PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
1
bakteri fotosintetik, Streptomyces sp dan (Yeast) ragi (Anonim,
2
2012). Pemberian probiotik pada pakan dapat dilakukan dengan
mencampurkan probiotik ke dalam pakan agar terjadi proses fermentasi pada
pakan. Probiotik akan mensekresikan beberapa enzim eksogenous seperti
protease, amilase, lipase, selulase untuk mendegradasi nutrient kompleks
penyusun pakan berupa protein, karbohidrat dan lemak menjadi komponen
yang lebih sederhana dalam bentuk asam amino, monosakarida, asam lemak
dan gliserol. Hal ini akan meningkatkan laju penyerapan nutrient pakan oleh
ikan dalam saluran pencernaannya sehingga laju pertumbuhan ikan juga
meningkat (Putra, 2010). Fermentasi pakan dengan pemberian probiotik EM4
pada pakan komersial terhadap pertumbuhan benih ikan lele Mutiara (Clarias
gariepinus) diharapkan dapat mengetahui pertumbuhan ikan dan efisiensi
pakan serta memberikan informasi terutama bagi pembudidaya ikan lele
tentang produk probiotik berkualitas baik yang dapat meningkatkan
pertumbuhan, sehingga dapat mempercepat kegiatan budidaya, mengurangi
biaya
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh pakan fermentasi EM4 dengan pakan non
fermentasi berdasarkan efisiensi pakan .
1.3 Manfaat
Manfaat Tulisan Tulis Akhir Ini Adalah Memperluas Wawasan,
3
Kompetensi Keahlian Penulis Dalam Berkarya Di Masyarakat Kelak
4
Khususnya Mengenai Proses Pembenihan Ikan Lele Mutiara Clarias
Gariepinus) Secara alami di KING WINDS PANGKALAN BALAI
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Metazoa
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Ostrariophysi
Sub Ordo : Siluroidea
Famili : Clariidae
Genus : Claris
5
Spesies : Clarias gariepinus
6
Gambar 2. 1. ikan lele Mutiara (Clarias gariepinus)
Ikan lele Mutiara merupakan strain unggul baru ikan lele Afrika hasil
pemuliaan Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi yang telah
ditetapkan rilisnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 77 KEPMEN-KP/2015. Ikan lele Mutiara dibentuk melalui
seleksi individu pada karakter laju pertumbuhan selama tiga generasi,
sehingga memiliki keunggulan utama pertumbuhan yang cepat. Sebagai strain
unggul yang dibentuk melalui proses seleksi individu, selain unggul pada aspek
pertumbuhan, ikan lele Mutiara diharapkan juga memiliki keunggulan-
keunggulan yang lain, salah satunya adalah stabilitas karakteristik
morfologisnya. Sebagai strain yang baru dibentuk, ikan lele Mutiara masih
memiliki keragaman genetis yang relatif tinggi dengan tingkat inbreeding yang
relatif rendah serta tidak menunjukkan penurunan keragaman genetis selama
proses seleksinya (BPPI, 2014),
Morfologi Ikan Lele Mutiara (Clarias gariepinus) Ikan lele Mutiara memiliki
tubuh sama dengan ikan lele pada umumnya yaitu memeiliki bentuk tubuh
menyerupai belut, memiliki badan silinder memanjang dengan sirip punggung
dan anal yang Panjang. Kepalanya gepeng melonjong, tersusun atas tulang
tengkorak untuk membentuk pelindung kepala. Kulit diselimuti oleh lendir yang
7
licin dan mempunyai warna hitam pekat. (Khairuman dan Amri, 2009),
menyatakan bahwa ikan lele memiliki tiga buah sirip tunggal yaitu sirip
8
punggung, sirip ekor, dan sirip dubur yang memudahkan ikan lele berenang.
Mempunyai sirip berpasangan yaitu sirip dada dan sirip perut. Sirip dada
dilengkapi dengan sirip keras dan runcing yaitu disebut dengan patil yang
berguna sebagai senjata dan alat bantu gerak seperti pada Gambar 2 berik
Menurut (Mahyudin, 2009), ikan lele mempunyai alat pernafasan berupa
insang serta labirin sebagai alat pernapasan tambahannya. Alat pernafasan
ini terletak di kepala bagian belakang, Insang pada ikan merupakan
komponen penting dalam pertukaran gas, insang terbentuk dari lengkungan
tulang rawan yang mengeras dengan beberapa fillamen inssang didalamnya.
