Anda di halaman 1dari 22

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai sumber daya alam
yang sangat besar dan sektor perikanan merupakan sektor yang sangat penting,
yaitu sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi nasional dan
meningkatkan devisa bagi Negara untung wahono,(2019). Luas seluruh wilayah
Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah 5 juta km persegi, terdiri dari luas
daratan 1,9 juta km persegi dan 3,1 juta km persegi, luas lautan (62 % dari seluruh
wilayah Indonesia). Jumlah garis pantainya sekitar 81.000 km dengan kondisi
alam dan iklim yang banyak tidak mengalami perubahan sepanjang tahun,
memungkinkan banyaknya jenis biota ekonomis penting yang hidup di perairan
laut dan tawar. Potensi sumberdaya perikanan di perairan Indonesia diperkirakan
6,6 juta ton pertahun. Potensi total tersebut meliputi sumberdaya perikanan. Salah
satu jenis ikan lele. Komoditas perikanan yang mempunyai prospek cukup cerah
dan bernilai ekonomis tinggi, baik di pasar lokal maupun internasional
(namji,2017).

Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu jenis ikan sungai


(ikan yang hidup di mana saja tergantung lingkungannya) yang prospek cukup
cerah dan sangat potensial untuk di kembangkan di Indonesia. Dengan cirri khas
tubuh memanjang, licin dan tidak bersisik, mempunyai 4 sungut (barbell), bentuk
kepala menggepeng (depress), mempunyai patil dan duri keras yang dapat
digunakan untuk mempertahankan diri dan kadang-kadang dapat di pakai untuk
berjalan di permukaan tanah/pematang. Di atas bagian rongga insang terdapat alat
pernapasan tambahan. Ikan lele merupakan ikan konsumsi dengan harga yang
sangat terjangkau bagi kalangan apa saja, di samping rasa dagingnya yang gurih
dan lezat. Menurut penelitian 15% - 18% lemak; 5%  - 10% vitamin; 1,2%
mineral dan dagingnya mengandung kadar gizi yang cukup tinggi (weber,
2019). Ikan lele dapat dibudidayakan baik di koalm tanah, kolam terpal, kolam
beton maupun bak fiber. Keberhasilan budidaya di dukung oleh kegiatan
pembenihan yang dapat menghasilkan telur dan kualitasnya juga baik, guna
meningkatkan produksi benih lele yang siap tebar.namun telah merebut pamor

1
ikan lele local karena mempunyai keunggulan yang kompetatif ( Prihartono dkk,
2019). Ikan lele dimbo ini berasal dari benua Afrika dan pertama kali datang ke
Indonesia pada tahun 2020 (BBAT,2019/2018). Saat ini ikan lele mulai banyak
dibudidayakan orang, baik secara sederhana sampai usaha secara intensif.

Tempatnya, baik pada kolam- kolam, sawah,mina ternak, di genangan air, di


limbah pembuangan, karena mudah dikelola (Soetomo, 2019).Keunggulan Lele
Dumbo dibandingkan dengan lele lokal antara lain dapattumbuh lebih cepat,
jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit (Direktorat
Pembudidayaan, 2018).

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan uji coba tentang “


Pemeliharan Ikan lele dumbo  (Clarias gariepinus)  Pada Usha Budidaya Ikan
Lele Jombang ” untuk menghasilkan produksi yang maksimal pada ikan lele
secara berkelanjutan.

1.2. Tujuan
1. Untuk mengatahui teknik pemijahan ikan lele dumbo secara alami.
2. Untuk mengatahui teknik pemeliharan ikan lele dumbo.
3. Untuk mengatahui pertumbuhan harian ikan lele dumbo.
4. Untuk mengatahui parameter kualitas air

1.3. Manfaat

Pemijahan dan pemeliharan ikan lele dumbo ini diharapkan dapat


meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan menambah wawasan mahasiswa
terhadap teknik pemijahan dan pemeliharan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus),
serta mengatahui faktor – factor Kualitas Air yang berpengaruh dalam proses
pemijahan ikan lele dumbo.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA.

2.1. Ikan Lele Dumbo


2.1.1 Klasifikasi Ikan Lele Dumbo
Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Saanin (1984) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Metazoan

Phyllum : Chordata

Classis : Pisces

Sub classi : Teleostrei

Ordo : Ostariophysi

Sub Ordo : Silaroidae

Familia : Clariidae Gambar 1. Ikan Lele Dumbo

Genus : Clarias

Spesies : Clarias gariepinus

Lele dumbo ( classis gariepinus ) adalah ikan hasil kawin siilang induk
betina (Classis Fucus) yang berasal dari Taiwan dengan induk jantang Clarias
mussambicus yang berasal dari Afrika ( Bachtuir, 2006). Lele dumbo merupakan
spesias baru yang masuk di Indonesia dan pertama kali dikenalkan pada tahun
1984. Ikan lele dumbo mempunayai pertumbuhanya cepat dapat mencapai ukuran
besar dalam waktu yang relative pendek ( Suyanto, 2007).

