Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu budidaya unggulan
perikanan Jepara Jawa Tengah. Untuk menjamin kualitas produksi baik yang di
pasarkan dalam negeri maupun yang diekspor harus bebas dari penyakit. Salah satu
penyakit yang sering menyerang rajungan berasal dari parasite.
Parasit merupakan organisme yang hidupnya tergantung pada organisme lain
dan memiliki hubungan timbal balik dengan organisme yang di tumpanginya.
Organisme tempat parasite hidup dinamakan inang yang berperan sebagai sumber
nutrisi, tempat hidup dan tinggal. Jenis ektoparasit yang sering ditemukan pada
rajungan adalah Vorticella sp, Zoothamnium sp. dan Epistylis sp.
Menurut Sinderman (1990) dalam Sasanti (2000), efek ekonomis yang
diakibatkan oleh infeksi ektoparasit dalam kegiatan penangkapan maupun budidaya
yaitu dapat berupa pengurangan populasi, penurunan bobot dan penolakan konsumsi
akibat adanya perubahan morfologi, sedangkan kerugian secara fisiologi yaitu
terhambatnya pertumbuhan dan menurunkan kualitas daging. Rajungan
termasuksalah satu hasil perikanan yang umumnya bersifat perishable food (mudah
rusak/busuk) pembusukan akan segerah terjadi setelah hewan tersebut mati jika tidak
dilakukan pengolahan dan penanganan pasca panen yang baik. Penurunan mutu pada
daging rajungan terutama disebabkan oleh aktivitas enzim dan bakteri
(Indriyani,2006).
1.2 Tujuan
Tujuan dari magang ini adalah untuk mengidentifikasi parasit yang menyerang
benih rajungan (Portunus pelagicus) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau
(BBPBAP) Jepara.
1.3 Manfaat
Magang kerja ini diharapkan meningkatkan wawasan, pengetahuan,
pengalaman, dan ketrampilan mahasiswa mengenai optimalisasi penanganan benih

1
rajungan. Selain itu untuk melatih mahasiswa menyesuaikan diri dengan kondisi
lapangan kerja yang nantinya akan diguluti setelah lulus.
1.4 Waktu dan Tempat
Magang kerja ini dilakukan dari bulan Oktober sampai dengan Desember
2019, yang bertempat di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP)
Jepara Jawa Tengah.

2
BAB II
KAJIAN UMUM LOKASI MAGANG KERJA

2.1 Sejarah BBPBAP Jepara Jawa Tengah


Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara merupakan Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, Kementerian
Kelautan dan Perikanan mengawali aktivitasnya pada tahun 1971. Dalam
perkembangannya Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara
mengalami beberapa kali perubahan status dan hirarki. Awal lembaga berdiri diberi
nama Research Center Udang (RCU) pada tahun 1971 dan secara hirarki berada di
bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Departemen Pertanian.
Sasaran utama lembaga ini adalah meneliti siklus hidup udang dari telur hingga
dewasa secara terkendali dan dapat dibudidayakan di lingkungan tambak.
Research Center Udang (RCU) berganti nama menjadi Balai Budidaya Air
Payau (BBAP) pada tahun 1997 yang secara struktural berada di bawah Direktorat
Jendral Perikanan-Departemen Pertanian. Departemen Eksplorasi Laut dan Perikanan
terbentuk pada tahun 2000, keberadaan BBAP masih di bawah Direktorat Jendral
Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan. Seiring dengan
meningkatnya peran dan fungsi dalam pelaksanan tugas serta beban kerja, maka
berdasarkan SK Menteri Kelautan dan Perikanan No. 26C/MEN/2001 menetapkan
lembaga ini menjadi Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP)
Jepara. Pada tahun 2014 berdasarkan SK Menteri Kelautan dan Perikanan No.
6/PERMEN-KP/2014 telah dilaksanakan perubahan nama menjadi Balai Besar
Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara.

2.2 Struktur Balai


2.2.1 Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja
Struktur organisasi dan tenaga kerja pada BBPBAP Jepara Jawa Tengah, dapat dilihat pada
gambar 1.

