BABI
PENDAHULUAN
1.2.1 Tujuan
Adapun tujuan dari praktek lapangan ini adalah:
1. Memperoleh pengetahuan dan menambah wawasan dalam bidang
pengembangan perikanan khususnya dalam pembenihan Ikan Patin Siam
(Pangasianodon Hypophthalamus) secara buatan.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan
dalam pemenihan ikan patin siam (Pangasianodon hypophthalamus).
1.2.2 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berfungsi sebagai alat peraba pada saat berenang ataupun mencari makan.
Keberadaan kumis menjadi ciri khas dari ikan golongan catfish. Tubuh ikan patin
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala, badan, dan ekor. Bagian kepala mulai
dari ujung mulut sampai akhir tutup insang. Bagian badan mulai dari akhir tutup
insang sampai pangkal sirip anal.
Sementara bagian ekor dimulai dari sirip anal sampai ujung ekor. Sirip
ekor ikan patin bentuknya seperti gunting (bercagak) dan simetris. Ikan patin
memiliki 5 sirip, yaitu sepasang sirip dada (pectoral fin), sepasang sirip perut
(ventral fin), sebuah sirip punggung (dorsal fin), sebuah sirip dubur (anal fin), dan
sebuah ekor (caudal fin). Selain lima sirip tersebut, patin juga memiliki sirip yang
tidak dimiliki ikan lain, yaitu sirip tambahan (adipose fin) yang terletak di antara
sirip punggung dan sirip ekor. Pada sirip punggung terdapat 1 jari-jari keras (patil)
dan 6—7 buah jari-jari lunak. Sirip dubur patin cukup panjang, yakni mulai dari
belakang dubur hingga pangkal sirip ekor serta mempunyai 30—33 jari-jari lunak.
Pada sirip perut terdapat 6 jari-jari lunak. Sedangkan pada sirip dada terdapat 1
jari-jari keras (patil) dan 12—13 jari-jari lunak.
2.1.4 Reproduksi
Keberhasilan proses pemijahan ikan Patin sangat dipengaruhi oleh
lingkungan. Pemijahan ikan Patin Siam pada umumnya terjadi pada musim hujan
sedangkan pada musim kemarau sulit untuk melakukan pemijahan secara alami.
5
Oleh karena itu dilakukan pemijahan secara buatan agar ikan Patin tetap
bereproduksi dengan penyuntikan PMSG 20 IU/kg ikan + HCG 10 IU/kg ikan
dapat meningkatkan performa reproduksiikan Patin Siam selama musim kemarau
dan mampu meningkatkan jumlah telur dan larva yang di produksi (Tahapari dan
Dewi 2013).
2.2.3 Pemijahan
Ikan Patin termasuk salah satu jenis ikan yang sulit untuk memijah secara
alami, jika tidak berada di habitat aslinya. Karena ikan Patin akan memijah saat
musim penghujan yaitu kisaran bulan September-Maret. Untuk itu perlu dilakukan
pemijahan secara intensif/buatan. Tingkat keberhasilan pemijahan secara buatan
sangat dipengaruhi oleh tingkat kematangan gonad induk ikan Patin. Sebelum
melakukan pemijahan buatan induk ikan Patin harus melakukan pemberokan
tujuanya untuk membuang sisa-sisa pakan yang ada dalam perut ikan yang
dapatmempengaruhi reaksi hormon yang akan disuntikan. Pemberokan ini
dilakukan selama 10-12 jam sebelum penyuntikan pertama. Pemijahan
intensif/buatan pada ikan Patin menggunakan Hormon HCG (Human Clhorionic
Gonadotropin) dan hormon LHRH yang biasa disebut Ovaprim. Penyuntikan
pertama berfungsi untuk kematangan dan pembentukan telur secara merata
dilakukan hanya untuk induk betina saja yaitu dengan mengunakan hormon HCG
dan dilarutkan di dalam NaCl sebanyak 1 ml yang sudah tersedia dalam kemasan
bersama dengan ampul yang berisis HCG. Dosis HCG dalam 1 ampul adalah
1500 IU (International Unit), sedangkan dosis yang diberikan untuk induk betina
adalah 500 IU/kg atau sebanyak 0,5 ml/kg induk, jadi 1 ampul HCG dapat
digunakan untuk 3 kg ikan. Penyuntikan dilakukan pada punggung sebelah kanan
atau di bawah sirip punggung (Intra moscular) dengan kemiringan 45ºC. Setelah
penyuntikan pertama berselang 24 jam maka dilakukan penyuntikan kedua.
