I. PENDAHULUAN
(DO), nitrat (NO3), amoniak (NH3), dan fosfat (PO4) (Armanto, dalam Pramana.
R, 2018).
Untuk itu praktek magang yang akan dilaksanakan ini penting mengingat
pengaruh kualitas air terhadap pertumbuhan benih ikan patin siam maka dilakukan
monitoring terhadap kualitas air pada pembenihan ikan patin siam (Pangasius
hypophthalmus) agar pertumbuhan benih ikan patin siam yang paling efisien dan
dapat memberikan informasi terkait produksi budidaya ikan patin siam yang
maksimum serta mendukung upaya pencapaian kelayakan ekomomi budidaya ikan
patin siam di Balai Benih Ikan Lokal (BBIL) Bangkinang, Kabupaten Kampar.
1.2. Tujuan Praktek Magang
Tujuan dari dilaksanakannya praktek magang di Balai Benih Ikan Lokal
(BBIL) Bangkinang, Kabupaten Kampar ini yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan keterampilan mahasiswa serta sebagai
salah satu persyaratan dalam melaksanakan ujian akhir nanti selain itu:
1. Menambah soft skill meliputi:
a. Berkomunikasi dihalayak ramai
b. Berpikir kritis dan percaya diri
c. Kolaborasi dan bekerja sama dengan tim
2. Meningkatkan hard skill meliputi:
a. Penguasaan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan monitoring
kualitas air pada pembenihan ikan patin siam (pangasius
hypophthalmus).
b. Kemampuan teknisi menggunakan alat laboratorium.
1.3. Manfaat Praktek Magang
Manfaat dilaksanakannya praktek magang ini yaitu:
a. Memberi informasi
b. Menambah wawasan dan pengalaman persiapan penulis untuk siap terjun
ke dunia kerja terutama lapangan.
c. Mendukung kegiatan mahasiswa selanjutnya, dalam penelitian ataupun
memberikan pengetahuan baru dalam memonitoring kualitas air pada
pembenihan ikan patin ini.
3
kecil dengan mulut terletak di ujung agak ke bawah. Pada sudut mulutnya terdapat
dua pasang sungut (kumis) pendek yang berfungsi sebagai peraba, berbentuk
memanjagn, agak pipih dan tidak bersisik. Sirip punggung mempunyai 1 jari-jari
keras yang berubah menjadi patil yang besar dan bergerigi di belakangnya (Kordi
dan Ghurfran dalam Farhan. M dan Mugi Mulyono, 2011).
2.2. Habitat dan Penyebaran Ikan Patin Siam
Ikan patin siam merupakan ikan sungai yang banyak ditemukan di Asia
Tenggara. Hidup di sungai, danau maupun daerah rawa yang dalam, agak keruh,
dengan dasar yang berlumpur, dan kisaran suhu 250C sampai 300C. ikan patin mulai
matang kelamin pada umur 2 – 3 tahun. Di Indonesia, ikan patin siam baru memijah
pada musim penghujan. Jumlah telur yang dihasilkan berbeda-beda, tergantung
pada kondisi dan ukuran induk. Induk yang beratnya 5-6 kg dapat menghasilkan
telur sekitar 1,5 juta butir. Larva ikan patin dapat hidup di air yang bersalinitas 5
ppt. tetapi menjelang dewasa akan mencari perairan tawar sampai masuk jauh ke
sungai-sungai di pedalaman (Hernowo dalam Farhan. M dan Mugi Mulyono,
2011).
Ikan patin sulit memijah secara alami di kolam dan temasuk ikan yang kawin
musiman, ikan ini tidak sanggup melakukan ovulasi karena perkembangan gonad
berhenti pada fase istirahat, hal ini disebabkan karena faktor lingkungan yang
berbeda dengan sungai sebagai habitat alaminya (Siregar dalam Farhan. M dan
Mugi Mulyono, 2011).
