Oleh:
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten
I.
PENDAHULUAN
II.
II.1. Materi
III.
III.1. Hasil
Tabel 3.1. Persentase bobot lambung ikan ke-0, 30, dan 60 menit setelah
diberi pakan (Rombongan III)
Kelompo
k
0 menit
BL0
%BL0
30 menit
BL30
%BL30
60 menit
BL60
%BL60
(gram)
0,42
0,91
0,85
0,41
0,81
1
2
3
4
5
100%
100%
100%
100%
100%
(gram)
0,34
0,74
0,71
0,74
0,8
(gram)
80,90%
0,63
81%
0,65
83,50%
0,75
180%
0,83
98,70%
0,64
150%
71,43%
88,20%
202%
79,01%
Bx
0,42
x 100 =
x 100 =100
Bx
0,42
%BL30 =
By
0,34
x 100 =
x 100 =80,9
Bx
0,42
%BL60 =
Bz
0,63
x 100 =
x 100 =150
Bx
0,42
% Bobot lambung
Kelompok 1
Kelompok 2
100
Kelompok 3
Kelompok 4
50
Kelompok 5
0
0
30
60
III.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan laju digesti, menunjukkan laju digesti pada
ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang sudah diberi pakan, maka keadaan
lambung saat itu adalah lambung dalam keadaan kenyang dalam 0 menit yaitu
mencapai 0,82 gram dengan persentase bobot 100 %. Setelah 30 menit pemberian
pakan, bobot lambung berkurang menjadi 0,78 gram dengan persentase 95% dan
setelah 60 menit pemberian pakan terjadi penambahan bobot lambung yaitu
menjadi 0,61 gram dengan persentase 74,4%. Kelompok 1 dari 0 menit, 30 menit
dan 60 menit, berat lambungnya yaitu 100%, 93,96%, dan 110,34%. Kelompok 3
yaitu 100%, 90,17%, dan 73,21%. Kelompok 4 yaitu 100%, 65,34%, dan 76,23%.
Kelompok 1 mengalami kenaikan persentase bobot lambung pada menit
ke-60. Kelompok 2 terus mengalami penurunan persentase bobot lambung hingga
menit ke-60. Kelompok 3 mengalami penurunan persentase bobot lambung
sampai menit ke-60. Kelompok 4
tersebut diaborbsi dan dimanfaatkan untuk proses biologis pada tubuh ikan.
Proses digesti pada sistem pencernaan ikan tersebut akan melibatkan enzim-enzim
pencernaan yang dihasilkan oleh tubuh. Hasil proses digesti tersebut berupa asam
amino, asam lemak, dan monosakarida yang akan diasorbsi oleh epitel intestin
kemudian disebarkan keseluruh tubuh oleh sistem sirkulasi (Kay, 1998).
Laju digesti adalah laju kecepatan pemecahan makanan dari tubuh ikan
dari molekul yang kompleks ke molekul yang lebih sederhana dan kemudian akan
diabsorpsi oleh tubuh ikan. Proses digesti yang terjadi dalam lambung dapat
diukur dengan mengetahui laju pengosongan lambung. Saluran pencernaan pada
ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Rongga mulut memiliki gigi-gigi
kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut
yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak
menghasilkan
ludah
(enzim). Makanan
masuk
ke
rongga
mulut
makanan lalu masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar
insang. Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang dan bila
tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Makanan di kerongkongan didorong
masuk ke lambung, lambung pada umum-nya membesar, tidak jelas batasnya
dengan usus (Sunde et al, 2004). Ikan jenis tertentu memiliki tonjolan buntu untuk
memperluas bidang penyerapan makanan (Kusrini, 2008)
Pencernaan ikan dimulai di mulut secara mekanik dan kimiadengan
adanya saliva, kemudian ke faring lalu dilanjutkan keoesophagus selanjutnya
bermuara ke intestin. Bagian oral intestinum disebut duodenum tunica mucosa
dari bagian anal melipat-lipat. Ikan tidak memiliki pankreas, tetapi ada jaringan
kelenjar eksokrin pankreas. Kelenjar-kelenjar dalam dinding ventrikulus
menghasilkan HCl dan pepsin. HCl berguna untuk melarutkan skeleton CaCO 3
dari mangsa untuk menghasilkan pepsin. Pepsin berguna untuk memecah protein
menjadi polipeptida. Kelenjar-kelenjar di dalam dinding intestinum dan kelenjarkelenjar eksokrin pancreas menghasilkan enzim-enzim amilolitis, proteolitis, dan
lipolitis (Kay, 1998). Lambung merupakan suatu organ tubuh hewan yang
berperan dalam proses pencernaan, penyaringan makanan yang masuk kedalam
tubuh, menetralisir racun yang ada dalam makanan dan membuang zat-zat yang
tidak berguna bagi tubuh (ElliotdanElliot, 1997).
: Animalia
: Vertebrata
Class
: Pisces
Sub Class
: Teleostei
Ordo
: Ostariophysoidei
Sub Ordo
: Siluroidea
Family
: Claridae
Genus
: Clarias
Spesies
: Clarias gariepinus
Seperti lele pada umumnya, lele dumbo (Clarias gariepinus) memiliki
kulit tubuh yang licin, berlendir, dan tidak bersisik. Jika terkena sinar matahari,
warna tubuhnya otomatis menjadi loreng seperti mozaik hitam putih. Mulut lele
dumbo relatif lebar, yaitu sekitar dari panjang total tubuhnya. Tanda spesifik
lainnya dari lele dumbo adalah adanya kumis di sekitar mulut sebanyak 8 buah
yang berfungsi sebagai alat peraba. Saat berfungsi sebagai alat peraba yaitu pada
saat bargerak atau mencari makan (Khairuman, 2002).
Faktor yang mempengaruhi bobot lambung diantaranya ukuran dari
organisme tidak seragam karena semakin sedikit organisme maka semakin sedikit
pula organisme tersebut memakan pakan, selain itu faktor lingkungan (pH dan
temperatur rendah atau tinggi nafsu makan menurun) dan kondisi organisme juga
mempengaruhinya. Perbedaan bobot tubuh bukan satu-satunya faktor yang
mempengaruhi perbedaan laju digesti yang mengakibatkan perbedaan bobot
lambung antara ikan satu dengan ikan lainnya. Menurut Mujiman (1984), faktorfaktor lain yang juga mempengaruhi laju digesti diantaranya temperatur, umur,
aktivitas, jenis kelamin, dan faktor-faktor kimia yang terdapat dalam perairan
seperti kandungan O2, CO2, H2S, pH dan alkalinitas. Temperatur optimal dan
tingkat aktivitas ikan mengakibatkan laju metabolisme meningkat sehingga laju
IV.
KESIMPULAN
Laju digesti pada ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) 0 menit setelah diberi
pakan sebesar 100%, 30 menit setelah diberi pakan 95%, dan 60 menit setelah
diberi pakan sebesar 74,4%.
DAFTAR REFERENSI