Penyuntikan kedua dilakukan pada induk betina dan induk jantan dengan
mengunakan hormon LHRH (ovaprim), Penyuntikan pada induk jantan berfungsi
agar menjaga kualitas sperma tetap bagus dan memastikan apakah induk jantan
dapat mengeluarkan sperma pada waktu dilakukan stripping. Dosis ovaprim yang
diberikan pada induk jantan adalah sebanyak 0,3 ml/kg, sedangkan untuk induk
8
betina sebanyak 0,6 ml/kg. Secara keseluruhan ikan yang diberi perlakukan
LHRH dan estradiol-17B, memperlihatkan perkembangan berarti dalam
kematangan gonad. Setelah dilakukan penyuntikan pertama dan kedua dengan
selang waktu 8-12 jam induk patin yang jantan harus dikeluarkan spermanya.
Sperma diambil dengan cara mengurut bagian perut induk jantan menuju papilla.
Sperma kemudian diencerkan dengan larutan fisiologis NaCl dengan
perbandingan 1:5,penambahan larutan fisiologis bertujuan mempertahankan daya
hidup sperma dan mengencerkan supaya pada saat pencampuran sperma dengan
telur merata. Sperma akan aktif selama 12 jam apabila disimpan dalam suhu 5-
7ºC. Kemudian Stripping induk betina tujuannya agar telur yang telah ovulasi
keluar. Proses stripping dilakukan dengan metode kering (dry stripping).
Stripping dilakukan dengan cara mengurut bagian perut induk betina ke arah
papila. Telur yang keluar ditampung dengan menggunakan wadah yang telah
dikeringkan sebelumnya. Fertilisasidilakukan dengan cara mencampur telur dan
sperma dalam wadah. Pengadukan telur dilakukan dengan menggunakan bulu
ayam kurang lebih selama 30 detik. Untuk meningkatkan fertilisasi sebaiknya
ditambahkan NaCl sebanyak 2 ml atau 1:2, pengadukan dilakukan kurang lebih
selama 1 menit. Sambil diaduk dan ditambahkan air sedikit demi sedikit (Afrizal
2009).
ikan dan bisa menyebabkan kematian sampai 100% dalam hal terjadinya
infeksi parah dan Thaparocleidus Infeksi ini menyebabkan kesulitan pernapasan
pada ikan dan cenderung menurunkan pertumbuhan, dengan pengaruh negatif
yang nyata pada produksi ikan. Infeksi bakteri bisa tibul sebagai infeksi sekunder
(Slembrouck et al. 2005).
Daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit sangat tergantung pada
kondisi ikan. Interaksi antara kualitas media budidaya, ketersediaan pakan dan
ikan yang dipelihara sangat mempengaruhi kesehatan ikan sehingga
memungkinkan terjadinya serangan penyakit. Pencegahan penyakit ikan dilihat
dari lingkungan media budidaya. Manajemen lingkungan media budidaya harus di
perhatikan untuk meminimalkan terjadinya stress sehingga ikan terhindar dari
serangan patogen dan tumbuh dengan baik. Pada media budidaya yang dikelola
9
dengan baik akan meningkatkan daya tahan tubuh ikan maka ikan tidak
mengalami stress dan patogen tidak mudah menyerang (Afrianto E et al. 2015).
kolam yang dipupuk dengan bahan organik. Ikan patin mati ditusuk dan diisap
cairan tubuhnya oleh serangga ini.
Menurut Hernowo dan R.Suyanto (2010), penyakit yang sering menyerang
ikan patinadalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa, bakteri, dan virus.
Relatif lebih sedikit jika dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Penyakit
pada ikan lele sangkuriang dibedakan menjadi penyakit infeksi dan penyakit non
infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh mikroba penyebab penyakit non infeksi
disebabkan oleh faktor kelalaian manusia dalam pemeliharaan.
Beberapa jenis-jenis penyakit yang sering menyerang ikan patin adalah :
1) Penyakit Infeksi (Bintik putih).
2. Penyakit Akibat Virus.
3 Penyakit Gatal.
4 Infeksi Aeromonas.
5 Penyakit Non-infeksi (Kuningan).
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktek Kerja Lapangan ini dilakukan di Balai Riset Air Tawar STP
Sibolga,Sumatra Utara, mulai pada tangga 3 Agustus -3 November 2020
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan untuk pemijahan ikan Patin Siam (Pangasionodon
hypopthalmus) di Balai Riset Air Tawar STP Sibolga adalah sebagai berikut.