3
2.1.2. Morfologi Ikan Lele Dumbo
Ikan lele dumbo memiliki bentuk badan yang memanjang agak bulat,
kepada gepeng dan memiliki empat pasang sungut (Najiyati. 2018). Ikan lele
dumbo dilengkapi dengan tiga buah sirip tunggal, yaitu sirip punggung, sirip ekor
dan sirip dubur. Sirip punggung berfunsi sebagai alat berenang, sirip dubur
berfungsi sebagai alat bantu untuk mempercepat dan memperlambat gerakan.
Selain itu, ikan lele dumbo memiliki dua sirip yang berpasangan, yaitu sirip dada
dan sirip perut. Sirip dada terdapat bagian sirip yang keras dan runcing sebagai
senjata dan alat bantu dalam bergerak ( Bachtiar, 2006). Kulit ikan lele dumbo
licin,tidak bersisik, berpigmen hitan pada bagian punggung ( dorsal) dan samping
(lateral). Warna tubuh ikan lele akan berubah dalam keadaan stres dan menjadi
pucat jika terkena sinar matahari ( Saparinto & Susiana, 2013).

2.1.3. Habitat Ikan Lele Dumbo


Ikan lele dumbo hidup di peraiaran air tawar seperti sungai, rawa, waduk,
dan genangan lainnya. Ikan lele dumbo dapat pada ketinggian tempat di 1000
mdpl dan suhu optimal 25-30℃, pH 6,5-8, serta mampu beradaptasi terhadap
lingkungan dengan kadar oksigen yang terlarut dalam air lebih dari 3 ppm
(Saparinto & Susiana, 2013). Ikan lele dumbo dapat hidup pada peraiaran kotor
dan berlumpur karena di lengkapi alat bantu pernafasan yang terletak di atas
rongga insang atau yang disebut Arborescent yaitu mampu mengambil oksigen
langsung dari udara ( Nugrahajati, 2013)

2.3. Pakan Ikan Lele


Setiap makhluk hidup untuk hidup dan tumbuh sehat memerlukan makan,
begitu juga dengan ikan. Pakan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi
ikan. Pakan dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan dan kesehatan ikan, sehingga
dibutuhkan pakan ikan yang baik. Pakan ikan yang baik tidak hanya dalam jumlah
yang cukup, namun jenis yang tepat dengan kandungan nutrisi yang baik dapat
memacu pertumbuhan yang cepat ( Saparinto & Susiana, 2013).
Pemberian pakan pada ikan harus bergizi ( mengandung nutrisi lengkap),
cukup, tepat waktu, dan diberikan dengan cara yang tepat sehingga dapat
dimanfaatkan secara optimal oleh ikan (Ghufrom & Kordi, 2010). Pakan yang
4
memiliki kandungan nurtrisi kurang baik atau tidak lengkap dapat mempengaruhi
laju pertumbuhan, sistem sraf, pembentukan tulang dan gigi, kemampuan
ketahanan terhadap penyakit, serta dapat menyebabkan cacat tubuh (Saparinto &
Susiana, 2013).
Pakan yang diberikan untuk ikan budidaya dapat berupa pakan alami dan
pakan buatan. Pakan alami adalah pakan yang diberikan untuk ikan budidaya yang
diperoleh langsung dari alam (Ghufron & Kordi,2004). Pakan alami yang ada di
alam dapat berupa plankton yaitu, fitoplankton dan zooplankton. Jenis pakan
berupa fitoplankton seperti, Chlorella sp, Spirulina sp, Tetraselmis sp, dan lain-
lain. Jenis pakan berupa zooplankton seperti, Altemia salima, Daphnia sp,
Branchionus sp, dan lain-lain ( Saparinto & Susiana, 2013).
Pakan buatan adalah pakan yang diberikan untuk ikan yang telah diolah
menjadi suatu ramuan yang komplit, seperti pelet. Pakan yang berupa pelet sudah
tersedia di took pertanian/perikanan (Ghufron & Kordi, 2010). Pakan buatan dapat
berasal dari produksi pabrik, namun dalam pemberiannya kepada ikan harus
disesuaikan dengan kebutuhan ikan terutama ukuran pakan, kandugan kebutuhan
gizinya, dan disesuaikan ukuran dengan mulut ikan (Saparinto & Susiana, 2013).

Pakan yang ideal adalah pakan yang memiliki kandungan nutrisi yang baik
dan seimbang yaitu kandungan nutrisi yang diberikan memenuhi kebutuhan tubuh
ikan (Saparinto & Susiana, 2013). Kebutuhan nutrisi yang harus dipenuhi bagi
ikan antara lain protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin. Nutrisi-nutrisi
tersebut harus diformulasikan secara tepat dengan komposisi tidak berlebih
disesuaikan dengan bahan baku yang digunakan untuk membuat pakan, umur
ikan, jenis ikan, ukuran ikan, (Nugrahajati et al., 2013).
Setiap jenis ikan yang dibudidayakan membutuhkan pakan dengan kisaran
kandungan protein yang berbeda-beda. Ikan mas yang dipelihara secara intensif
membutuhkan pakan dengan kandungan protein berkisar 30-40%, atau minimal
25%. Ikan nila membutuhkan kandungan protein antara 25-27%, sedangkan ikan
lele membutuhkan pakan dengan kandungan protein antara 20-35% (Ghufron &
Kordi, 2010).

