Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang

Ikan lele Mutiara (Clarias gariepinus) merupakan salah satu komoditasikan


air tawar yang akan terus ditingkatkan produktifitasnya, baik pada kegiatan
pembenihan maupun pembesaran. Ikan lele memiliki
keunggulan dibandingkan dengan jenisikan lain yaitu pertumbuhan tergolong
cepat, toleran terhadap kualitas air yang kurang baik, relatif tahan terhadap
penyakit dan dapat dipelihara hampir di semua wadah budidaya. Hal ini
mendorong dilakukannya budidaya intensif untuk memenuhi permintaan
konsumen terhadap ikan lele (Nasrudin, 2010). Pakan memegang peranan
penting dalam kegiatan budidaya ikan lele mulai dari pembenihan, pembesaran
hingga ikan siap dipanen. Kebutuhan biaya untuk pakan selama budidaya
sekitar 60 - 70% dari total biaya operasional budidaya. Umumnya pembudidaya
ikan lele mengandalkan pakan pabrik berupa pelet. Pelet digunakan untuk
pakan ikan dengan kandungan protein sebagai nutrient utama. Protein
merupakan nutrien yang sangat dibutuhkan oleh ikan untuk proses
pertumbuhan terutama saat ikan pada usia benih (Hariani dan Purnomo, 2017).
Pakan berkualitas baik dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan
hidup ikan selama budidaya sehingga produksi ikan juga menjadi lebih baik.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pakan
yaitu dengan menggunakan probiotik (Arief dkk, 2014).

EM4 adalah kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan,


bermanfaat untuk meningkatkan kualitsaair dan meningkatkan pertumbuhan
ikan. Sebagian besar EM4 mengandung 90% mikroorganisme Lactobacillus sp.
yaitu bakteri penghasil asam laktat, serta dalam jumlah sedikit mengandung

1
bakteri fotosintetik, Streptomyces sp dan (Yeast) ragi (Anonim,

2
2012). Pemberian probiotik pada pakan dapat dilakukan dengan
mencampurkan probiotik ke dalam pakan agar terjadi proses fermentasi pada
pakan. Probiotik akan mensekresikan beberapa enzim eksogenous seperti
protease, amilase, lipase, selulase untuk mendegradasi nutrient kompleks
penyusun pakan berupa protein, karbohidrat dan lemak menjadi komponen
yang lebih sederhana dalam bentuk asam amino, monosakarida, asam lemak
dan gliserol. Hal ini akan meningkatkan laju penyerapan nutrient pakan oleh
ikan dalam saluran pencernaannya sehingga laju pertumbuhan ikan juga
meningkat (Putra, 2010). Fermentasi pakan dengan pemberian probiotik EM4
pada pakan komersial terhadap pertumbuhan benih ikan lele Mutiara (Clarias
gariepinus) diharapkan dapat mengetahui pertumbuhan ikan dan efisiensi
pakan serta memberikan informasi terutama bagi pembudidaya ikan lele
tentang produk probiotik berkualitas baik yang dapat meningkatkan
pertumbuhan, sehingga dapat mempercepat kegiatan budidaya, mengurangi
biaya

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh pakan fermentasi EM4 dengan pakan non
fermentasi berdasarkan efisiensi pakan .

2. Untuk mengetahui pertumbuhan benih ikan lele menggunakan pakan


fermentasi.

3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pakan fermentasi pada


pertumbuhan benih ikan lele mutiara. Secara Buatan di KING WINDS

1.3 Manfaat
Manfaat Tulisan Tulis Akhir Ini Adalah Memperluas Wawasan,

3
Kompetensi Keahlian Penulis Dalam Berkarya Di Masyarakat Kelak

4
Khususnya Mengenai Proses Pembenihan Ikan Lele Mutiara Clarias
Gariepinus) Secara alami di KING WINDS PANGKALAN BALAI

BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA

2.1 Ikan Lele Mutiara (Clarias Gariepinus )


Klasifikasi Ikan Lele Mutiara (Clarias
Gariepinus )
Menurut (Ardyanti, 2016) klasifikasi ikan lele Mutiara, ikan lele mutiara
dibentuk dari gabungan persilangan strain ikan lele Mesir, Paiton, Sangkuriang
dan Dumbo yang diseleksi selama 3 generasi pada karakter pertumbuhan,
klasifikasi ikan lele mutiara sebagai berikut :

Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Metazoa
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Ostrariophysi
Sub Ordo : Siluroidea
Famili : Clariidae
Genus : Claris

5
Spesies : Clarias gariepinus

6
Gambar 2. 1. ikan lele Mutiara (Clarias gariepinus)

Ikan lele Mutiara merupakan strain unggul baru ikan lele Afrika hasil
pemuliaan Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi yang telah
ditetapkan rilisnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 77 KEPMEN-KP/2015. Ikan lele Mutiara dibentuk melalui
seleksi individu pada karakter laju pertumbuhan selama tiga generasi,
sehingga memiliki keunggulan utama pertumbuhan yang cepat. Sebagai strain
unggul yang dibentuk melalui proses seleksi individu, selain unggul pada aspek
pertumbuhan, ikan lele Mutiara diharapkan juga memiliki keunggulan-
keunggulan yang lain, salah satunya adalah stabilitas karakteristik
morfologisnya. Sebagai strain yang baru dibentuk, ikan lele Mutiara masih
memiliki keragaman genetis yang relatif tinggi dengan tingkat inbreeding yang
relatif rendah serta tidak menunjukkan penurunan keragaman genetis selama
proses seleksinya (BPPI, 2014),

Morfologi Ikan Lele Mutiara (Clarias gariepinus) Ikan lele Mutiara memiliki
tubuh sama dengan ikan lele pada umumnya yaitu memeiliki bentuk tubuh
menyerupai belut, memiliki badan silinder memanjang dengan sirip punggung
dan anal yang Panjang. Kepalanya gepeng melonjong, tersusun atas tulang
tengkorak untuk membentuk pelindung kepala. Kulit diselimuti oleh lendir yang

7
licin dan mempunyai warna hitam pekat. (Khairuman dan Amri, 2009),
menyatakan bahwa ikan lele memiliki tiga buah sirip tunggal yaitu sirip

8
punggung, sirip ekor, dan sirip dubur yang memudahkan ikan lele berenang.
Mempunyai sirip berpasangan yaitu sirip dada dan sirip perut. Sirip dada
dilengkapi dengan sirip keras dan runcing yaitu disebut dengan patil yang
berguna sebagai senjata dan alat bantu gerak seperti pada Gambar 2 berik
Menurut (Mahyudin, 2009), ikan lele mempunyai alat pernafasan berupa
insang serta labirin sebagai alat pernapasan tambahannya. Alat pernafasan
ini terletak di kepala bagian belakang, Insang pada ikan merupakan
komponen penting dalam pertukaran gas, insang terbentuk dari lengkungan
tulang rawan yang mengeras dengan beberapa fillamen inssang didalamnya.
Sedangkan bentuk alat pernafasan tambahan ikan lele seperti rimbunan
dedaunan, labirin berwarna kemerah merahan yang terletak dibagian
lengkungan insyang kedua dan ke empat yang berfungsi untuk mengambil
oksigen dari atas permukaan air secara langsung. Ikan lele memiliki kulit
tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan mempunyai organ arborescent,
yaitu alat yang membuat lele dapat hidup di lumpur atau air yang hanya
mengandung sedikit oksigen. Ikan lele berwarna kehitaman atau keabuan
memiliki bentuk badan yang memanjang pipih ke bawah (depressed),
berkepala pipih dan memiliki empat pasang kumis yang memanjang sebagai
alat peraba.( Himawan, 2014). Ikan lele mempunyai jumlah sirip punggung
D.68-79, sirip dada P.9-10, sirip perut V.5-6 dan jumlah sungut sebanyak
empat pasang, satu pasang