2.3. Sifat Biologis Ikan Patin
Ikan patin bersifat nokturnal (aktivitasnya dilakukan pada malam hari)
sebagaimana umumnya ikan catfish lainnya. Selain itu, patin suka bersembunyi di
dalam liang-liang ditepi sungai habitat hidupnya. Ikan patin dapat dibedakan
dengan ikan catfish lainnya dilihat dari sifat patin yang termasuk omnivora atau
golongan ikan pemakan segalanya. Di alam, makanan ikan ini antara lain ikan-ikan
kecil lainnya, cacing, detritus, serangga, biji-bijian, udang-udang kecil, dan
moluska. Ikan patin termasuk ikan yang suka menyelip di dasar perairan, hal ini
dapat dilihat dari bentuk mulutnya yang agak ke bawah itu, habitatnya hidup di
sungai-sungai dan muara-muara sungai tersebar di Indonesia, India, dan Myanmar.
Daging ikan patin siam sangat gurih dan lezat sehingga terkenal dan sangat
5
digemari oleh masyarakat. Jika di alam ikan berkumpul di tepi-tepi sungai besar
pada akhir musim penghujan atau sekitar bulan April sampai Mei. Alat yang
dipergunakan adalah seser yaitu semacam jala yang di peregang dengan sepasang
bilah bambu. Pengoperasiannya dengan cara mendorong atau menyeserkannya ke
arah depan. Waktu penangkapannya menjelang fajar karena pada saat itu anak-anak
patin umumnya berenang bergerombol dan sesekali muncul ke permukaan air untuk
menghirup okesigen dari udara langsung (Ade Suhara, 2019).
2.4. Parameter Kualitas Air pada Pembenihan Ikan Patin
Dalam pembenihan ikan patin siam kualitas air penting untuk diperhatikan
sebagai pendukung faktor pertumbuhan benih ikan patin siam. Kualitas ar untuk
pembenihan ikan patin siam harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar
oleh bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan maksimal
yang aman bagi ikan adalah 128 NTU, Ranu dalam (Ade suhara, 2019).
Menurut Harmain M. R dan Faiza. A. D (2017), menyatakan beberapa faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ikan patin siam dapat dilihat dari parameter
fisika, kimia yaitu sebagai berikut:
2.4.1. Suhu
Suhu berperan penting dalam menentukan pertumbuhan ikan patin siam
yang hendak dibudidayakan. Suhu optimum untuk pertumbuhan ikan patin
siam kisaran 250C – 320C, mengacu pada PP. NO. 82 Tahun 2001 (Kelas II)
yaitu deviasi 3 dari keadaan alamiah, maka kondisi kualitas ditinjau dari
parameter suhu masih dalam batas baku mutu air sesuai peruntukkannya.
Mahyuddin. K (2010), menambahkan bahwa suhu merupakan faktor
kontrol dari proses kimia dan biologi pada perairan sehingga perubahan suhu
bisa membuat semua proses dalam perairan berubah. Selain itu, suhu dapat
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi nafsu makan ikan dan secara
otomatis akan berpengaruh dengan pertumbuhannya. Apabila suhu rendah,
nafsu makan rendah, metabolisme relatif lambat, dan pertumbuhan juga
menjadi lambat. Sebaliknya ketika suhu meningkat, nafsu makan,
metabolisme, dan pertumbuhan ikan akan meningkat. Suhu air yang optimal
untuk menggugah selera makan ikan adalah 25-300C.
6
udang kecil, moluska, cacing dan serangga. Ikan patin memerlukan makanan
sebagai sumber energik yang digunakan untuk pertumbuhan dan kelangsugan
hidupnya Susanto dan Amir dalam (Farhan. M dan Mugi Mulyono, 2011).
Larva ikan patin yang baru menetas hingga umur 3 hari belum sanggup
memakan makanan dari luar karena bukaan mulutnya yang masih kecil sehingga
organisme renik berupa plankton tidak dapat masuk ke dalam rongga mulut, jadi
larva ikan patin yang berumur 1 sampai 3 hari mengkonsumsi makanan dari dalam
tubuhnya sendiri yaitu berupa kuning telur yang berada di bawah perutnya.
Berbagai jenis pakan alami yang dimakan oleh larva berumur 4 sampai 5 hari adalah
organisme renik berupa plankton.