2.3.1. Manfaat Pakan

5
Pakan merupakan faktor yang memegan peranan sangat penting dan
menentukan keberhasilan usaha perikanan. Ketersediaan pakan merupakan salah
satu faktor utama untuk menghasilkan produksi yang maksimal (Santoso &
Agusmanshyah, 2011). Pakan merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan
budidaya yang menunjang pertumbuhan dan kelansunan hidup ikan budidaya
nutrisi sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan dan digunakan untuk menhasilkan
energi sebagai kebutuhan dasar hidup, aktivitas pergerakan ikan, pertumbuhan,
dan reproduksi ikan (Arief et al., 2014). Energi harus tersedia dengan cukup untuk
aktivitas hidup ikan secara nomal dengan memprhatikan komposisi pakan, da
komposisi pertambahan bobot tubuh ikan (Saparinto & Susiana, 2013).

2.4. Vaksin
Pencegahan penyakit pada ikan dapat dilakukan dengan menggunakan
vaksin dan antibiotik. Pengunaan antibiotik sudah lama dilakukan untuk
pengobatan ikan, namun pengunaan antibiotik secara terus menerus akan
membuat resistensi mikroorganisme partogen yang menyerang pada ikan.
Sedangkan vaksin bersifat spesifik yaitu efektif terdapat patogen tertentu. Vaksin
juga belum banyak tersedia, dan walaupun sudah ada harganya cukup mahal
(Lengka, 2013). Vaksin merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan
untuk menanggulangi penyakit pada ikan, agar mendapatkan kekebalan tubuh
terhadap serangan penyakit baik kekebalan spesifik maupun non spesifik dengan
memberikan sekali atau dua kali vaksin sampai ikan dapat dipanen (Setiawan
2012).
Vaksinasi adalah memasukkan antigen ke dalam tubuh ikan karena
patogenisitasnya telah dihilangkan. Hal ini untuk merangsang sel-sel limsfosit,
sehingga menimbulkan ketahanan yang spesifik.vaksin dapat memberikan
perlindungan yang cukup tinggi, dalam jangka lama dan tidak menimbulkan
dampak negatif. Syarat vaksin harus aman, vaksin tidak boleh menimbulkan
penyakit pada ikan uji, menimbulkan kekebalan terhadap ikan uji, adan vaksin
harus melindungi ikan dari infeksi patogen (Roz, 2010).
Pemberian vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh ikan bertujuan agar
ikan memiliki katahanaan terhadap seranggan penyakit penyakit tertentu. Sistem
pertahanan tubuh ikan ada dua yaitu pertahanan non spesifik dan spesifik.
6
Pertahanaan non spesifik tidak ditunjukkan terhadap mikrobia tertentu, telah ada
dan siap berfungsi sejak lahir. Mekanismenya tidak menunjukkan spektifitas
terhadap bahan asing dan mampu melindungi tubuh terhadap banyak patogen
potensial sistem tersebut merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi
seranggan berbagai mikrobia dan dapat memberikan respon secara langsung.
Sistem pertahanan spesifik adalah sistem pertahanan khusus yang membentuk
antigen dan membuat linfosif peka untuk menyerang dan menghancurkan
mikroorganisme atau patogen.
Pemberian vaksin ada beberapa cara yaitu melalui suntikan, melalui pakan,
perendaman dan penyeprotan. Serangkaian penelitian tentang teknik imunisasi
aktif baru dilakukan pada tahun 1983 oleh Balai Penelitan Perikanan Air Tawar.
Pada tahun 1983 dihasilkan vaksin Hydrovet, yang bertujuan untuk
menanggulangi penyakit ikan yang disebabkan oleh serangan bakteri A.
Hydrophila ( Ghufrom & Kordi, 2004).

2.5. Kualitas Air


Kualitas air adalah faktor yang menentukan kondisi optimu untuk
kehidupan ikan. Kualitas air mempunyai potensi untuk menyebabkan sito-patologi
dan histo-patologi pada ikan. Konsentrasi amonia yang tinggi dapat menyebabkan
perubahan histologis pada jaringan insang walaupun secara lambat yang terus
menerus. Kualitas air pada kondisi optimum dengan kualitas air baik serta ikan
dalam kondisi sehat dan pakan yang bergizi, cukup serta tepat waktu, maka
ketahanan tubuh ikan menjadi kuat dan penyakit yang ada di dalam air tidak
mampu menyerang. Air berfunsi sebagai media internal dan eksternal bagi ikan.
Air sebagai media internal berfunsi sebagai bahan baku untuk metabolisme tubuh,
pengangkut bahan makanan keseluruh tubuh dan pengatur suhu tubuh. Air sebagai
media eksternal, air berfunsi sebagai habitat berbagi hewan terutama termasuk
ikan (Ghufron & Kordi, 2010).
Kualitas air yang optimum dapat dipertahankan dengan memilih lokasi
yang ideal, menggunakan wadah budidaya ikan secara banar cocok, dan
melaksanakan pengelolaan usaha budidaya ikan secara benar, seperti memilih
bibit yang berkualitas, pemberian pakan yang cukup, pergantian air, penglolaan
tanah (Supian, 2013). Kualitas air yang baik ditandai dengan kadr oksigen
7
terlarutnya lebih dari 3 ppm, suhu optimum 27-30℃, dan pH air 6,5-8. Air hujan
yang masuk ke kolam mempengarhi suhu dan pH air yang dapat mengakibatkan
ikan stress ( Nugrahajati et al., 2013).