2.2 Makan dan Kebiasaan Makan


Ikan lele Mutiara memeiliki tubuh yang lebih Panjang dibandingkan lele
biasa, berwarna hitam pekat. Ikan lele memiliki empat pasang sungut yang
berfungsi sebagai alat penciuman dan alat peraba, hal ini merupaka ciri khas
golongan catfish, Menurut (Mahyudin, 2009), ikan lele Mutiara termasuk dalam

9
golongan pemakan segala, tetapi cenderung pemakan daging. Ikan lele
merupakan jenis ikan yang memiliki kebiasaan makan di dasar peraira atau

10
kolam (bottom feeder). Ikan lele Mutiara bersifat nocturnal, yaitu mempunyai
kecenderungan beraktivitas dan mencari makan pada malam hari tetapi dalam
usaha budidaya akan beradaptasi ( diurnal). Pada siang hari ikan lele lebih
suka berdiam atau berlindung di bagian perairan gelap. Pada kolam
pemeliharaan, terutama pada budidaya intensif, ikan lele dapat dibiasakan
diberi pakan pellet pada pagi hari atau siang hari. Menurut Kordi (2010) bahwa
ikan lele termasuk ikan pemakan segala bahan makanan (omnivore), baik
bahan hewani maupun nabati. Pakan alami lele Mutiara adalah binatang
– binatang renik, seperti kutu air dari kelompok Daphnia, Cladocera, atau
Copepoda. Menurut Lukito (202) menyatakan bawhwa pakan buatan pabrik
dalam bentuk pellet sangan digemari ikan lele, tetapi harga pellet relative
mahal sehingga penggunaannya harus diperhitungkan agar tidak rugi.
2.3 Kualitas Air
Menurut Bramasta (2009) bahwa dalam pemeliharaan di kolam, ikan
lele tidak memerlukan kualitas air yang jernih atau mengalir seperti ikan ikan
lainnya. Meskipun demikian, para ahli perikanan menyebutkan syarat dari
kualitas air, baik secara kimia maupun fisika yang harus dipenuhi jika ingin
sukses membudidayakan lele. Kualitas air yang dianggap baik untuk kehidupan
lele tersebut sebagai berikut. Suhu air optimum dalam pemeliharaan ikan lele
secara intensif adalah 25 – 30 oC. suhu untuk pertumbuhan benih ikan lele
sangkuriang 26 – 30oC (Himawa, 2014).
Umumnya ikan lele hidup normal di lingkungan yang memiliki
kandungan oksigen terlarut 4 mg/l. Sering kandungan oksigen berubah secara
mendadak, misalnya akibat penguraian bahan organik. Keasaman atau pH
yang baik bagi ikan lele adalah 6,5 – 9, pH yang kurang dari 5 sangat buruk
bagi lele sangkuriang, karena bisa menyebabkan penggumpalan lendir pada
insang, 12 sedangkan pH 9 ke atas akan menyebabkan berkurangnya nafsu

11
makan lele sangkuriang (Himawan, 2014).
2.4 Seleksi induk dan Perkembangbiakan

12
Gambar 2.2 Ciri-ciri kelamin lele sangkuriang (a) kelamin induk betina dan (b) Kelamin Induk
Jantan

1. Induk Betina
a. Alat kelamin terlihat agak menonjol dan berwarna merah tua s/d abu-abu.
Terkadang terlihat titik telur berwarna hijau muda dalam alat kelamin bagian
atas pada lele yang tidak dipijahkan secara rutin.
b. Perut buncit, dan jika dipegang terasa kenyal.
c. Jika bagian punggung diusap dengan tangan, sirip punggung akan berdiri.

2. Induk Jantan
a. Alat kelamin berwana merah tua ata abu-abu.
b. Jika bagian perut ditekan, akan keluar cairan sperma berwarna putih
(sebisa mungkin jangan lakukan penekanan bagian perut bagian dada yang
melakukan pemijahan secara alami/bukan kawin suntik).
c. Jika bagian punggung diusap dengan tangan, sirip punggung akan berdiri.
Dalam kesehariannya, jika sudah matang gonat, gerakan pejantan akan terlihat
lebih agresif.

