KAMABOKO CUMI
(Loligo pealii)
Oleh :
B. Prinsip Percobaan
C. Rumus
bahan
x
W bahan = 100 W basis
w produk
% Produk = w basis X 100 %
D. Diagram Alir Kamaboko
Cumi Segar
Penghancuran
Tapioka, putih telur, garam, gula,
bawang putih, merica, bawang
merah, margarin Pencampuran
Pencetakan
Tempering
T= 30oC
Persiapan Bahan Perendaman Penghalusan Bawang Pencucian
Kamaboko
- Cita rasa, cita rasa produk dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya jenis
ikan (kandungan protein), tingkat kesegaran, bumbu yang diberikan, serta
komposisi bahan.
- Kadar garam, kadar garam pada produk kamaboko berkisar antara 2,5 -
3,5%. Kadar garam yang terlalu rendah akan menghasilkan kamaboko
dengan tekstur kurang baik. Bila terlalu tinggi, rasanya terlalu asin.
- Daya tahan, produk kamaboko yang dapat disimpan dalam waktu lama
akan lebih menarik. Untuk itu, perlu disimpan pada suhu rendah.
2. Fried kamabako, adalah pasta daging yang dicampur dengan variasi bahan
tambahan, dibentuk dan digoreng dalam minyak kedelai. Jenis ini biasanya
disebut satsumanage atau tempura. Bahan yang digunakan pada kamabako
jenis ini mutunya lebih rendah dibandingkan bahan untuk itatsuki.
Berdasarkan SNI yang dibuat sudah memenuhi syarat yaitu sifat organoleptik
dari kamaboko yang dihasilkan di laboratorium yaitu warna putih, memiliki rasa
asin, mempunyai aroma khas cumi, bertekstur lembut, dan kenampakannya
menarik. Tetapi produk kamaboko dibandingkan dengan SNI surimi karena tidak
ada SNI mengenai kamaboko.
CPP dalam pembuatan kamaboko diantarana adalah pada tahap dressing,
pencucian, perendaman dengan larutan garam serta pencetakan, dimana pada saat
dressing jika kulit cumi tidak terkelupas kamaboko tidak akan berwarna putih,
penggunaan garam yang terlalu banyak akan menimbulkan rasa asin yang
berlebihan dan dapat menyebabkan terjadinya denaturasi protein. Penggunaan
garam yang terlalu sedikit juga akan menyebabkan tekstur kamaboko yang
dihasilkan kurang baik akibat tekstur protein aktomiosin yang kurang sempurna.
Pencetakan adonan kamaboko harus segera dilakukan untuk menghindari
terbentuknya gel suwari. Adonan yang sudah membentuk gel akan sulit dicetak.
H. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap proses pembuatan
kamaboko dengan berat basis sebesar 200 gram didapatkan hasil bahwa produk
yang didapatkan adalah 199 gram dengan presentase produk adalah 99,5%. Yang
memiliki sifat organoleptik warna kuning keemasan, memiliki rasa khas cumi,
mempunyai aroma khas cumi, bertekstur renyah, dan kenampakannya menarik.
Saran
Proses pembuatan kamaboko harus dilakukan sesuai dengan prosedur
sehingga menghasilkan produk yang sesuai, praktikan harus lebih teliti dalam
pengerjaan dan harus memahami prosedur yang ada, kebersihan selama praktikum
harus selalu dijaga, dan praktikan harus gesit dalam melaksanakan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anjarsari, Bonita. 2010. Pangan Hewani Fisiologi Pasca Mortem dan Teknologi,
Graha Ilmu, Yogyakarta.
Bahan Utama :
81,3
Cumi = 100 x 200 gram = 162,6 gram
9
Tapioka = 100 x 200 gram = 18 gram
3
Putih Telur = 100 x 200 gram = 6 gram
0,5
Garam = 100 x 200 gram = 1 gram
Bahan Tambahan
2
B. putih = 100 x 200 gram = 4, gram
1,5
B. Merah = 100 x 200 gram = 3 gram
1
Sukrosa = 100 x 200 gram = 2 gram
1,3
Margarin = 100 x 200 gram = 2,6 gram
o,4
Maizena = 100 x 200 gram = 0,8 gram
3
Garam = 100 x 200 gram = 6 gram
W produk
x 100
% Produk = W basis
199
x 100
% Produk = 200
% Produk = 99,5%