2.5.1. Suhu
Suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan ikan. Laju
pertumbuhan akan menigkat berkaitan dengan kenaikan suhu dan dapat
menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sangat tinggi. semakin tinggi suhu
air, semakin rendah daya larut oksigen di dalam air, dan sebaliknya (Ghufron &
Kordi, 2010). Kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan adalah 25-30℃. Suhu air
18-25℃ menyebabkan ikan stress dan sampai mati. Hal ini disebabkan patogen
berkembang baik pada kondisi tersebut (Nugrahajati et al., 2013). Suhu air yang
optimal untuk pemeliharaan ikan lele dumbo berkisar 25-30℃. Apabila suhu
kurang dari kisaran tersebut, maka akan mempengaruhi kehidupan dan
pertumbuhan ikan lele dumbo (Saparinto & Susiana, 2013).

2.5.2. Derajat Keasaman (pH)


Derajat keasaman (pH) mempengaruhi kesuburan perairan karena
mempengaruhi kehidupan jasad renik. Derajat keasaman (pH) rendah akan
menyebabkan keanekarangaman plankton dan bentos mengalami penurunan.
Usaha budidaya perairan akan berhasil baik jika pH air dalam budidaya berkisar
6,5-9,0. Kisaran optimal pH adalah 7,5-8,7 (Ghufron & Kordi, 2010). Ikan pada
umumnya dapat hidup dengan pH berkisar 5,0-9,5. Namun untuk ikan budidaya
umumnya berisar pH 6,7-8,3 (Irianto, 2005). Ikan lele dumbo dapat hidup pada air
dengan pH air berkisar 6,5-8. Jika pH air < 4 dan >11 maka akan menyebabkan
kematian pada ikan lele dumbo (Saparinto & Susiana, 2013).

2.5.3. Oksigen terlarut (Disolved Oxigen/DO)


Oksigen terlarut adalah satu jenis gas terlarut dalam air dengan jumlah yang
sangat banyak, yaitu menempati urutan kedua setelah nitrogen. Oksigen terlarut
dalam air diperlukan ikan untuk pernafasanya dan harus terharut dalam air. Hanya
jenis ikan tertentu, seperti lele dumbo, gurami, dan tambakan yang mampu
menhirup oksigen di udara bebas karena mempunyai alat pernafasan tambahan

8
(arborescent) (Ghufron & Kordi, 2010). Kekurangan oksigen dapat berakitbat
pada mortalitas ikan. Konsentrasi oksigen terlarut 5 mg/liter merupakan
kandungan oksigen yang dianjurkan untuk kesehatan ikan yang optimum. Apabila
kandungan oksigen terlarut dalam air turun menjadi 3-4 mg/liter ikan akan
mengalami stress (Irianto, 2005).

9
III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat


Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan di Balai Perikanan Pada Usha
Budidaya Ikan Lele Jombang, Desa Dusun Mejoyolasari, kecematan Gudo,
Kabupaten Jombang Jawa Timur. Kegiatan ini dilakukan mulai pada tanggal 12
agustus Sampai 30 september 2020.

3.2. Alat dan Bahan


Peralatan alat dan bahan yang digunakan dalam Kegiatan adalah terpal 4
buah, kayu bamboo dan kayu , pompa air, jarring, handuk / kain lap, kolektor /
waring, sikat, sapu, serokan, pipa, ember. Bahan air tawar, induk ikan lele,
detergen, terpal pakan pellet, pakan alami, obat –obatan.

3.3. Metode pengumpulan data


Metode pemgabilan data yang digunakan dalam TA ( Tugas Akhir ) ini
antara lain :
3.3.1. Observasi
Pengumpulan data secara observasi adalah pengumpulan data dengan cara
pengamatan dan pengindran langsung secara sistematis terhadap suatu benda,
kondisi, situasi proses gejala dimana penulis turut serta dalam semua kegiatan
pengenalan alat dan bahan, persiapan kolam dan seleksi induk, pemijahan,
penetasan telur, pembuahan, pemeliharan larva dan penebaran larva.

3.3.2. Wawancara
Wawancara adalah proses pengambilan data dari suatu masalah yang
berlangsung antara penelitian dan narasumber pada suatu tempat dengan cara
tanya jawab guna mendapatkan informasi yang akurat.

3.4. Procedur kerja


3.4.1. Pemijahan ikan lele
Persiapan kolam bak tarpal yang sebelumnya sudah dicuci dan dimasukan
kolektor setelah itu Surutkan air 10 cm pada kolam tanah pemeliharaan induk
10
ikan lele selanjutnya ambil induk ikan lele menggunakan serokan untuk ikan lele
yang telah diambil, dimasukan kedalam bak seleksi induk setalah itu ikan lele
diseleksi dengan melihat pada jenis kelamin dan kematangan gonad menggunakan
tangan untuk mengurut bagian perut (striping), untuk warna gonad jantan putih
kesusuan gonad dan warnanya betina kuning kuning kecoklatan. Ikan yang sudah
diseleksi di pindahkan ke bak tarpal pemijhan dan dibiarkan dari pukul 15 : 00 -
04 : 00 WIB. Kurang lebih 15 jam Dan pada puku 08 : 00 WIB induk dikeluarkan
dari kolan pemijahan Air yang berada pada kolam pemijahan tersbebut
dikeringkan selama 30 menit baru diisikan air kembali

3.4.2. Persiapan Wadah Pemeliharan Larva


Wadah yang digunakan untuk pemeliharan larva itu, wadah terpal dengan
ukuran 1 m x 0,5 m dengan tinggi air keduanya 60 cm, persiapan wadah
dilakukan dengan membersikan kotoran berlumut, menggunakan spon dan
detergen dibersikan dengan disikat lalu dibilas dengan air tawar kemudian
dikeringkan. Setelah itu wadah yang sudah keringkan diisi air dengan membuka
kerang yang disamping wadah, untuk diisi air dengan menggunakan selang.

