Anda di halaman 1dari 31

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan nila (Oreochromis niloticus) di Indonesia merupakan salah satu ikan

air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi karena cara budidaya yang relatif

mudah dan toleransi terhadap lingkungan yang lebih tiggi. Perkembangan ikan

nila di Indonesia cukup pesat, hal ini ditandai dengan adanya peningkatan

produksi ikan nila dari tahun 1996-2005, menjadikan ikan nila sebagai komoditi

yang menarik baik dalam skala usaha budidaya kecil maupun besar (Gustiano

dkk., 2008)

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas

perikanan yang digemari masyarakat dalam memenuhi kebutuhan protein hewani

karena memiliki daging yang tebal serta rasa yang enak. Ikan nila juga merupakan

ikan yang potensial untuk dibudidayakan karena mampu beradaptasi pada kondisi

lingkungan dengan kisaran salinitas yang luas (Hadi et al., 2009 dalam Mulyani

dkk, 2014). Keunggulan dari ikan nila adalah mudah dibudidayakan. Ikan ini

dapat bertahan hidup dan berkembang biak di dataran rendah hingga dataran

tinggi sekitar 500 m dpl. Ikan ini termasuk omnivora, relatif tahan terhadap

perubahan lingkungan dan tahan terhadap serangan penyakit (Sahwan, 2004

dalam Ardita dkk, 2015).

Berbagai upaya terus dilakukan dalam produksi ikan nila, salah satunya

adalah dengan pemuliaan seperti perbaikan genetik. Perbaikan genetik ada yang

dilakukan dengan rekayasa genetik, menghasilkan jenis nila “monosex” serta


2

seleksi secara konvensional untuk menghasilkan strain ikan nila dengan tampilan

dan performa yang spesifik (Gustiano, 2007).

Salah satu ikan nila yang memiliki tampilan dan performa spesifik dapat

ditemukan di Loka PBIAT Janti yang memiliki ciri khas ikan nila, yaitu ikan nila

Larasati, hasil perkawinan dari ikan nila merah dan ikan nila gift yang di sebut di

PBIAT Janti adalah Pandu-Kunti, dimana ikan nila pandu kunti ini sendiri

singkatan dari pemilihan induk melalui uji kualitas dan kuantitas. Ikan nila Pandu

(merah) adalah jantan sedangkan ikan nila Kunti (nila gift) adalah betina,

kemudian di pijahkan dan akan menghasilkan ikan nila larasati.

Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan praktek lapang akuakultur

mengenai teknik pemijahan ikan nila pandu-kunti untuk dapat memahami proses

pemijahan ikan tersebut.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktek lapang adalah untuk mengetahui tentang teknik

pemijahan ikan nila Pandu-Kunti. Kegunaan dari praktek lapang ini adalah

menambah wawasan untuk meningkatkan pengetahuan teknik pemijahan ikan nila

pandu-kunti.
3

II. METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan Praktek Lapang Akuakultur dilaksanakan pada tanggal 01-31 Juli

2019. Bertempat di Loka Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (PBIAT)

Janti, kecamatan Polanharjo, kabupaten Klaten, provinsi Jawa Tengah.

2.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam Praktek Lapang Akuakultur antara lain

tertera pada tebel 1.

Tabel 1. Alat yang digunakan


No Alat Fungsi
1 Ember dan Piring Memberi pakan Indukan
2 Scopnet Kasar Mengambil Indukan dari Kolam Pemijahan
3 Scopnet Halus Mengambil Larva Ikan Nila
4 Pel Karet Membersihkan dan Membersihkan Lantai
5 Blong Mengangkut Induk ke Kolam Pemijahan
6 Bambu Mengangkat Blong Indukan
7 Waring 5x2 m Menampung Indukan yang Telah di Ketek
8 Sepatu Boot Melindungi dari Duri Ikan
9 Tangga Naik dan Turun di Kolam Pemijahan
10 Jaring Halus 2x1 m Menampung Larva yang akan di Tebar
11 Sarung Tangan Memudahkan Memegang Ikan
12 Waring 2,5x1 m Menggiring Larva Ke InLet
13 Timbangan Menimbang Induk
14 Mistar Mengukur Panjang Induk
15 Milimeterblok Alas Mengukur Ikan
16 Alat Tulis Menulis Menulis Data
17 Alat Dokumentasi Mengambil Gambar Dokumentasi
18 Mikroskop Melihat Hewan Mikroskopik
19 Pipet Tetes Mengambil Larutan
20 Kaca Preparat Meletakan Sampel
21 Alat Bedah Membedah Ikan
4

Bahan yang digunakan dalam Prektek Lapang Akuakultur antara lain

adalah sebagai berikut dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Bahan yang digunakan


No Bahan Fungsi
1 Ikan Nila Pandu-Kunti Indukan yang akan dipijahkan
2 Probiotik Campuran untuk pakan benih
3 Pakan Buatan Comfeed Pakan Ikan
4 Kapur Menetralkan pH pada kolam
5 Aquades Mengkalibrasi Larutan
6 Sabun Mencuci Alat

2.3 Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan Praktek Lapang Akuakultur menggunakan cara

pengumpulan data primer dan juga data sekunder. Sumber data terbagi menjadi

dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh

peneliti secara langsung, sementara data sekunder adalah data yang diperoleh

peneliti dari sumber yang sudah ada.