9
literatur dan hasil penelitian sebelumnya serta dari lokasi magang terkait.
Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif yang bertujuan
untuk mengetahui keadaan instansi Balai Benih Ikan Lokal (BBIL)
Bangkinang, Kabupaten Kampar.
3.4. Analisis Data
Data primer dan data sekunder yang diperoleh dari kegiatan praktek magang
dikumpulkan, dikelompokkan, ditabulasi dalam bentuk tabel untuk dianalisis secara
deskriptif berdasarkan literatur tentang monitoring kualitas air ikan patin siam
(Pangasius hypophthalmus).
3.5. Prosedur Praktek Magang
a. Melakukan survei pendahuluan tentang aktifitas di Balai Benih Ikan Lokal
(BBIL) Bangkinang, Kabupaten Kampar Provinsi Riau, untuk mengetahui:
- Apakah kegiatan BBIL Bangkinang, Kabupaten Kampar Provinsi Riau
sedang melaksanakan penelitian sesuai dengan objek magang yang
ditujukan?
- Apakah pihak Balai Benih Ikan Lokal (BBIL) Bangkinang, Kabupaten
Kampar Provinsi Riau sedang menerima mahasiswa magang?
b. Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing di kampus.
c. Koordinasi dan melengkapi administrasi ke Jurusan Manajemen
Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.
d. Mengajukan permohonan untuk melakukan magang di Balai Benih Ikan
Lokal (BBIL) Bangkinang, Kabupaten Kampar Provinsi Riau tersebut.
e. Melakukan breafing, orientasi lab dan reaktor, pembagian bench kerja
dengan pembimbing lapangan di Balai Benih Ikan Lokal (BBIL)
Bangkinang, Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
f. Melakukan uji kesiapan kerja dari prosedur kerja yang telah dibagikan oleh
pembimbing lapangan di Balai Benih Ikan Lokal (BBIL) Bangkinang,
Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
g. Melakukan persiapan sampling dan praktek kerja yang akan dilaksankan.
h. Melapor kepada dosen pembimbing dan konsultasi mengenai hasil kegiatan
praktek magang.
i. Menyusun laporan hasil praktek magang.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ade Suhara. 2019. Teknik Budidaya Pembesaran dan Pemilihan Bibit Ikan Patin
(Studi Kasus di Lahan Luas Desa Mekar Mulya, Kec. Teluk Jambe Barat,
Kab. Karawang). Jurnal Buana Pengabdian. 1(2): 1-8.
Asis. A., M. Sugihartono dan Muarofah. G. 2017. Pertumbuhan Ikan Patin Siam
(Pangasianodon hypopthalmus F.) Pada Pemeliharaan Sistem Akuaponik
Dengan Kepadatan Yang Berbeda. Jurnal Aquakultur Sungai dan Danau.
2(2): 51-57.
Harmain, R. M., dan Faiza. A. D. 2017. Buku Ajar Ilabulo Ikan Patin (Pangasius
sp.). Kota Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo Press.
Minggawati. F dan Saptono. 2012. Parameter Kualitas Air untuk Budidaya Ikan
Patin (Pangasius pangasius) di Karamba Sungai Kahayan, Kota Palangka
Raya. Jurnal Ilmu Hewani Tropika, 1(1): 28-30.
Pramana. R. 2018. Perancangan Sistem Kontrol dan Monitoring Kualitas Air dan
Suhu Air Pada Kolam Budidaya Ikan. Jurnal Hasil Penelitian dan Industri
Terapan. 7(1): 13-23.
Savitri. A., Qadar. H., dan Tarsim. 2015. Pertumbuhan Ikan Patin Siam
(Pangasianodon hypopthalmus) yang Dipelihara dengan Sistem Bioflok
pada Feeding Rate yang Berbeda. Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya
Perairan. 4(1): 453-460.
Wangni. G. P., Sugeng. P., dan Sumantriyadi. 2019. Kelangsungan Hidup Dan
Pertumbuhan Benih Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus) Pada Suhu
Media Pemeliharaan Yang Berbeda. Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan
Budidaya Perairan. 14(2): 21-28.
LAMPIRAN
14