3.4.3. Penebarang larva


Larva yang sudah menetes di panen dan dihitung jumlah sampel nya
terlebih dahulu dengan cara mengambil sampel larva menggunakan takaran larva
kemudian sampel tersebut di tuang pada baskon yang telah di sediakan dengan
mengisi air pada baskom kemudian melakukan perhitungan secara manual dengan
mengambil satu per satu ekor sampel dengan menggunakan centong dan
menghitung menggunakan Handcoumter sesudah melakukan perhitugan larva di
tebar pada akuarium dengan jumlah tebar 1000 ekor / akuarium dan pada bak
beton jumlah yang tebar larva 5000 ekor / bak terpal.
Pada saat sebelum dilakukan penebaran larva, dilakukan aklimatisasi
terlebih dahulu dengan media harunya sehingga tidak membuat larva stress dan
menimbulkan kematian. Proses aklimasasi dilakukan dengan memasukan baskon
yang bersi larva dlam beranang sendiri ke dalam pemeliharan.

11
3.4.4. Teknik Pemberian Pakan
Budidaya ikan lele secara intensif bercirikan padat penebaran tinggi dan
kandungan gizi pada pakan jugan tinngi. Untuk menjamin kelangsungan hidup
dan pertumbuhan lele, pakan pellet prima feed mengandung kadar protein yang
tinggi dan diberikan setiap hari sebanyak 3%- 5 % dari berat yang pemeliharan.
Makanan utama lele dalam pembesaran yaitu pakan alami sutra, pakan tepung
prima feed dan pakan pellet prima feed yang baik adalah 2 kali sehari pagi dan
sore dengan selang waktu jam 8 :00 dan sore jam 5:00 agar perceranaan ikan lele
menjadi teratur dan bagus. Pemberian pakan buatan / pellet haruslah sesuai
bukaan mulut ikan. Larva lele diberi pakan buatan / pellet diberikan dengan
waktu pemberian 1 hari 2 kali sehari. Setelah itu diberikan pakan pellet prima feed
setelah satu bulan dan frekuensi pemberia pakan berubah menjadi 2 kali setiap
hari nya, pemberian pakan dilakukan secara ad libitum sampai ikan Kenyan.

3.4.5. Grading
Tahap pemeliharan larva di akhiri ketika larva telah menjadi benih
umumnya tahap larva ikan lele berahir pada saat berumur 20 hari Ketika
berukuran panjang sekitar 2-3cm.
Pada saat pemanenan larva di grading kedalam kelompok atau ukuran
yang sama, tujuan melakukan proses atau tahapan greding untuk mengetahui
tingkat perkembangan atau pertumbuhan pada larva tersebut karna walaupun
dalam proses tebar larva semua larva yang di tebar memiliki ukuran yang sama
namum ada sebagian ikan atau sekemlmpok ikan yang memeliki pertumbuhan
cepat jadi pada saat greding maka akan di pisahkan sesuai ukuran 1-2 cm,2-3
cm,3-4 cm pada wadah yang telah di siapkan yaitu berupa Loyang plastic, dan jika
ada larva atau benih yang tidak di pisahkan maka larva atau benih yang ukuranya
lebih besar akan memakan larva yang ukuran lebuh kecil atau yang sering di sebut
dengan tingkat kanibalisme.

4.4.6. Pengelolaan Kualitas Air


Kualitas air selama pemeliharan larva harus dijaga supaya di kondisi
lingkungan tetap stabil. Dalam menjaga kondisi kualitas tetap stabil dilakukan

12
penyiponan dan pergantian air 50-70%, lalu penambahan air yang dilakukan seprti
ketinggi air seperti semula.

