Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

Kabupaten Maluku Tenggara yang terdiri dari pulau-pulau dan


dihubungkan dengan perairan laut yang luas dan kaya akan hasil laut yang
beraneka ragam seperti ikan, rumput laut, lola, teripang dan molusca yang
sebagian besar merupakan komoditas ekspor (Anonimous, 1994). Dibalik potensi
di atas, mengingat fungsi laut yang memiliki perairan penting diperlukan upaya
peningkatkan produksi perikanan yang ditempuh melalui usaha budidaya, baik
darat maupun laut. Budidaya laut memiliki peranan penting dalam usaha
meningkatkan produksi perikanan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi
serta memenuhi kebutuhan pasar dalam dan luar negri, memperluas kesempatan
kerja, meningkatkan kesejatraan masyarakat serta menjaga sumber daya hayati
perairan (Sutaman 1992). Tiram mutiara (Pinctada maxima) merupakan salah satu
komoditas ekspor dalam bidang budidaya laut yang sangat bagus untuk
dikembangkan. Dari tiram ini yang paling bernilai tinggi adalah mutiaranya yang
merupakan bendah yang digunakan sebagai perhiasan (Sutaman, 1993). Tiram
mutiara termasuk dalam golongan fillter feeder, sehingga pada saat dialam
makanannya berupa berbagai partikel yang tersuspensi dalam air seperti bakteri
dan Fitoplankton yang cocok sebagai pakan tiram mutiara karena mempunyai
kandungan nutrisi baik untuk pertumbuhan diantaranya Pavlova Lutheri,
(Winanto, 2004). Dalam budidaya, preferensi (tingkat kesukaan) biota terhadap
pakan perlu diperhatikan dalam rangka mendukung pertumbuhan tiram yang baik,
bahkan ketidak cukupan pakan dapat memperbesar mortalitas biota (Dhoe, 2000).

1.2 Tujuan

Tujuan pelaksanaan praktek kerja lapangan ini adalah untuk mengetahui


cara mengkultur plankton sebagai pakan pada larva tiram mutiara.

1
1.3 Manfaat

Manfaat dari praktek kerja lapangan ini adalah mampu mengidentifikasi


kendala-kendala yang dihadapi dalam pembuatan pakan tiram mutiara.

1.4 Waktu dan Tempat

Praktek kerja lapangan di mulai pada tanggal 28 Maret sampai tanggal 28


Mei 2019. Fa. Nusantara Pearl Ohoiwa Kabupaten Maluku Tenggara.

2
BAB II
TINJAUAN UMUM LOKASI PKL

2.1 Sejarah perusahan

Fa. Nusantara pearl cabang ohoiwa berdiri pada tahun 1994 atas izin usaha
dinas perikanan kabupaten maluku tenggara. Lokasi perusahan terletak di pulau
ohoiwa, sebuah pulau kecil sebelah barat kota tual kabupaten maluku tenggara
provinsi maluku. Fa. Nusantara pearl cabang ohoiwa merupakan anak cabang
perusahan yang pusatnya berada di kepulauan aru yang bergerak dalam bidaaang
pembenihan dan pembudidayaan benih tiram mutiara.

Fa. Nusantara pearl cabang ohoiwa disamping melakukan kegiatan


pembudidayaan, sering juga mengikuti pelatihan-pelatihan dan seminar –seminar
yang dilakukan oleh depertemen.tenaga kerja kabupaten maluku tenggara.
Berbagai penghargaan telah diberikan kepada Fa. Nusantara pearl cabang ohoiwa
diantaranya adalah perusahan teladan pada pelaksanaan dalam bidang kesehatan
dan keselamatan kerja. Karena kepeduliannya yang sangat besar kepada para
karyawannya, maka Fa. Nusantara pearl ohoiwa menerima penghargaan sebagai
juara II tingkat kabupaten maluku tenggara dalam panitia bulanan kesehatan dan
keselamatan kerja yang berlangsung sejak bulan januari-februari 2002.

Bahan baku yang di produksi di Fa. Nusantara pearl ohoiwa adalah spat
tiram mutiara dari jenis pinctada maxima. Sebagian besar bahan bakunya
diperoleh dari pusatnya yang terletak di kepulauan aru kabupaten maluku
tenggara. Hasil produksi yang dihasilkan hampir seluruhnya diekspor ke luar
negri, dengan negara tujuan jepang. Pemasaran yang hanya terbatas atau
dimonopoli oleh jepang ini disebabkan oleh keterkaitan tenaga teknis jepang yang
berada di perusahan. Sedangkan kusus untuk kulit tiram mutiara selain diekspor
ke jepang, korea selatan, hongkong dan jerman sebagian juga di pasarkan ke
makassar dan surabaya.