Contoh data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui

kuesioner, kelompok fokus, atau juga data hasil wawancara dengan narasumber.

Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi kantor berupa letak

geografis kantor, laporan keuangan kantor, laporan pemerintah, dan lain

sebagainya.

2.4 Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan teknik pemijahan ikan nila pandu-kunti di Loka PBIAT Janti

memiliki dua teknik pemijahan, yaitu teknik pemijahan sapih benih dan teknik

pemijahan ketekan. Kedua teknik ini juga dilakukan pada dua kolam yang berbeda

dan memiliki prosedur kerja yang sedikit berbeda.


5

Teknik pemijahan sapih benih ini adalah cara pemijahan yang diambil dari

cara pemijahan alami ikan nila. Prosesnya dengan cara menyatukan ikan nila

jantan dan betina dari kolam pemberokan ke kolam pemijahan dengan

perbandingan 1 : 3 yaitu 100 ekor jantan dan 300 ekor betina. Waktu pemijahan

berlangsung selama satu bulan dan diberi pakan rutin pagi dan sore hari. Setiap 7

hari sekali pemanenan larva di lakukan untuk mengantisipasi larva yang telah di

erami dan dikeluarkan dari mulut betina dimangsa oleh indukan jantan kemudian

larva ditebar pada kolam pendederan. Setelah terhitung waktu satu bulan indukan

akan di kembalikan ke kolam pemberokan.

Berbeda dengan teknik pemijahan sapih benih, teknik pemijahan ketekan ini

dilakukan bertujuan mempersingkat waktu pemijahan dan pemanenan larva untuk

memenuhi kebutuhan pasar. Prosesnya hanya memiliki sedikit perbedaan dengan

teknik pemijahan sapih benih, ikan nila jantan dan betina dari kolam pemberokan

di pindahkan ke kolam pemijahan dengan perbandingan 1 : 3. Waktu pemijahan

berlangsung selama 7-10 hari. Setelah melewati waktu pemijahan 7-10 hari

dilakukan pemanenan larva dengan cara mengambil larva dan telur di dalam

mulut indukan betina secara paksa dan selanjutnya telur ikan ditempatkan ke

ruang hetchery, larva ditebar pada kolam pendederan dan indukan di kembalikan

pada kolam pemberokan.

Pemijahan Ikan Nila Pandu Kunti ini menghasilkan genetik baru

yaitu Ikan Nila Larasati, ikan ini adalah ikan khas Loka PBIAT Janti

yang sangat diminati oleh kebutuhan pasar karena cepat tumbuh, daging

tebal, pertumbuhan seragam, SR tinggi (> 90%), FCR rendah (1,2 – 1,3), tahan
6

terhadap perubahan lingkungan, dan secara laboratoris terbukti tahan terhadap

bakteri Streptococcus agalactiae. Pengembangan budidaya Larasati masih terbuka

luas baik pangsa pasar maupun lahan budidayanya. Kegiatan budidaya Larasati

telah memberikan dampak positif terhadap sosial ekonomi masyarakat dengan

terbukanya lapangan pekerjaan dan peluang usaha dibidang budidaya serta

terbukanya kawasan wisata kuliner.


7

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Keadaan Umum Lokasi PBIAT Janti


III.1.1 Letak Geografis dan Topografi PBIAT Janti

Letak geografis Loka Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (PBIAT)

Janti berada di sebelah utara Kota Klaten, tepatnya di Kecamatan Polanharjo,

Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kabupaten ini diapit oleh 2 kabupaten yaitu

Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang. Kabupaten ini juga berada tepat di

sebelah barat Kota Surakarta yang saat ini adalah Ibu Kota Jawa Tengah. Selain

itu dibagian selatan Kabupaten Klaten berbatasan dengan Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta.