4.4.7. Pemanenan dan Pascapanen


Pemanenan ikan merupakan tujuan akhir dari kegiatan budidaya yang telah
dilakukan. Bobot ikan yang dipanen pada kegiatan pembenihan ikan lele atau
sesuai dengan permintaan .Sebelum melakukan pemanenan ikan dipuasakan
selama 1-2 hari. Pemuasaan bertujuan untuk mengosongkan lambung pada ikan
sehingga ikan tidak terlalu mengeluarkan sisa metabolisme pada tubuh dan
menghindari ikan muntah, stres, pada saat pemanenan dan pengangkutan ikan.
Ikan yang akan dipanen dilakukan grading terlebih dahulu yaitu memisahkan ikan
yang cacat, sakit, dan mengelompokan ikan berdasarkan ukuran tertentu.
Pemanenan dilakukan pada pagi hari pukul 06.00 WIT atau sore hari pukul
15.00 WIT karena pada saat pagi atau sore hari suhu air tidak tinggi dan cuaca
tidak panas. Sebelum melakukan pemanenan dilakukan persiapan wadah
penampungan ikan yang dipanen, wadah 5 m x 2 m x 1.25 m dibersihkan dengan
cara menyikat bagian dinding dan dasar bak, kemudian bak dibilas dengan bersih
dan setelah itu diisi dengan air tawar sebanyak setengah bak atau sekitar 10 cm.
Persiapan selanjutnya melakukan pemanenan ikan di kolam, langkah awal yang
dilakukan adalah pengisian air tawar pada wadah. atau pengisian air dapat
dilakukan menggunakan ember.
Setelah itu, proses pemanenan dilakukan dengan cara pengangkatan
serokan , bagian pemberat pada setiap sisi happa dibuka terlebih dahulu. Jaring
diangkat secara perlahan dan ikan ditangkap menggunakan serokan, kemudian
ikan dimasukan kedalam coolbox yang telah diisi air
Penanganan pascapanen ikan dilakukan dengan cara, ikan yang ditampung
pada wadah penampungan akan diangkut dengan motor kulboks tertutup dimana
pada motor tersebut telah ditempatkan.

13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.

4.1. Pemijahan Ikan Lele.


Kegiatan pemijahan tidak lepas namanya seleksi induk, untuk itu biasanya
sangat–sangat memperhatikan induk yang baik untuk itu sebelum pemijhan
dilakukan seleksi induk dengan cara striping melihat kematangan gonad ikan
setelah itu memulailah pemijahan. Pemijhan biasanya dilakukan pada 1 satu
indukan betina dan satu indukan jantan, dipijahkan selama 15 jam bahkan sehari
semalam 24 jam, jumlah telur yang dihasilkan dari 1 betina dan jantan 1 adalah
100 ribuh butir telur yang mana menempel pada kolektor dan wadah terpal, dan
untuk menjaga telut tetap sehat atau bagus dilakukan pengeringan air setelah
pemijhan, bertujuan untuk menghilangkan bau amis atau bau tidak enak dari sisa-
sisa pemijahan induk itu sendiri.

4.2. Persiapan Wadah Pemeliharan Larva.


Persiapan wadah merupakan tahapan yang sering dilakukan dalam
budidaya, dan tahapan ini biasanya pembudidaya ikan lele sangat hati-hati dalam
menyiapkan wadah, dikarenakan wadah yang dimaksud dalam hal ini adalah
wadah pemelihraan larva dimana tahapan ini merupakan lanjutan dari tahapan
pemijahan setelah penetasan, untuk itu pemelihan wadah yang perlu diperhatikan
adalah kebersihan dari pada wadah itu sendiri atau dengan kata lain sterilisasi
dengan cara disikat dan dibilas dengan air bersih sampai benar-benar bersih
sihingga tidak mengakibatkan kematian dari pada larva yang dipelihara itu sendiri
karena wadah masih kotor atau masih terdapat parasit yang masih ada di wadah.

4.3. Penebaran Larva Ikan Lele.


Perhitungan secara manual dengan mengambil satu per satu ekor sampel
dengan menggunakan centong dan menghitung menggunakan Handcoumter
sesudah melakukan perhitugan larva di tebar pada akuarium dengan jumlah tebar
1000 ekor / akuarium dan pada bak beton jumlah yang tebar larva 5000 ekor / bak
beton.

14
Penebaran larva ikan lele biasanya ditebar dengan Fase telur, induk lele
yang telah memijah akan menghasilkan telur ikan lele yang telah dibuahi. Telur
yang telah dibuahi berwarna kuning cerah agak kecoklatan, sedangkan telur yang
tidak berhasil dibuahi akan berwarna putih. Telur menetas menjadi larva dengan
kantung kuning telur (yolk-sac) yang belum berkembang dan berenang lemah
(telur menetas < 24 jam setelah telur dibuahi). 8 Fase larva, organ tubuh belum
sempurna karena masih dalam proses perkembangan.

Larva lele merupakan anak ikan lele yang baru menetas dari telur
berukuran kecil dan membawa cadangan makanan pada tubuhnya berupa kuning
telur dan butiran minyak. Larva masih dalam proses perkembangan menuju
bentuk definitif sehingga belum memiliki organ tubuh lengkap, sehinga organ
belum berfungsi secara maksimal (Effendi 2004).

4.4. Teknik Pemberian Pakan.


Tabel : Jadwal Pemberian Pakan
Masa Budidaya Jenis Pakan Jumlah Pakan Jumlah Pakan Sore
Pagi

Hari ke-1 (tebar benih Tidak Pemberian Pakan


Hari ke-2 Tidak Pemberian Pakan

Hari ke-3-10 Cacing sutra 75 gr 75 gr


Hari ke-11-20 Pellet MS Prima 300 gr 300 gr
Hari ke 21-30 Pellet MS Prima 300-400 gr 300-400 gr
Hari ke 31-40 Pellet MS Prima 600-900 gr 600-900 gr

Berdasaraka tabel di atas makan kita dapat lihat jabaran frekuensi


pemberian paka mulai dari hari ke 1-40 ada peningkatan frekuensi pakan
dikarenakan larva hari demi hari semakin besar bobotnya dilihat dari frekuensi
pakan semakin banyak di hari ke hari
Pada penelitian yang hampir serupa pada penentuan frekuensi pemberian
pakan pada ikan lele (Samsudin et al., 2008) juga diperoleh hasil frekuensi
pemberian pakan yaitu sebanyak 2 kali per hari menunjukkan pertumbuhan yang
sangat baik. Sementara itu penelitian yang di lakukan Maishela et al (2013).