3
2.2 Struktur organisasi perusahan Fa. Nusantara pearl ohoiwa

Pimpinan lokasi bertanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan tugas


masing-masing bawaan dan apabila terjadi penyimpangan, agar mengambil
langka-langka yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, bertanggung jawab serta petunjut pelaksanaan tugas kepalah
bawahannya. Wakil pimpinan bertanggung jawab untuk melakukan penyiapan
bahan standar teknik dan pengawasan pembesaran dan pembudidayaan Tiram
Mutiara (P. maxima), pengendalian penyakit terhadap tiram mutiara lingkungan,
sumber daya induk dan benih, serta pengelolaan jaringan informasi dan
perpustakaan. Staf karyawan tugasnya bertanggung jawab menyiapkan semua
kegiatan aktifitas perkantoran serta menerima dan melayani para karyawan.
Adminisrasi bertanggung jawab menjalani aktifitas perkantoran serta menerima
dan melayani semua hak dan kewajiban karyawan/karyawati.

Teknik mesin bertanggung jawab terhadap kegiatan pada bidang


permesinan. Keamanan bertanggung jawab menjalankan semua peraturan
perundang-undangan pada suatu instansi. Mandor bertanggung jawab mengawasi
suatu pekerjaan yang dikerjakan pada suatu instansi serta mengontrol anak
buahnya. Konsumsi bertanggung jawab untuk melayani dan menyusun menu-
menu, demi kesanjangan para karyawan/karyawati, petugas keamanan dan para
pemimpin. Karyawan/karyawati, bertanggung jawab mematuhi semua peraturan
serta melaksanakan semua kewajiban pada suatu instansi.

2.3 Sarana dan Prasarana penunjang

Fa. Nusantara Pearl Ohoiwa memiliki sarana dan prasarana penunjang


dalam usaha budidaya tiram mutiara (P. maxima) prasaran penunjang pada Fa.
Nusantara Pearl Ohoiwa meliputi:

4
Dermaga 2 buah sebagai tempat berlabuhnya speed boat dan motor laut. Speed
boad sebanyak 15 sebagai alat transpotasi laut, selama melaksanakan kegiatan
aktifitas perusahan. Ruang kamar mesin 3 unit sebagai tempat perlindungan mesin
dari cahaya matahari langsung dan hujan. Ruang gudang 3 unit sebagai tempat
penyimpanan peralatan usaha budidaya tiram mutiara. Mess 6 unit digunakan
sebagai tempat tinggal untuk karyawan/karyawati. Kantor 1 unit sebagai tempat
beraktifitas para staf perusahan serta tempat meeting serta penerimaan para tamu.
Laboratorium 3 unit sebagai tempat pemijahan dan reproduksi tiram mutiara serta
ruang culture pakan tiram mutiara. Ruang OP sebagai tempat pekerja para teknisi
untuk beroprasi siput tiram mutiara. Pos jaga 2 unit sebagai posko penjagaan para
security. Rumah apung 15 unit sebagai tempat kerja pembudidayaan tiram
mutiara.

2.4 Letak Geografis

Fa. Nusantara Pearl ohoiwa merupakan salah satu industri perikanan yang
bergerak dalam usaha budidaya tiram mutiara, khususnya dalam pembesaran
tiram mutiara. Secara geografis Fa. Nusantara Pearl Ohoiwa terletak dipulau
ohoiwa kecamatan kei kecil barat kabupaten maluku tenggara, yang berbatasan
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah timur berbatasan dengan desa namar


 Sebelah barat berbatasan dengan pulau nai
 Sebelah selatan berbatasan dengan pulau ohoitir
 Sebelah utara berbatasan dengan ohoiew

Berdasarkan letak geografisnya Fa. Nusantara Pearl Ohoiwa memiliki letak yang
sangat strategis untuk dilakukan usaha pembesaran tiram mutiara (P. Maxima)
bagian penting yang perlu dilakukan sebelum usaha tiram mutiara (P. maxima)
adalah menentukan lokasi yang akan dijadikan lokasi pemeliharaan tiram mutiara.

5
BAB III

HASIL PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat yang digunakan

Tabel 1. Alat-alat yang digunakan

No Nama Alat Kegunaan Alat

1 microskop melihat pertumbuhan plankton

2 stoples/ botol mengkultur plankton

3 selang aerasi pengganti oksigen CO2

4 pipet skala mengukur vitamin

5 ember mencampur plankton

6 beker ukur untuk mengukur plankton

7 lampu neon 40watt cahaya

8 alumanium foiil menutup botol

9 rak kultur tempat pengulturan

10 kamera dokumentasi

6
3.1.2. Bahan yang Digunakan

Tabel 2. Bahan yang digunakan

No Bahan Fungsi

1 plankton pakan larva tiram mutiara

2 air laut membuat pakan

3 HCL membersihkan botol

4 detergen membersihkan alat

3.2 Prosedur kerja

persiapan alat
dan bahan

pemberian
pembersihan
pakan pada
alat
larva tiram

sterilisasi alat
pemanenan
dan bahan

kultur
fitoplankton

Gambar 1. Struktur teknis kultur fitoplankton

7
3.2.1 Persiapan Toples/botol

Sebelum melakukan kegiatan Culture terlebih dahulu dipersiapkan alat dan


bahan yang akan digunakan seperti stoples/botol, slang aerasi, plankton dan air
laut setelah semua alat dan bahan di sediakan barulah melakukan kultur pakan
alami P. lutheri