Gambar 1. Letak Geografis dan Topografi PBIAT Janti

Menurut Hadati (2016) menjelaskan bahwa letak geografis adalah letak

suatu daerah dilihat dari kenyataan di permukaan bumi. Letak geografis disebut

juga letak relatif, disebut relatif karena posisinya ditentukan oleh fenomena-

fenomena geografis yang membatasinya, misalnya gunung, sungai, lautan, dan

daerah.
8

Berbeda dengan letak geografis, topografi adalah studi tentang bentuk

permukaan bumi dan objek lain. Pengertian topografi lebih spesifik adalah

mengenai posisi suatu bagian dan secara umum menunjuk pada koordinat secara

horizontal seperti garis lintang dan garis bujur, dan secara vertikal yaitu

ketinggian, mengidentifikasi jenis lahan juga termasuk bagian dari topografi

(Rostianingsih dkk., 2004).

Keadaan topografi Loka Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (PBIAT)

Janti berada di kaki gunung Merapi dengan ketinggian tempat 203 mdpl,

kemiringan tanah 2-3%, memiliki jenis tanah berpasir. Sebelah Utara Lokasi area

budidaya Sawah, sebelah selatan desa Mangunsuparman Janti, sebelah barat

sawah dan sebelah timur Jalan raya alternatif menuju Kabupaten Boyolali, Kota

Klaten, dan Kota Surakarta.

III.1.2 Sejarah Berdirinya PBIAT Janti

Loka Janti-Klaten merupakan salah satu dari Tiga Loka Balai Laboratorium

Pengujian Kesehatan Ikan Dan Lingkungan, Dinas Kelautan dan Perikanan

Provinsi Jawa Tengah.

Loka Janti Klaten terletak di Desa Janti, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten

Klaten. Dibangun pada tahun 1979 di atas lahan seluas 2,84 hektar (28.425 M2).

Luas kolam 1,7 hektar (59,80%), bangunan dan ruang terbuka 0,98 hektar

(34,47%) dan saluran 0,16 hektar (5,73%).

Selama beberapa tahun kegiatan Satker PBIAT Janti sejak berdiri tahun

1979 hanya melakukan kegiatan pembenihan, pembesaran dan pemasaran ikan

nila konsumsi. Kegiatan pemuliaan ikan Nila di Satker PBIAT Janti dimulai sejak
9

tahun 2004 setelah Satker PBIAT Janti ditunjuk menjadi Pusat Pengembangan

Induk Ikan Nila Regional (PPIINR) melalui SK Dirjen Budidaya No. 6378/DPB-

1/PB.110.D1/12/03.

III.1.3 Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja PBIAT Janti

Menurut Sutrisno dan Edy (2007), organisasi sebagai wadah dimana orang-

orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, dalam

memanfaatkan sumber daya organisasi secara efisien dan efektif untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan. Kerjasama yang terarah tersebut dilakukan dengan

mengikuti pola interaksi antar setiap individu atau kelompok dalam berinteraksi

ke dalam maupun ke luar organisasi.

Pernyataan diatas diterapkan juga dalam struktur organisasi Loka Janti yang

dapat di lihat pada gambar bagan organisasi di bawah ini :

Gambar 2. Struktur Organisasi


10

Sumber Daya Manusia yang ada di Loka Janti-Klaten berjumlah 20 orang,

yang terdiri dari 10 orang PNS, 1 orang tenaga penjaga malam dan ditambah 9

orang tenaga honor kegiatan.

Untuk melaksanakan kegiatannya Loka Janti-Klaten membagi tugas dan

tanggung jawab kepada seluruh Sumber Daya Manusia yang ada terdapat pada

tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Jabatan dan Golongan SDM Loka Janti-Klaten


N GOL /
NAMA / NIP PEND STATUS
O RUANG
I. Koordinator
1. Dwi W Siwi Hastuti, SP. III / A S1 PNS
NIP. 19700626 200701 2 012
II. Bag. Administrasi
1. Sih Martoyo, Amd. III / B D-III PNS
NIP. 19721101 200003 1 004
2 Erma Dwi Hastiningrum, S.Pd - S1 Honorer Rutin

III. Bag. Produksi


1. Supriyana III / B SLTA PNS
NIP. 19680627 198803 1 002
2. Lazuardi Azhar, A.Md,Pi. III / B D-III PNS
NIP. 19740901 200604 1 009
3 Yuliano Rani Dewi, S.Kom. - S1 Honorer Rutin

4 Singgih Jati Laksono, SH. - S1 Honorer Rutin

5 Gilang Aditya Pranadi, S.Pi - S1 Honorer Rutin

6 Agus Wijayanto - STM Honorer Rutin

7 Gunarto - STM Honorer Rutin

8 Ifing - SMK Honorer Rutin

IV. Bag. Pemasaran


1. Sutarno, S.Pi III / C S1 PNS
NIP. 19820417 200903 1 008
2. Drs. Wahyudi Budi S. III / D S1 PNS
11

N GOL /
NAMA / NIP PEND STATUS
O RUANG
NIP. 19650520 200701 1 013
3 Suparsih III / B SPMA PNS
NIP. 19641020 199909 2 001
4 Sukir III / B STM PNS
NIP. 19611114 199303 1 002
5 Kuatno II / C SLTA PNS
NIP. 19631105 200604 1 004
6 Bondan Pitensen II / C SLTA PNS
NIP. 19790215 200701 1 021
7 Apit Kartono - STM Honorer Rutin