15
(Clarias gariepinus) menunjukkan bahwa berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan. Pertumbuhan berat tertinggi dengan masa pemeliharaan 40 hari
terjadi pada ikan yang dipelihara pada kondisi gelap dikarenakan ikan lele sangat
sering makan pada dasar wadah. Untuk menjamin kelangsungan hidup dan
pertumbuhan lele, pakan Hrua mengandung kadar protein yang tinggi dan
diberikan setiap hari pada hari ke sebanyak 3%- 5 % dari berat yang pemeliharan
dan diberikan pakan sacara secara ad libitum sampai ikan Kenyan.

4.5. Grading.
Grading bertujuan untuk mengelompokkan larva ikan lele berdasarkan
grade / ukurannya. Selain itu grading juga bertujuan untuk memenuhi ukuran-
ukuran benih yang diminati peternak. Sebagian peternak lebih memilih benih
dengan ukuran 2-3, 3-5 atau 4-6. Ikan-ikan yang telah digrading ini kemudian
dapat dipisahkan dalam kolam yang berbeda untuk menunggu penjualan atau
pemeliharaan lebih lanjut. Saat grading sekaligus dapat disortir ikan-ikan yang
sakit atau tumbuh tidak normal.

4.6. Pengelolaan Kualitas Air.


Kualitas air selama pemeliharan larva harus dijaga supaya di kondisi
lingkungan tetap stabil. Dalam menjaga kondisi kualitas tetap stabil dilakukan
penyiponan dan pergantian air 50-70%, lalu penambahan air yang dilakukan
seperti ketinggi air seperti semula untuk pergatian air pada hal penting lain dalam
budidaya ikan lele adalah pengelolaan air kolam. Untuk mendapatkan hasil
maksimal kualitas dan kuantitas air harus tetap terjaga. Awasi kualitas air dari
timbunan sisa pakan yang tidak habis di dasar kolam. Timbunan tersebut akan
menimbulkan dengan adanya bau busuk. Apabila sudah muncul bau busuk, buang
sepertiga air bagian bawah dengan menggunakan caranya sifon kemudian isi lagi
dengan air baru.
Pengelolaan air untuk larva sendiri biasanya dilakukan pada umur hari ke
tiga yang mana pada hari itu biasanya pergantian air dilakukan secara perlahan
dikarenakan larva masih belum terlalu kuat dan juga, dan untuk pergantian air

16
untuk larva hari ke-3 sampai 40 biasanya dilakukan pada pagi hari sehingga suhu
air tetap terjaga dan ikan tidak terlalu stress.

4.7. Pertumbuhan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama 40 hari
tentang pertumbuhan berat ikan lele dengan pemberian pakan alami dan pakan
pellet yang dibudidayakan pada kolam terpal diperoleh hasil laju pertumbuhan
pada setiap minggu.

4.8. Pemanenan dan Pascapanen


Pemanenan ikan merupakan tujuan akhir dari kegiatan budidaya yang telah
dilakukan. Bobot ikan yang dipanen pada kegiatan pembenihan ikan lele atau
sesuai dengan permintaan .Sebelum melakukan pemanenan ikan dipuasakan
selama 1-2 hari. Pemuasaan bertujuan untuk mengosongkan lambung pada ikan
sehingga ikan tidak terlalu mengeluarkan sisa metabolisme pada tubuh dan
menghindari ikan muntah, stres, pada saat pemanenan dan pengangkutan ikan.
Ikan yang akan dipanen dilakukan grading terlebih dahulu yaitu memisahkan ikan
yang cacat, sakit, dan mengelompokan ikan berdasarkan ukuran tertentu.

Gambar 1. Grafik pertambahan berat ikan lele

Dari grafik diatas dapat dikatakan bahwa rata-rata pertumbuhan ikan lele
pada minggu pertama dengan nilai 37,2%, minggu kedua 77,2% Pertumbuhan
17
ikan lele selama penelitian berlangsung terjadi perubahan yang sangat berbeda
pada setiap minggu.
Pada dasarnya pertumbuhan merupakan suatu perubahan dari bentuk atau
ukuran tubuh organisme yang dipelihara. Perubahan yang dimaksud adalah
perubahan dari segi berat maupun panjang.

4.9. Pertumbuhan Panjang

Tampak bahwa untuk pemberian pakan pengaruh yang terbaik terhadap


pertumbuhan ikan Lele minggu pertama dengan nilai rata-rata 28,5 cm., diikuti
minggu kedua dengan nilai rata rata 35,8 cm.