Gambar 2. Persiapan botol, stoples dan slang aerasi untuk kultur fitoplankton

3.2.2 Pembersihan alat

Semua alat yang digunakan dalam proses kultur pakan alami adapun
tahapan sterilisasi, direndam dengan larutan HCL agar steril dan dan tidak terjadi
pencampuran plankton dan pada saat kultur plankton tidak mati. Selanjutnya
dicuci dengan sabun dan dibilas dengan air bersih (air tawar) kemudian di steril
dengan uap panas atau dengan perebusan. Pada saat membuat pakan jangan lupa
botol harus di beri lebel, tujuan dari pemberian lebel ini adalah untuk mengetahui
tanggal pembuatan plankton tersebut.

Gambar 3. Pembersihan dan pengsterilan alat

8
3.2.3. Sterilisasi alat dan bahan

Media kultur berupa air laut. Sterilisasi air laut di lakukan dengan
menggunakan heater dan ember yang berukuran 30 liter air. Kemudian di lakukan
perebusan sampai suhu mencapai 80oc, selanjutnya di masukan kedalam stoples
yang berukuran 30 liter dan di dinginkan selama 24 jam di dalam ruangan yang
ber-AC agar steril, setelah itu di pindakan 10 liter air kedalam stoples kaca yang
berukuran 15 liter.

Gambar 5. Persiapan media kultur dan pengukuran air

3.2.4. Kultur fitoplankton

Kultur fitoplankton jenis P. lutheri dengan stoples kaca (wadah budidaya)


yang berukuran 15 liter kemudian di isi air laut sebanyak 10 liter. Pakan pavlova
lutheri di masukan ke dalam air media sesuai kepadatan yang di kehendaki.
Kemudian diletakan pada rak kultur yang dilengkapi dengan pencahayaan,
intensitas cahaya 3000 sampai 5000 lux dan aerasi (pengudaraan) fitoplankton
yang di kultur dalam labolatorium tersebut mempunyai ruangan yang tertutup dan
menggunakan AC. setelah umur 4 hari plankton diberikan pada larva tiram
mutiara sebagai pakan.

9
Gambar 4. Kultur Fitoplankton

3.2.5 Pemanenan

Pemanenan P. lutheri dapat di lakukan pada hari keempat setelah kultur


atau kepadatan fitoplankton sudah mencapai populasi puncak, pemanenan yang di
lakukan sesuai dengan kebutuhan larva

Gambar 6. Pemanenan Fitoplankton

3.2.6 Pemberian pakan pada larva tiram mutiara

Setelah pengulturan P.lutheri selama 4 hari dan pakan P.lutheri di panen


dan di berikan pada larva tiram mutiara. Jumlah dan jeniis pakan akan bertambah
menjadi pakan campuran antara 4 jenis pakan yaitu, Ishocrysis galbana,
Nonnochloropsis sp, Tetraselmis dan Pavlova lutheri. Pakan tersebut dicampur
secara merata pada stoples yang berukuran 50liter kemudian di tebar merata pada
media pemeliharaan secara berlahan-lahan sesuai dosis yang seharusnya di

10
berikan. Pemberian pakan menggunakan alat bantu berupa teko plastik berskala
bervolume 2 liter. Waktu pemberian pakan larva tiram mutiara yaitu 07:00 dan
19:00 WIT dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari.

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan


kegiatan kultur pakan alami larva tiram mutiara, meliputi persiapan alat dan
bahan, pembersihan, pembuatan pakan sampai pada pemberian pakan ke larva
tiram mutiara.

4.2. Saran

Saran yang dapat diambil dari kegiatan PKL ini adalah perlu adanya
pengadaan peralatan laboratorium yang mendukung produksi pakan alami.

12
DAFTAR PUSTAKA

Far-Far,D.2013. Laporan magang kerja Fa.Ohoiwa. Politeknik Perikanan Negeri


Tual

Reynolds. C.S, 1990. The ecology of freshwater pytoplankton. Cambridge.


University press.

Fogg. G.E, 1975. Culture and pytoplankton ecology. Secound edition. The
university of wisconsin press.

13
Lampiran 1. Alat alat yang digunakan

Microskop Heater

Plankton nett stoples

Botol kaca pipet skala

14
Lampiran

15

Anda mungkin juga menyukai