8 Sugeng - SD Honorer Rutin

9 Gunardi - STM Honorer Rutin

III.1.4 Sarana dan Prasarana Loka PBIAT Janti

Sarana dan prasarana dalam suatu kegiatan sangat di butuhkan untuk

melancarkan proses kegiatan agar tercapainya kesuksesan kegiatan. Menurut

Fardiyono (2015) pengertian dari sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai

sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Pengertian prasarana adalah

segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses

(usaha, pembangunan, proyek).

Perbedaan lebih spesifik diantara keduanya adalah sarana lebih ditujukan

untuk benda-benda yang bergerak seperti komputer dan mesin-mesin, sedangkan

prasarana lebih ditujukan untuk benda!benda yang tidak bergerak seperti gedung

(Nadia dan Suning, 2014)

III.1.4.1 Sarana
12

Sarana yang digunakan pada kegiatan budidaya di Loka PBIAT Janti dapat

dilihat pada tabel 4 di bawah ini :

Tabel 4. Sarana yang digunakan Loka Janti


NO JENIS JUMLAH LUAS
1. Kolam Pendederan 30 buah 12.590,32 m2
2. Kolam Pembesaran 9 buah 3.738,49 m2
3. Kolam Pemberokan Benih 4 buah 550 m2
4. Bak Pemijahan (Ketekan) 20 buah 600 m2
5. Bak Pemberokan Pejantan 22 buah 55 m2
6. Bak Pemberokan Induk 22 buah 182 m2
7. Bak Karantina 2 buah 98 m2
8. Bak Penelitian 8 buah 310,17 m2
9. Bak Filterisasi 1 unit 54 m2
10. Hatchery 1 unit 112 m2
11 Bak Brood Stock Nila 150 unit 300 m2
12 Laboratorium 1 unit 48 m2
13. Gudang Pakan 1 unit 24 m2
14. Peralatan Perbenihan 1 unit -
15. Peralatan Penangkapan 2 unit -
16. Gudang (Genset) 1 unit 6 m2

III.1.4.2 Prasarana

Prasarana yang digunakan pada kegiatan budidaya di Loka PBIAT Janti

dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini :

Tabel 5. Prasarana yang digunakan Loka Janti


13

NO JENIS LUAS
1. Gedung Kantor 180 m2
2. Rumah Dinas Pimpinan 70 m2
3. Kopel (Rumah Dinas Karyawan) rusak/dihapus 72 m2
4. Asrama 90 m2
5. Aula (Ruang Pertemuan) 120 m2
6. Bangsal Penjualan Benih Ikan 90 m2
7. Loket Penjualan 4 m2
8. Rumah Jaga 18 m2
9. Musholla 12 m2
10. Gudang Alat-Alat Penangkapan 18 m2
11. Garasi 35 m2
12. Gudang Alat-Alat Perbenihan 15 m2

III.2 Kegiatan Pemijahan Ikan Nila Pandu-Kunti (Oreochromis noloticus)

III.2.1 Pengenalan Pemijahan Ikan Nila Pandu-Kunti (Oreochromis

noloticus)

Menurut Triarso (2012), kegiatan pengenalan dunia kerja atau kerja praktek

terhadap mahasiswa adalah sangat memberikan banyak manfaat bagi seorang

mahasiswa yang akan melaksanakan atau menyelesaikan kegiatan belajarnya di

bangku kuliah. Kerja praktek adalah merupakan penerapan secara nyata ilmu yang

didapat mahasiswa selama kuliah, terutama bagi mereka yang berhubungan

dengan dunia industri.

Pengenalan kegiatan sangatlah penting untuk dapat memahami prosedur

kerja agar nantinya pada saat melakukan kegiatan mengurangi kesalahan dalam

setiap prosedurnya dan siap untuk melakukan kegiatan. Kesiapan adalah segala
14

sesuatu yang harus dipersiapkan dalam melaksanakan sesuatu untuk mencapai

suatu tujuan (Wijaya dan Firdaus, 2014).

Berikut adalah dokumentasi dalam pengenalan kegiatan pemijahan ikan nila

pandu-kunti di Loka PBIAT Janti :

Gambar 3. Pengenalan Seleksi Calon Induk

Gambar 4. Pengenalan Seleksi Induk yang akan di Pijahkan


15

Gambar 5. Pengenalan Pemijahan Sapih Benih dan Ketekan

III.2.2 Persiapan Kolam Pemijahan

Persiapan kolam merupakan tahap awal yang dilakukan dalam kegiatan

Praktek lapang Akuakultur untuk budidaya ikan nila. Budidaya ikan nila bisa

menggunakan berbagai jenis kolam mulai dari kolam tanah, kolam semen, kolam

terpal, jaring terapung hingga tambak air payau. Persiapan kolam meliputi

pembersihan kolam, pengeringan kolam, pengisian air kolam, dan pemasangan

alat inlet dan outlet (Rizal dkk., 2018).

Ada beberapa prosedur yang perlu diperhatikan saat melakukan persiapan

kolam pemijahan yaitu sebagai berikut :

 Bersihkan kolam pemijahan dari sampah/kotoran dan ikan liar.

 Keringkan kolam pemijahan selama 2 hari atau secukupnya sampai dasar

kolam kering.

 Pemupukan tidak perlu dilakukan. Pengapuran dilakukan apabila pH < 7.

 Tutup outlet dengan pralon.


16

 Pasang saringan strimin/waring pada inlet agar ikan-ikan liar tidak masuk

selama pengisian air.

 Isi kolam dengan air bersih hingga ketinggian air pada outlet sekitar 50-60

cm. Air jangan terlalu dalam untuk memudahkan saat pengambilan larva.

 Tutup inlet (air tidak mengalir atau mengalir kecil) dan pertahankan

ketinggian air, bila permukaan air turun atau air kolam sudah terlalu keruh

lakukan penambahan air pada pagi hari.

III.2.2.1 Pembersihan

Pembersihan kolam pemijahan dilakukan untuk membersihkan kolam dari

kotoran seperti lumpur, feses, sisa pakan, bangkai ikan yang mati, dan juga

sampah yang terbawa dari pintu masuk air. Kegiatan ini dilakukan untuk

mencegah dan menghindari terjadinya hama dan penyakit berada dalam kolam

pemijahan serta mencegah pendangkalan kolam yang diakbatkan oleh fases,

lumpur dan sisa pakan tersebut.

Kegiatan pembersihan kolam dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 6. Pembersihan Kolam dari Kotoran


17

III.2.2.2 Pengeringan

Pengeringan dilakukan setelah selesai proses pembersihan kolam, tahap ini

dilakukan bertujuan untuk menghilangkan gas-gas beracun, mencegah timbulnya

hama, dan agar terjadi pertukaran udara serta merangsang tumbuhnya pakan

alami.

Berikut adalah gambar hasil dokumentasi dari pengeringan kolam :

Gambar 7. Pengeringan Kolam

III.2.2.3 Pengisian Air

Dokumentasi pengisian air kolam dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 8. Saluran pintu air masuk dari Penampungan


18

Pengisian air adalah tahap ketiga setelah melakukan pembersihan dan

pengeringan kolam, tahap ini adalah tahap utama untuk melangsungkan kegiatan

pemijahan, mengisi air sebanyak 50% sampai 70% dari ketinggian kolam.

Gambar 9. Pengisian Air Kolam Pemijahan

III.2.2.4 Pemasangan Pintu Air

Berikut adalah dokumentasi dari tahap pemasangan alat kolam pemijahan :

Gambar 10. Tempat Pintu Masuk Air


19

Tahap akhir adalah pemasangan alat, yaitu dengan memasang pintu air

yang berfungsi untuk membuka dan menutup pintu air. Pemasangan alat

selanjutnya yaitu memasang pipa paralon di bagian pintu keluar air yang

berfungsi sebagai pengontrolan keluarnya air dengan debit yang besar ataupun

kecil.

Gambar 11. Pintu Keluar Air

III.2.3 Seleksi Induk

Seleksi induk adalah tahap awal untuk melakukan pemijahan. Tahap ini

dilakukan dengan tujuan untuk menyeleksi indukan yang siap untuk melakukan

proses pemijahan melalui seleksi fisik, tingkahlaku dan kematangan gonad.

Seleksi fisik dan tingkah laku menurut Agusnandi (2017) yaitu, kondisi ikan

sehat dan bentuk badannya normal (tidak cacat), sisik besar dan susunannya rapi,

badan tebal dan warnanya mengkilap, gerakan lincah dan responsif pada saat

pemberian pakan, dan bobot mencapai 200-250 gram untuk betina sedangkan

untuk jantan 250-300 gram.