3
Gambar 1. Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja pada BBPBAP Jepara

2.2.2 Tugas Pokok dan Fungsi


Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau Jepara merupakan Unit
Pelaksanaan Teknis (UPT) Departemen Kelautan dan Perikanan yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Budidaya Kementerian
Perikanan dan Kelautan. Sesuai dengan surat Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan nomor: KP NO. 06/PERMEN-KP/2014 tanggal 7 Februari 2014 tentang
Organisasi dan Tata Kerja, BBPBAP Jepara mempunyai tugas melaksanakan
pengembangan dan penerapan teknik pembenihan, pembudidayaan, pengelolaan
kesehatan ikan dan pelestarian lingkungan budidaya. BBPBAP Jepara dalam
melaksanakan tugas.

4
Identifikasi dan penyusunan rencana program teknis dan anggaran,
pemantauan dan evaluasi serta laporan;
1. Pelaksanaan uji terap teknik perikanan budidaya air payau;
2. Pelaksanaan penyiapan bahan standarisasi perikanan budidaya air payau;
3. Pelaksanaan sertifikasi sistem perikanan budidaya air payau;
4. Pelaksanaan kerja sama teknis perikanan air payau;
5. Pengelolaan dan pelayanan sistem informasi, dan publikasi perikanan
budidaya air payau;
6. Pelaksanaan layanan pengujian laboratorium persyaratan kelayakan teknis
perikanan budidaya air payau;
7. Pelaksanaan pengujian mutu pakan, residu, serta kesehatan ikan dan
lingkukan budidaya air payau;
8. Pelaksanaan bimbingan teknis laboratorium pengujian;
9. Pengelolaan produksi induk unggul, benih bermutu, dan sarana produksi
perikanan budidaya air payau;
10. Pelaksanaan bimbingan teknis perikanan budidaya air payau; dan
11. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

2.3 Sarana Dan Prasarana yang dimiliki BBPBAP Jepara Jawa Tengah antara
lain;
1. Kantor Utama
Untuk pelaksanaan administrasi perkantoran
2. Fasilitas Produksi Induk, Benih dan Konsumsi
a. Tambak NSBC () untuk produksi induk udang windu
b. Hatchery pembenihan udang windu dan vanamei
c. Hatchery pembenihan ikan bandeng
d. Hatchery kepiting dan rajungan
e. Laboratorium kultur jaringan bibit rumput laut
f. Tambak pembesaran ikan dan udang
g. Instalasi Hatchery udang di Bandengan

5
3. Fasilitas Produksi Pakan
a. Laboratorium produksi pakan alami (skala laboratorium dan massal)
b. Laboratorium nutrisi pakan ikan
c. Pabrik pakan mandiri
4. Fasilitas Pengujian Laboratorium
a. Laboratorium kesehatan ikan
b. Laboratorium lingkungan dan residu
5. Fasilitas Umum
a. Asrama
b. Ruang pertemuan (aula)

6
BAB III
HASIL PELAKSANAAN MAGANG KERJA

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1 Alat yang yang digunakan dalam pelaksanaan magang kerja dapat
dilihat pada Tabel berikut;
Tabel 1 Alat
No Alat Satuan Fungsi
1 Mikroskop - Mengamati Parasite
2 Cover glass - Pengamatan Sampel
3 Pipet tetes - Meneteskan Air
4 Beaker glass - Mengisi Sampel
5 Kertas lebel - Menulis Kode
6 Alat tulis - Menulis data

3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada pelaksanaan magang kerja disajikan pada Tabel
berikut.s

Tabel 2 Bahan

No Bahan Satuan Fungsi


1 Benih Rajuangn gr Sampel
2 Sampel air ml Membasahi sampel agar mudah
untuk mengamati

3.2. Metode Praktek


Metode yang digunakan dalam magang yaitu mengikuti semua kegiatan yang
ada di balai, serta melakukan identifikasi sampel di laboratorium Hama Penyakit
Ikan dan Udang (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah. Metode atau Teknik yang di
gunakan adalah metode Wet Mount (Preparat Basah) dimana  preparat objek Biologi
yang dibuat dari objek langsung, dan tidak diawetkan. Jenis data yang di peroleh
adalah data primer dan data sekunder. Data primer di dapat dari hasil yang selama ini