Berdasarkan perkembangbiakan, lele termasuk ikan yang bertelur

13
substrat, dimana induk jantan bersifat mengasuh anak-anaknya, sedangkan

14
induk betina lebih banyak menghabiskan waktu di luar sarangnya. Lele berpijah
pada musim hujan, jika gonad sudah matang, induk jantan dan induk betina
akan berpasangan mencari lokasi yang aman untuk membuat sarang berupa
lubang di bawah permukaan air dengan kedalaman ± 20 cm dengan diameter
±25 cm. Lubang tersebut umumnya dibuat diantara rerumputan yang tumbuh
menjulur ke dalam air. kemudian telur-telur dikeluarkan akan menempel
diantara rerumputanatau dasar lubang, bersamaan dengan waktunya induk
jantan melepaskan spermanya sehingga terjadi pembuahan. Telur yang telah
dibuahi akan dijaga oleh induk jantan dengan mengipaskan badan maupun
siripnya untuk menambah oksigen pada telur yang akan berdampak positif
terhadap derajat penetasan telur (Alviani, 2017).
Dari kecil hingga dewasa, lele sangkuriang mengalami lima fase kehidupan,
yaitu dari telur, larva, post larva, benih, dewasa dan induk. Masa setiap fase
kehidupan dilalui dalam waktu yang berbeda-beda, tergantung dari kondisi
lingkungan. Selama itu akan terjadi perubahan bentuk, pembentukan organ
tubuh, penyempurnaan fungsi organ tubuh, dan juga perkembangan.
Perkembangan ini akan merubah ukuran tubuh hingga semakin panjang dan
merubah bobot tubuh hingga semakin berat (Basahudin, 2008).
Telur lele sangkuriang yang normal berbentuk bulat, berdiameter 1,1-1,4 mm,
dan berwarna kuning tua atau agak kecoklatan. Pada suhu 23-24°C, fase telur
dilalui selama
30-36 jam dan menetas menjadi larva atau ikan yang anggota tubuhnya baru
berbentuk. Masa fase hingga larva dapat dilalui lebih pendek lagi pada suhu air
25-30°C karena penetasan telur akan lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi
(Basahudin, 2008).

2.5 Proses Pembenihan Ikan Lele Mutiara (Clarias gariepinus)

15
secara buatan (induced breeding)
Pemeliharaan dan Seleksi Induk Induk ikan lele mutiara telah dipelihara

16
selama 5 bulan di kolam pemeliharaan induk dilakukan di kolam KING WINDS.
Kegiatan seleksi induk siap pijah merupakan kegiatan penting dalam upaya
memilih bibit yang baik, agar produksi dapat meningkat dengan sifat-sifat
unggul. Pemeliharaan induk jantan dan betina ikan lele mutiara dilakukan di
kolam terpisah

2.5.1 Persiapan Wadah dan Media


Secara umum, pembenihan ikan lele menggunakan tiga jenis wadah.
Tiga wadah tersebut adalah kolam indukan, kolam pemijahan, serta kolam
penetasan telur dan pemeliharaan larva (Prasetya, 2013).

BAB III
METODOL
OGI

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktik kerja lapangan ini dilakasanakan pada bulan Juli
sampai Desember 2022 , yang bertempat di KING WINDS PANGKALAN
BALAI

3.2 Alat Dan Bahan

Tabel 1.1 Alat Bahan Yang Digunakan Pembenihan ikan lele mutiara.

17
Alat Bahan

18
Serokan Penggaris Nampan Buku Pena Air
Bak Ember Ijuk Waring
Genteng / waktu Lele jantan Lele betina Pakan

3.3 Metode Kerja


3.4 Metode Analisis
objek baik dalam bentuk katakataataupun Analisis data yang digunakan
untuk mengetahui Proses Pembenihan Ikan Lele Mutiara (Clarias gariepinus)
secara buatan induced breeding di KING WINDS yaitu dengan menggunakan
data deskriptif. Data deskriptif adalah metodepengumpulan data dengan
menggambarkan suatu tulisan.