20

Berbeda dengan seleksi fisik dan tingkah laku, seleksi kematangan gonad

dilakukan sejak awal melalui prosedur-prosedur yang ada. Menurut Darwisito

(2015), ikan nila dapat dikatakan matang gonad setelah umur 4-6 bulan induk

betina yang memiliki bobot 200-250 gram dan menyimpan telur sebanyak 500-

1000 butir.

Loka PBIAT Janti memiliki prosedur sendiri untuk melakukan proses

pematangan gonad pada ikan nila Pandu-Kunti, prosedur tersebut dapat dilihat

pada poin-poin berikut ini :

 Pematangan gonad induk betina dan pejantan dilakukan di kolam terpisah

atau di kolam yang sama setelah diberi sekat menggunakan bambu/bahan

lain.

 Waktu pematangan gonad sekitar 2 minggu.

 Luas kolam yang digunakan menyesuaikan jumlah ikan dengan acuan 4-5

ekor/m2. Sebagai contoh jika jumlah induk betina 300 ekor dan pejantan 100

ekor atau total ikan 400 ekor, luas kolam pematangan gonad yang diperlukan

sekitar 80-100 m2.

 Air harus mengalir dengan debit minimal 10 lt/dtk.

 Pemberian pakan induk dilakukan pada pagi (± 09.00 WIB) & siang (± 14.00

WIB) hari.

 Pakan yang diberikan berupa pellet dengan dosis 2%/hr dari bobot biomasa.

 Mempertahankan ketinggian air kolam minimal 1 m, jika permukaan air turun

lakukan penambahan air pada pagi hari.


21

 Melakukan pemantauan kualitas air secara rutin dengan acuan suhu 27-30 oC,

pH 7-8 dan DO > 4 ppm.

 Melakukan pemantauan hama penyakit ikan secara rutin. Ikan yang sakit

harus segera dikarantina untuk diobati atau diambil untuk dimusnahkan.

Berikut hasil dokumentasi kegiatan seleksi induk yang dilakukan sebelum

masuk ke tahap pemijahan :

Gambar 12. Seleksi Induk


22

Gambar 13. Ikan Nila Pandu

Gambar 14. Ikan Nila Kunti

A B

Gambar 15. Kelamin Jantan (A) dan Kelamin Betina (B)

Membedakan ikan nila jantan dan betina dapat dilihat melalui bentuk tubuh

dan juga bentuk kelamin. Bentuk tubuh dari ikan nila jantan yaitu cenderung pipih

dan memiliki ukuran lebih besar dari ikan betina dan ikan betina memiliki bentuk

tubuh bulat dan lebih kecil ketimbang jantan, sedangkan diamati melalui kelamin
23

ikan jantan memiliki kelamin yang berbentuk lonjong kemerahan dan ikan betina

memiliki bentuk kelamin bulat kemerahan.

III.2.4 Penebaran Induk

Penebaran induk adalah tahap selanjutnya setelah tahap penyeleksian induk.

Penebaran induk dilakukan pada pagi hari dengan total perbandingan 3 : 1, 100

ekor jantan dan 300 ekor betina dalam luasan kolam 200-400 m2.

Prosedur yang digunakan Loka PBIAT Janti untuk penebaran tahap

pemijahan adalah sebagai berikut :

 Induk yang sudah matang gonad dimasukkan ke kolam pemijahan secara

bersamaan dengan perbandingan induk betina dan pejantan adalah 3 : 1

 Waktu pemijahan sapih benih sekitar 1 bulan.

 Luas kolam pemijahan yang digunakan menyesuaikan jumlah ikan dengan

acuan 1-2 ekor/m2. Sebagai contoh jika jumlah induk betina 300 ekor dan

pejantan 100 ekor atau total ikan 400 ekor, luas kolam pemijahan yang

diperlukan sekitar 200-400 m2.

 Pemberian pakan dengan dosis 1% dari biomas/hari, diberikan dua kali pada

pagi (± 09.00 WIB) & siang (± 14.00 WIB) hari.

 Mempertahankan ketinggian air pada outlet sekitar 50-60 cm, bila permukaan

air turun atau air kolam sudah terlalu keruh lakukan penambahan air pada

pagi hari.

 Melakukan pemantauan kualitas air dan hama penyakit ikan secara rutin.

 Telur menetas menjadi larva sekitar hari ke-7 setelah ikan dipijahkan.
24

Penebaran induk untuk kegiatan pemijahan terlihat pada gambar 16 dan 17

berikut ini :

Gambar 16. Penebaran Induk Jantan (Ikan Nila Pandu)

Gambar 17. Penebaran Induk Betina (Ikan Nila Kunti)


25

III.2.5 Manajemen Pemeliharaan Induk Ikan Nila

Pemeliharaan induk ikan nila bertujuan untuk mengontrol kesehatan juga

kebutuhan nutrisi dan gizi untuk kesempurnaan atau menghasilkan telur dan

larava yang baik dalam proses pemijahan.