7
diperoleh di lapangan dan hasil pengamatan, sedangkan data sekunder di dapat dari
data-data yang dikutip dari buku- buku perpustakaan.
3.3. Prosedur kerja
3.3.1. Pengambilan Sampel
Sampel berupa benih rajungan (Portunus pelagicus) di peroleh dari bak
pembenihan rajungan. Pengambilan sampel dilakukan satu kali dalam seminggu
dengan jumlah sampel yang diambil dalam setiap kali pengambilan sebanyak 10 ekor.
Sampel diambil pada pagi hari sebelum pemberian pakan. Hal ini disebabkan supaya
tidak ada pengaruh dari pakan yang tidak habis di makan oleh bibit rajungan, benih
ranjungan di ambil pada usia satu minggu.
Kemudian sampel yang telah diambil ditempatkan ke dalam wadah plastik,
kemudian sampel dimasukan dengan air sampel secukupnya untuk selanjutnya
dibawa ke laboratorium guna dilakukan identifikasi parasit secara mikroskopis.

Gambar 1. Pengambilan benih rajungan


3.3.2. Identifikasi Parasit di Laboratorium
Rajungan (Portunus pelagicus) yang di identifikasi terlebih dahulu di ambil
menggunakan pipet tetes, lalu sampel diletakan di atas kaca perparat dan kemudian
diamati dengan mikroskop. Proses ini dilakukan sebanyak tiga kali untuk memastikan
parasit yang ada pada benih ranjungan.

8
3.4. Pembahasan Uraian Kegiatan
Metode atau teknik yang digunakan dengan sampel di letakan pada kaca
perparat lalu di amati dengan mikroskop. Jenis parasit yang di temukan adalah dari
kelompok protozoa dari jenis Epistylis sp. Menurut Aryani et al. (2004). protozoa di
cirikan oleh ukurannya yang mikroskopis dan merupakan organisme bersel satu.
Kemampuan protozoa untuk memperbanyak diri dengan cepat membuatnya menjadi
parasit yang patogen pada organisme perairan. Gejala klinis rajungan yang terserang
parasit adalah kehilangan nafsu makan, menggesekan badan ke dinding – dinding
bak, berenang tidak normal, dan sering memisakan dirinya dari kelompok.
Sedikitnya jenis parasit yang di temukan selama pelaksanaan praktek magang
disebabkan karna baiknya manajemen budidaya yang dilakukan di Balai Besar
Perikaan Budidaya Air Payau Jepara. Karna menurunkan Ghufran dan Kordi (2004),
munculnya penyakit pada usaha budidaya perikanan apabila usaha tersebut
tergantung kesetimbangan. Tambahkan oleh Aryani et al, (2004) hal yang
mempermudah infeksi parasit adalah kualitas air yang kurang baik dan kualitas
pakan. Dengan demikian pelaksanaan manajemen kesehatan hewan akuatik yang
dilaksanakan di BBPBAP Jepara berlangsung dengan baik dari segi kualitas air dan
kualitas pakan yang diberikan serta hal-hal yang menunjukan berhasilnya usaha
budidaya.
3.4.1. Epistylis sp
Parasit yang terdapat pada benih rajungan yaitu Epistylis sp yang merupakan
parasit yang umum di temukan pada perairan baik air tawar maupun air laut. Parasit
ini biasanya menempel pada objek-objek yang terendam dalam air seperti tumbuhan
dan hewan air, sel-sel Epistylis sp berbentuk lonceng terbalik dan di sekeliling
peristomnya bercilia, selnya mempunyai makro nukleus yang berbentuk seperti bulan
sabit dan mikro nucleus berbentuk bulat.