Metode kerja yang dilakukan dalam kegiatan praktek kerja industri yaitu :
1. Metode survai
Dilakukan melalui pengamatan dan kegiatan langsung di lapangan

19
serta mewawancarai pembimbing dan pelaksana teknis di lapangan diluar jam
kerja atau pada waktu senggang baik dengan teknisi atau karyawan yang
dianggap berkompeten.

2. Metode praktik
Metode kerja dilakukan dengan cara mengikuti langsung tahap kegiatan
dalam teknik pemijahan mulai dari pengelolahan induk, seleksi induk yang siap
pijah dan pematangan gonad. Pengamatan ini dilakukan dengan cara
berpartisipasi aktif dengan mengikuti setiap kegiatan kerja dilapangan. Adapun
tahap-tahap kegiatan dalam pemijahan ikan lele adalah sebagai berikut:tahap
persiapan, tahap pemijahan, proses panen larva.

3. Analisis data
Data yang di ambil adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan
data primer dilakukan dengan cara mengamati dan mengikuti secara langsung
kegiatan yang sedang berlangsung. Sedangkan data sekunder diambil dengan
cara mengumpulkan literatur-literatur yang ada di perpustakaan dan instalasi
lainnya.

3.4 Prosedur Kerja


3.4.1 Menyiapkan alat, bahan dan wadah
Alat dan bahan yang digunakan dikumpulkan dalam suatu tempat dan
ditata rapi sesuai dengan pemakaiannya.Untuk persiapan kolam pemeliharaan
induk pekerjaan pertama, pengeringan dan pembersihkan beton dengan cara
membuka saluran outlet. Setelah dibersihkan kolam diisi air dengan ketinggian
1 meter.

20
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN

21
4.1 Proses Pembenihan Ikan Lele Mutiara
Kegiatan pembesaran lele Mutiara meliputi persiapan kolam, aplikasi

22
probiotik, penebaran benih, manajemen pakan, manajemen kualitas air,
pengamatan pertumbuhan, tingkat kontrol hama penyakit, dan pemanenan.

4.2 Pemasangan terpal sebagai wadah budidaya


Secara umum, pembenihan ikan lele menggunakan tiga jenis wadah.
Tiga
wadah tersebut adalah kolam indukan, kolam pemijahan, serta kolam
penetasan telur
dan pemeliharaan larva (Prasetya, 2013).

1. Kolam Induk
Kolam indukan biasanya berukuran 3 m x 2 m x 1 m. Untuk kolam seluas
ini,
dapat menampung sekitar 30-45 ekor induk. Jika indukan digabung maka
kondisi air
harus keruh agar tidak terjadi pemijahan didalam kolam. Namun, jika ingin lebih
aman, sebaiknya kolam induk dibuat dua buah, yaitu untuk jantan dan betina.
Ukuran
kolam masing-masing adalah 2 m x 1 m x 1 m (Prasetya, 2013).

2. Kolam Pemijahan
Kolam pemijahan memiliki ukuran bervariasi, tergantung jumlah induk
yang
dipijahkan. Untuk memijahkan satu set induk jantan dan betina 1:2 diperlukan
kolam
berdimensi 2 m x 2 m. Ruang tersebut sudah cukup untuk induk memijah (Prasetya,
2013).

23
3. Kolam Penetasan dan Pemeliharaan
Ukuran kolam cukup bervariasi dan bisa dibuat dengan bentuk persegi.

Gambar 3.1Kolam Terpal

4.3 Pemeliharaan benih ikan lele

Gambar 3.2 Benih Ikan Lele

Induk ikan lele yang telah memijah akan mengeluarkan telurnya pada
keesokan harinya. telur merupakan output dari aktivitas pemijahan ikan,
dimana pada saat menetas berubah menjadi stadia larva. Telur ikan lele
bersifat melekat (adesif) kuat pada substrat, karena telur ikan lele tersebut
memiliki lapisan pelekat pada dinding cangkangnya dan akan menjadi aktif
ketika terjadi kontak dengan air, sehingga dapat menjadi rusak/koyak ketika
dicoba untuk dicabut. Kekuatan pelekatan tersebut akan menjadi berkurang
sejalan dengan perkembangan telur (embriogenesis) hingga menetas. Oleh
24
karena itu, untuk mengurangi faktor kerusakan/kegagalan telur dalam proses
penetasan, induk ikan lele yang telah memijah diangkat dan dimasukkan ke
dalam wadah pemeliharaan induk kembali.