Sedangkan bentuk alat pernafasan tambahan ikan lele seperti rimbunan
dedaunan, labirin berwarna kemerah merahan yang terletak dibagian
lengkungan insyang kedua dan ke empat yang berfungsi untuk mengambil
oksigen dari atas permukaan air secara langsung. Ikan lele memiliki kulit
tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan mempunyai organ arborescent,
yaitu alat yang membuat lele dapat hidup di lumpur atau air yang hanya
mengandung sedikit oksigen. Ikan lele berwarna kehitaman atau keabuan
memiliki bentuk badan yang memanjang pipih ke bawah (depressed),
berkepala pipih dan memiliki empat pasang kumis yang memanjang sebagai
alat peraba.( Himawan, 2014). Ikan lele mempunyai jumlah sirip punggung
D.68-79, sirip dada P.9-10, sirip perut V.5-6 dan jumlah sungut sebanyak
empat pasang, satu pasang
9
golongan pemakan segala, tetapi cenderung pemakan daging. Ikan lele
merupakan jenis ikan yang memiliki kebiasaan makan di dasar peraira atau
10
kolam (bottom feeder). Ikan lele Mutiara bersifat nocturnal, yaitu mempunyai
kecenderungan beraktivitas dan mencari makan pada malam hari tetapi dalam
usaha budidaya akan beradaptasi ( diurnal). Pada siang hari ikan lele lebih
suka berdiam atau berlindung di bagian perairan gelap. Pada kolam
pemeliharaan, terutama pada budidaya intensif, ikan lele dapat dibiasakan
diberi pakan pellet pada pagi hari atau siang hari. Menurut Kordi (2010) bahwa
ikan lele termasuk ikan pemakan segala bahan makanan (omnivore), baik
bahan hewani maupun nabati. Pakan alami lele Mutiara adalah binatang
– binatang renik, seperti kutu air dari kelompok Daphnia, Cladocera, atau
Copepoda. Menurut Lukito (202) menyatakan bawhwa pakan buatan pabrik
dalam bentuk pellet sangan digemari ikan lele, tetapi harga pellet relative
mahal sehingga penggunaannya harus diperhitungkan agar tidak rugi.
2.3 Kualitas Air
Menurut Bramasta (2009) bahwa dalam pemeliharaan di kolam, ikan
lele tidak memerlukan kualitas air yang jernih atau mengalir seperti ikan ikan
lainnya. Meskipun demikian, para ahli perikanan menyebutkan syarat dari
kualitas air, baik secara kimia maupun fisika yang harus dipenuhi jika ingin
sukses membudidayakan lele. Kualitas air yang dianggap baik untuk kehidupan
lele tersebut sebagai berikut. Suhu air optimum dalam pemeliharaan ikan lele
secara intensif adalah 25 – 30 oC. suhu untuk pertumbuhan benih ikan lele
sangkuriang 26 – 30oC (Himawa, 2014).
Umumnya ikan lele hidup normal di lingkungan yang memiliki
kandungan oksigen terlarut 4 mg/l. Sering kandungan oksigen berubah secara
mendadak, misalnya akibat penguraian bahan organik. Keasaman atau pH
yang baik bagi ikan lele adalah 6,5 – 9, pH yang kurang dari 5 sangat buruk
bagi lele sangkuriang, karena bisa menyebabkan penggumpalan lendir pada
insang, 12 sedangkan pH 9 ke atas akan menyebabkan berkurangnya nafsu
11
makan lele sangkuriang (Himawan, 2014).
2.4 Seleksi induk dan Perkembangbiakan
12
Gambar 2.2 Ciri-ciri kelamin lele sangkuriang (a) kelamin induk betina dan (b) Kelamin Induk
Jantan
1. Induk Betina
a. Alat kelamin terlihat agak menonjol dan berwarna merah tua s/d abu-abu.