9
Gambar 2. Parasit Epistylis sp

3.4.2. Zoothamnium sp. Dan Vorticella sp.


Penyakit ini disebabkan oleh infeksi protozoa dari jenis Zoothamnium sp. dan
Vorticella sp. Parasit ini berbentuk seperti lonceng, peristomnya melebar dan
berbentuk siakoidal Zoothamnium sp. membentuk koloni yang disusun pada tangkai
yang bercabang-cabang dan bersifat “contractile”, sedangkan Vorticella sp. tidak
bercabang-cabang. Parasit ini hidup sebagai epikomensal pada permukaan tubuh
inang atau subtrat lainnya, berbiak dengan pembelahan dengan menghasilkan
“telotroch”, yang merupakan fase berenang bebas dan bersifat infektan sehingga
dapat menimbulkan infeksi pada udang yang sehat. Pada infeksi berat dapat
menyebabkan kematian terutama pada larva udang sebab dapat menghambat
pergerakkan, kesulitan makan dan menghambat molting.
Gejala klinis :
1. Rajungan berenang kepermukaan air dan tubuhnya terlihat keputihan
2. Rajungan menjadi lemah karena kesulitan bernafas dan nafsu makan menurun
3. akhirnya mati.
Treatment : Pergantian air 10%

10
(a) (b)
Gambar 3. (a).Parasit Zoothamnium sp (b). Parasit Vorticella sp

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dari hasil praktek magang yang di lakukan di BBPBAP Jepara di temukan tiga
jenis parasit yang menyerang benih rajungan, yaitu parasit Epistylis sp, Vorticella sp,
dan Zoothamnium sp.

11
4.2. Saran
Perlu adanya cara dan pemikiran lebih lanjut untuk penanganan benih rajungan
agar dapat terhindar dari parasite.

DAFTAR PUSTAKA

Cholik, F., A. G. Jagatraya., R.P Poernomo. Dan A, Jauzi. 2005. Akuakultur :


Tumpuan Harapan masa Depan Bangsa. Penerbit masyarakat Perikanan nusantara dengan
taman akuarium Air tawar taman mini “Indonesia indah” . Jakarta 415.

Adam, I. Jaya,M.F Sondita(2006). Model Numerik Difusi Populasi Ranjungan


di Perairan Selat Makassar. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. IPB
Bogor.

12
Gardenia, Y.T.(2006) Teknologi Penangkapan Pilihan Untuk Perikanan
Rajungan di Perairan Gebang Mekar Kabupaten Cirebon.Skripsi Institut Pertanian
Bogor.

Jaban A.A.,(2014) . Analisis Hasil Tangkap Rajungan (swimming crab) dengan


Bulu Lipat Berdasarkan Faktor Hidro-oseanografi di Perairan Betahwalang-Demak .
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology Volume 3,
Nomor 3, Tahun 2014, Hlm 53-61.

Muhsoni F.F., dan Abida I.W.,(2009) Analisis Potensi Rajungan (Portunus


Spelagicus)di Perairan Bangkalan Madura. Jurasan Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian
Universitas Trunojoyo, Jurnal Embryo Vol 6 No.2 Desember 2009 ISSN 0216-0188.

Wiyono E.S (2007) Hasil tangkap dinamis harian biru tentang kepiting
(Portunus Pelagicus) dengan hubungan dalam untuk siklus bulan di Bondet Waters,
Ceribon. Buliten PSP 16(1): 138-145[Bahasa Indonesia].

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Balai Besar Perikana Budidaya Air Payau Jepara

13
Lampiran 2. Peralatan digunakan selama praktek magang

14
Mikroskop Botol Plastik

Pipet Tetes Objek glass dan Cover glass

Lampiran 3. Laboratorium pengujian mutu Perikanan budidaya

15
Tampak depan Laboratorium Histologi dan Parasitologi

Keadaan di dalam Laboratorium Histologi dan Parasitologi

Lampiran 4. Kegiatan Praktek Magang di Lapangan

16
Pengambilan Benih Rajungan di Bak Pembenihan

Lampiran 5. Kegiatan Magang di Dalam Laboratorium Hama Penyakit

(a) (b)
(a). Sampel Di PerParasi di atas KacaPerParat dan (b). Pengamatan Ektoparasit di
Bawah Mikroskop.

Lampiran 3. Hasil Pengamatan Ektoparasit Pada Benih Rajungan


17
18
19
20
21
Keterangan : (+) Ditemukan
(-) Tidak ditemukan
Dari tabel hasil ini menunjukan bahwa spesies parasit yang umum di temukan adalah
dari jenis Epistylis sp., Vorticella sp., dan Zoothamnium sp

22

Anda mungkin juga menyukai