Tabel 1 Alat yang digunakan dalam proses pemijahan ikan patin Siam
No Alat Kegunaan
1 Aerator Menyuplai oksigen di dalam air
2 Bak Fiber Tempat Pemijahan Ikan
3 Do Meter Menghitung oksigen terlarut
4 Mikroskop Untuk mengamati diameter telur
5 Kaca Preparat Sebagai tempat bahan yang akan diamati
6 Hapa Alat untuk mempermudah saat pemanenan
7 Kanulator Untuk mengambil sampel telur
8 Jarum Suntik Menyuntik hormon pada induk ikan
9 Kamera Alat dokumentasi
10 Scoop Net Alat pemanenan larva
11 Penggaris Mengukur panjang larva dan induk
12 Heater Meningkatkan, menghangatkan dan
menstabilkan suhu air.
13 Timbangan Menimbang telur dan larva
Sartorius
14 Timbangan Menimbang bobot ikan
15 Akuarium Tempat penetasan telur
16 Sendok Untuk sampling larva
17 Baskom Menampung telur dan menampung larva
18 Ember Wadah mengangkut induk dari kolam ke bak
19 Alat Tulis Mencatat hasil pengamatan
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk pemijahan ikan Patin Siam (Pangasionodon
hypopthalmus) di Balai Riset Air Tawar STP Sibolga adalah sebagai berikut.
Tabel 2 Bahan yang digunakan dalam proses pemijahan ikan patin Siam
No Bahan Kegunaan
12
Induk ikan patin perlu dirawat dan dijaga kebersihan lingkungan dengan
cara sebagai berikut.
1) Mengatur aliran air masuk yang bersih, walaupun kecepatan aliran air
tidak perlu deras, cukup 5-6 liter/menit.
2) Memberikan makanan yang cukup kandungan gizinya dengan kadar
protein lebih dari 35%.
3) Segera di pisahkan induk-induk yang mulai lemah atau yang terserang
penyakit untuk segera diobati.
4) Ikan patin diberikan pakan tambahan seperti keong mas ataupun cacing
sutra (Tubifex) untuk mempercepat proses pematangan gonad.
2) Induk Betina.
14
3.2.4 Pemijahan
Sunarma (2004),Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan yang sulit
memijah secara alami jika tidak berada dihabitat aslinya. Untuk itu perlu
dilakukan pemijahan sistem induced breeding (kawin suntik). Tingkat
keberhasilan pemijahan sistem kawin suntik sangat dipengaruhi oleh tingkat
kematangan induk patin.
15
Ghufran, 2005)Ovulasi adalah puncak kematangan gonad. Saat ovulasi, telur yang
telah masak harus dikeluarkan dengan cara memijat bagian perut (stripping) patin
betina, kemudian ditampung dalam wadah yang kering. Selanjutnya
mengeluarkan sperma dari induk jantan dan diteteskan ke dalam wadah yang
berisi telur, kemudian diaduk dengan bulu ayam selama 0,5 – 1 menit. Untuk
meningkatkan fertilisasi, maka ditambahkan garam dapur sebanyak 4.000 ppm ke
dalam campuran sambil terus diaduk disertai dengan memasukkan air sedikit demi
sedikit. Pengadukan dilakukan selama kurang lebih 2 menit. Kemudian lakukan
pembilasan telur selama 2 – 3 kali dengan menambahkan dan membuang air
secara berulang-ulang. Telur-telur yang telah dibuahi akan mengalami
pengembangan, ukuran telur terlihat besar serta berwarna kuning penuh. (Siregar,
2001).
juga sebaliknya. Selama prosees penetasan suhu tempat penetasan tetap dipantau
agar tetap konstan.
Telur ikan patin akan menetas ± 20 – 24 jam, telur akan menetas menjadi
larva ikan patin. Larva ikan patin yang sehat akan berenang keatas permukaan dan
mengikuti arus air dari saluran pembuangan yang terdapat di corong penetesan
dan ditampung didalam bak yang sudah terpasang hapa. Sedangkan telur yang
tidak menetas akan tetap berada didasar corong (Susanto2001)
Tabel 2.2 Jenis Pakan Berdasarkan Umur Dalam Pemeliharaan Benih Patin
Siam
Umur Larva (hari) Jenis Pakan
2-6 Artemia
7-15 Cacing Sutra / Cacing Rambut
>15 Pellet
1) Penyakit bakteri
Bakteri yang umum menyerang benih ikan patin adalah bakteri
Aeromonas hydropylla.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R. dan Tang, U. M. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press. Riau
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2000. Produksi benih Ikan Patin Siam
(Pangsius hypophthalamus) kelas benih sebar. Standar Nasional Indonesia
(SNI): 01-6483.4-2000.
[BSN] Badan Standar Nasional. 2014. Cara pembenihan ikan yang baik. Standar
Nasional Indonesia (SNI): 8038: 2014.
24