Terkadang terlihat titik telur berwarna hijau muda dalam alat kelamin bagian
atas pada lele yang tidak dipijahkan secara rutin.
b. Perut buncit, dan jika dipegang terasa kenyal.
c. Jika bagian punggung diusap dengan tangan, sirip punggung akan berdiri.
2. Induk Jantan
a. Alat kelamin berwana merah tua ata abu-abu.
b. Jika bagian perut ditekan, akan keluar cairan sperma berwarna putih
(sebisa mungkin jangan lakukan penekanan bagian perut bagian dada yang
melakukan pemijahan secara alami/bukan kawin suntik).
c. Jika bagian punggung diusap dengan tangan, sirip punggung akan berdiri.
Dalam kesehariannya, jika sudah matang gonat, gerakan pejantan akan terlihat
lebih agresif.
13
substrat, dimana induk jantan bersifat mengasuh anak-anaknya, sedangkan
14
induk betina lebih banyak menghabiskan waktu di luar sarangnya. Lele berpijah
pada musim hujan, jika gonad sudah matang, induk jantan dan induk betina
akan berpasangan mencari lokasi yang aman untuk membuat sarang berupa
lubang di bawah permukaan air dengan kedalaman ± 20 cm dengan diameter
±25 cm. Lubang tersebut umumnya dibuat diantara rerumputan yang tumbuh
menjulur ke dalam air. kemudian telur-telur dikeluarkan akan menempel
diantara rerumputanatau dasar lubang, bersamaan dengan waktunya induk
jantan melepaskan spermanya sehingga terjadi pembuahan. Telur yang telah
dibuahi akan dijaga oleh induk jantan dengan mengipaskan badan maupun
siripnya untuk menambah oksigen pada telur yang akan berdampak positif
terhadap derajat penetasan telur (Alviani, 2017).
Dari kecil hingga dewasa, lele sangkuriang mengalami lima fase kehidupan,
yaitu dari telur, larva, post larva, benih, dewasa dan induk. Masa setiap fase
kehidupan dilalui dalam waktu yang berbeda-beda, tergantung dari kondisi
lingkungan. Selama itu akan terjadi perubahan bentuk, pembentukan organ
tubuh, penyempurnaan fungsi organ tubuh, dan juga perkembangan.
Perkembangan ini akan merubah ukuran tubuh hingga semakin panjang dan
merubah bobot tubuh hingga semakin berat (Basahudin, 2008).
Telur lele sangkuriang yang normal berbentuk bulat, berdiameter 1,1-1,4 mm,
dan berwarna kuning tua atau agak kecoklatan. Pada suhu 23-24°C, fase telur
dilalui selama
30-36 jam dan menetas menjadi larva atau ikan yang anggota tubuhnya baru
berbentuk. Masa fase hingga larva dapat dilalui lebih pendek lagi pada suhu air
25-30°C karena penetasan telur akan lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi
(Basahudin, 2008).
15
secara buatan (induced breeding)
Pemeliharaan dan Seleksi Induk Induk ikan lele mutiara telah dipelihara
16
selama 5 bulan di kolam pemeliharaan induk dilakukan di kolam KING WINDS.
Kegiatan seleksi induk siap pijah merupakan kegiatan penting dalam upaya
memilih bibit yang baik, agar produksi dapat meningkat dengan sifat-sifat
unggul. Pemeliharaan induk jantan dan betina ikan lele mutiara dilakukan di
kolam terpisah
BAB III
METODOL
OGI
Tabel 1.1 Alat Bahan Yang Digunakan Pembenihan ikan lele mutiara.
17
Alat Bahan
18
Serokan Penggaris Nampan Buku Pena Air
Bak Ember Ijuk Waring
Genteng / waktu Lele jantan Lele betina Pakan
Metode kerja yang dilakukan dalam kegiatan praktek kerja industri yaitu :
1. Metode survai
Dilakukan melalui pengamatan dan kegiatan langsung di lapangan
19
serta mewawancarai pembimbing dan pelaksana teknis di lapangan diluar jam
kerja atau pada waktu senggang baik dengan teknisi atau karyawan yang
dianggap berkompeten.