Menurut Rivandi (2014), dalam memelihara indukan ikan nila yang perlu

dilakukan adalah pemberian makanan. Makanan yang dibutuhkan oleh ikan nila

merupakan campuran dari dedak, ampas, pelet, dan campuran lainnya. Nutrisi dan

gizi yang harus ada dalam pakan ikan antara lain karbohidrat, lemak, protein, dan

hijauan. Pengontrolan kualitas air dan juga pencegahan hama dan penyakit

termasuk dalam tahap pemeliharaan induk dengan tujuan tidak gagalnya proses

pemijahan yang di akibatkan oleh buruknya kualitas air dan juga danya hama dan

penyakit.

III.2.5.1 Manajemen Pemberian Pakan

Pemberian pakan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ikan yaitu ntrisi

dan gizi yang memiliki kandungan karbohidrat, lemak, protein dan hijauan.

Kandungan tersebut dibutuhkan oleh ikan agar kualitas larva mendapat hasil yang

meksimal. Pemberian pakan dengan frekuensi 2 kali dalam sehari menggunakan

pakan buatan pellet Comfeed sebanyak 500 gram perkolam.

Menurut Amalia dkk., (2018) pemberian protein ikan nila dengan kadar

lebih tinggi lebih dari 35%, ini bertujuan agar pertumbuhan gonad maksimal,

dengan jumlah pakan yang diberikan untuk pemeliharaan indukan 3% dari bobot

ikan perhari.
26

Kegiatan pemberian pakan dapat di lihat pada gambar berikut ini :

Gambar 18. Pemberian Pakan

Gambar 19. Pencampuran Pakan Pellet dan Probiotik

Pencampuran pakan dan probiotik menggunakan tahap dan dosis yang telah di

tentukan yaitu, tahap awal mencampur air dan probitik dengan dosis 5 Liter air di

campurkan dengan 1 Liter probiotik, tahap selanjutnya tahap pencampuran probiotik

yang telah di campur air untuk di campurkan dalam pakan pelet, pakan yang digunakan

sebanyak 2 kg.

III.2.5.2 Manajemen Penyimpanan Pakan

Penyimpanan pakan dilakukan pada gudang tersendiri untuk dapat tetap

terjaga mutunya dan tidak terkontaminasi dengan benda lainnya. Untuk


27

penyimpanan pakan sendiri memiliki prosedur yang mudah yaitu, menumpuk sak

semaximal mungkin, beri celah antar pakan dan lantai, ini bertujuan agar pakan

tidak lembab dan tidak mudah berjamur karena terjadi kelembaban di bagian

bawah pakan.

III.2.5.3 Manajemen Kualitas Air

Manajemen kualitas air adalah cara kita mengatur kondisi lingkungan pada

kisaran yang dapat meningkatkan pertumbuhan atau produksi ikan. Kualitas air

dikatakan baik apabila air tersebut memiliki tingkat kesuburan yang tinggi.

Kegiatan pengukuran kualitas air di Loka PBIAT Janti dilakukan 7 kali

dalam waktu satu bulan yaitu 5 hari sekali dikarenakan terbatasnya alat dan juga

kurangnya SDM untuk bagian Laboratorium.

Berikut adalah tabel hasil pengukuran kualitas air di kolam Pemijahan

Loka PBIAT Janti :

Tabel 6. Pengukuran Suhu Kolam Pemijahan


No Tanggal Kisaran Suhu
1 01 Juli 2019 27°C
2 06 Juli 2019 27°C
3 11 Juli 2019 28°C
4 16 Juli 2019 28°C
5 21 Juli 2019 27°C
6 26 Juli 2019 28°C
7 31 Juli 2019 27°C

Tabel dan diatas menunjukan bahwa suhu pada kolam pemijahan

mengalami fluktuasi atau perubahan angka yang tidak jauh berbeda, hanya antara

27-28° C.

Suhu diatas masih dapat ditoleransi untuk kelangsungan hidup ikan nila.

Suhu air yang optimal untuk pertumbuhan ikan nila berkisar antara 28° C sampai
28

32° C. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan ikan nila yang

dibudidayakan mampu beradaptasi dengan suhu air diantara keduanya, mulai dari

14° C sampai 38° C (Permatasari, 2012).

Tabel 7. Pengukuran pH Kolam Pemijahan


No Tanggal Kisaran pH
1 01 Juli 2019 7,2
2 06 Juli 2019 7,5
3 11 Juli 2019 7,3
4 16 Juli 2019 7,3
5 21 Juli 2019 7,3
6 26 Juli 2019 7,4
7 31 Juli 2019 7,3

Tabel diatas menunjukan bahwa pH pada kolam pemijahan mengalami

fluktuasi atau perubahan angka yang tidak jauh berbeda, hanya antara 7,2-7,5.

Derajat keasaman diatas dapat di toleransi oleh ikan nila, karena ikan nila

bisa hidup pada kisaran pH 5-10. Menurut Panggabean dkk., (2016) bahwa pada

lingkungan dengan pH rendah pertumbuhan ikan nila mengalami penurunan

namun demikian ikan nila masih dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 5-10.

III.2.5.4 Pencegahan Hama dan Penyakit

Pencegahan Hama dan penyakit yang dilakukan pada kolam pemijahan

dengan membersihkan kolam setiap kali melakukan pengeringan kolam,

membersihkan lumpur, fases, dan sisa pakan yang mengendap. Pencegahan

penyakit lainnya dengan terus mengontrol kolam pemijahan dan pemberokan.

Ada beberapa hama dan penyakit yang di temukan pada kolam pemijahan

yaitu terdapat pada tabel di bawah ini :


29

Tabel 8. Hama dan Penyakit


No Hama No Penyakit
1. Keong 1. Gyrodactylus sp. (Parasit)
2. Kerang Hijau
3. Yuyu (Kepiting air tawar)

Menurut Meilin dan Nasamsir (2016) hama adalah organisme yang tidak di

inginkan dalam dunia pertanian karena dapat merugikan petani. Hama adalah

organisme pengganggu tanaman dan hewan yang menimbulkan kerusakan secara

fisik. Keong, Kerang hijau, dan yuyu termasuk hama pengganggu karena jika

produksi hama tersebut meningkat dalam kolam pemijahan akan memakan ruang

dan juga sebagai hewan pesaing dalam kebutuhan oksigen terlarut.

Gyrodactylus sp. adalah parasit yang menempel pada kulit dan insang ikan,

baik pada ikan lele maupun nila. Parasit ini lebih banyak menyerang pada ikan

lele, baik lele yg masih kecil (umur 1 bulan setelah menetas) maupun ikan lele

yang sudah remaja. Siklus hidup parasit Gyrodactylus sp. sangat pendek yaitu

hanya sekitar 4-5 hari, sehingga bila lingkungan mendukung parasit ini akan

sangat cepat berkembang (Hasyimia dkk., 2016).

Gambar 20. Parasit Gyrodactylus sp.


30

Menurut Hasyimia dkk., (2016) ada beberapa cara untuk melakukan

penanggulangan parasit Gyrodactylus sp. yaitu dengan rutin mengganti air dan

memberi kapur untuk menaikan pH.

III.3 Penanganan Pasca pemijahan

Penanganan pasca pemijahan yaitu masing-masing telur, larva, dan indukan

dipisahkan. Telur dan larva yang masih melekat pada cangkang akan di simpan

pada ruang Hatchery untuk dilakukan penetasan.

Larva yang telah lepas dari cangkang telur akan di bawa ke kolam

pendederan tahap awal untuk dilakukan pembesaran menuju tahap pendederan

kedua dan tahap pendederan ketiga.

Indukan yang telah selesai dipijahkan akan dikembalikan ke kolam

pemberokan (recovery) yang bertujuan untuk mengembalikan kualitas produksi

dari ikan nila.

Berikut adalah dokumentasi mengenai penanganan pasca pemijahan ikan nila

pandu-kunti :

Gambar 21. Larva Pendederan Tahap Satu dan Penebaran Induk pada Recovery
31

IV. SIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Simpulan

Berdasarkan hasil praktek lapang akuakultur yang dilakukan, dapat di

simpulkan yaitu sebagai berikut:

1. Ikan Nila Pandu-Kunti adalah ikan nila merah (Pandu) dan ikan nila gift

(Kunti). Pandu-Kunti singkatan dari Pemilihan Induk melalui uji kualitas dan

kuantitas.

2. Teknik Pemijahan Ikan Nila Pandu-Kunti memiliki dua teknik yaitu teknik

pemijahan sapih benih dan juga ketekan.

3. Teknik ketekan sebagai teknik alternatif untuk mempersingkat waktu

pemanenan telur dan larva dibandingkan sapih benih yang bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan pasar.

IV.2 Saran

Berdasarkan praktek lapang akuakultur yang telah dilakukan, penulis

menyarankan, peralatan laboratorium dilengkapi agar dapat digunakan dengan

sebaiknya terlebih lagi untuk alat pengukur kualitas air. Saran selanjutnya agar

Loka PBIAT Janti menambah organisme budidaya selain ikan nila.

Anda mungkin juga menyukai