Gambar 2. Pertambahan panjang ikan lele

Berdasarkan garfik tersebut memperlihatkan bahwa pertambahan panjang


ikan lele dari minggu kesatu hingga minggu kedua mengalami pertambahan
panjang yang sangat berbeda dimana pada pertambahan panjang tertinggi dicapai
pada minggu kedua atau pada akhir penelitian dengan nilai yaitu 28,5 cm, hingga
minggu pertama 33,5 cm. Pertambahan panjang tubuh ikan lele diduga
dipengaruhi oleh habitat, karena berdasarkan hasil penelitian panjang rata-rata
ikan lele berkisar antara 5 -4 cm. Fatkot yang mempengaruhi pertumbuhan dibagi
menjadi dua bagian besar yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam
meliputi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan seperti keturunan, seks, umur,
18
parasit dan penyakit. Sedangkan faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan
antara lain jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, dan
faktor kualitas air. Faktor ketersedian makanan sangat berperan dalam proses
pertumbuhan. Pertama ikan memanfaatkan makanan untuk memelihara tubuh dan
mengganti sel-sel tubuh yang rusak. Kemudian kelebihan makanan yang tersisa
baru dimanfaatkan untuk pertumbuhan.

19
V. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan mangang yang telah dilaksanakan selama ±2 bulan


di Unit Budidaya Ikan Lele tentang Pembenihan Ikan lele pada kolam terpal,
maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata pertumbuhan ikan lele pada minggu
pertama dengan nilai 10,8 %, minggu kedua 15,5 %, Pertumbuhan ikan lele
selama penelitian berlangsung terjadi perubahan yang sangat berbeda pada setiap
minggu. Pertambahan panjang ikan ikan lele dari minggu kesatu hingga minggu
kedua mengalami pertambahan panjang yang sangat berbeda dimana pada
pertambahan panjang tertinggi dicapai pada minggu kedua atau pada akhir
penelitian dengan nilai yaitu 2,85 cm, minggu pertama 3,35 cm

4.2. Saran
Berdasarkan kegiatan Praktek magang yang telah dilakukan, saran yang
dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Sebaiknya selama proses pembenihan ikan lele menggunakan kolam terpal,
persediaan pakan baik buatan tersedia tepat waktu agar kebutuhan pakan
pada ikan tercukupi.
2. Sebaiknya, diperlukan upaya dalam monitoring kondisi lingkungan secara
berkala. Upaya tersebut dapat meliputi kegiatan pengecekan dan
pengontrolan kondisi ikan.

20
DAPTAR PUSTAKA

Angka S.L 2013 Studi Karakteristika Dan Patalogi Aeromonas Hydrophila Pada
Ikan Lele Dumbo ( Clarias Gariepinus )

Arief. 2014. Ikan Air Tawar Kaya Protein dan Vitamin. Jurusan Teknologi
Pangan dan Gizi IPB. Bogor

Bachtiar, 2006. Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo (Clarias geriepinus) dan
Lokal. Kanisius. Yogyakarta.

Direktoral Pembudidayasam 2018. Kementrian Kelautan Dan Perikanan 2011.


Data Indicator Kinerja, Kelautan Perikanan Tahun 2010 Jakarta Pusat.

Effendi 2004. Budidaya Lele Dumbo (Clarias geriepinus).Biologi Perikanan.


Pustaka Nusantara.

Irianto, A. 2007. Probiotik Akuakultor. Yogyakarta : Gaja Mudah Universyt


Prees.

Lengka, 2013. Memelihara Ikan Lele Dumbo di Kolam Taman. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Murniarti Et Al 2014. Lele Ikan Berkumis. Palin Popular. Agromedia. Jakarta


Memillan Publishing Companys

Namji S.2017. Memelihara, Lele Dumbo Di Kolan Tanam Terpal, Penebar


Senadaya Jakarta.

Najiyati S. 2018 Memelihara Lele Dumbo Di Kolam Tanam. Peneba Swadaya :


Jakarta. 53p.

Nugrahajati, 2013. Tekhnik Budidaya Ikan Lele dumbo (Clarias geriepinus). Sinar
Baru Algensindo Offset. Bandung.

Ghufran & Kordi, 2004. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.

21
Prihartanto 2018. E.R.,J Rasidik dan U. Arie 200 Mengtasi Permasalah
Budidayalele Dumbo, Penebar Seudaya Jakarta.

Roza 2010. Protein Vitamin Dan Bahan Ikatan Pangan. Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi. UGM. Yogyakarta.

Soetomo, 2019. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Sinar Baru Algins Sindno

Jakarta.Hal 5-6.

Saanin 1984. Taksonomi Dan Kunci Indentifikasi Ikan Volume I Dan II. Bina
Rupa Aksara.. Jakarta.

Sri Najiyati. 2018. Memelihara Ikan Lele Dumbu Di Kolam Taman. Penebar
Swaadaya Jakarta

Suyanto.S.R. ( 2017 ). Budaya Ikan Lele. Jakarta : Penebar Swadaya

Simanjuntak, R. H. 2016. Pembudidayaan Ikan Lele Lokam Dumbo. Bhratara.


Jakarta

Setiawan 2012). Lele Dumbo Budi Daya dan Pasca Panen. Aneka. Semarang.

Supryanto, 2010. Pengaruh Pemberian Pro Biotik Dalam Pellet Terhadap


Pertumbuhan Lele Sangkuring Jurnal FMIPA Universitas Negeri
Semarang 8(1), 17-25

Wahono, 2019. Meraup Untung Betunak Lele Sangkuriang Yogyakarta, Lily.

Weber 2019. Pembenihan Dan Pembersaran Ikan Lele Di Paka Sawah Dan
Longyam. Penebar Seudaya Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai