Oleh :
Oleh :
Mengetahui, Menyetujui,
Prof. Dr. Mirni Lamid, drh., M.P Eka Saputra, S.Pi., M.Si.
NIP. 19620116 199203 2 001 NIP. 198610252015041002
I PENDAHULUAN
1.1 Judul
kerusakan (high perishable food). Kerusakan ini dapat disebabkan oleh proses
terjadinya reaksi-reaksi biokimiawi oleh enzim yang berlangsung pada tubuh ikan
ikan menyebabkan ikan mudah rusak bila tidak segera dilakukan pengolahan dan
tersebut. Salah satu usaha untuk meningkatkan daya simpan adalah dengan cara
juga dapat meningkatkan nilai ekonomis ikan karena dapat menarik minat
2008). Salah satu usaha untuk meningkatkan daya simpan dan daya awet pada
2
produk ikan adalah dengan pengalengan ikan (Winarno, 1980 dalam Wulandari et
al, 2009).
hal yang harus diperhatikan untuk menjaga mutu ikan kaleng. Mutu ikan kaleng
pabrik dan lingkungannya. Kesegaran bahan mentah sangat penting dalam industri
perikanan. Kesegaran adalah tolak ukur untuk membedakan ikan yang jelek dan
empat kelas mutu, yaitu ikan dengan kesegaran baik sekali (prima), kesegaran
masih baik, kesegarannya mulai mundur (sedang), dan ikan yang sudah tidak
segar lagi.
diversifikasi dilakukan oleh mesin dalam skala industri. Dalam proses industri
faktor penting bagi suatu perusahaan untuk menjaga konsistensi mutu produk
yang dihasilkan sesuai dengan tuntutan pasar. Pengawasan proses produksi dan
pengendalian mutu produk harus dilakukan sejak awal proses produksi hingga
proses distribusi. Suatu produk dikatakan memiliki mutu yang baik apabila
produk tersebut telah memiliki kesesuaian dengan standar yang telah ditetapkan.
et al, 2016).
3
et al, 2010). Pengawasan proses produksi dan mutu produk juga diperlukan
Salah satu usaha yang bergerak dalam bidang industri pengolahan ikan
pengalengan ikan lemuru dan tuna, pengolahan tepung ikan dan minyak ikan,
mahasiswa dapat mempelajari secara langsung tentang proses produksi yang ada
Foodpackers Indonesia.
1.3 Tujuan
Timur.
4
1.4 Manfaat
Timur.
kerja.
II TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Infrakingdom : Deuterostomia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Infraphylum : Gnathostomata
Superclass : Osteichthyes
Class : Actinopterygii
Subclass : Neopterygii
Infraclass : Teleostei
Superorder : Clupeomorpha
Order : Clupeiformes
Suborder : Clupeoidei
Family : Clupeidae
Subfamily : Clupeinae
Genus : Sardinella
Spesies : Sardinella lemuru Bleeker, 1853 – Bali Sardinella
Menurut FAO (2018), ciri morfologi ikan lemuru (S. lemuru) yaitu
2.1.2 Biologi
Thailand, di pantai sebelah Selatan Jawa Timur dan Bali, Australia Barat) dan
Samudera Pasifik sebelah Barat (Laut Jawa ke Utara sampai Filipina, Hongkong,
Taiwan sampai Selatan Jepang) (FAO, 2018). Menurut Merta et al. (2000), pada
siang hari ikan lemuru berada di dekat dasar perairan, sedangkan pada malam hari
lemuru berada di dekat permukaan air dalam bentuk gerombolan yang menyebar.
melepaskan telur sekaligus dalam waktu yang relatif singkat (total spawner)
Coscinodiscus sp.sebagai pakan utama, Pleurosigma sp. dan Nitzschia sp. sebagai
pengambilan pakan.
per100 gram bahan yaitu air 76 gram; protein 20,0 gram; lemak 3,0 gram;
kalsium(Ca+) 20 mg; fosfor (P) 100 mg; besi (Fe) 1,0 mg; vitamin A 100 Satuan
Internasional (SI); vitamin B1 0,05 mg. Menurut Batafor (2014), ikan sardin
berpotensi sebagai sumber minyak ikan sebesar 15-20% dan memiliki konsentrasi
asam lemak ω-3 yang tinggi. Menurut Haris (2004), ω-3 merupakan salah satu
asam lemak tak jenuh yang esensial bagi tubuh dan dibutuhkan terutama bagi
(DHA) merupakan jenis ω-3 yang tidak diproduksi oleh ikan, melainkan
6,56%.
density lipoprotein (LDL), anti agregasi platelet, anti inflamasi, dan dalam jangka
waktu yang panjang berdampak positif terhadap penderita jantung koroner, yaitu
dokosaheksaenoat (DHA).
proses pengawetan bahan makanan yang dimasukkan dalam suatu wadah yang
ditutup rapat kemudian dipanaskan pada suhu 121°C. Proses pengalengan ini
bertujuan untuk mematikan mikroorganisme yang ikut terbawa pada produk yang
dikalengkan.
9
Persiapan Wadah
Pengisian
Exhausting
Penutupan Wadah
Sterilisasi
Pendinginan
Penyimpanan
Gambar 2.2 Prosedur Pengalengan Ikan (Adawyah, 2008)
dan pemberian kode. Untuk pembersihan wadah dapat dilakukan dengan wadah
dicuci terlebih dahulu dan kemudian dibersihkan dari sisa-sisa air pencuci.
Sedangkan untuk pemberian kode pada wadah perlu diberikan kode tentang
tingkat kualitas bahan yang diisikan tanggal, tempat dan nomor dari batch
setelah proses persiapan selesai secara teratur dan seragam. Pengisian bahan
pangan ke dalam wadah harus memperhatikan ruangan pada bagian dalam atas
kaleng (head space). Head space adalah ruang kosong antara permukaan produk
selama disterilisasi, agar tidak menekan wadah karena akan menyebabkan gelas
menjadi pecah atau kaleng menjadi gelembung. Besarnya head space bervariasi
2.2.3 Exhausting
exhausting antara lain mencegah terjadinya tekanan yang berlebihan dalam wadah
pada waktu sterilisasi, mengeluarkan O2 dan gas-gas dari makanan dan kaleng,
mengurangi kemungkinan terjadinya karat atau korosi, agar tutup kaleng tetap
cekung, mencegah reaksi oksidasi yang dapat menimbulkan kerusakan flavor serta
akibat tekanan produk dari dalam dapat dihindarkan, juga berguna untuk
diperiksa dahulu apakah head space-nya sudah cukup dan sesuai dengan
perhitungan. Setelah ditutup sempurna, kaleng atau wadah perlu dibersihkan jika
ada sisa-sisa bahan yang menempel pada dinding kaleng atau wadah. Pencucian
dilakukan dengan air panas (suhu sekitar 82,2°C) yang mengandung larutan
2.2.5 Sterilisasi
semua mikroorganisme, baik bentuk vegetatif maupun bentuk spora (Gupte, 1990
mikroba pembusuk dan patogen, membuat produk menjadi cukup masak yaitu
dingin, suhu awal bahan pangan di dalam wadah, ukuran dan jenis wadah yang
digunakan, suhu dan tekanan yang digunakan untuk proses sterilisasi, dan
diinginkan dalam produk. Proses tersebut dikenal dengan proses thermal atau
serta sifat daya tahan panas mikroorganisme khususnya yang mampu membentuk
2.2.6 Pendinginan
40°C) dengan maksud agar air yang menempel pada dinding wadah cepat
mencegah tumbuhnya spora-spora dari bakteri perusak bahan pangan yang belum
mati (Hudaya,2008).
dilakukan maka produk akan cenderung terlalu masak sehingga akan merusak
tekstur dan cita rasa. Selain itu, selama produk berada pada antara suhu ruang dan
proses, pertumbuhan spora dan bakteri tahan panas akan distimulir. Pendinginan
juga mengakibatkan bakteri yang masih bertahan hidup akan menyebabkan shock
2.2.7 Penyimpanan
terjadinya korosi dan perubahan tekstur, warna, rasa serta aroma makanan kaleng.
syarat yaitu suhu rendah, kelembaban udara rendah dan ventilasi atau pertukaran
menjamin agar semua pekrjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan
penciptaan barang dan jasa. Dapat pula diartikan sebgaai interaksi antara bahan
kegiatan dalam suatu perusahaan untuk menjamin kontinuitas dan aktifitas untuk
dimulai dan kapan produksi diakhiri. Pengawasan bahan baku meliputi jumlah
persediaan bahan baku dan standart bahan baku yang baik. Pengawasan tenaga
baku dan biaya perbaikan. Pengawasan kualitas yakni pengawasan untuk menjaga
menjaga kosistensi mutu produk yang akan dihasilkan pada suatu pabrik pangan
(Junais et al, 2010). Pengawasan mutu harus dilakukan sejak awal proses produksi
jaminan keamanan produk, menecegah banyaknya produk yang rusak seta untuk
mencegah pemborosan biaya akibat kerugian yang dapat ditimbulkan (Junais et al,
2010). Program pengawasan mutu pada umumnya mencakup empat aspek yakni
pengawasan kualitas bahan baku, kualitas produk akhir, kandungan zat dalam
makanan, dan control proses produksi (Junais et al, 2010). Bagian di dalam suatu
pabrik pangan untuk menjamin mutu selama peneriaan bahan baku hingga
Pangan yang aman, bermutu, bergizi, beragam, dan tersedia dalam jumlah
yang cukup merupakan syarat utama yang harus dipenuhi dalam upaya
Kristiati, 2011).
atas mutu dan keamanan produk yang dihasilkannya. Beberapa aturan hukum
dan Peraturan Pemerintah No.57 Tahun 2015 tentang sistem jaminan mutu dan
keamanan hasil perikanan serta peningkatan nilai tambah produk hasil perikanan.
Tindakan pengawasan mutu perlu diadakan agar dapat mengontrol mutu produk
yang dihasilkan sejak penerimaan bahan baku hingga produk siap untuk
dipasarkan.
5
16
lagsung seluruh proses produksi dan mendeskripsikan hasil obsservasi yang telah
Data yang diambil dalam Praktek Kerja Lapang (PKL) berupa data primer
dan data sekunder yang diperoleh melalui beberapa metode atau cara
pengambilan.
Data primer merupakan data yang pertama kali dicatat dan dikumpulkan
oleh peneliti (Sanusi, 2014). Data primer diperolah dari hasil wawancara,
A. Wawancara
tersebut. dapat diartikan pula sebagai percakapan antara dua orang yang salah
satunya bertujuan untuk menggali atau mendapatkan informasi untuk suatu tujuan
Kerja Lapang (PKL) yaitu data mengenai penerapan pengawasan produksi di PT.
B. Observasi
sebagai memperhatikan atau mengikuti dalam arti mengamati dengan teliti dan
didapatkan saat melakukan observasi yakni kesesuaian antara prosedur yang telah
lingkungan dan lokasi pabrik, kegiatan sanitasi, personal hygiene dan penyediaan
C. Partisipasi Aktif
secara langsung berbagai kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi ikan
pengolahan ikan. Data yang didapatkan yakni data mengenai tahapan proses
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari suatu organisasi atau
penelitian ilmiah serta diperoleh dari literatur yang relevan (Sanusi, 2014). Data
secara langsung dan dapat juga digunakan sebagai pembanding data primer. Data
sekunder yang didapatkan selama PKL yakni data keadaan umum lokasi PKL,
dan SOP proses produksi ikan sardine dalam kaleng di PT. Blambangan
Foodpackers Indonesia.
19
Keterangan Bulan
Kegiatan
Oktober November Desember Januari Febuari Maret
Judul
Konsultasi
Judul
Perubahan
Revisi
Pkl
Revisi
Ujian
DAFTAR PUSTAKA
[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2018. Sardinella
lemuru (Bleeker, 1853). http://www.fao.org/fishery/species/2892/en. 4 hal.
diakses tanggal 10 November 2018 (19.43).
Adawyah, R. 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta. hal.
25-34.
Batafor, Y.M.J. 2014. Peningkatan Kualitas Minyak Ikan Sardin (Sardinella sp.)
Dengan Sentrifugasi Dan Adsorben. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
hal. 1-75.
Djaelani, A.R. 2013. Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif. Jurnal
Majalah Ilmiah Pawiyatan 20(1) : 82-92.
Haris, S.W. 2004. Review: Fish Oil Supplementation: Evidence For Health
Benefits. Cleveland Clinic Journal of Medicine, 71 (3) : 208-219.
Liufeto, D.S., Darmanto, dan T.W Agustini. 2016. Kualitas Pengolahan Ikan Kayu di
Kabupaten Sikka. Prosiding Seminar Nasional Kelautan. Universitas
Trunojoyo Madura.
Merta, I.G.S., K. Widana., Yunizal., and R. Basuki. 2000. Status Of The Lemuru
Fishery In Bali Strait Its Development And Prospects. FAO : 1-52.
Salamah, E., Ayuningrat, E., dan Purwaningsih, S. 2008. Penapisan Awal Komponen
Bioaktif dari Kijing Taiwan (Anadonta woodiana Lea.) Sebagai Senyawa
Antioksidan. Buletin Teknologi Hasil Perikanan 11(2) : 119-132.
Siagian P.S. 2000. Peranan Staf dalam Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Tampubolon, W.V., S. Sukimin., dan M.F.Rahardjo. 2002. Aspek Biologi
Reproduksi Dan Pertumbuhan Ikan Lemuru (Sardinella longiceps C.V.) di
Perairan Teluk Sibolga. Jurnal Iktiologi Indonesia, 2 (1) : 1-7.
Wulandari, D.A., Abida, I.W., dan Farid, A. 2009. Kualitas Mutu Bahan Mentah dan
Produk Akhir Pada Unit Pengalengan Ikan Sardine di PT. Karya Manunggal
Prima Sukses Muncar Banyuwangi. Jurnal Kelautan 2(1) : 41-49.
23
LAMPIRAN
Judul:
PENGAWASAN MUTU PROSES PRODUKSI IKAN LEMURU
(Sardinella lemuru) DALAM KALENG DI PT. BLAMBANGAN
FOODPACKERS INDONESIA, BANYUWANGI, JAWA TIMUR
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
RINGKASAN
SUMMARY
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMAKASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Baku Ikan Lemuru (Sardinella lemuru)
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi
2.1.2 Biologi
2.1.3 Kandungan Gizi dan Manfaat
2.2 Pengalengan Ikan
2.3 Pengawasan Proses Produksi
2.4 Pengawasan Mutu Produk
III PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Waktu dan Tempat
3.2 MetodeKerja
25
Indonesia
dan ketenagakerjaannya
Indonesia
c. Apa sajakah tahapan proses produksi ikan lemuru dalam kaleng PT.
e. Terdiri dari apa sajakah bagian – bagian bangunan, peralatan, dan fasilitas
Indonesia
b. Apa sajakah kendala yang dihadapi dalam pengawasan mutu produksi ikan