Gambar 3.3 Penebaran Benih

Tabel 1.2 pengukuran benih ikan lele sebelum ditebar

NO PANJANG

1 10 cm

2 8 cm

3 11,5 cm

25
4 10 cm

5 9 cm

6 10 cm

7 9.5cm

4.3 Pengamatan Pertumbuhan


Pengamatan dilakukan setiap hari dengan melihat apakah ada ikan yang
mati atau tidak. Tahap selanjutnya ketika benih telah berumur 1 bulan, lanjutlah
sampling kedua untuk mengetahui perkembangan benih ikan lele dengan
mengukur panjang dan berat bobot benih tersebut:

Tabel1.3 Pengukuran benih ikan saat berumur 1 bulan.

NO PANJANG BERAT

1 14,3cm 9,86 gram

2 16 cm 13,88 gram

3 13 cm 10,18 gram

4 14 cm 8,66 gram

26
27
5 19 cm 33,81 gram

6 19 cm 33,81 gram

7 17 cm 17,64 gram

8 15 cm 17,55 gram

9 15 cm 13,99 gram

10 18 cm 23,08 gram

4.4 Hama dan Penyakit Ikan


Hama merupakan organisme pengganggu yang dapat memangsa,
membunuh dan mempengaruhi produktifitas ikan.
Sedangkan penyakit merupakan terganggunya kesehatan ikan yang
diakibatkan oleh berbagai sebab yang dapat mematikan ikan. Beberapa jenis
hama, predator, penyaing, perusak sarana dan pencuri.

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpula
n

(PKL) Di KING WINDS Sebagai Berikut


1. Selama dalam masa kegiatan Praktik Kerja Industri (PKL) penulis
memahami dalam melakukan Teknik pembesaran di KING WINDS.
2. Penulis banyak mendapatkan wawasan dan pengetahuan yang
bermanfaat
dan memperoleh masukan serta umpan balik guna memperbaiki dan
mengembangkan kesesuaian pendidikan dan kenyataan yang ada dilapangan
28
3. Berinteraksidunia usaha tidaklah mudah,ada banyak hal yang perlu

29
dilakukan,agar kita kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan Praktek Kerja
Lapangan dapat melakukan hubungan kerja sama yang baik dan apa yang kita
lakukan atau kerjakan dapat terkesan baik.

5.2. Saran

Adapun saran yang diberikan dalam proses pembesaran ikan lele


Sangkuriang (Clarias gariepinus) di KING WINDS. adalah diharapkan harus
mempersiapkan lebih optimal lagi seperti pada saat pemeliharaan, agar
mendapatkan hasil yang lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Teknik Pembesaran Lele Mutiara(Clarias gariepinus):

https://repository.unair.ac.id/94477/9/9.%20%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf

Cara Budidaya Ikan Lele Yang Baik:


https://dppp.bangkaselatankab.go.id/post/detail/886-cara-budidaya-ikan-lele
-yang-baik

30
Manfaat ikan lele :

31
https://eprints.umm.ac.id/57018/2/BAB%201.pdf

Contoh daftar pustaka :

https://daftarpustaka.org

Hama penyakit ikan :


https://dkp.jatengprov.go.id/index.php/berita/blpkil/monitoring-hama-dan-
penyakit-ikan

LAMPIRAN

32
Gambar: 1 . Penyerokan Ikan lele Gambar: 2 . Penyortiran Ikan

Gambar: 3. Menebarkan Benih Gambar:4. Penyortiran Ikan Konsumsi

33

Anda mungkin juga menyukai