2. Metode praktik
Metode kerja dilakukan dengan cara mengikuti langsung tahap kegiatan
dalam teknik pemijahan mulai dari pengelolahan induk, seleksi induk yang siap
pijah dan pematangan gonad. Pengamatan ini dilakukan dengan cara
berpartisipasi aktif dengan mengikuti setiap kegiatan kerja dilapangan. Adapun
tahap-tahap kegiatan dalam pemijahan ikan lele adalah sebagai berikut:tahap
persiapan, tahap pemijahan, proses panen larva.
3. Analisis data
Data yang di ambil adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan
data primer dilakukan dengan cara mengamati dan mengikuti secara langsung
kegiatan yang sedang berlangsung. Sedangkan data sekunder diambil dengan
cara mengumpulkan literatur-literatur yang ada di perpustakaan dan instalasi
lainnya.
20
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
21
4.1 Proses Pembenihan Ikan Lele Mutiara
Kegiatan pembesaran lele Mutiara meliputi persiapan kolam, aplikasi
22
probiotik, penebaran benih, manajemen pakan, manajemen kualitas air,
pengamatan pertumbuhan, tingkat kontrol hama penyakit, dan pemanenan.
1. Kolam Induk
Kolam indukan biasanya berukuran 3 m x 2 m x 1 m. Untuk kolam seluas
ini,
dapat menampung sekitar 30-45 ekor induk. Jika indukan digabung maka
kondisi air
harus keruh agar tidak terjadi pemijahan didalam kolam. Namun, jika ingin lebih
aman, sebaiknya kolam induk dibuat dua buah, yaitu untuk jantan dan betina.
Ukuran
kolam masing-masing adalah 2 m x 1 m x 1 m (Prasetya, 2013).
2. Kolam Pemijahan
Kolam pemijahan memiliki ukuran bervariasi, tergantung jumlah induk
yang
dipijahkan. Untuk memijahkan satu set induk jantan dan betina 1:2 diperlukan
kolam
berdimensi 2 m x 2 m. Ruang tersebut sudah cukup untuk induk memijah (Prasetya,
2013).
23
3. Kolam Penetasan dan Pemeliharaan
Ukuran kolam cukup bervariasi dan bisa dibuat dengan bentuk persegi.
Induk ikan lele yang telah memijah akan mengeluarkan telurnya pada
keesokan harinya. telur merupakan output dari aktivitas pemijahan ikan,
dimana pada saat menetas berubah menjadi stadia larva. Telur ikan lele
bersifat melekat (adesif) kuat pada substrat, karena telur ikan lele tersebut
memiliki lapisan pelekat pada dinding cangkangnya dan akan menjadi aktif
ketika terjadi kontak dengan air, sehingga dapat menjadi rusak/koyak ketika
dicoba untuk dicabut. Kekuatan pelekatan tersebut akan menjadi berkurang
sejalan dengan perkembangan telur (embriogenesis) hingga menetas. Oleh
24
karena itu, untuk mengurangi faktor kerusakan/kegagalan telur dalam proses
penetasan, induk ikan lele yang telah memijah diangkat dan dimasukkan ke
dalam wadah pemeliharaan induk kembali.
NO PANJANG
1 10 cm
2 8 cm
3 11,5 cm
25
4 10 cm
5 9 cm
6 10 cm
7 9.5cm
NO PANJANG BERAT
2 16 cm 13,88 gram
3 13 cm 10,18 gram
4 14 cm 8,66 gram
26
27
5 19 cm 33,81 gram
6 19 cm 33,81 gram
7 17 cm 17,64 gram
8 15 cm 17,55 gram
9 15 cm 13,99 gram
10 18 cm 23,08 gram
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpula
n
29
dilakukan,agar kita kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan Praktek Kerja
Lapangan dapat melakukan hubungan kerja sama yang baik dan apa yang kita
lakukan atau kerjakan dapat terkesan baik.
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://repository.unair.ac.id/94477/9/9.%20%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
30
Manfaat ikan lele :
31
https://eprints.umm.ac.id/57018/2/BAB%201.pdf
https://daftarpustaka.org
LAMPIRAN
32
Gambar: 1 . Penyerokan Ikan lele Gambar: 2 . Penyortiran Ikan
33