
= volume larutan, mL
Mrendapan
(36)
C PERHITUNGAN
21